Anda di halaman 1dari 4

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan

Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

Demam Tifoid

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menempuh


Program Dokter Internsip
Puskesmas Wajo

Pendamping :

dr. Laode Achmad Amanah Maulana

Oleh :

dr. Muhammad Rahmat Nur

PUSKESMAS WAJO BAUBAU

SULAWESI TENGGARA

2019
LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS WAJO
KOTA BAUBAU PERIODE FEBRUARI – MEI 2019

Nama : dr. Muhammad Rahmat Nur


Dokter Pendamping : dr. Laode Achmad Amanah Maulana
Materi Penyuluhan : Demam Tifoid
Tanggal : 02 Mei 2019

Laporan Penyuluhan

1. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini
juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan
lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah.
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di Dunia, sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2009, memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi
600.000 kasus kematian tiap tahun. Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan
Tenggara termasuk China pada tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk
per tahun. Insidens rate demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208
per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358
per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per
tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka
kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10.
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat
inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi
3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan
proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539
dengan proporsi 3,01%.

2. Permasalahan
Insiden demam tifoid di Indonesia termasuk tinggi yaitu berkisar 352-810
kasus per 100.000 penduduk per tahun atau 600.000 – 1.500.000 kasus per tahun.
Angka kematian diperkirakan 2,5 – 6 % atau 50.000 orang per tahun. Penyakit ini
menyerang semua umur tetapi kebanyakan pada anak-anak umur 5-9 tahun. Kasus
demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas masih merupakan permasalahan yang
jelas. Hal ini terlihat dengan adanya pembuktian hasil laboratorium dengan titer O
> 320. Insiden tertinggi yakni anak sekolah. Sanitasi lingkungan dan kurangnya
pengetahuan mengenai hidup bersih terutama pada anak sekolah masih menjadi
salah satu penyebab tingginya kunjungan pasien demam tifoid di wilayah kerja
Puskesmas.

3. Tujuan
Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, maka diadakan kegiatan
intervensi demam tifoid agar dapat mencegah dan mengobati penderita demam
tifoid. Pasien-pasien yang datang berobat di poliklinik Puskesmas Kota Bantaeng
dengan keluhan demam terutama malam hari, nyeri kepala, diare/konstipasi, serta
lidah kotor, maka akan dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin
dan widal test. Apabila positif demam tifoid maka akan diberikan pengobatan dan
edukasi.

4. Manfaat
a. Bagi penyuluh : Melatih kemampuan dalam melakukan penyuluhan
b. Bagi sasaran : Mengetahui tentang penyakit demam tifoid.

5. Sasaran
Seluruh waga yang datang diposyandu lanjut usia wilayah kerja puskesmas
wajo.

6. Rencana Kegiatan
a. Topik : Penyuluhan penyakit demam Tifoid
b. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Peserta Pendamping

dr. Laode Achmad Amanah M.


dr. Muhammad Rahmat Nur NIP. 19770828 2009021004

Anda mungkin juga menyukai