Anda di halaman 1dari 7

QUO VADIS SOP(H)IA ?

Oleh:Rian Bai*

QUO VADIS ? = KEMANA ENGKAU PERGI ?


Munculnya reaksi adalah akibat dari adanya aksi, kira-kira demikianlah
sederhananya Isaac Newton menerangkan salah satu hukum Fisikanya. Bertolak dari itu
mungkin dapat dianalogikan bahwa Aksi itu muncul dari adanya sebab pula, yaitu Tujuan,
Arah? ( Optimisnya seperti itu).

TUJUAN, ARAH
Secara gamang kita percaya tujuan dan arah dari pemimpin yang disubtitusikan ke
dalam aksi bersama anggota adalah untuk kesejahteraan anggota. Idealisnya seperti itu,
layaknya tujuan dan arah dari setiap bentuk kesatuan, perkumpulan, perserikatan,
organisasi ialah untuk mencapai Bonum Communae. Selayaknya sebuah idealisme yang
kemudian terejawantakan dalam realisasi maka tujuan dan arah dari pemimpin pun
tersubstitusikan dalam aksi, bersama anggota tentunya untuk kebaikan bersama (bonum
communae) itu sendiri.

BONUM COMMUNAE SUMBER DAYA NTT


Kekayaan sumber daya alam dan sumber energi di bumi NTT adalah salah satu
modal untuk menjadikan rakyat NTT sejahtera. Kekayaan sumber daya alam berupa hasil
pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan, serta pariwisata merupakan
anugerah besar dari Sang Maha Pencipta. Salah satunya adalah pohon Lontar dan pohon
enau yang tumbuh subur di tanah flobamorata. Kelimpahan akan pohon lontar ini telah
lama menjadi berkah bagi kehidupan masyarakat NTT yaitu turut ambil bagian dalam
pemenuhan kebutuhan hidup manusia NTT untuk menunjang kehidupan keseharian yang
nyata telah dirasakan menghasilkan banyak manfaat layaknya pohon Kelapa.
Buah setengah tua dari pohon lontar dimanfaatkan menjadi pakan ternak alternatif,
batang pohon lontar sering dipakai sebagai bahan baku untuk membangun rumah, daun
pohon lontar adalah bahan baku untuk atap rumah dan beragam jenis kerajinan salah
satunya adalah topi adat Ti’i Langga, tikar, serta untuk bahan baku pembungkus rokok
tradisional NTT yang dikenal sebagai Rokok Sek atau Bako Ko’li dan untuk alat musik
kebanggaan NTT yaitu Sasando. Nira pohon lontar dan enau adalah bahan baku
pembuatan gula merah, gula aren, kecap manis dan asin, serta bahan baku minuman
beralkohol yang terkenal sebagai tuak arak sopi atau moke. Nira pohon lontar juga
merupakan bahan baku untuk menghasil energi bahan bakar nabati yang ramah
lingkungan yang dalam dunia penerapan energi baru terbarukan dikenal sebagai
bioetanol.
Moke adalah minuman khas dari NTT yang terbuat dari tanaman Siwalan (pohon
Lontar) dan Aren (pohon Enau). Minuman ini mempunyai banyak sebutan seperti sopi,
dewe, dan moke. Tetapi nama yang paling familiar dan menjadi ciri khas di NTT adalah
Moke atau Sopi. Moke merupakan minuman tradisional yang dibuat dari hasil
penyulingan buah dan bunga pohon lontar maupun enau, proses pembuatannya masih
tradisional yang diwariskan secara turun temurun dan masih dilakukan sampai sekarang.
Pembuatan moke dilakukan di kebun-kebun masyarakat dengan menggunakan wadah-
wadah tradisional seperti periuk tanah untuk memasaknya. Untuk memperoleh satu botol
Moke butuh waktu 5 jam, karena menunggu tetesan demi tetesan dari alat penyulingan
yang menggunakan bambu. Moke dengan kualitas terbaik sering disebut masyarakat
dengan BM atau bakar menyala. Moke putih adalah sebutan untuk nira hasil sadapan dari
pohon lontar atau pohon enau. Cara pembuatannya adalah dengan memakai bambu
berukuran seruas yang kemudian dicuci bersih dan dikeringkan lalu digantungkan pada
ujung mayang yang telah dijepit atau dipukul-pukul dan dipotong ujungnya. Dari proses
itu, akan muncul cairan bening menetes dari ujung mayang, cairan itu adalah moke putih.
Moke putih yang manis ini nantinya dapat dimasak dan dijadikan gula merah. Sedangkan
moke putih yang diminum adalah moke yang ditampung dengan wadah bambu yang tidak
bersih sehingga terjadi peragian dan rasa minuman ini pahit. Moke putih sejenis ini ada
yang dapat langsung diminum, tetapi lebih banyak digunakan untuk dimasak atau disuling
dan menghasilkan moke hitam atau arak. Moke hitam sesungguhnya tidak hitam.
Warnanya seperti air putih dan sedikit kuning. Ini adalah hasil sulingan dari moke putih.
Moke putih disuling di saung penyulingan tuak.
Bioetanol atau bahan bakar etanol adalah etanol (Etil Alcohol) dengan jenis yang
sama dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol atau moke yang juga merupakan
hasil yang sama dari proses yang sama pula yaitu penyulingan yang dalam kajian ilmiah
disebut dengan proses Destilasi dan peragian yang dalam kajian ilmiah disebut dengan
proses Fermentasi. Yang membedakan bioetanol dengan moke adalah cara
pemrosesannya yang lebih ilmiah dan teknis yaitu pemecahan gula sederhana (nira)
menjadi etanol dengan menggunakan enzim atau ragi dengan menggunakan alat proses
mesin Fermentor dan proses pemisahan alkohol dari larutan fermentasi dengan
menggunakan mesin Destilasi. Perbedaan lainnya ialah penggunaan bioetanol sebagai
bahan bakar sedangkan moke sebagai produk minuman yang tentunya berbeda kadar
konsentrasi etil alcohol-nya yaitu sesuai standar kadar etanol (25-45% minuman alkohol);
(70-90% farmasi desinfektan, wine dan bir dan bahan bakar kompor); (90-96% farmasi,
obat-obatan dan bahan pelarut); (≥ 99% bahan bakar). Maka dari itu tidak heran jika ada
pula varian sopi dan moke yang dikenal sebagai BM atau bakar menyala. Bioetanol yang
digunakan sebagai bahan bakar dalam bentuk campuran bioetanol dengan besin adalah
bioetanol dengan kadar etanol 99,5% atau lebih atau bioetanol anhidrat yang digunakan
sebagai bahan bakar lebih populer dengan sebutan Fuel Grade Ethanol atau FGE.
Keuntungan penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar adalah memiliki nilai oktan lebih
tinggi dari bensin, dapat digunakan dalam bentuk murni dan campuran dengan bensin,
mudah terurai dalam air dan ramah lingkungan, sehingga merupakan bahan bakar
alternatif yang potensial untuk dikembangkan Produksi etanol dunia untuk bahan bakar
transportasi meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun. Komposisi etanol pada
bahan bakar bensin di dunia telah meningkat. Etanol mempunyai nilai "ekuivalensi galon
bensin" sebesar 1.500 galon AS. Untuk di Indonesia sendiri penerapan bioetanol sudah
sampai pada B20 yaitu dengan 20% bioetanol dalam premium sehingga menjadi
biopremium dan sedang dikembangkan menjadi B30.
Turut menguatkan pendapat sebelumnya diatas bahwa NTT sangat kaya akan
sumber daya energi yang ramah lingkungan misalnya untuk Flores yang sudah ditetapkan
sebagai pulau panas bumi nasional akan menjadi salah satu suplayer energi listrik melalui
pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang non emisi dan ramah lingkungan,
Timor yang seperti Flores juga banyak pohon lontar dan enau bukan tidak mungkin
nantinya dapat menjadi suplayer energi bahan bakar nabati yang ramah lingkungan
sebagai pengganti bahan bakar fosil, Sumba yang kaya akan padang sabana merupakan
juga suplayer tenaga bayu atau angin yang dapat digunakan sebagai energi penggerak
turbin untuk pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan tenaga surya dari tingginya
intesitas kemarau yang dapat digunakan sebagai penghasil energi listrik dari pembangkit
listrik tenaga surya (PLTS). Kemudian jika pemerintah dan generasi muda NTT tanggap
dan mau untuk memberdayakan anugerah Tuhan ini maka kekayaan energi ini akan tepat
guna dan tepat sasaran yaitu dengan efisien energi produksi dan tetap zero waste (tanpa
limbah) sehingga akan menjadi penopang kebutuhan energi rumah tangga dan
menyokong potensi daerah lainya yaitu hasil pertanian, peternakan, kelautan, perikanan
dan pariwisata untuk lebih menghasilkan benefit untuk kesejahteraan ekonomi
kerakyatan di NTT tercinta. Sudah saatnya anak muda dan pemerintah NTT melek dunia
Energi untuk kemajuan flobamorata.
Selanjutnya adalah dengan adanya modal tersebut kemudian dirumuskanlah secara
sistematis supaya aksi mencapai sejahtera menjadi aksi yang solutif. Aksi solutif yang
terealisasikan dalam bentuk karya dan perjuangan kemudian tentunya mempunyai faktor-
faktor penunjang layaknya sebuah proses pada umumnya. Salah satu faktor penunjang
sebuah karya dan perjuangan adalah pekerja. Secara umum telah dipahami bahwa takkan
pernah ada realisasi karya dan perjuangan tanpa adanya pekerja atau pelaku karya dan
perjuangan namun secara luas pun harusnya sudah pula dimengerti bahwa penunjang aksi
yang agar dapat tepat menjadi solutif ialah adanya pelaku karya dan perjuangan yang
berkompeten. Dengan menghadirkan aksi mengubah bahan mentah menjadi bahan
setengah jadi atau pun bahan jadi oleh sebab untuk menuju ke arah terbukanya lapangan
pekerjaan dalam daerah sendiri dan secara bertahap akan mengurangi tingkat kemiskinan
ekonomis karena adanya investasi berjangka sebagai salah satu solusi jangka panjang
untuk menjadikan "keunggulan daerah" tidak hanya Sumber Daya Manusia namun pula
Sumber Daya Alam dan untuk menuju kepada peningkatan pendapatan masyarakat
adalah salah satu aksi yang cukup solutif juga untuk setidaknya dapat menjawab
persoalan kemanusiaan yang berkaitan dengan masalah kemiskinan yang masih menjadi
pekerjaan rumah NTT dan juga Human Traficking yang muncul sebagai hasil dari
perilaku tidak terpuji segelintir penyedia jasa penyalur tenaga kerja yang memonopoli
kebutuhan TKI atau TKW akan kesejahteraan yang kadang terbentur lambannya proses
administrasi dengan menghadirkan jalur tikus yang lebih cepat namun tidak sesuai aturan.
Aksi untuk menjadikan manusia sesama sebagai manusia sejahtera dengan maksud
membuka lapangan pekerjaan di dalam daerah sendiri agar dapat menghilangkan
kemiskinan rakyat dan monopoli busuk para pemain Human Traficking ini haruslah
terealisasi bahkan sangatlah perlu untuk ditambahkan "katalis" yang adalah faktor
penunjang lainnya untuk mempercepat reaksi pembentukan "Manusia Sejahtera NTT".
Namun untuk menjawab persoalan kemiskinan sekurang-kurang tidak hanya dapat
dilakukan dengan meningkatkan pendapatan masyarakat semata melalui pengadaan tata
niaga dan tata kelola lalu mengkapitalisasinya menjadi suatu kekuatan ekonomi yang
dianggap baik. Adalah lebih baik bila mempersiapkan sumber daya manusia NTT
menjadi pekerja kompeten yang mampu mengolah dan mengelola sumber daya alam NTT
untuk dapat menjadi sungguh produk unggulan yang nantinya barulah menumbuhkan
kemampuan ekonomi secara utuh. Pengadaan dan penerapan teknologi tepat guna baik
dalam bentuk software maupun hardware dapat menjadi katalisator yang menunjang
manusia sejahtera NTT. Dengan demikian, menjadikan pelaku karya dan perjuangan
sebagai pekerja yang berkompeten adalah bentuk untuk memberdayakan kuantitas
sumber daya manusia dan kemudian menjadikan kekayaan dalam segi kuantitas pun
memiliki daya kualitasnya. Hal ini dapat terumuskan dalam sistem yang sungguh
sistematik kemudian dalam realisasi yang solutif.
Menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas kompetensi ini, selain dari segi
bisnis yang menghasilkan produk samping terbukanya lapangan pekerjaan perlu pula di
tunjang dengan adanya pendidikan vokasi dan pelatihan teknis serta memperkuat
pendidikan teknik dan bisnis berbasis teknologi di SMK ( STM dan SMEA) dan
Universitas serta mulailah menghasilkan Process Engineer dan Business Planner dari
dalam lembaga Pendidikan NTT sendiri agar nantinya rakyat NTT kemudian sungguh
menjadi Demos (rakyat) dalam ideologi Demokrasi; dari, oleh dan untuk rakyat.
Kemudian faktor yang berikutnya adalah waktu. Mengenai waktu operasi aksi solutif
adalah kemampuan membaca peluang serta kemauan menggunakan peluang tersebut
sebagai momentum untuk berkarya dan berjuang mencapai sejahtera. Perlu digarisbawahi
pula bahwa peningkatan dalam sebuah proses membutuhkan kecepatan yang tetap
berlandaskan pada dasar yang kuat dan tepat sehingga usaha menemu sejahtera tidak
sebatas berlari secepat mungkin namun tanpa dasar yang sesuai tujuan dan arah menemu
kesejahteraan rakyat.
SOP(H)IA?
Menyambut baik kehadiran inovasi dan kreativitas manajemen bisnis sebagai aksi
solutif menjadikan masyarakat sejahtera ekonomi, layaknya homo quarens (mahkluk
bertanya) maka lumrah bila pertanyaan akan Sop(H)ia muncul. Sop(H)ia? Minuman
beralkohol etnik lokal yang diakrabi sebagai salah satu kearifan lokal bernama Tuak Arak
Sopi atau Moke yang dihadirkan oleh pengambil keputusan dengan tambahan bantuan
kerja sama dari unit usaha badan layanan umum penyelenggara pendidikan dalam bentuk
penelitian untuk menyesuaikan kadar alkohol, meningkatkan kualitas, menemukan ciri
khas cita rasa, dan menghilangkan kandungan beracun yang tidak layak terkonsumsi yang
selanjutnya dibantu oleh distributor untuk pemasaran dalam balutan kemasan dan sasaran
pasar global modern dan dilengkapi dengan perangkat perda yang katanya untuk
memproteksi kelangsungan generasi sumber daya manusia dari konsumsi berlebihan
yang malahan justru dilegalkan untuk umur 21 tahun ke atas yang sebenar merupakan
tingkat usia produksi kerja. Produksi awal dicanangkan pada juni 2019 dengan total
produksi sebanyak 12.000 botol dengan satuan harga 1juta/botol dengan rantai nilai yang
panjang mulai dari minuman beralkohol dari produksi lokal kemudian dibeli pemerintah
lalu dikembangkan oleh peneliti untuk kemudian dipasarkan oleh distributor ke pasar
modern dengan sasaran awal ke Timor Leste dan Australia. Untuk tahapan produksi
selanjutnya diterapkan pengembangan produksi secara bertahap menuju kepada usaha
kecil menengah lalu ke industri rumahan kemudian ke industri pabrikan skala besar. Salah
satu buah karya sumber daya alam daerah yang tentu saja perlu diperjuangkan namun
tetap dalam koridor dan sesuai batasan-batasan hukum perundang-undangan yang berlaku
serta tetap meminimalisir dampak negatif yang telah disadari oleh salah seorang wakil
rakyat yang dapat muncul dalam bentuk sosial kemasyarakatan dengan titik acuan data
laka lantas yang sebagian besar akibat konsumsi miras berlebihan. Selanjutnya
pertanyaaannya adalah Quo Vadis Sop(H)ia? Haruskah rakyat menunggu sebentar lagi
tentang jawaban dari sang empunya jawaban? Ataukah proaktif bertanya dan mencari
jawaban sendiri serta menghadirkan solusi lain yang minim dampak negatifnya?
Bijaksanakah? Ataukah Bijaksalah?
Sopia dalam ejaan penulis sengaja di balut menjadi Sop(H)ia karena dalam hemat
penulis yang juga kebetulan sedang menggeluti rekayasa pemrosesan dan pernah belajar
sedikit dasar philosophia, Sopia yang adalah buah karya yang dapat diperjuangkan namun
terlebih dahulu dipersiapkan dan dikaji secara lebih matang lagi kemudian tetap
memerhatikan Sophia (kebijaksanaan, pengetahuan, hikmah, kemahiran dan kecakapan
dalam suatu pekerjaan) yang adanya dalam sumber daya manusia yang berkualitas
kompetensi agar nantinya branding Sopia ini betul mendunia dan dalam jangka panjang.
Dalam perubahan pola bisnis nantinya hendaklah tetap diperhatikan dan diberdayakan
para petani tuak atau arak tersebut sembari dilengkapi dengan teknologi tepat guna bila
tetap dalam pola bisnis home industry atau pun sebaliknya ketika pola bisnis naik ke
tingkat industri pabrikan maka para petani tuak atau arak dan anaknya dapat dilibatkan
sebagai tenaga kerja.
Selain itu juga dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas dalam
kompetensi teknik dan ekonomi bisnis pada umumnya serta Process Engineer dan
Business Planner pada khusunya dari dalam lembaga Pendidikan NTT sendiri
menjadikan NTT mampu bukan hanya dalam Inovasi dan Kreasi untuk menduniakan
Sopia tetapi juga mampu untuk menduniakan produksi Kelor, menjadikan Industri Semen
(yang cukup lama stagnan dan harus diperhatikan agar prosesnya zero waste) dan Industri
Garam (menaikan persentase kemurnian produk dari 84% ke 96% sehingga tidak hanya
menjadi produk komsumtif rumah tangga tetapi juga penyuplai NaCl untuk industri
lainnya) menjadi produsen di kancah Nasional dan meningkatkan kejayaan Minyak Atsiri
dari pohon Cengkeh juga mengembalikan kejayaaan Minyak Atsiri dari pohon Cendana
serta mampu mengelolah kemudian memenuhi kebutuhan energi Listrik dari tenaga Bayu
(Angin), Surya, Pasang Air Laut, dan Panas Bumi, juga energi Bahan Bakar berbasis
Bioenergi salah satunya ialah Bioetanol dari nira pohon Lontar dan pohon Enau yang
telah dibahas diatas juga biodiesel yaitu bahan bakar nabati yang ramah lingkungan untuk
mesin diesel yang dapat dihasilkan dari beragam jenis tanaman hasil hutan serta dapat
menghasilkan produk Pertanian seperti Kopi, Kakao, singkong, kenari, jagung, jambu
mete, dll, hasil peternakan, dan produk Perikanan dan Kelautan seperti Rumput Laut,
Algae, dll yang sama mendunianya dengan produk Pariwisata NTT dalam hal kualitas
sehingga pada akhirnya tepatlah tujuan, arah, aksi dan reaksi menemu NTT sejahtera.

*Rian Bai, seorang Process Engineer muda dari NTT yang menggeluti bidang ilmu
Chemical Engineering (Teknik Kimia atau Teknik Pemrosesan).

Anda mungkin juga menyukai