Anda di halaman 1dari 28

UTS

GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071





1. Paparan Sunda merupakan daerah yang dangkal di kawasan Barat Indonesia. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan Paparan Sunda. Dan jelaskan di mana batas-batas paparan Sunda dari waktu
ke waktu (sejak PRA-tersier, Tersier dan Kuarter) ditinjau dari pendekatan model tektonik
lempeng khususnya model konvergen ?

Secara Geologi Paparan Sunda merupakan salah satu microplate. Paparan Sunda adalah landas
kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di bagian tenggara. Area ini meliputi kawasan
seluas 1,85 juta km2.

Kondisi Sundaland pada waktu sekarang tentu berbeda dengan masa lalu, Sundaland telah
mengalami serangkaian evolusi tektonik hingga menjadi bentukan yang sekarang.

Teori-teori sejarah pembentukannya:

- Sebagai gelang-gelang jalur subduksi yang berkembang semakin muda kearah


barat data-selatan dan kearah utara (Katili)

Sejak zaman Perm terjadi interaksi


konvergen dari arah selatan (Lempeng
Hindia-Australia) dan utara ke selatan
(Lempeng Laut Cina Selatan).


Gambar 1.1Tatanan tektonik Sundaland
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

- Sejak awal merupakan bagian dari benua asia

India yang awalnya berasal dari selatan bergerak ke arah utara (Asia), dapat dilihat jika
Sundaland adalah bagian dari Asia yang dikelilingi oleh jalur-jalur subduksi antara
lemepng Hindia di selatan dan Lempeng Pasifik di utara

- Sebagai amalgamasi unsur-unsur dari benua Asia dan Gondwana

1. Pra-Tersier
• Zaman Jura Akhir

Pada zaman ini diperkirakan Blok Banda


yang sebelumnya tergabung dengan
Gondwana terpisah dan menjauhi Sula Spur.
Sedangkan Blok Argo lalu terpisah akibat
proses pemekaran yang berkembang kea rah
barat, hingga India Besar. Blok/fragmen
tersebut menjauh dari Gondwana akibat dari
rollback subduction
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

• Zaman Kapur Awal (135 MA)

India mulai terpisah dari Australia, Blok


Argo dan Busur Woyla kemudian bergerak
ke arah Tenggara, pemekaran di ceni-tethys
memiliki orientasi pergerakan NW-SE.


• Zaman Kapur Tengah (110 MA)

Blok Argo mendekati barat laut


Kalimantan dan busur Woyla
mendekati Sumatera, Terjadi
subduksi di bagian selatan
Sumatera dan bagian tenggara
Kalimantan.












UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

2. TERSIER

• Zaman Paleosen Akhir-Eosen

Pergerakan antara Australia dan Sundaland


menyebabkan subduksi sepanjang tepi barat
Sundaland, dibawah Pulau Sumba dan
Sulawaesi Barat. Batas lempeng Australia
dan Sundaland di bagian selatan Pulau Jawa
berupa zonia strike-s;ip sedangkan bagian
selatan Sumatera berupa strike-slip
tangensional. Busur Incretus dan batas utara
dari India Besar bergabung dan terus
bergerak ke arah utara.

Pada 50 Ma India mulai menyentuh Eurasia, Australia memisah dan bergerak ke arah
baratlaut dan di Laut Cina Selatan terjadi peregangan dan pemisahan. 50-40 Ma
(Eosen), India membentur Eurasia.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

• Zaman Oligocene

Sekitar 30 Ma Bagian Tenggara Eurasia menglamai extrusion dan rotasi akibat


interaksi India dengan Eurasia (Subduksi/collision). Hal ini mengakibatkan
terjadinya rollback subduction pada bagian baratdaya Sumatera dan slab pull
dibagian Timur Kalimantan dari arah baratlaut-tenggara.

• Zaman Miosen
Pada Miosen, Sundaland mengalami rotasi berlawanan dengan arah jarum jam,
bagian timur Kalimantan dan Jawa cenderung bergerak ke utara, rotasi ersebut
diakibatkan karena adanya interaksi lempeng India dan Asia, dan adanya collison
pada Sulawesi.





UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

Menurut Davies (1984) dalam Sudarmono dkk. (1997), Sundaland memiliki batas
berupa :
1. Palung Jawa dan Palung Sumatera yang terbentuk dari subduksi lempeng Indo-
Australia ke dalam lempeng Eurasia dibagian selatan dan barat. (Western Margin)
2. Laut Cina Selatan dan Indocina (Northen Margin)
3. Kalimantan Timur, Selat Makassar, dan JAwa Timur (Eastern Margin)




2. Uraikan dengan singkat tentang stratigrafi Pra Tersier dan Tersier di kawasan paparan Sunda ?
Berilah masing-masing contoh di suatu cekungan ?

Stratigarafi Paparan Sunda (Cekungan Jawa Tengah Selatan)

Batuan Dasar Pra Tersier

Batuan dasar dari cekungan ini dikenal sebagai kompleks Lok-Ulo yang terdiri dari pecahan
ofiolit, batuan ssedimen, dan sekis kristalin serta gneiss yang hadir sebagai potongan tektonik
di dalam matriks mélange. Batuan ini tersingkap di Karangsambung Jawa Tengah. Merupakan
bagian sabuk akresi subduksi Kapur yang hadir secara tidak beraturan dalam sebuah busur
memanjang dari Jawa ke Kalimantan. Batuan metamorf bertekanan tinggi, seperti eklogit,
gaukofan dan sekis biru tersingkap dalam zona tipis di antara zona sekis berderajat rendah dan
serpentinit sepanjang Sungai Muncar dan Sungai Gua. Beberapa eklogit tersebut mengandung
tourmaline, tourmaline tersebut terbatas hanya pada bagian luar dan urat/vein pada beberapa
blok eklogit.

Endapan Eosen Tengah-Oligosen

Endapan tertian adalah LApisan Wungkal yang terendapkan secara tidak selaras menutupi
batuan dasar metamorf dan terdiri dari batugamping pasiran yang bergradasi menjadi napal ke
atas. Hasil analisis foraminifera besar berupa Assilina yang menandakan umur Eosden Awal-
Tengah dan juga foraminifera plankton yang menunjukkan Eosen Tengah. Transisi ke batuan
yang lebih muda, tidak ditemukan. Endapan Akhir Eosen Tengah-Oligosen didapati dibanyak
daerah di Jawa Tengah. Tidak ditemukan ketidakselasaran antara keda lapisan ini, namun
adanya interval batuan pasiran mungkin mengindikasikan adanya transgresi yang terbaharui.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

Endapan Oligosen Akhir-awal Miosen Tengah

Terdiri dari napal dan serpih (berdasarkan data Sumur Borelis-1) berumur N3-N6 dan tidak
selaras berada di atas endapan volkaniklastik. Di daratan endapan transgressi ini ditemukan di
Karang bolong dan Tinggian Kulon Progo, Batugamping Karang bolong dan Jonggrangan
diendapkan secara tidak selaras di atas batuan volkaniklastik.

Siklus Pengendapan Miosen-Miosen Akhir

Diperbukitan Jiwo, Batugamping Wonosari diendapkan secara tidak selaras diatas batuan
metamorf memperlihatakan fase awal pengangkatan dan erosi. Pada tinggian Gabon,
BAtugamping Kalipucang diendapkan secar tidak selaras menutupi volkanik Gabon. Paada
CEkungan Banyumas, sikuen serpih karbona, memisahkan Formasi PEnanjung dan
Batugamping Kalipucang. Ketebalan sikuen serpih karbonan ini tidak diketahui, sikuen ini
merekam interval paralik, puncak regersi, memisahkan Oligosen Akhir dan awal Miosen
Tengah dari siklus pengendapan akhir Miosen Tengah sampai akhir Miosen. Lapisan ini oleh
Mulhadijono (1973) dianggap sebagai induk potensial gas yang terdapat pada sumur BPM dan
rembesan minyak yang ditemukan di pola struktur Cipari-Gunung Wetan dan disebut sebagai
Lapisan Pemali, namun tidak ada berkaitan dengan Lapisan Pemali daerah Bumiayu yang
berumur lebih muda. Pada rendahan Kebumen (Suyanto dan Roskamil, 1975), Formasi
Penosogan diperkirakan sebagai penanda peristiwa tektonik yang memisahkan siklus ini dengan
siklus diatasnya. Siklus ini diikuti oleh lapisan napal-tufa, setebal 500 m, menunjukkan
batupasir kasar di bagian bawah dan napal tufaan pada bagian atasnya.

Siklus Pengendapan Pliosen

Lapisan ini terdiri dari napal dendgan lapisan tufa berumur Pliosen bersarkan foraminifera yang
ditemukan. Berhubungan dengan Batugamping Wonosari tidak terlihat dengan jleas. Sikuen
yang menerus dari Mosen Tengah hingga Pliosen dapat diamati pada sumur Borelis-1 yang
bersebelahan dengan sumur Alveolina, sumur ini sendiri menunjukan sikuen napal berumur
Pliosen setebal 600-700 m, secara tidak selaras menutupi batugamping yang kemungkinan
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

berumur Miosen Tengah ntara kedu siklus tersebut kemungkinan selaras ada daerah rendahan
Bayumas, meskipun volkanaklastik kasar Kumbang merefleksikan tektonik ditempat lain yang
menyebabkan ketidakselarasan dan pemisahan kedua siklus diatas.

Gambar 2.1 Litostratigrafi Cekungan Jawa Tengah bagian Selatan


UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

3. Dari titik pandang geodinamik Pulau Sumatera, kita mengenal 3 pola keseluruhan struktur
geologi yang dominan. Jelaskan ketiga pola tersebut dari yang tua ke muda? Jelaskan juga,
apakah ketiga pola struktur tersebut memegang peran penting pada cebakan minyak bumi di
cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan?
Menurut Suta dan Xiaoguang (2005; dalam Satya, 2010), Pulau Sumatera memiliki tiga
struktur utama yang dominan dan berpengaruh pada pembentukan morfologi dan
perkembangan cekungan didalamya. Tiga pola dominan tersebut adalah Pola Jambi, Pola
Sumatera, dan Pola Sunda.
1. Pola Sumatera

Pola yang dengan orientasi baratlaut-tenggara, pola ini ada akibat tumbukan Lempeng
India dan Lempeng Eurasia pada Awal Kapur sehingga menghasilkan rezim yang
kompresional. Manifestasi Pola Sumatera saat ini berupa perlipatan yang berasosiasi
dengan sesar naik yang terbentuk akibat adanya kompresi pada Plio-Pleistosen. Pola
Sumatera sangat mendominasi di daerah Sub-Cekungan Palembang (Pulunggono dan
Camron, 1984).

2. Pola Jambi

Pola ini memiliki arah timur laut-barat daya yang terbentuk pada zaman Pra-Ersier juga.
Pola ini jelas teramati pada Sub-cekungan Jambi. Terbentuknya pola ini berasosiasi dengan
terbentuknya sistem graben di cekungan Sumatera Selatan.

3. Pola Sunda

Pola ini memiliki orientasi utara-selatan, pola ini juga terlihat di Cekungan Sumatera
Selatan, Cekungan Sumatera Utara dan Cekungan Sumatera Tengah. Struktur lipatan yang
berkembang di Pola Sunda diakibatkan karena adanya pengaktifan kembali sesar-sesar
normal tersebut pada periode kompresif Plitosen – Plistosen yang berasosiasi dengan sesar
mendatar dengan perlipatan yang tidak begitu kuat. Pola ini membuka cekungan-cekungan
sdedimentasi di Pulau Sumatera.

Urutan kejadian dari ketiga pola di atas dari tua ke muda adalah Pola Sumatera- Pola Jambi-
Pola Sunda.

Dari cekungan-cekungan yang terdapat di Pulau Sumatera dapat dilihat penampangnya


UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

sebagai berikut.

Gambar 3.1 Cekungan Sumatera Selatan

Gambar 3.2 Cekungan Sumatera Tengah


UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

Gambar 3.3 Cekungan Sumatera Utara

Menurut Salim dkk (1995) Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakang busur
karena berada di belakang Pegunungan Barisan sebagai volcanic-arc-nya. Cekungan ini berumur
Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda sebagai bagian dari
Lempeng Kontinen Asia dan Lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi daerah
seluas 330 x 510 km2, bagian barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di
sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sundaland), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh
dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung.

Menurut Suta dan Xiaoguang (2005; dalam Satya, 2010) perkembangan struktur maupun evolusi
cekungan sejak Tersier merupakan hasil interaksi dari ketiga arah struktur utama yaitu, berarah
timurlaut-baratdaya atau disebut Pola Jambi, berarah baratlaut-tenggara atau disebut Pola
Sumatera, dan berarah utara-selatan atau disebut Pola Sunda. Hal inilah yang membuat struktur
geologi di daerah Cekungan Sumatera Selatan lebih kompleks dibandingkan cekungan lainnya di
Pulau Sumatera.

Apakah ketiga pola struktur tersebut memegang peran penting pada cebakan minyak bumi
di cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan?

Berdasarkan pembahasan diatas maka kesimpulan terhadap peran ketiga pola tersebut terhadap
cebakan minyak bumi adalah Iya, ketiga pola struktur tersebut sangat memegang peran penting
pada cebakan minyak bumi di cekungan Sumatera. Ketiga pola tersebut dapat dikatakan saling
berkaitan dalam membentuk struktur yang baik sebagai cebakan minyak bumi.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

4. Gejala strukturisasi yang menonjol pada formasi-formasi batuan tersier di cekungan
sumatera utara, sumatera tengah, dan sumatera selatan adalah struktur inversi.
a. jelaskan apa yang dimaksud struktur inversi
b. gambarkan pada suatu penampang yang dilengkapi dengan formasi-formasi sedimen sehingga
terlihat jelas terjadi suatu struktur inversi pada interval waktu tertentu
c. jelaskan juga melalui elemen elemen struktur yang mana, pola struktur inversi tersebut
berkembang baik dan sempurna

a. Struktur inversi adalah struktur yang menimbulkan kenampakan dua sesar yang berbeda arah
gerak dalam satu bidang (satu sesar normal di bagian bawah, sesar naik di bagian atas). Struktur
ini terbentuk dari hasil reaktivasi sesar normal menjadi sesar naik akibat perubahan rezim
tektonik (tensional menjadi kompresi).

Gambar 4.1 Sketsa Pembentukan Struktur Inversi


UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

b. Berikut menunjukkan penampang stratigrafi yang menunjukan struktur inversi pada cekungan

Sumatera Tengah, yang mengakibatkan terbentuknya sessar-sesar naik pada bagian atas.

Gambar 4.2 Cekungan Sumatera tengah

Gambar 4.3 Cekungan Sumatera Tengah


UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

c. Pada sejarah tektonik Tersier Cekungan Sumatera Tengah (Gambar 4.2) tampak salah satu
kolom menunjukkan peristiwa inversi. Tanda panah hitam menunjukkan struktur Harpon yang
berkembang pada Cekungan Sumatera Tengah akibat rezim tektonik kompresional pada
Miosen Akhir. yang menyebabkan pengangkatan basement dan berlangsung sejak Pliosen
sampai sekarang. Pada Gambar 4.3 juga dapat dilihat struktur inversi yang berada pada sesar
Balam Border.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

5. Jelaskan tentang evolusi dari jalur-jalur magmatisme di Pulau Jawa mulai dari umur Kapur,
Paleogen, Neogen dan Kuarter ? Dan jelaskan juga jalur0jalur magmatisme yang beruur apa
yang banyak dijumpai cebakan emas.

Gambar 5.1 Jalur magmatisme Pulau Sumatera dan Pulau Jawa

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau di Busur Sunda dengan sejarah geodinamik yang
aktif, yang jika dirunut perkembangannya dapat dikelompokkan dari Kapur Akhir hingga
sekarang. Jalur magmatic Pulau Jawa dapat dibagi menjadi 2 bagian besar:

• Jalur magmatik Pre-tersier

fase tektonik awal terjadi pada Mesozoikum ketika pergerakan Lempeng Indo-Australia
kea rah timurlaut menghasilkan subduksi Dibawah Sundaland sepanjang suture
Karangsambung, dan diikuti fase reganggan selama Paleogen dengan pembentukan
serangkaian horst dan graben. Aktivitas magmatic akhir Kapur dapat diikuti menerus dari
timurlaut Sumatera-Jawa-Kalimantan Tenggara. Pembentukan cekungan depan busur
berkembang di daerah selatan Jawa Barat dan Serayu Selatan di Jawa Tengah. Mendekati
Kapur Akhir – Paleoen, fragmen benua ang terpisah dari Gondwana, mendekati zona
Subduksi Karangsambung-Meratus. Kehadiran allochthonous microcontinents di
wilayah Asia Tenggara.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

Basement bersifat kontinental yang terletak di sebelah timur zona subduksi
Karangsambung-Meratus dan yang mengalasi Selat Makasar teridentifikasi di Sumur
Rubah-1 (Conoco, 1977) berupa granit pada kedalaman 5056 kaki,sementara didekatnya
Sumur Taka Talu-1menembus basement diorite. Meraptnya fragmen mikrokontinen pada
bagian timur Sundaland menyebabkan matinya zona subduksi. Pada sub zaman Paleogen
dan Neogen terdapat jalur subduksi purba membentuk struktur positif bawah permukaan
laut. Jalur ini berkaitan dengan terangkatnya masa ringan dibandingkan sekitarnya
sebagai penyusupan Lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Mikrosunda.

Gambar 5.2 Zona Subduksi disekitar Pulau Jawa

• Jalur Magmatik Tersier

Jalur magmatik Tersier yang menempati sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Jalur
magmatik ini tersingkap dengan baik di Jawa Timur Selatan, berupa endapan – endapan
volkaniklastik, lava dan di beberapa lokasi juga nampak jenjang-jenjang volkanik
(daerah Pacitan-Ponorogo-Tegalombo). Endapan cebakan tembaga di wilayah ini, juga
dikaitkan dengan kegiatan volkanisma Tersier tersebut. Di Jawa Barat Selatan, juga dapat
diamati. Jalur magmatik Tersier yang menempati sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

Jalur magmatik ini tersingkap dengan baik di Jawa Timur Selatan, berupa endapan –
endapan volkaniklastik, lava dan di beberapa lokasi juga nampak jenjang-jenjang
volkanik (daerah Pacitan-Ponorogo-Tegalombo). Endapan cebakan tembaga di wilayah
ini, juga dikaitkan dengan kegiatan volkanisma Tersier tersebut. Di Jawa Barat Selatan,
juga dapat diamati. Secara garis besar, jalur magma Tersier ini dapat dibagi menjadi 2
perioda kegiatan, yakni Jalur kegiatan magmatik yang berlangsung sepanjang Eosen
Akhir-Miosen Awal, dan yang berlangsung pada Miosen Akhir-Pliosen. Produk kegiatan
magmatik yang pertama yang menempati jalur paling Selatan P.Jawa ini, sebelumnya
adalah yang dikelompokan sebagai Fm.Andesit Tua oleh van BEMMELEN (1949). Jalur
pegunungan paling selatan Pulau Jawa dipengaruhi oleh zona subduksi yang lebih dekat.
Posisi zona magmatis relative berdekatan akibst sudut penunjaman lebih tajam pada saat
itu.

Pergerakan mundur dari zona subduksi daerah selatan Jawa terjadi pada kala Miosen
Akhir-Pliosen yang diikuti dengan melandaikan sudut penunjaman antara lempeng Indo-
Australia terhada[ Lempeng Eurasia, hal ini mengakibatkan bergeraknya zona magmatis
ke utara dari sebelunya.

Gambar 5.3 Perpindahan busur vulkanik di Pulau Jawa (Hall dan Smyth, 2008)
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

• Jalur Magmatik Kuarter-Resen


Jalur magmatic Kuarter dari pulau Jawa membentang sepajang Pulau Jawa

Gambar 5.4 Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa
(modifikasi Soeria-Atmadja dkk. 1994 dan Simanjuntak & Barber 1996).



















UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

6. Gambarkan (secara umum tetapi lengkap) pola struktur yan dijumpai saat ini di kawasan Jawa
Timur? (berikut daerah lepas pantainya, pulau Madura, pulau kangean, dan sekitarnya)

Cekungan Jawa Timur dipisahkan menjadi tiga mandala struktur (structural provinces) (Satyana,
2005) dari Utara ke Selatan, yaitu :
1. Paparan Utara yang terdiri dari Busur Bawean, Paparan Madura Utara dan Paparan Kangean
Utara.
2. Bagian tengah yaitu Tinggian Sentral yang terdiri dari Jawa Utara Laut (Kujung) – Madura –
Kangean – Tinggian Lombok.
3. Bagian Selatan dikenal sebagai Cekungan Selatan yang terdiri dari Zona Rembang – Selat
Madura – Sub-Cekungan Lombok

Gambar 6.1 Tiga struktur utama cekungan Jawa Timur (Satyana, 2005)

Basement cekungan yang terdapat di Jawa Tmur dikontrol oleh struktur dengan tren NE-SW yang
dijumpai di Paparan Utara dan tren W-E yang terdapat di cekungan bagian selatan. Subduksi yang
terjadi di kawasan Jawa Timur mengakibatkan terangkatnya beberapa bagian menjadi tinggian
yang kemudian tererosi, pengangkatan terjadi pada Oligosen. Tinggian tersebut kemudian tererosi.
Perode selanjutnya adalah periode dimana terakumulasinya karbonat hingga Miosen Awal. Lalu
periode selanjutnya adalah periode tektonik kompresi (hingga sekarang). Sesar-sesar normal yang
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

membentuk tinggian dan rendahan teraktifkan kembali sehingga menghasilkan struktur-struktur
inverted.
Berikut beberapa zona yang terdapat pada kawasan Jawa Timur:
Keadaan Tektonik kawasan Jawa Timur pada sekarang jika didasarkan dengan data gaya berat,
seismik, foto udara, citra landsat serta pengamaatan lapangan (singkapan). Berdasarkan pola
strukturnya salah satu dengan melihat Jalur Kendeng yang merupakan bentuk anticlinorium
dengan orientasi Barat-Timur dan terutama melibatkan batuan seddimen laut dengan ukuran
panjang kurang lebih 250 km dan lebar rata-rata 2 km. Ke arah timur anticlinorium ini menunjam
kebawah dataran alluvial dan Selat Madura. Polanya berupa lipatan-lipatan asimetris dan disertai
sesar-sesar yang rumit didalamnya (melalui penafsiran seismik).

Zona lainnya berupa Depresi Randublatung yang secara struktural merupakan suatu bentuk
negative yang diisi mayoritas oleh endapan aluvial yang hanay sedikit tersentuh aktifitas
deformasi. Pada zona ini terdapat beberapa antklin 2 diantaranya yaitu Ngimbang dan Pegat,
lipatan tersebut merupakan lipatan lebar, landau dan tidak begitu kompleks berbeda dengan Zona
Kendeng

Zona Rembang sama seperti Zona Kendeng yaitu berupa antklinorium dengan lebar 80 km. pola
strukturnya berupa lipatan-lipatan yang intensif dengan bentuk asimeteri dan sempit. Sayap yang
curam mengarah ke utara namun pada daerah di pertengahannya curam ke arah selatan. Masip
Muria yang berada di sebelah baratnya merupakan bentuk gunung api yang menyendiri (tidak
berada pada busur gunung api yang ada di Pulau Jawa) dan mengandung kandungan mineral leusit.

Pegunungan Selatan Jawa Timur sebenarnya bukan daerah yang menerus, tapi diselingi oleh
dataran-dataran rendah seperti Dataran Lumajang. Pegunungan Selatan ini umumnya terdiri dari :
lava bantal dengan sisipan breksi polimik, endapan turbidit yang terdiri dari pasir tufaan, pasir,
tufa dan batugamping dengan matrik tufa.

Adjat Sudrajat serta Untung dkk (1975) telah menyusun suatu peta struktur Jawa - Timur dari
hasil penafsiran citra Landsat dan gayaberat. Dalam peta tersebut Nampak bahwasanya
Pegunungan Selatan Jawa-Timur terpotong-potong oleh pola kelurusan yang menyerupai huruf
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

“V”. Pola tersebut diduga merupakan pencerminan dari pola sesar bongkah. Dengan demikian,
maka dataran Lumajang diatas dapat ditafsirkan sebagai suatu struktur amblesan atau “graben”.
Berdasarkan data sesar dan gayaberat tersebut, maka Pegunungan Selatan Jawa-Timur dapat
dibagi menjadi beberapa bentuk “tinggian”dan “depresi”.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

8. Ofiolit tersingkap dengan baik dan penyebarannya cukup luas di pengunungan meratus
(Kalimantan), jelaskan proses terbentuknya dan ali tempat dari ofiolit tersebut ditinjau dari
model tektonik lempeng!

Gambar 8.1 Seri Ofiolit

Ofiolit merupakan penggalan kerak samudera dan lapisan mantel atas di bawahnya yang telah
terangkat atau terpindahkan dan tersingkap di bagian tepi kerak benua.

Pegunungan Meratus terdiri dari sekuen ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal dan terletak di
wilayah yang terletak cukup jauh dari zona konvergensi. Pegungan Meratus mulai terangkat pada
Miosen Akhir. Pada Miosen Awal terjadi perbedaan masa jenis antara kerak benua Paternosfer
(densitas ringan) dengan kerak samudera (Densitas lebih berat), kerak benua mengalami break-
off. kerak benua Paternoster yang sempat menunjam menjadi terangkat (ekshumasi) oleh tektonik
gaya berat akibat perbedaan densitas segmen – segmen kerak yang pernah mengalami benturan
dan astenosfer sekelilingnya. Tektonik gaya berat ekshumasi berupa pengangkatan kembali kerak
benua ini turut mengangkat detached oceanic slab ofiolit Meratus yang hanya menumpang secara
pasif (obducted) di atas keraj benua Paternoster. Demikian, terangkatlah Pegunungan Meratus,
seluruhnya melalui tektonik gayaberat ekshumasi akibat perbedaan massa jenis.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

Gambar 8.2 Penampang melintang NW – SE (A) Oligocen –Miocen Tengah, and (B) Miocene
Tengah - Resen (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).




9. Jelaskan secara singkat mengapa daearah Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah salah satu
tempat sangat penting buat para ahli kebumian?

Karangsambung adalah laboratorium geologi yang kompleks. Memiliki kondisi geomorfologi


berupa perbukitan struktural yag disebut dengan mélange. Mélange merupakan batuan yang
berasal akibat adanya interaksi antara dua lempeng yang konvergen. Melange terbentuk dari
campuran batuan beku dan batuan sedimen. Di Karangsambung sendiri, mélange nya disebut
sebagai mélange Lok Ulo. Batuan asal tersebut tercampur diperkirakan pada zaman Kapur
Akhir-Paleogen. Karangsambung merupakan daerah yang terangkat akibat aktifitas subduksi
yang terjadi pada selatan Jawa Barat hingga ke Meratus. Subduksi tersebut terjadi antara
pecahan lempeng yang berasal dari selatan (Gondwana) dengan mikrokontinen Sundaland yang
merupakan bagian dari Eurasia. Subduksi pada umumnya akan menghasilkan prisma akresi, hal
ini juga terjadi pada Subduksi diatas. Komplek mélange yang terdapat di Karangsambung terdiri
dari batuan asal Sedimen Pelagik dan batuan beku basalt dan juga batuan metamorf yang
kemudian tercampur akibat aktifitas tektonik.

Terdapat dua periode subduksi yang berkaitan dengan Karangsambung, yang pertama subduksi
yang terjadi pada zaman Kapur-Paleosen, dan subduksi breikutnya adalah subduksi yang terjadi
akibat pertemuan Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.
UTS GEOLOGI INDONESIA/ANDRIKA GINTING/12016071

Karena proses pembentukan yang begitu kompleks, menjadikan Karangsambung sebagai


tempat yang baik untuk dilakukan penelitian untuk mempelajari proses-proses geologi yang
terjadi. Bukti-bukti (struktur, petrologi, geomorfologi dll.) kejadian/proses tersebut juga masih
terekam dengan baik di Karangsambung.

Anda mungkin juga menyukai