Anda di halaman 1dari 24

Student Centered Learning Dalam Pembelajaran Mata Kuliah

"Metodologi Penelitian Komunikasi"


Subhan Afifi dan Sigit Tripambudi

Abstrak
Paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran yang berpusat pada guru/ dosen
menjadi pembelajaran yang berpusat pada pembelajar/mahasiswa/siswa. Untuk mengembangkan
pembelajaran inovatif pada semester genap TA 2005/2006 diterapkan metode Student Centered
Learning pada matakuliah MPK II di junasan ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta.
Persoalan yang ingin dijawab melalui aktivitas ini adalah :Bagaimanakah hasil pembelajaran dan
pencapaian kompetensimahasiswa pada matakuliah Metodologi Penelitian Komunikasi II di
jurusan Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta bila menggunakan metode Student Centered
Learning. Setelah diterapkan selama 1 semester Student Centered Learning terbukti memberikan
hasil pembelajaran yang memuaskan. Dari sisi nilai akhir jumlah mahasiswa yang meraih nilai A
dan B sangat besar (45,39% dan 40,78%). Jumlah mahasiswa yang meraih nilai C dan D sangat
kecil (4,96 % dan 8,87%). Dari sisi kualitas proposal penelitian dan laporan penelitian mahasiswa,
secara kualitatif juga mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berbagai topik penelitian yang relatif baru dan menarik dihasilkan oleh mahasiswa. Selain itu dari
evaluasi yang diberikan oleh mahasiswa, sebagian besar mahasiswa memberikan penilaian yang
positip terhadap berbagai aspek pembelajaran SCL yang telah dilaksanakan, dan mendukung
penerapannya di Jurusan Ilmu Komunikasi UPNVY. Penerapan Metode Student Centered
Learning dapat meningkatkan pencapaian kompetisi mahasiswa dan memberikan berbagai dampak
yang positip terhadap mahasiswa, berupa peningkatan beberapa aspek dalam pembelajaran
mahasiswa, yaitu : Motivasi dalam belajar, Keaktifan, Kepercayaan Diri, Penguasaan Materi dan
Keterampilan.

Kata Kunci : Student Centered Learning, metodologi penelitian komunikasi, kualitatif

16 Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Subhan Afifi, Sigit Tripambudi

A. Latar Belakang pengetahuan yang bebas tersebut. Kuliah bukan


Paradigma pembelajaran telah bergeser hanya temu kelas. Kuliah menjadi ajang untuk
dari pembelajaran yang berpusat pada penguatan (reinforcement) pemahaman
guru/dosen menjadi pembelajaran yang berpusat mahasiswa terhadap materi pengetahuan sebgai
pada pembelajar/mahasiswa/ siswa. hasil kegiatan belajar mandiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Fenomena tersebut juga terjadi pada
tidak cukup bisa diantisipasi dan diikuti bila pembelajaran matakuliah Metodologi Penelitian
dosen menjadi satu-satunya sumber dalam Komunikasi (MPK II). Mata kuliah diberikan
pembelaran. Rendahnya kualitas lulusan pada semester genap untuk mahasiswa semester
perguruan tinggi yang menjadi keluhan banyak VI. Mata kuliah ini berisi tentang Metodologi
kalangan juga menjadi alasan mengapa penelitian Komunikasi yang bersifat kualitatif.
pembelajaran berpusat pada dosen harus segera Peserta mata kuliah ini diharuskan telah
ditinggalkan. Paradigma pembelajaran mengikuti matakuliah prasyarat seperti Teori
seharusnya lebih interaktif dan atraktif, fokusnya Komunikasi dan MPK I (Kuantitatif)-
tidak lagi hanya pada apa yang dipelajari tetapi Saat ini mata kuliah MPK II masih
juga pada bagaimana pengetahuan diperoleh. menggunakan metode Konvensional dengan
Pembelajaan harus bermakna bagi peserta didik. paradigma Teacher Centered Learning. Dosen
Pembelajar bertanggungjawab dan memegang berceramah tentang materi perkuliahan,
kendali penuh pada proses pembelajarannya. mahasiswa lebih banyak bersifat pasif.
Dalam TCL dosen mendominasi subjek belajar Masalah-masalah yang muncul pada
dan diberikan sepenuhnya pada pembelajar. model pembelajaran seperti itu adalah
Dalam SCL dosen dan mahasiswa sama bersifat 1. Pencapaian kompetensi mahasiswa rendah.
aktif terhadap subjek. Pembelajaran yang sejati Hal ini terlihat dari kualitas proposal
didasarkan pada penemuan individu melalui penelitan yang dihasilkan.
arahan, bukan sekedar transfer pengetahuan. 2. Efektivitas pembelajaran masih rendah
Pembelajaran di jurusan Ilmu tercermin dari nilai yang diraih mahasiswa.
Komunikasi FISIP UPN "Veteran" Yogyakarta 3. Mahasiswa masih kesulitan dalam
secara umum masih menggunakan pendekatan menerima materi mata kuliah.
Teacher Centered Learning. Dosen mengajar, 4. Wawasan mahasiswa terbatas pada materi
memberikan catatan kuliah, mahasiswa hanya yang diberikan dosen, mahasiswa belum
datang, duduk, mencatat, mungkin sedikit tergerak untuk aktif mencari sumber
bertanya, dan nanti akhirnya catatan itu diujikan. belajar lain diluar apa yang diajarkan
Kuliah dan dosen merupakan sumber dosen di kelas.
pengetahuan yang utama. Mahasiswa, menurut Kompetensi yang diharapkan pada mata kuliah
Suwardjono (2005), merasa lebih nyaman ini adalah mahasiswa mampu mendeskrpsikan
menjadi "mesin dengarkopi/ audicopy machine). konsep-konsep penelitian kualitatif, mampu
Seharusnya, menurut Suwarjono, kuliah menyusun rencana penelitian, mampu
diredifinisi sehingga ilmu, pengetahuan dan melakukan penelitian dan membuat laporan
keterampilan merupakan barang bebas. penelitian dengan kaidah-kaidah penulisan
Mahasiswa dan dosen mempunyai kedudukan publikasi ilmiah yang benar.
yang sama dalam akses terhadap pengetahuan. Untuk mengatasi persoalan- persoalan
Kuliah pun dapat diartikan sebagai forum untuk tersebut, dicoba metode pembelajaran yang
mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dan inovatif dengan metode Student Centered
pemahaman dosen terhadap Learning. Penerapan meode tersebut diharapkan
dapat meningkatan kualitas hasil pembelajaran
matakuliah MPK II di jurusan ilmu Komunikasi
UPN "Veteran" Yogyakarta. Dalam aktivitas

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
ini, persoalan yang ingin dijawab adalah : dengan dunia nyata. Aktivitas pemaknaan dan
Bagaimanakah hasil pembelajaran dan pemahaman realitas dengan berbagai cara yang
pencapaian kompetensi mahasiswa pada berbeda, juga dapat diartikan sebagai
matakuliah Metodologi Penelitian Komunikasi pembelajaran. Padaakhimya pembelajaran
II di jurusan Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" merupakan kegiatan pemaknaan dunia nyata
Yogyakarta bila menggunakan metode Student secara menyeluruh dengan cara menginterpretasi
Centered Learning. Hal-hal yang akan dicapai kembali pengetahuan yang telah diperolehnya.
dari kegiatan Teaching Grant ini dan manfaat Pembelajaran, dalam beberapa
yang akan diperoleh. perspektif di atas mempersyaratkan keaktifan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah pembelajarnya. Dalam konteks perguruan tinggi,
Syarat pembelajaran secara efektif, adalah :
1. Meningkatkan pencapaian kompetensi Mahasiswa bertanggung jawab atas aktivitas
mata kuliah MPK II. belajarnya, Mahasiswa bersifat kooperatif,
2. Meningkatkan efektivitas proses kolaboratif, dan suportif, Mahasiswa
pembelajaran. mempertanggungjawabkan perolehan
Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah : pembelajarannya, dan kelas bersuasana
1. Dapat menjadi salah satu model student-centered. Pembelajaran secara aktif
pembelajaran inovatif di lingkungan UPN diharapkan dapat membawa dampak sebagai
"Veteran" Yogyakarta. berikut:
2. Dapat membawa dampak (outcome) positip ■ Mahasiswa mampu mengembangkan
berupa peningkatan IPK mahasiswa, ketrampilan berpikir secara kritis
mempercepat kelulusan dan meningkatkan ■ Mahasiswa mampu mengembangkan sistem
kualitas lulusan. dukungan sosial untuk pembelajaran
■ Mahasiswa mampu mengenali gaya
B. KONSEP PENGEMBANGAN DAN belajarnya yang paling efektif
TINJAUAN TEORITIK ■ Mahasiswa memiliki ketrampilan sebagai
Model pembelajaran diartikan sebagai life-long learner
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur ■ Pembelajaran secara aktif: sikap mahasiswa,
yang sistematis dalam mengorganisasikan atau riietoda pengajaran yang dapat
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajr "memaksa" mahasiswa untuk bersikap dan
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman agi para berperilaku aktif
perancang pembelajaran dan para pengajar Sayangnya, pembelajaran dengan
dalam merencanakan dan melaksanakan konsep seperti di atas semakin sulit ditemui
aktivitas pembelajaran (Winataputra: 2001:3). dalam praktek pendidikan di perguruan tinggi.
Pembelajaran, memiliki banyak makna. Menurut Hal ini terlihat dari lebih banyak digunakannya
Saljo (1979) seperti dikutip Suwarjodono paradigma Teacher Centered Learning (TCL)
(2005), pembelajaran adalah peningkatan dalam pembelajaran di Perguman tinggi.
pengetahuan secara kuantitatif dengan cara TCL memposisikan dosen sebagai
mencari dan menemukan informasi atau sumber belajar satu-satunya. Paradigma ini
"mengetahui lebih banyak". Selain itu menganggap bahwa sejumlah besar informasi
pembelajaran merupakan aktivitas mengingat, dapat diberikan dalam waktu yang singkat .
menyimpan, dan mereproduksi informasi. Pengajar sepenuhnya mengendalikan organisasi,
Pembelajaran juga berarti memperoleh fakta, bahan ajar, dan irama pembelajaran. Perkuliahan
ketrampilan dan metoda yang dapat disimpan dianggap sebagai mimbar utama bagi pengajar
dan digunakan bilamana diperlukan. dengan kualifikasi expert (dosen sumber ilmu).
Pembelajaran dapat juga dilihat sebagai abstraksi Kuliah juga dapat diberikan kepada sejumlah
makna dengan cara mencari keterkaitan besar pembelajar , dan dapat diberlakukan
antarbagian dari suatu subyek dan keterkaitan metode assessment yang mudah dan cepat.
hubungan antara subyek (atau bagiannya) Tentu saja model pembelajaran seperti

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
menyebabkan Pengetahuan dikendalikan satu arah, sehingga suasananya tidak kondusif
sepenuhnya oleh pengajar, tidak ada partisipasi bagi terciptanya proses berfikir kritis (critical
dari pembelajar. Komunikasi yang terjadi dalam thinking). Model pembelajaran ini bagi sebagian
kelas lebih banyak bersifat satu arah dan tidak besar mahasiswa bukan merupakan cara
merangsang mahasiswa untuk mengemukakan pembelajaran yang optimal. Dalam perkuliahan
pendapatnya. Pembelajaran seperti itu juga tidak dengan model TCL dosen menjadi sumber
menimbulkan suasana yang kondusif untuk utama pembelajaran, sehingga terjadi beberapa
critical thinking dan mendorong terjadinya miskonsepsi tentang dosen diantaranya : ♦
pembelajaran secara pasif. Suasana pun menjadi Dosen sumber pengetahuan utama Dosen
tidak optimal untuk pembelajaran secara aktif mengetahui segalanya Dosen diharapkan
dan mandiri Perkuliahan dalam pembelajaran menjadi pengunyah buah apel, mahasiswa
TCL menurut Suwarjono (2005) ditandai oleh tinggal menelannya.
beberapa kecenderungan : Mahasiswa Dosen yang baik adalah dosen yang
membawa serta kebiasaaiv belajar praperguruan mengajarnya sistematis, rinci. mudah dicatat,
tinggi, Makna kuliah diperoleh mahasiswa dan menghasilkan catatan rapi yang ternyata
karena pengalaman dalam mengikuti kuliah, isinya sama persis dengan buku teks yang tidak
Kuliah (temu kelas) merupakan satu-satunya pernah dibaca mahasiswa
sumber pengetahuan, dan dosen merupakan Dosen yang dianggap jelas dalam mengajar
dewa pengetahuan. Seringkali dalam setiap ternyata dosen yang hanya memberi materi
perkuliahan mahasiswa bersikap = D3C minus cerdas tangkas bukan yang menuntut
B (Datang, Duduk, Dengar, Catat dan Minus berpikir/bernalar. Kritik terhadap hasil
Berfikir). Kuliah pun menjadi proses pembelajaran di perguruan tinggi yang kurang
dengarkopi (pembebalan), sehingga terjadi krisis optimal menyebabkan terjadinya perubahan
penalaran dan pada akhirnya sarjana yang paradigma dari teacher-centered "instruction
diproduksi perguruan tinggi adalah "sarjana paradigm" ke student-centered "learning
diktat, fotokopi, transparansi, PowerPoint". paradigm". Paradigma pembelajaran melibatkan
Secara lebih lugas, Harsono (2005) penciptaan lingkungan dan pengalaman yang
menyebutkan beberapa ciri TCL yanga dapat memungkinkan para mahasiswa mencari,
kita temui dalam praktek perkuliahan di menemukan, dan mengkonstruksi pengetahuan.
perguruan tinggi, yaitu : Paradigma pembelajaran begeser dari
1. Sejumlah besar informasi dapat diberikan behaviorism ke constructivism.
dalam waktu yang singkat Konstruktivisme merupakan salah satu
2. Pengajar sepenuhnya mengendalikan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
organisasi, materi dan waktu sepenuhnya. bahwa pengetahuan kita merupakan hasil
3. Menyediakan forum bagi pakar untuk konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan
mengutarakan pengalamannya. Merupakan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif
mimbar utama bagi pengajar dengan dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian
kualifikasi expert (dosen sumber ilmu). aktivitas seseorang (Pannen,dkk:2000:13).
4. Apabila kuliah diberikan dengan baik maka Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja
dapat menimbulkan inspirasi dan stimulasi dari otak seorang dosen kepada otak mahasiswa.
bagi para mahasiswa. Mahasiswa sendirilah yang harus mengartikan
5. Kuliah dapat diberikan kepada sejumlah apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan
besar pembelajar terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau
6. Dapat diberlakukan metode assessment yang konstruksi yang telah mereka bangun/'miliki
mudah dan cepat sebelumnya. Konstruktivisme menekankan
Filosofi pembelajaran yang berdasar posisi pembelajar sebagai penemu sekaligus
pada behaviorism tersebut menempatkan pelaku aktif dalam trasfonnasi informasi. Tugas
pengajar sebagai pengendali pengetahuan pengajar adalah melibatkan serta mengaktifkan
sepenuhnya. Komunikasi yang terjadi bersifat

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
pikiran para pesertanya dengan konsep yang Dalam pembalajaran yang berpusat pada
kuat dan bermanfaat. mahasiswa, dosen diharapkan menjadi fasilitator
Konstruktivisme inilah yang mendasari dalam pembelajaran {facilitator of learning)
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada bukan lagi menjadi instruktur pengetahuan
mahasiswa (Student Centered Learning!SCL). {instructor of knowledge) yang mendominasi
Pendekatan ini secara tegas merupakan lawan dan menjadi sumber acuan satu-satunya dalam
dari pembelajaran yang berpusat pada pembelajaran.
guru/dosen (Teacher Centered learning!TCL). Fasilitator adalah orang yang membantu
Pembelajaran dengan model SCL orang lain dalam proses pembelajaran sehingga
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: orang dibantu dapat meningkatkan pengetahuan,
1. Mengaktifkan para mahasiswa dalam proses sikap, dan keteranipilan. Fasilitator berfungsi
pembelajaran sebagai : mediator, komunikator, dinamisator/
2. Mendorong para mahasiswa untuk animator, dan agen perubahan dalam
menguasai pengetahuan pembelajaran {agent of change). Dalam hal ini
3. Mengenalkan hubungan antara pengetahuan fasilator menyediakan suatu proses,
dengan dunia nyata (analitis, sintesis, bertanggungjawab terhadap berlangsung- nya
artikulasi) komunikasi yang baik dan bukan penentu
4. Mendorong terjadinya pembelajaran secara keputusan. Jika dosen telah berfungsi sebagai
aktif dan berpikir secara kritis fasilitator, maka ia akan membantu
5. Mengenalkan berbagai macam gaya belajar mahasiswanya utuk menemukan dan
6. Memperhatikan kebutuhan dan latar mengarahkan potensi, memberikan stimulasi
belakang pembelajar dan tidak mengarahkan. Mahasiswa akan diajak
7. Memberi kesempatan untuk pemberlakuan untuk berfikir kritis, identifikasi masalah dan
berbagai macam strategi assessment menemukan solusi baru. Mahasiswa dalam
Dosen pun mengalami pergeseran pembelajaran SCL merupakan komponen utama
peran dalam SCL. Dalam SCL, dosen di dalam kelas Mahasiswa merupakan fokus,
ditempatkan sebagai fasilitator, sehingga dan pengajar beralih fungsi sebagai fasilitator
seharusnya,ditempatkan dengan konsep- konsep bagi pembelajar dalam diskusi kelompok kecil.
sebagai berikut: Dosen dan catatan kuliah bukan Mahasiswa bukan lagi obyek pembelajaran
sumber pengetahuan utama, Dosen bukan dewa tetapi. Mahasiswa sebagai "partners" dengan
pengetahuan dan tukang sulap, Dosen pengajar di dalam pendidikan. SCL. dipusatkan
mempunyai kearifan (wisdom) lebih dari apa pada kebutuhan dan aktivitas individual
yang termuat dalam materi cetakan, Dosen harus mahasiswa. Tutor dan kelas mendukung usaha
dipandang sebagai manajer kelas (director; mahasiswa, bukan lagi sebagai pusat perhatian
facilitator, motivator, dan evaluator) proses dan pusat pembelajaran. SCL biasanya
belajar bukan penghibur (entertainer), Dosen memerlukan perhatian khusus untuk tersedianya
tidak diharapkan menjadi "pengunyah buah sumber- sumber belajar sehingga mahasiswa
apel", mahasiswa tinggal menelannya. dapat memanfaatkannya di luar kelas.
Walaupun demikian, model SCL merupakan aktivitas yang di
pembelajaran ini memiliki konsekwensi yang dalamnya mahasiswa bekerja secara individual
tidak sederhana, seperti membutuhkan lebih maupun kelompok untuk mengeksplorasi
banyak waktu dan tenaga (serta tentu saja biaya). masalah, mencari pengetahuan secara aktif dan
Mahasiswa dalam kelas besar sulit untuk diajak bukannya penerima pengetahuan secara pasif.
belajar dengan model ini, dan belum tentu Bila pengajar sebagai gatekeeper informasi,
efektif untuk seluruh kurikulum. Mahasiswa maka mahasiswa mengkonstruksi
yang telah terbiasa dengan sistem konvensional pembelajarannya dengan cara mencari informasi
juga dapat menolak sis Jem pembelajaran seperti yang dibutuhkan secara aktif.Pengajar beralih
ini. fungsi sebagai guides on the sides: membantu
mahasiswa untuk mengakses, mengorganisasi,

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
dan mentrasfer infonnasi untuk memperoleh membaca materi dan mengerjakan latihan/soai
jawaban atas permasalahan di kehidupan yang sebelum suatu topik didiskusikan dalam kelas.
nyata/ profesinya.Pengajar menjadi pembimbing SCL, dengan demikian, mempersyaratkan
dan mentor, membantu mahasiswa untuk kemampuan membaca dan memahami materi
mengakses, menginterpretasikan, dari buku. Belajar menjadi kegiatan mandiri
mengorganisasikan, dan mentransfer bagi mahasiswa. Pengetahuan menjadi barang
pengetahuan untuk memecahkan masalah yang bebas. Kuliah juga menjadi forum untuk
sesungguhnya; sementara itu mahasiswa menguatkan pemahaman terhadap pengetahuan
memperoleh tambahan keahlian bukan hanya yang bebas bukan ajang dengarkopi.
dari materi yang dipelajarinya rnelainkan juga Perkuliahan tidak lagi diisi dengan kegiatan
dari pengalaman pembelajaran. yang mahasiswa mampu mengerjakan sendiri di
Para mahasiswa bukan hanya luar kelas
memperoleh tambahan informasi; mereka juga Metode pembelajaran dengan
belajar tentang bagaimana caranya belajar secara pendekatan SCL yang menempatkan dosen
efektif melalui pencarian dan penemuan sebagai fasilitator dan mahasiswa sebagai
pengetahuan yang baru serta pemecahan pembelajar aktif diyakini dapat meningkatkan
masalah. Mahasiswa dapat mengakses kompetensi. Kompetensi merupakan
informasi/pengetahuan dari berbagai sumber, seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
baik dari dosen/pengajar, kehidupan nyata jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
termasuk keluarga/ komunitas, dan untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
sumber-sumber lainnya. melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
Kedudukan Mahasiswa dan dosen tidak lagi tertentu.
menjadi sangat hirarkhis, tetapi menjadi partner SCL dapat dijalankan dengan berbagai
yang bersama-sama mengakses bentuk metode, diantaranya adalah :
informasi/pengetahuan. Gambaran tentang Individualistic learning, Co-operative
proses SCL dapat dicermati pada gambar l e a r n i n g , C o l l a b o r a t i v e
berikut ini : learning,Competitive learning, Active learning,
Self-directed learning, Autonomous learning,
Project based learning, Case based learning.
Adult learning dan Problem based learning
(PBL).
Adapun metode yang akan
dikembangkan dalam Mata Kuliah ini adalah :
1. Pembelajaran Kooperatif {Cooperative
Learning).
Dalam Metode ini, mahasiswa belajar dari
dan dengan mahasiswa lain. Mereka belajar
bersama untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Dosen membagi otoritas dengan
mahasiswa. Mahasiswa juga
Dalam pembelajaran SCL, Temu Kelas
bertanggungjawab terhadap
(perkuliahan) berfungsi sebagai Forum untuk
pembelajarannya. Hubungan dosen-
mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa
mahasiswa bersifat kolaboratif. Setiap
terhadap pemahaman dosen akan pengetahuan
mahasiswa diharapkan memberikan
yang bebas. Kuliah juga menjadi kegiatan untuk
kontribusinya dalam pembelajarannya.
penguatan pemahaman mahasiswa terhadap
Dalam metode ini sangat dimungkinkan
Materi pengetahuan yang didapatkan oleh
munculnya mahasiswa yang memiliki
mahasiswa sebagai hasil kegiatan mandiri. Hal
kepemimpinan (leadership) yang kuat. untuk
ini terlihat ketika misalnya ketika mahasiswa

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
menyelesaikan masalah dalam 1. Cooperative Learning (Pembelaran
kelompoknya. Kooperatif)
2. Pembelajaran Kolaboratif {Collaborative Beberapa sesi pada mata kuliah ini akan
Learning) dirancang dengan metode pembelajaran
Metode pembelajaran ini menempatkan kooperatif. Pada metode ini mahasiswa
mahasiswa secara bersama dalam suatu belajar dari dan dengan teman- temannya.
kelompok untuk mengeksplorasi suatu Mahasiswa belajar bersama untuk mencapai
persoalan atau membuat sebuah proyek yang suatu tujuan belajar tertentu. Dosen dalam
bermakna. Metode pembelajaran ini hal ini membagi otoritas dengan para
merupakan proses aktif. Mahasiswa mahasiswa. Mahasiswa
mengasimilasi informasi dan bertanggungjawab atas hasil
menghubungkannya dengan pengetahuan pembelajaran yang dicapai.
baru melalui kerangka acuan pengetahuan 2. Collaborative Learning (Pembelajaran
sebelumnya. Pembelajaran memerlaukan Kolaboratif).
suatu tantangan yang akan membuka Beberapa sesi mata kuliah ini akan
wawasan para mahasiswa untuk secara aktif menggunakan metode pembelajaran
berinteraksi dengan temannya. Para kolaboratif. Pembelajaran merupakan
mahasiswa akan mendapatkan keuntungan proses aktif. Mahasiswa mengasimilasi
lebih jika saling berbagi pandangan yang informasi dan menghubungkannya dengan
berbeda dengan teman-temannya. pengetahuan baru melalui kerangka acuan
3. Pembelajaran Kompetitif {Competitive pengetahuan sebelumnya. Pembelajaran
Learning) memerlukan suatu tantangan yang akan
Metode ini dijalankan dengan memfasilitasi membuka wawasan para mahasiswa untuk
mahasiswa agar saling berkompetisi dengan secara aktif berinteraksi dengan temannya.
temannya untuk mencapai hasil terbaik. Para mahasiswa akan mendapatkan
Kompetisi dapat dilakukan secara individual keuntungan lebih jika saling berbagi
maupun kelompok. pandangan yang berbeda dengan temannya.
4. Pembelajaran berdasarkan kasus {Case based 3. Competitive Learning (Pembelajaran
learning) Kompetitif).
Mahasiswa difasilitasi untuk menguasai Beberapa sesi mata kuliah ini juga akan
konsep dan menerapkan konsep tersebut menggunakan metode pembelajaran
dalam praktek nyata. Mahasiswa diharapkan kompetitif. Metode ini dijalankan dengan
tidak sekedar menganalisis kasus memfasilitasi mahasiswa agar saling
berdasarkan "common sense" tetapi dapat berkompetisi dengan temannya untuk
menggunakan bekal praknowledge dan mencapai hasil terbaik. Kompetisi dapat
berargumentasi terhadap analisisi suatu dilakukan secara individual maupun
kasus. kelompok.
4. Case Based Learning (Pembelajaran
berdasarkan Kasus)
C. METODE PENGEMBANGAN Pada sesi yang berkaitan dengan praktek
DAN SISTEM PEMBELAJARAN penelitian, akan digunakan pembelajaran
Metode pengembangan yang digunakan berdasarkan kasus. Mahasiswa difasilitasi
dalam peningkatan pencapaian kompetensi untuk menguasai konsep dan menerapkan
matakuliah MPK II adalah dengan konsep tersebut dalam praktek nyata.
menggunakan metode Student Centered Mahasiswa diharapkan tidak sekedar
Learning. Metode ini menekankan pada peran menganalisis kasus berdasarkan "common
aktiv mahasiswa sebagai pembelajar. Ada sense" tetapi dapat menggunakan bekal
beberapa metode yang akan digunakan secara praknowledge dan materi yang dipelajari.
kombinasi pada mata kuliah ini, yiatu: Mahasiswa juga difasilitasi untuk

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
berkomunikasi dan berargumentasi Kuliah dengan metode baru yaitu : Student
terhadap analisis suatu kasus. Centered Learning, karena pada masa
Adapaun indikator yang digunakan untuk sebelumnya lebih banyak menggunakan
mengukur keberhasilan metode ini adalah Teacher Centered Learning.
sebagai berikut: Mata kuliah ini menfokuskan perhatian
1. Motivasi pada konsep penelitian kualitatif di bidang Ilmu
a. Jumlah kehadiran meningkat Komunikasi dan penjelasan ringkas pada
b. Media pembelajaran lebih mudah beberapa contoh pendekatan penelitian yang
dipahami. dapat digunakan. Mahasiswa diharapkan
c. Jumlah mahasiswa yang aktif dalam memahami pendekatan-pendekatan inetode
pembelajaran meningkat. penelitian kualitatif dan menerapkannya pada
2. Kepercayaan diri sebuah rancangan penelitian, melaksanakan
a. Jumlah mahasiswa yang menjawab penelitian serta menuliskan laporan penelitian
pertanyaan meningkat. dalam bentuk publikasi ilmiah.
b. Jumlah mahasiswa yang Setelah mengikuti perkuliahan Metode
mengemukakan pendapat tentang suatu Penelitian Komunikasi II ini, mahasiswa
masaiah meningkat. diharapkan memiliki kompetensi sebagai
3. Kebanggaan diri berikut:
a. Jumlah mahasiswa yang dapat 1. Mampu mendiskripsikan konsep dasar dan
menjawab pertanyaan dengan benar paradigma penelitian kualitatif
meningkat. 2. Mampu mendiskripsikan contoh- contoh
b. Jumlah mahasiswa yang pendekatan metode penelitian kualitatif
mengumpulkan tugas dengan benar dan dalam disiplin Ilmu Komunikasi yang
tepat waktu meningkat. dapat digunakan
4. Penguasaan materi 3. Mampu membuat rancangan penelitian
a. Jumlah mahasiswa yang mendapat kualitatif dalam disiplin Ilmu Komunikasi
nilai A dan B meningkta, C menurun, 4. Mampu melaksanakan penelitian kualitatif
dan tidak ada yang mendapat nilai D dan 5. Mampu membuat laporan penelitian dan
E. publikasi ilmiah hasil penelitian
b. Jumlah mahasiswa yang mengulang
mata kuliah ini menurun. ' Adapun urutan materi kuliah yang diberikan
5. Keterampilan adalah :
a. Kemampuan mahasiswa membuat 1. 1. Pengantar tentang Ilmu pengetahuan, teori
konsep penelitian, melalukan penelitian dan penelitian
dan menulis publikasi ilmiah meningkat. 2. Konsep Dasar Paradigma Penelitian Ilmu
Komunikasi
D. STRATEGI DAN HASIL 3. Prinsip-Prinsip Penelitian Kualitatif
PELAKSANAAN 4. Metode Studi Kasus, dan Etnografi/
A. Strategi Pelaksanaan Sosiolinguistik
Sebelum implementasi Teaching Grant 5. Metode Semiotika dan Analisis Wacana
ini, langkah persiapan yang dilakukan adalah 6. Metode Riset Kebijakan
pengembangan analisis instruksional Mata 7. Melaksanakan Penelitian
kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi II. 8. Menulis Laporan penelitian dan publikasi
Analisis instruksional yang dimaksud adalah ilmiah.
evaluasi terhadap pelaksanaan mata kuliah
yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan urutan tersebut, dapat
Berdasarkan analisis data dan diskusi diamati bahwa untuk mencapai kompetensi
dengan rekan-rekan dosen jurusan dalam mata kuliah ini didisain materi yang
dirumuskanlah analisis instruksional Mata berurutan'hirakhis, mulai dari Pengantar tentang

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
Ilmu pengetahuan, teori dan penelitian, Konsep kelas A (Setiap Rabu jam 07.30-, 10.00) B
Dasar Paradigma Penelitian Ilmu Komunikasi, (Setiap Selasa, jam 12.30-15.00), dan C (Setiap
dan Prinsip- Prinsip Penelitian Kualitatif. Rabu jam 10.00-12.30). Para peserta mata kuliah
Setelah mahasiswa memahami konsep dasar ini sebelumnya telah mengambil mata kuliah
tersebut, materi akan diarahkan pada hal yang Metodologi Penelitian Komunikasi I
lebih teknis operasional berupa berbagai jenis (Kuantitatif), dan Mata Kuliah Teori
penelitian kualitatif yang banyak dipakai dalam Komunikasi, serta mata kuliah penunjang
penelitian ilmu komunikasi, yaitu : Studi Kasus, lainnya. Kondisi mahasiswa yang seperti ini
Etnografi, Semiotika dan Anaiisis Wacana. diharapkan telah mengusai dasar-dasar
Materi ini dapat dikuasai mahasiswa secara penelitian komunikasi dengan dukungan teori
paralel, tanpa harus berurutan secara hirarkhis. komunikasi yang memadai.
Jika metode-metode tersebut telah dikuasai, Pada tahap awal mahasiswa diberikan
harapannya mahasiswa dapat menguasai metode pemahaman tentang Rencana Perkuliahan dan
penelitian pada tingkatan berikutnya, yaitu : konsep Student Centered Learning yang akan
Analisis Kebijakan (policy research). Jika dipakai dalam perkuliahan ini. Sebagian besar
seluruh metode telah dikuasai, terlihat dari mahasiswa belum mengetahui tentang konsep
kemampuan mahasiswa dalam menyusun ini. Ketika diajak mengenali konsep-konsep
proposal penelitian dengan menggunakan pembelajaran, mereka hanya mengenal apa yang
metode- metode tersebut, selanjutnya selama ini mereka jalani yaitu : Teacher
mahasiswa diajak untuk melaksanakan Centered Learning. Mereka tidak mengenal
penelitian. Penelitian dilakukan secara istilahnya, tetapi memahami apa maksudnya.
sederhana, tujuannya hanya mengenalkan Para mahasiswa menceritakan bagaimana
bagaimana melakukan penelitian yang metode belajar mereka selama ini. Mereka
sesungguhnya. Setelah itu, mahasiswa diajak mengakui lebih banyak pasif dalam perkuliahan.
untuk menyusun laporan penelitian dan Datang, duduk, dengar dan mencatat apa yang
menuliskannya dalam bentuk publikasi ilmiah. diberikan dosen mereka lakukan setiap kali
Jika seluruh kompetensi mata kuliah ini perkuliahan. Sesampai di rumah pun, mahasiswa
dikuasai, dalam jangka pendek mahasiswa tidak mengakui jarang mengeksplorasi lebihjauh apa
akan mengalami kesulitan ketika melakukan yang didapatkan, kecuali bila ada tugas, itupun
penelitian untuk skripsi. Dalam jangka panjang, sebatas pada mengerjakan perintah dari dosen
mahasiswa dapat mengembangkan keahliannya pada tugas tersebut. Keinginan mahasiswa untuk
untuk menjadi peneliti atau ilmuwan bidang belajar dan mengetahui lebih banyak tidak
komunikasi. muncul setelah perkuliahan. Untuk menghadapi
Pembelajaran Mata Kuliah Metodologi ujian, mahasiswa juga mengaku hanya
Penelitian Komunikasi II yang menggunakan mengandalkan catatan yang diberikan oleh
Pendekatan Pembelajaran berpusat pada dosen, karena biasanya dosen memberikan soal
Mahasiswa (Student Centered Learning) berdasarkan catatan tersebut. Mahasiswa
dilaksanakan dalam 3 tahapan, yaitu : mengaku sering mendapatkan nilai A atau B
♦ Tahap 1 (Pertemuan I-III), menggunakan tetapi tidak mengetahui banyak materi pada
Metode Cooperative Learning suatu mata kuliah.
♦ Tahap 2 (Pertemuan IV-IX) menggunakan Setelah mendapatkan penjelasan
Metode Colaborative dan Competitive mengenai konsep SCL, mahasiswa mengaku
Learning. tertarik untuk mengikuti dan termotivasi karena
♦ Tahap 3 (Pertemuan X-XIV) menggunakan menganggap sebagai metode baru dalam
Metode Case Based Learning pembelajaran. Sebagai panduan dalam belajar,
mahasiswa diberikan bahan ajar yang telah
B. Hasil Pelaksanaan disusun oleh dosen pengampu. Bahan Ajar
Mata Kuliah Metodologi Penelitian tersebut bukan satu-satunya sumber belajar,
Komunikasi II dibagi menjadi 3 kelas, yaitu tetapi hanya semacam pemicu bagi mahasiswa

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
untuk mengeksplorasi sumber belajar lain Cooperative telah menggugah semangat belajar
seluas-luasnya. mahasiswa untuk mengetahui lebih lanjut.
Pertemuan pertama diisi dengan Pertemuan kedua yang membahas Ilmu
pembahasan RP/SAP, pengenalan konsep SCL, pengetahuan, Teori dan Penelitian, juga
pengantar Metode Penelitian Komunikasi. Pada dilaksanakan dengan model Cooperative
pertemuan pertama juga dibentuk kelompok learning. Pada pertemuan ini kompetensi yang
yang terdiri 5-7 orang. Kelompok-kelompok diharapkan adalah : Mahasiswa dapat
tersebut berlaku secara permanen selama 1 menjelaskan hubungan antara ilmu pengetahuan
semester. Kelompok dibentuk sendiri oleh dan penelitian, dan Mahasiswa dapat
mahasiswa, dengan alasan mereka akan lebih menjelaskan hubungan antara teori dan
mudah bekerjasama dengan teman yang telah penelitian. Seperti yang dilaksanakan pada
lebih dulu kenal dan akrab. pertemuan pertama, mahasiswa belajar secara
Pada pertemuan pertama dilaksanakan Cooperative dari dan dengan teman-temannya.
pembelajaran dengan model Cooperative Dosen hanya memberikan pengantar di awal,
learning. Di awal perkuliahan, dosen dan memberikan penyimpulan tentang Ilmu
memberikan penjelasan tentang Rencana Pengetahuan, Teori dan Penelitian. Hingga
Pembelajaran (RP) secara keseluruhan dan pertemuan ketiga yang membahas Paradigma
Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Setelah itu, positivist , interpretif / konstruktivist dan kritis,
dosen memberikan pengantar tentang Metode model pembelajaran yang digunakan masih
Penelitian Komunikasi, dengan membahas bersifat cooperative. Kompetensi yang
konsep tentang Ilmu Pengetahuan, Teori dan diharapkan adalah : Mahasiswa dapat
Penelitian. menjelaskan paradigma penelitian ilmu
Setelah itu mahasiswa diminta untuk komunikasi (sosial), Mahasiswa dapat
belajar kelompok (team study) dengan membedakan paradigma positivist , interpretif /
mendiskusikan lembar keija yang diberikan. konstruktivist dan kritis, dan Mahasiswa dapat
Pada tahap ini, mahasiswa belajar dari dan memilih teori sesuai dengan paradigma yang
dengan teman-temannya. Mahasiswa belajar digunakan dalam penelitian. Materi mulai dari
bersama untuk mencapai suatu tujuan belajar pertemuan I hingga III masih bersifat teoritis dan
tertentu. Dosen dalam hal ini membagi otoritas konseptual sehingga model cooperarative
dengan para mahasiswa. Mahasiswa dianggap sesuai. Berdasarkan observasi yang
bertanggungjawab atas hasil pembelajaran yang dilakukan mahasiswa dapat memahami konsep
dicapai. Berdasarkan oberservasi yang tentang penelitian, paradigma dan teori justeru
dilakukan mahasiswa dapat berdiskusi dengan dari diskusi.
baik dengan dipandu salah seorang dari mereka Pada pertemuan IV hingga IX,
yang menjadi pemimpin kelompok. Dosen digunakan metode Collaborative dan
memberikan masukan, arahan, bila mahasiswa Competitive learning. Pada model ini
mengalami kebuntuan dalam diskusi. pembelajaran merupakan proses aktif.
Setelah itu mahasiswa diminta untuk Mahasiswa mengasimilasi informasi dan
mempresentasikan hasil kerja mereka secara menghubungkannya dengan pengetahuan baru
singkat. Dosen dan mahasiswa dari kelompok melalui kerangka acuan pengetahuan
lain memberikan ma<?».ikan dan sanggahan sebelumnya. Pembelajaran memerlukan suatu
bila perlu. Pada kesempatan akhir, dosen tantangan yang akan membuka wawasan para
memberikan kesimpulan tentang materi yang mahasiswa untuk secara aktif berinteraksi
diberikan, dan memberikan pengakuan dengan temannya. Para mahasiswa akan
(recognition) atas hasil kerja kelompok dengan mendapatkan keuntungan lebih jika saling
predikat tertentu seperti : Super Team, Great berbagi pandangan yang berbeda dengan
Team, Good Team dsb. Berdasarkan temannya. Pada pertemuan IV hingga VIII
pemantauan, pembelajaran dengan model materi sudah mulai difokuskan pada hal-hal
yang lebih teknis secara metodologis. Mulai dari

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
prinsip- prinsip penelitian kualitatif, Studi 4. Mahasiswa mampu menjelaskan
Kasus, Etnografi, Semiologi, Analisis Wacana prinsip-prinsip etnografi komunikasi dan
hingga Riset Kebijakan. Pada setiap sesi sosiolinguistik
mahasiswa juga diarahkan untuk berkompetisi 5. Mahasiswa dapat merancang penelitian
satu dengan yang lain dengan model etnografi komunikasi dan sosiolinguistik
Competitive Learning. Metode ini dijalankan 6. Mahasiswa mampu menjelaskan
dengan memfasilitasi mahasiswa agar saling prinsip-prinsip semiologi komunikasi
berkompetisi dengan temannya untuk mencapai 7. Mahasiswa dapat merancang penelitian
hasil terbaik. Kompetisi dapat dilakukan secara semiologi komunikasi
individual maupun kelompok. Urut-urutan 8. Mahasiswa mampu menjelaskan
kegiatan pembelajarannya pada tahapan ini prinsip-prinsip analisis wacana
adalah : 9. Mahasiswa dapat merancang penelitian
analisis wacana
1. Dosen menjelaskan topik yang akan dipelajari 10. Mahasiswa mampu menjelaskan
dan mengapa perlu dipelajari. prinsip-prinsip riset kebijakar.
2. Mahsiswa dibagi dalam kelompok- 11. Mahasiswa dapat merancang penelitian
kelompok. Dosen memberikan lembar riset kebijakan.
kasus yang terkait dengan topik yang Pada pertemuan ke X hingga XIV,
dipelajari. Dosenmeminta mahasiswa mahasiswa diajak untuk melaksanakan
membacakan masing-masing kasus yang penelitian kualitatif dengan model Case based
telah diberikan dan mengerjakan tugas learning. Pada tahap ini mahasiswa diajak untuk
yang terkait dengan persepsi dan solusi menerapkan konsep yang telah dikuasai pada
terhadap kasus. Dosen meminta tataran praktis dengan bentuk mengerjakan
mahasiswa mendiskusikan hasil proyek penelitian. Pada model penelitian ini
pekeijaannya dalam kelompok kecil Mahasiswa difasilitasi untuk menguasai konsep
masing-masing. Dosen meminta dan menerapkan konsep tersebut dalam praktek
masing-masing kelompok kecil nyata. Mahasiswa diharapkan tidak sekedar
mendiskusikan kesepakatan kelompok. menganalisis kasus berdasarkan "common
3. Setiap kelompok mempresentasikan hasil sense" tetapi dapat menggunakan bekal
diskusi kelompoknya praknowledge dan materi yang dipelajari.
4. Dosen memberikan kesimpulan akhir Mahasiswa juga difasilitasi untuk
Kompetensi yang diharapkan dalam berkomunikasi dan berargumentasi terhadap
pembelajaran model Colaborative tersebut analisis suatu kasus. Urutan kegiatan
adalah mahasiswa mampu menjelaskan pembelajaran yang dilaksanakan dalam setiap
prinsip-prinsip penelitian dengan suatu metode pertemuan dengan menggunakan metode Case
tertentu, dan mampu membuat rancangan Based Learning adalah :
penelitian dengan metode tersebut. Secara lebih 1. Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran
rinci, kompetensi yang ingin dicapai adalah dan metode yang akan digunakan.
pada pertemuan IV hingga IX adalah : 2. Mahsiswa dibagi dalam kelompok-
1. Mahasiswa dapat menjelaskan kelompok. Dosen memberikan lembar
prinsip-prinsip penelitian kualitatif dari kasus yang terkait dengan topik penelitian
pemilihan topik hingga analisa hasil yang dipilih oleh mahasiswa. Dosen
penelitian meminta mahasiswa memecahkan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kasus-kasus tersebut berupa melakukan
prinsip-prinsip penelitian studi kasus penelitian dari salah satu masalah
3. Mahasiswa mampu membuat rancangan komunikasi dengan menggunakan metode
penelitian studi kasus yang telah dipelajari. Mahasiswa
mengerjakan tugas yang terkait dengan
persepsi dan solusi terhadap kasus. Dosen

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
meminta masing-masing kelompok
mendiskusikan hasil pekerjaan mereka.
3. Setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya
4. Dosen memberikan kesimpulan akhir
Selama 4 minggu mahasiswa berlatih
untuk melaksanakan penelitian. Setiap
minggunya, mahasiswa dan kelompoknya harus
memberikan laporan kemajuan {progress report)
penelitiannya dalam bentuk presentasi.
Masing-masing kelompok mempresentasikan
laporan kemajuannya, dan kelompok lain serta
dosen memberikan masukan/perbaikan.
Kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh
mahasiswa pada pertemuan ke-X hingga XIV
adalah :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan
contoh-contoh penelitian kualitatif
dalam disiplin
2. Mahasiswa dapat menganalisa contoh-
contoh penelitian kualitatif dalam disiplin
3. Mahasiswa mampu melaksanakan
penelitian kualitatif dalam disiplin Ilmu
Komunikasi dengan salah satu metode yang
telah diajarkan (Studi kasus,
Etnografi/sosiolinguistik, Semiotika,
analisis Wacana, dan Riset Kebijakan).
4. Mahasiswa mampu membuat laporan
penelitian dalam bentuk tulisan/artikel
untuk publikasi ilmiah.
Kompetisi tersebut relatif bisa
tercapai, hal ini dapat dilihat dari nilai hasil kerja
kelompok, nilai akhir mahasiswa, dan kualitas
hasil penelitian yang dihasilkan dan bentuk
laporan penelitian/publikasi ilmiah.
Untuk pertemuan X-IV tidak
sepenuhnya dapat dilaksanakan di kelas karena
gempa yang melanda Yogyakarta menyebabkan
perkuliahan dihentikan. Walaupun demikian,
penelitian ke lapangan tetap dilakukan oleh
mahasiswa secara berkelompok dan
mendiskusikannya dengan dosen di luar kelas.
Pelaksanaan penelitian ini terus dilaksanakan
oleh mahasiswa hingga jadwal ujian akhir. Pada
saat ujian akhir mahasiswa mengumpulkan tugas
akhir berupa laporan hasil penelitian (tugas
kelompok) dan proposal penelitian (tugas
individu).

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning _____________________ Subhan Afifi, Sigit Tripambudi
Hasil Evaluasi pelaksanaan setiap sebagian judul proposal penelitian
tahapan dan akumuluasi seluruh kegiatan yang dihasilkan mahasiswa dalam mata kuliah
pembelajaran ini dapat menjawab rumusan ini :
masalah dalam kegiatan ini. Rumusan 1. Pola-Pola Komunikasi Dokter dan Pasien
masalahnya adalah : "Bagaimanakah hasil di Rumah Sakit Jiwa Pakem Yogyakarta.
pembelajaran dan pencapaian kompetensi 2. Prasangka Sosial dalam Komunikasi Lintas
mahasiswa pada matakuliah Metodologi Etnis (Studi pada Suku Dayak dan
Penelitian Komunikasi II di jurusan Ilmu Madura).
Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta bila 3. Analisis Wacana Program Infotainment di
menggunakan metode Student Centered Televisi
Learning." 4. Makna Religiusitas dalam Lagu Remaja
Hasil nilai akhir, sebagai akumulasi (Analisis Semiotika lagu Remaja Penode
dari seluruh evaluasi dalam semua kegiatan 2005-2006)
pembelajaran, dapat dicermati pada tabel 5. Evaluasi Kebebasan Pers di Indonesia
berikut ini : (Analisis Kebijakan terhadap Undang-
Undang Pers No.40 tahun 1999
Tabel 1 Nilai Akhir
Judul-judul proposal tersebut secara
Nilai Jumlah Mhs % kualitatif sangat menarik dan layak untuk
dilanjutkan menjadi penelitian skripsi.
A 128 45,39
Memperhatikan kualitas proposal yang
B 115 40,78 dihasilkan mahasiswa, maka dapat disebutkan
bahwa SCL telah memicu mahasiswa untuk
C 14 4,96 menguasai konsep dasar penelitian, menggali
D 25 8,87 permasalahan penelitian yang menarik,
membuat proposal penelitian yang berkualitas,
Jumlah 282 100 dan pada akhirnya mampu melaksanakan
penelitian tersebut. Dengan demikian,
kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah ini
tercapai melalui metode SCL.
Berdasarkan tabel tersebut, dapat
Untuk menilai hasil pembelajaran dan
disimpulkan bahwa hasil pembelajaran model
capaian kompetensi, perlu juga dicermati hasil
SCL pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian
penilaian mahasiswa terhadap proses
Komunikasi II sangat jelas. Jumlah mahasiswa
pembelajaran. Sebenarnya pada akhir
yang meraih nilai A dan B sangat besar (45,39%
perkuliahan akan dibagikan kuesioner untuk
dan 40,78%). Jumlah mahasiswa yang meraih
mengukur indeks kepuasan mahasiswa dan
nilai C dan D sangat kecil (4,96 % dan 8,87%).
penilaian mahasiswa terhadap pelaksanaan mata
Mahasiswa yang mendapat nilai D adalah
kuliah ini. Tetapi karena kuliah dihentikan
mahasiswa yang tidak mengikuti Mid Test atau
karena ada bencana gempa di Yogyakarta, maka
tidak mengumpulkan tugas akhir. Nilai E adalah
kuesioner diberikan setelah ujian akhir. Evaluasi
mereka yang dianggap mengundurkan diri
dilakukan dengan memberikan
(absen kosong, sama sekali tidak ada nilai yang
masuk), sehingga nilai E dianggap tidak ada.
Kualitas proposal penelitian dan
laporan penelitian mahasiswa, secara kualitatif
juga mengalami peningkatan bila dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Berbagai topik
penelitian yang relatif baru dan menarik
dihasilkan oleh mahasiswa. Berikut ini adalah

28 Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
kuesioner kepada mahasiswa secara random ajang untuk mengkonfirmasi pengetahuan dan
sampling (N= 100). Berikut ini adalah hasil berdiskusi, baik dengan dosen maupun dengan
evaluasi mahasiswa terhadap beberapa aspek teman-temannya. Tugas-tugas yang diberikan
dalam pelaksanaan pembelajaran : dalam bentuk lembar kerja yang harus
diselesaikan setiap minggunya, memaksa
1. Rencana Pembelajaran mahasiswa untuk terus belajar, sehingga merasa
Aspek penting yang menentukan semua topik dalam mata kuliah ini pemah
proses pembelajaran adalah Rencana dipelajarinya. Pengalaman belajar mahasiswa
Pembelajaran. 70 % mahasiswa mengaku jelas didapatkan dalam bentuk yang bervariasi mulai
dengan Rencana Pembelajaran Mata Kuliah, dari mendengar pengantar dari dosen,
sisanya, 30 % menganggap kurang jelas. mengeksplorasi sumber belajar, berdiskusi, dan
Rencana Pembelajaran dan Satuan Acara presentasi tentang suatu topik. Pembuatan
Perkuliahan Mata Kuliah ini disusun laporan dan Pelaksanaan penelitian juga menjadi
berdasarkan Analisis Instruksional dan evaluasi pengalaman belajar yang sangat bermakna bagi
terhadap pembelajaran MPK II pada tahun-tahun mahasiswa. Semua hal tersebut menjadi alasan
sebelumnya. Rencana Pembelajaran termasuk logis mengapa mahasiswa menilai bahwa
Metode Student Centered Learning yang rencana pembelajaran telah terlaksana dengan
digunakan telah dijelaskan oleh dosen kepada baik. Walaupun demikian, terdapat 30 %
para mahasiswa di awal perkuliahan. Dalam mahasiswa yang menilai sedikit yang terlaksana
setiap pertemuan, sebelum diskusi dilaksanakan, dengan baik. Perkuliahan yang dihentikan
dosen juga selalu memberikan gambaran tentang sebelum waktunya karena gempa yang
materi yang akan dipelajari, mengapa perlu menggoncang menyebabkan sebagian
dipelajari dan metode yang akan digunakan. Hal mahasiswa menilai, belum seluruh rencana
ini menyebabkan mahasiswa merasakan bahwa pembelajaran dilaksanakan. Data lengkapnya
rencana pembelajaran mata kuliah jelas. Data dapat dicermati pada tabel berikut ini:
lengkapnya dapat dicermati pada tabel berikut
ini :
Tabel2
Kejelasan Rencana Pembelajaran N=100
mereka bahkan menilai hampir semua terlaksana
dengan baik. Metode SCL sangat memberikan
kebebasan kepada mahasiswa untuk belajar
mandiri dan menjadikan perkuliahan sebagai

Penilaian Frekuensi %
Mahasiswa
tidak jelas 0 0
kurang jelas 30 30
jelas 70 70
sangat jelas 0 0

2. Realisasi Rencana Pembelajaran


Jika Rencana dinilai jelas, bagaimana
dengan implementasinya ? Realisasi dari
Rencana Pembelajaran yang telah dijelaskan
di awal perkuliahan dinilai banyak terlaksana
dengan baik oleh 50 % peserta mata kuliah ini.
20 % dari

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
Tabel3
Pelaksanaan Rencana Pembelajaran N=100 an SCL dalam perkuliahan dapat
Penilaian Frekuensi % dicermati pada tabel berikut ini:
Mahasiswa
Tabel 4
sangat sedikit yang 0 0
Banyaknya Bentuk Pelaksanaan SCL dalam
terlaksana dengan baik
Perkuliahan N=100
(<25%)
Penilaian Frekuensi %
sedikit yang terlaksana 30 30
Mahasiswa
dengan baik
sangat sedikit (< 0 0
(>25%-50%)
50 50 25%)
banyak yang terlaksana
sedikit (25%-50%) 10 10
dengan baik
(>50%-75%) banyak (>50%- 70 70
hampir semua 20 20 75%)
terlaksana dengan baik sangat banyak 20 20
(>75%) (>75%)

3. Bentuk Pelaksanaan SCL dalam 4. Materi yang diserap mahasiswa


Perkuliahan Materi yang diserap mahasiswa dalam
Bentuk yang paling banyak digunakan setiap pembelajaran menjadi indikator penting
dalam pembelajaran dengan model SCL adalah kesuksesan proses pembelajaran. Walaupun
diskusi kelompok. Mahasiswa melakukan daya serap mahasiswa terhadap materi diukur
aktivitas pembelajaran di dalam kelompok dari kemampuan mahasiswa dalam tes/ujian,
dengan berdiskusi untuk memecahkan berbagai tetapi mahasiswa dapat juga memberikan
kasus ataupun memahami sebuah konsep atau penilaian tentang materi yang berhasil
teori. Selain itu mahasiswa juga diminta diserapnya, menurut persepsi mahasiswa
melakukan presentasi, dan studi mandiri dengan sendiri. Datanya dapat dicermati pada tabel
cara mengeksplorasi berbagai sumber belajar. berikut ni :
Aktivitas-aktivitas tersebut dilaksanakan secara Tabel5
konsisten dari awal hingga akhir perkuliahan Materi yang diserap mahasiswa N=100
dalam satu semester. Fakta tersebut tampak dari
penilaian mahasiswa yang menganggap bentuk Penilaian Frekuensi %
pelaksanaan SCL dalam perkuliahan sudah Mahasiswa
banyak (70%), bahkan ada yang menilai sangat Sangat sedikit (<20%) 0 0
banyak (20%). Hanya saja, dari masukan
mahasiswa diperoleh gambaran bahwa Sedikit (20%-40%) 20 20
walaupun mereka tidak ada masalah Banyak (>40%- 60%) 70 70
model-model SCL yang dikembangkan, tetap
saja membutuhkan peran dosen yang lebih besar Hampir seluruhnya 10 10
lagi. Berikut ini, penilaian seorang mahasiswa (>60%)
tentang peran dosen dalam SCL : "Metode ini Tabei tersebut menggambarkan
bagus. Namun karena masih baru bagi tingkat penerimaan mahasiswa terhadap materi
mahasiswa, diharapkan Dosen Subhan Afifi, cukup tinggi. Pengakuan mahasiswa yang
Sigit Tripambudi
menyatakan mampu menyerap >40 %- 60%,
tidak "melepas" begitu saja mahasiswa dalam bahkan >60% (hampir seluruhnya) dari materi
mempelajari materi. Peran Dosen masih yang diajarkan dibuktikan juga dengan nilai
sebagai pemberi materi, namun keaktifan akhir mahasiswa yang cenderung A (45,39 %)
mahasiswa tetap besar". dan B (40,78%).
Nilai C, hanya 4,96 %, dan D sebesar 8,87 %.
Data lengkap tentang banyaknya
bentuk pelaksana

32 Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
5. Manfaat Tugas yang diberikan
Tugas biasanya dianggap keterbatas sarana pendukung, dosen
sebagai sesuatu yang sangat membebani berusaha untuk mencari tambahan melalui
mahasiswa. Dalam pelaksanaan SCL tugas media massa, atau menjadikan isu-isu hangat
justeru dipandang sebagai sesuatu yang banyak sebagai contoh kasus dalam penelitian
manfaatnya untuk menambah kemampuan komunikasi. Demikian juga dengan
sumber-sumber pembelajaran dari internet yang
diakses di luar kampus. Walaupun hasilnya
mahasiswa. Tabel 16 menunjukkan tak seorang belum memuaskan, karena 50 %
pun mahasiswa yang menganggap tugas tidak
banyak bermanfaat/menambah beban saja, atau
sedikit saja manfaatnya. Pemberian tugas secara mahasiswa menyatakan materi yang disajikan
kelompok dapat sebagai penyebab mahasiswa dalam mata kuliah ini kurang up to date.
memberikan penilaian yang positip terhadap Sebenarnya jumlahnya hampir sama dengan
tugas. Tugas dipecahkan secara bersama dan mahasiswa yang menyatakan "banyak" materi
cukup waktu.. Walaupun banyak tugas menjadi yang up to date (40%) dan "sangat banyak"
ringan karena dikerjakan bersama. Untuk materi yang up to date (10%). Hasil ini
mengantisipasi individu yang tidak aktif dalam menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang
pengerjaan tugas, biasanya dosen meminta ketua disajikan harus terus diperbaharui mengikuti
kelompok jika ada individu yang tidak aktif. perkembangan zaman, mengingat mahasiswa
Datanya tersaji dalam tabel berikut ini: juga saat ini memiliki yang sangat luas terhadap
Tabel 6 informasi. Hasilnya dapat diamati pada tabel
Manfaat Tugas yang diberikan berikut ini :
N=100 Tabel 7 Materi yang Up to Date N=100
Penilaian Frekuensi %
Penilaian Mahasiswa Frekuensi 0/ /a
Mahasiswa
tidak banyak 0 0
bemjanfaat/menambah Sangat kurang 0 0
beban saja. Kurang 50 50
sedikit menambah 0 0
Banyak 40 40
kemampuan
banyak menambah 90 90 sangat banyak 10 10
kemampuan
sangat banyak 10 10
menambah 7. Proses Penilaian
kemampuan Idialnya, dalam pelaksanaan aktivitas
pembelajaran proses penilaian diaksanakan
6. Materi Pembelajaran secara jelas dan akademis. Indikator penilaian
Kualitas pembelajaran salah satunya dijelaskan kepada para mahasiswa di awal
ditentukan oleh materi pembelajaran yang up to perkuliahan, dan dilakukan secara transparan.
date. Walaupun dosen sudah berusaha Setiap tugas, dan evaluasi, dikembalikan lagi
menyajikan materi- materi yang up to date, tetap kepada mahasiswa untuk kemudian dibahas dan
saja ada keterbatasan, mengingat fasilitas yang diperbaiki bila ada yang kurang sempurna.
tersedia di Perpustakaan misalnya, sangat Dalam pelaksanaan SCL ini, belum seluruh
terbatas. Buku-buku rujukan dan pendukung kondisi idial itu terwujud. Banyaknya jumlah
masih lebih banyak buku-buku klasik. mahasiswa dan hanya ada 2 orang dosen yang
Demikian dengan jurnal-jurnal terbaru sangat mengampu menyebabkan tidak semua tugas dan
terbatas. Fasilitas internetpun di kampus sering evaluasi bisa dikembalikan dan dibahas,
offline, sehingga dosen dan mahasiswa sehingga pada akhirnya ada mahasiswa yang
merasa proses penilaiannya kurang jelas dan
kesulitan untuk mengakses sumber
kurang akademis (mencapai 40%). Selain itu,
pembelajaran yang up to date. Untuk menyiasati
sebenarnya SCL mengharuskan dosen untuk
Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007
Student Centered Learning Frekuensi
Penilaian %
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
Mahasiswa
memantau perkembangan mahasiswa
menjadi sangat tidak 0 0
secara individual. Hal inipun sulit diwujudkan
seluruhnya. Walaupun demikian, dosen selalu berminat
berusaha untuk transparan dan menjelaskan menjadi kurang 10 10
indikator-indikator penilaian, sehingga jumlah berminat
mahasiswa yang menilai proses penilaian menjadi berminat dan 90 90
"sebagian jelas dan akademis" cukup tinggi semangat
(50%), bahkan ada juga yang menilai "hampir menjadi sangat 0 0
semuanya jelas dan akademis" (10%). berminat dan
bersemangat

Selengkapnya dapat diamati pada


tabel berikut ini :

Tabel 8 Proses Penilaian N=100


9. Minat dan Semangat Belajar Kelompok
Penilaian Frekuensi %
Pembelajaran SCL mengembang- kan
Mahasiswa
kemampuan mahasiswa dalam membangun
tidak jelas / tidak 0 0
team skills. Minat mahasiswa untuk bekerja
akademis
secara berkelompok menjadi tinggi. 60 %
kurang jelas / kurang 40 40
mahasiswa menyatakan berminat dan semangat
akademis untuk belajar kelompok karena SCL, bahkan 10
sebagian jelas dan 50 50
% menyatakan sangat berminat dan
akademis bersemangat. Hanya 30 % yang menyatakan
hampir semua jelas 10 10 kurang berminat. Hampir seluruh tugas yang
dan akademis diberikan dalam perkuliahan bersifat tugas
8. Minat dan Semangat Belajar Mahasiswa kelompok. Pengerjaan tugas biasanya didahului
SCL ternyata membawa dampalc dengan diskusi untuk menyamakan perspesi,
positip terhadap semangat belajar mahasiswa. membagi tugas untuk memecahkan masalah,
90 % menyatakan metode ini menjadtkan dan akhiraya kembali berdiskusi untuk
mereka menjadi berminat dan semangat dalam memutuskan kesepakatan kelompok. Model
belajar, termasuk mengeksplorasi lebih jauh pembelajaran seperti ini dirasakan mahasiswa
sumber-sumber belajar di luar kelas. Hal ini bisa sangat membantu. Walaupun demikian 30 %
dipahami karena, mau tidak mau, mahasiswa yang menyatakan kurang berminat, setelah
dipaksa untuk terus belajar, karena mereka dieksplorasi lebih jauh disebabkan oleh anggota
harus mengerjakan tugas secara berkelompok kelompok yang tidak kompak, atau bahkan
setiap minggunya. Selain itu, metode terlalu mendominasi. Salah seorang mahasiswa
competitive learning, menjadikan mahasiswa berkata : "Kelompoknya ga' kompak, membuat
berkompetisi untuk mencapai yang terbaik, baik BT (jenuh)". "Teman kurang bisa kerja sama
secara individual maupun kelompok. Dosen dan banyak bercanda, ujar mhasiswa lain.
akan memberikan pengakuan (recognition) "Teman-teman yang terkadang mendominasi",
terhadap individu atau kelompok yang kata yang lain lagi. Berbagai persoalan
mencapai prestasi terbaiknya. Hal ini semua kelompok tersebut, menjadi hambatan belajar
mendorong minat dan semangat belajar tersendiri bagi mahasiswa dalam kelompok.
mahasiswa. Datanya dapat dicermati pada tabel Semua itu telah coba diselesaikan dalam
berikut ini : kelompok dengan mengembangkan
keterbukaan, dan diskusi dengan dosen. Secara
Tabel9 umum, mahasiswa menyatakan menyukai
Pengaruh Metode SCL terhadap Minat dan belajar dan menyelesaikan masalah secara
Semangat Balajar N=100 berkelompok dalam SCI.. Datanya dapat
dicermati pada tabel berikut ini:
32 Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007
Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi

Tabel10
Pengaruh SCL terhadap belajar kelompok Secara lebih khusus, mahasiswa juga
N=100 merasa menjadi terampil dalam Metologi
Penilaian • Frekuensi % Penelitian Komunikasi. Keterampilan yang
Mahasiswa dilatihkan dalam mata kuliah ini adalah
menjadi sangat tidak 0 0 mahasiswa mampu menganalisis kasus,
berminat membuat proposal penelitian, melakukan
kurang berminat 30 30 penelitian dan menyusun laporan penelitian
serta menulis publikasi ilmiah. Berdasarkan
berminat dan semangat 60 60
tabel di atas jumlah mahasiswa yang merasa
kurang terampil, dan terampil (bahkan sangat
sangat berminat dan 10 10
terampil) hampir sepadan (Fifty : Fifty).
bersemangat
10. Kepercayaan Diri
Salah satu dampak positip dari
pembelajaran model SCL adalah meningkatnya
rasa percaya diri. 100 % mahasiswa menyatakan
menjadi percaya diri dengan mengikuti
pembelajaran model ini. Kepercayaan diri ini
muncul dari seringnya mahasiswa berlatih untuk

menyatakan pendapat dalam diskusi, baik dalam


kelompok, maupun diskusi kelas. Keterampilan
untuk menyatakan pendapat ini merupakan
salah satu penting dalam komunikasi, yang
hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Selain
itu mahasiswa juga merasa memberi kontribusi
kepada kelompok, dan menguasai materi secara
baik. Tabel berikut ini mengganibarkan
fenomena tersebut:

Tabel 11
Pengaruh SCL terhadap Kepercayaan Diri
N=100
Penilaian Frekuensi %
Mahasiswa
menjadi sangat 0 0
tidak percaya diri
menjadi kurang 0 0
percaya diri
menjadi percaya 100 100
diri
menjadi sangat 0 0
percaya diri

11. Keterampilan dalam MPK Kualitatif

Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


Student Centered Learning ____________________
Subhan Afifi, Sigit Tripambudi

Kategori mahasiswa seperti ini masih


Kenyataan ini ditunjukkan oleh kualitas cukup banyak jumlahnya, dan harus menjadi
proposal individu yang dikumpulkan pada saat
perhatian tersendiri bagi dosen. 50 % lain yang
ujian akhir, dan kualitas laporan penelitian
lain cukup menggembirakan karena merasa
secara kelompok. Bila dicermati, kualitas kcrja
SCL menarik (dan sangat menarik) bagi mereka
kelompok belum menjamin kerja individu.
sehingga relevan untuk diterapkan di
Berdasarkan pengamatan, dan penilaian pada
jurusan Ilmu Komunikasi. Datanya dapat tersaji
tugas akhir. mahasiswa yang cenderung tidak
dalam tabel berikut ini :
aktif dalam kelompok, memiliki nilai rendah
Tabel 13
pada tugas individu. Artinya, mahasiswa yang
Penilaian Mahasiswa terhadap metode SCL
kurang aktif dalam kelompoknya, menyatakan
secara keseluruhan N=100
SCL tidak terlalu banyak berpengaruh pada
keteranipilan mereka. Datanya dapat diamati
Penilaian Frekuensi %
pada tabel berikut ini : Mahasiswa
Sangat tidak menarik 0 0
label 12 dan tidak
Pengaruh SCL terhadap Keteranipilan dalam relevan untuk
MPIC Kualitatif N=100 diterapkan
Penilaian Frekuensi % kurang menarik dan 50 50
Mahasiswa kurang relevan untuk
menjadi sangat 0 0 diterapkan
tidak terampil menarik dan 40 40
menjadi kurang 50 50 relevan untuk
terampil diterapkan
menjadi terampil 40 40 sangat menarik dan 10 10
menjadi sangat 10 10 sangat relevan untuk
terampil diterapkan

Walaupun dinilai menarik, tetap saja


12. Penilaian terhadap Metode SCL
ada kekurangan, dan mengundang mahasiswa
Secara Keseluruhan
untuk memberi masukan. Berikut ini masukan
Sebagai sebuah metode yang relatif
beberapa mahasiswa : "Dalam mala kuliak ini
baru diterapkan di jurusan Umu Komunikasi,
tidak terlalu banyak kekurangan, hanya saja
SCL tetap dinilai secara pro dan kontra oleh
sebaiknya dosen lebih jeli terhadap aktivitas
mahasiswa, dan jumlahnya juga hampir sama
setiap mahasiswa yang ada pada setiap
50% menganggap "kurang menarik dan kurang
kelompok, selain itu dosen juga diharapkan
relevan untuk diterapkan", 40 % menganggap
mampu memberikan lebih banyak waktu untuk
"menarik dan relevan untuk diterapkan", dan 10
berdiskusi antara dosen dan mahasiswa itu
% menyatakan " sangat menarik dan sangat
sendiri."
relevan untuk diterapkan". Mahasiswa yang
Selain itu ada juga mahasiswa yang
terbiasa dengan kebiasaan lama dalam belajar
menyatakan:
(lebih mengandalkan apa yang didapatkan dari
Sebenarnya sudah oke!!! yah cum a penjelasan
dosen secara pasif) masuk dalam kategori yang
di waktu kuliah ditambah dari diberi buku
50 % tersebut.
panduan yang jelas!!!!!!!!!!! / like SLC

34 Jurnal Pembelajaran | No. 1 Vol. /. Desember 2007


Beborapa aspek yang dinilai mahasiswa ♦ Mahasiswa mampu menjadi pembelajar aktif.
dalam sebagai penghambat dalam pelaksanaan Metoda SCL telah meinaksa mahasiswa
SCI- ini. adalah : 1 fv!aten yang sangat banyak untuk bersikap dan berperilaku aktif. Belajar
2. Buku acuan di perpustakaan sedikit dalam kelompok, Banyaknya tugas yang
3. Kelas yang ramai diberikan, mau tidak mau, memicu
4. Dosen terlalu cepat mahasiswa untuk aktif.
5. Kurang contoh proposal Fungsi dosen juga diredifinisi dalam
6. Handout sulit dicerna pembelajaran MPK II. Dosen tidak lagi menjadi
7. Suasana kelas terlalu serius — seharusnya sumber belajar satu-satunya. Pengajar tiak lagi
komunikatif, santai tapi serius mengendalikan organisasi, bahan ajar, dan irama
8. Materinya yang dijelaskan terkadang tidak pembelajaran. Perkuliahan juga bukan dianggap
jelas, terlebih yang analisis kebijakan. sebagai mimbar utama bagi pengajar dengan
kualifikasi expert (dosen sumber ilmu). Dalam
C. Pembahasan MPK II, dosen berfungsi sebagai fasilitator.
Uraian pada hasil pelaksanaan Metode Dalam pembalajaran yang berpusat pada
Student Centered Learning dalam Mata Kuliah mahasiswa, dosen diharapkan menjadi fasilitator
Metodologi Penelitian Komunikasi II, dalam pembelajaran (facilitator of learning)
memberikan gambaran tentang bukan lagi menjadi instruktur pengetahuan
kelebihan-kelebihan metode ini. Mengutip {instructor of knowledge) yang mendominasi
konsep pembelajaran yang dikemukakan oleh dan menjadi sumber acuan satu-satunya dalam
Saljo (1979), seperti dikutip Suwarjodono pembelajaran.
(2005), bahwa pembelajaran adalah peningkatan Fasilitator adalah orang yang membantu
pengetahuan secara kuantitatif dengan cara orang lain dalam proses pembelajaran sehingga
mencari dan menemukan informasi atau orang dibantu dapat meningkatkan pengetahuan,
"mengetahui lebih banyak", maka apa yang sikap, dan keterampilan. Fasilitator berfungsi
diperoleh dalam pembelajaran SCL pada mata sebagai : mediator, komunilcator, dinamisator/
kuliah ini memperkuat konsep tersebut. animator, dan agen perubahan dalam
Pembelajaran model SCL memberikan pembelajaran (agent of change). Dalam hal ini
kesempatan mahasiswa untuk "mengetahui lebih fasilator menyediakan suaiu proses,
banyak" dan menjadi pembelajar yang aktif. bertanggungjawab terhadap
Hasil evaluasi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsungnya komunikasi yang baik dan
ini, menunjukkan beberapa kecenderungan bukan penentu keputusan. Jika dosen telah
positif, yaitu :
♦ Mahasiswa mampu mengembangkan
ketrampilan berpikir secara kritis. Hal ini
terlinat diskusi-diskusi yang berlangsung,
baik pada kelompok kecil, maupun diskusi
kelas. Sebuah konsep maupun fenomena
dalam penelitian komunikai kualitatif
dikritisi mahasiswa berbekal pengetahuan
yang diperoleh sebelumnya, maupun hasil
eksplorasi sumber belajar, dan hasil
"pelajaran" dari teman-temannya.
♦ Mahasiswa mampu mengembangkan sistem
dukungan sosial untuk pembelajaran. Hal ini
terlihat dari minai dan semangat mahasiswa
untuk belajar secara berkelompok. Realitas
sosial juga menjadi tempat pembelajaran
yang efektif bagi mahasiswa, misalnya ketika
mahasiswa terjun ke lapangan untuk
meiaksanakan penelitian.
Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi
Penelitian Komunikasi Kualitatif dibangun
berfungsi sebagai fasilitator, maka ia akan konstruksi kognitif mahasiswa melalui
membantu mahasisvvanya utuk menemukan serangkaian aktivitas pembelajaran yang
dan mengarahkan potensi, memberikan terencana, baik secara cooperative,
stimulasi dan tidak mengarahkan. Mahasiswa colaborative, competitive dan case based
akan diajak untuk berfikir kritis, identifikasi learning. Mahasiswa mencoba untuk
masalah dan menemukan solusi baru. memahami konsep-konsep dan teknik
Mahasiswa dalam pembelajaran SCL penelitian komunikasi dengan menyesuaikan
merupakan komponen utaina di dalam kelas pengalaman-pengalaman mereka atau
Mahasiswa merupakan fokus, dan pengajar konstruksi yang telah mereka bangun/miliki
beralih fungsi sebagai fasilitator bagi sebelumnya. Mahasiswa ditekankan untuk
pembelajar dalam diskusi kelompok kecil. menjadi pembelajar, penemu sekaligus pelaku
Mahasiswa bukan lagi obyek pembelajaran aktif dalam Metodologi Penelitian Komunikasi
tetapi. Mahasiswa sebagai "partners" dengan Kualitatif.
pengajar di dalam pendidikan. SCL dipusatkan Metode yang dikembangkan dalam
pada kebutuhan dan aktivitas individual Mata Kuliah ini (Pembelajaran Kooperatif,
mahasiswa. Tutor dan kelas mendukung usaha Pembelajaran Kolaboratif, Pembelajaran
mahasiswa, bukan lag? sebagai pusat perhatian Kompetitif, dan Pembelajaran berdasarkan
dan pusai pembelajaran. SCL biasanya kasus) terbukti memberikan hasil pembelajaran
inemerlukan perhatian khusus untuk yang optimal. Hal ini ditandai dengan beberapa
tersedianya sumber- sumber belajar sehingga indikator ketercapaian sebagai berikut:
mahasiswa dapat memanfaatkannya di luar 1. Motivasi Mahasiswa dalam belajar
kelas. meningkat. Hal ini ditandari dengan
Konsep tersebut dapat dirasakan dalam jumlah kehadiran rata-rata 80%. Bahan
implemenctasi SCL pada matakuliah MPK II. ajar yang tersedia juga dipakai oleh
Dosen memberikan penganlar di awal mahasiswa untuk mendukung
perkuliahan, selanjutnya pembelajaran pembelajaran. Media pembelajaran
diserahkan kepada mahasiswa. Dosen hanya disusun dengan bahasa yang mudah
"menemani" mahasiswa menemukan dipahami, dan didukung oleh ilustrasi dan
konsep-konsep, teori, dan berlatih contoh-contoh menarik. Selain itu jumlah
melaksanakan penelitian. Metode assesment mahasiswa yang aktif dalam pembelajaran
yang diterapkan juga berbeda dengan metode meningkat.
konvensional. Keaktifan mahasiswa dalam 2. Kepercayaan diri mahasiswa meningkat,
kelompoknya, bagaiman kerja tim dalam karena terbiasa untuk mengemukakan
kelompok, serta kualitas hasil kerja kelompok pendapat dan memiliki pengetahuan dan
menjadi bentuk- bentuk penilaian yang tidak keterampilan yang memadai. Dalam setiap
diabaikan, disamping prestasi individu. diskusi jumlah mahasiswa yang bertany,
Komunikasi yang terbangun juga bersifat dua menjawab pertanyaan semakin atau
arah dan dengan dukungan suasana yang mengemukakan pendapat tentang suatu
kondusif untuk critical thinking. masalah semakin banyak. Kebanggaan diri
Dalam setiap perkuliahan, mahasiswa mahasiswa juga meningkat, hal ini
tidak lagi bersikap = D3C minus B (Datang,
Duduk, Dengar, Catat dan Minus Berfikir).
Mau tidak mau mahasiswa harus "datang,
duduk, diskusi, dan terus berfikir". Model
pembelajaran seperti telah dipraktekkan dalam
MPK II sedikit banyak menjadi contoh dari
konstruktivisme dalam tataran praktis.
Pengetahuan mahasiswa tentang Metode

22
36 Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007
Student Centered Learning __________ __________ dan menarik dihasilkan oleh mahasiswa.
terlihat dari berhasi! dijawabnya Selain itu dari evaluasi yang diberikan oleh
pertanyacn-pcrtanyaan <.!■>? mi oleh mahasiswa, sebagian besar mahasiswa
dosen secara ' cnur, baik cal in diskusi memberikan penilaian yang positip
nuiapun pauu ujian. terhadap berbagai aspek pembelajaran
3. Penguasanr. materi mahasiswa meningkat. SCL yang telah dilaksanakan, dan
Jumlah mahasiswa yang meraih nilai A dan mendukung penerapannya di Jurusan Ilmu
B sangat besar (45,39% dan 40,78%). Komunikasi UPNVY.
Jumlah mahasiswa yang meraih nilai C dan 2. Penerapan Metode Student Centered
D sangat keci! (4,96 % dan 8,87%). Learning dapat meningkatkan pencapaian
Mahasiswa yang mendapat nilai D adalah kompetisi mahasiswa dan memberikan
mahasiswa yang tidak mengikuti Mid Test berbagai dampak yang positip terhadap
atau tidak mengumpulkan tugas akhir. mahasiswa, berupa peningkatan beberapa
Nilai E adalah mereka yang dianggap aspek dalam pembelajaran mahasiswa,
mengundurkan diri (absen kosong, sama yaitu : Motivasi dalam belajar, Keaktifan,
sekali tidak ada nilai yang masuk), Kepercayaan Diri, Penguasaan Materi dan
sehingga nilai E dianggap tidak ada. Keterampilan.
4. Keterampilan mahasiswa dalam
Metodologi Penelitian Komunikasi B. Saran
Kualitatif meningkat. Hal ini terlihat dari 1. Student Centered Learning layak dan sudah
kemampuan mahasiswa membuat konsep seharusnya diterapkan di UPN "Veteran"
penelitian, melalukan penelitian dan Yogyakarta, dengan syarat pendukung
menulis publikasi ilmiah meningkat. Tugas yang harus dipenuhi terlebih dahulu,
berupa proposal penelitian maupun laporan seperti : dukungan fasilitas dan koleksi
penelitian meningkat kualitasnya, dan siap buku-buku di perpustakaan, jaringan
untuk dijadikan sebagai proposal penelitian internet, dan ruangan yang layak dan
skripsi. Harapannya, waktu mengerjakan nyaman untuk diskusi kelompok.
skripsi dan masa studi mahasiswa dapat Keterbatasan fasiltas pendukung menjadi
diperpendek. hambatan belajar yang dikeluhkan
mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran
E. PENUTUP model Student Centered Learning.
A. Kesimpulan 2. Berbagai bentuk model-model
1. Pembelajaran Mata Kuliah Metodologi pembelajaran inovatif, sudah seharusnya
Penelitian Komunikasi II yang dikembangkan oleh dosen- dosen di
menggunakan Pendekatan Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya dan
Pembelajaran berpusat pada Mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta, melalui
(Student Centered Learning) terbukti berbagai penelitian. Universitas dan
memberikan hasil pembelajaran yang fakultas diharapkan memberikan
memuaskan. Dari sisi nilai akhir jumlah dukungan. dana bagi pengembangan
mahasiswa yang meraih nilai A dan B pembelajaran inovatif, melalui sistem
sangat besar (45,39% dan 40,78%). Jumlah kompetisi seperti yang dilakukan P3 AI
mahasiswa yang meraih nilai C dan D UPNVY.
sangat kecil (4,96 % dan 8,87%). Dari 3. Hasil implementasi teaching grant ini perlu
Subhan Afifi, Sigitjfiipambudi diteruskan keberlangsungannya,
sisi kualitas proposal penelitian dan tidak sebatas pada saat Teaching Grant. Hasil
laporan penelitian mahasiswa, secara yang didapatkan pada kegiatan ini diharapkan
kualitatif juga mengalami peningkatan bila dapat menjadi model bagi mata kuliah lain.
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berbagai topik penelitian yang relatif baru

Jurnal Pembelajaran | No. 1 Vol. I. Desember 2007 23


Student Centered Learning
Subhan Afifi, Sigit Tripctr.budi

DAFTAR PUSTAKA

Suwarjono, 2005, Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi : Redifinisi Makna Kuliah, UGM
Yogyakarta
Suwarjono, 2006, Student Centered Learning, Materi Workshop Pembelajaran Inovatif
UPN "Veteran" Yogyakarta Harsono, 2005, Konsep Dasar tentang Pembelajaran
Berpusat Mahasiswa (Student
Centered Learning), Pusat Pengembangan Pendidikan UGM, Yogyakarta Winataputra,
Udin S, 2001, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Buku 1.04 Pekerti,
PAU.P2AI, Dirjen Dikti Depdiknas, Jakarta Pannen, Paulina, 2001, Konsiruktivisme
dalam Pembelajaran, Buku 2.04, Applied
Approach, PAU-P2AI, Dirjen Dikti Depdiknas, Jakarta Sudarsono, FX,dkk, 2000,
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Konstruktivistik
melalui Metode Problem Based Learning, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP,UNY,
Yogyakarta.

Sumber dari internet :


On line Collaborative Learning in Higher Education, dalam :
http://clp.cqu.edu.au/introduction.htm
What is consttructivism?, dalam :
http:/hvww.thirteen.or5./edonline/concept2class/constructivism/indexsubl.html What
are cooperative and collaborative learning ? dalam :
http.VAwvw.thirteen.ors/edonline/concept2class/constmctivism/index sub2.html Active
Learning : Creating Exicitement in the Classroom, dalam : http://www.ntlf.eom/html/lib/bib/91
-9dis.htm

38 Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007


16 Jurnal Pembelajaran \ No. 1 Vol. I. Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai