Anda di halaman 1dari 4

RESUSITASI PADA PASIEN BAYI DAN ANAK

No. Dokumen: No. Revisi : 00 Halaman : 1/3


SPO/YANMED/054
Ditetapkan Direktur,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL

03 Januari 2017

dr. Jimmy Kurniawan, MKK


1. Cardiac Arrest (henti jantung) adalah suatu keadaan di mana
PENGERTIAN sirkulasi darah berhenti akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksi secara efektif yang secara klinis ditandai dengan tidak
adanya nadi dan tanda-tanda sirkulasi lainnya

TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan penanganan henti jantung pada


pasien bayi dan anak.
2. Melakukan usaha penyelamatan nyawa pasien
3. Mengatur agar pelaksanaan tindakan penyelamatan jiwa dapat
terkoordinasi dengan baik

KEBIJAKAN 1. Pelayanan penanganan henti jantung (Resusitasi) adalah pelayanan


yang dilakukan sebagai upaya life saving dalam kondisi pasien
tiba-tiba kolaps, henti napas (respiatory arrest) maupun henti
jantung (cardiac arrest).
2. Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Algoritme henti jantung (American Academy of Pediatrics &
American Heart Association, Tahun 2011)

PROSEDUR 1. Dokter atau Perawat segera menilai respon pasien dengan cara
menepuk-nepuk, menggoyangkan pasien sambil berteriak
memanggil pasien, jika pasien ditemukan dalam kondisi tidak
sadar. Apabila respon tidak ada, tidak bernapas, atau bernapas tidak
normal (gasping), maka pasien dianggap mengalami cardiac arrest.
2. Perawat segera meminta pertolongan untuk mengaktifkan sistem
emergensi di Ext 8111. Apabila terjadi di luar UGD, NICU dalam
rumah sakit, dilakukan prosedur Code Blue.
3. Dokter atau Perawat megecek nadi karotis pada batas antara trakea
dan otot samping leher pada anak dan nadi brachialis/femoralis
pada bayi tidak lebih dari 10 detik . Apabila nadi teraba dengan
jelas, perawat memberikan ventilasi sekali setiap 3 detik pada
bayi, cek ulang nadi setelah 2 menit. Apabila nadi tidak teraba,
dokter atau perawat segera memulai kompresi dada berkualitas
tinggi.
Letak kompresi dada
- Anak: Letakkan tumit satu tangan pada setengah
bawahsternum, hindarkan jari-jari pada tulang iga anak,
menekan sternum sedalam 5 cm ( 2 inchi) dengan kecepatan
minimal 100 kali/menit
- Bayi : Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah
sternum lebar 1 jari dibawah garis intermammri, menekan
sternum sedalam 4 cm ( 1,5 inches) tanpa melepas jari dari
sternum, kecepatan minimal 100 kali/menit
Selama dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), Perawat yang lain
melakukan :
a. Memasang monitor pulse oximetry
RESUSITASI PADA BAYI DAN ANAK

No. Dokumen: No. Revisi : 00 Halaman :2/3


SPO/YANMED/054
b. Menyiapkan defibrilator
c. Mengambil trolley emergency
d. Memasang IV line
e. Membantu Dokter pada waktu melakukan intubasi Melakukan read
back instruksi Dokter, melakukan pemberian obat-obatan, serta
mencatatnya dalam rekam medis dengan lengkap (waktu, dosis, cara
pemberian, nama pemberi, paraf)
f. Membantu memberikan O2, suction, DC shock, dll
4. Dokter atau perawat mengecek irama jantung, shockable atau tidak,
lihat Algoritme Henti Jantung, setelah dilakukan 5 siklus. Defibrilasi
harus dilakukan secepat mungkin, dengan minimal interupsi sebelum
dan sesudah defibrilasi, RJP segera dilanjutkan setelah setiap defibrilasi
10. Penanganan VT/VF tanpa nadi (shockable), Dokter atau perawat
melakukan :
a. DC shock menggunakan kekuatan awal 2J/KgBB dilanjutkan
4J/KgBB, maksimal dosis 9 J/KgBB
b. Segera dilanjutkan dengan RJP 5 siklus (2 menit)
c. Cek irama kembali, bila masih VT/VF tanpa nadi  ulangi langkah
a, b, c
d. Phinev 0,1mg/kgBB 1:10.000 IV setiap 3-5 menit selang seling tiap
5 siklus RJP dengan Amiodarone dosis awal 5mg/kgBB dalam
250cc Dextrose 5% selama 20-120 menit dengan EKG di monitor,
dosis berikutnya diberikan jika perlu tergantung respon sampai
maksimum 1,2gr dalam 24 jam, selanjutnya hanya menggunakan
Phinev 0,1 mg/kgBB 1 : 10.000 IV
e. Pertimbangkan pemasangan alat bantuan napas lanjut
g. Atasi penyebab yang reversibel
11. Penanganan Asistol/PEA (unshockable) :
a. Apabila irama asistol, perawat memastikan terlebih dahulu :
- Apakah sandapan/elektroda terpasang dengan baik?
- Apakah sambungan sandapan elektroda dengan konektor alat
kejut listrik terpasang baik?
- Apakah batere DC terpasang?
- Apakah kabel listrik alat DC tersambung baik?
- Apakah aliran listrik ada?
- Apakah sudah dicoba memindahkan lead I, II, III secara
bergantian?
- Apakah sudah dicoba menaikkan amplitudo pada alat DC supaya
g gelombang terlihat lebih jelas?
b. Dokter atau Perawat segera melakukan RJP 5 siklus (2 menit)
c. Dokter atau Perawat mengecek irama asistol kembali setiap 2 menit,
bila tetap sama, ulangi langkah a, b, Obat yang dipakai Phinev 0,1
mg/kgBB 1:10000 IV setiap 3-5 menit
d. Dokter mempertimbangkan pemasangan alat bantu napas lanjut
e. Dokter atau Perawat mengatasi penyebab yang reversibel
Bila irama jantung berubah, prosedur selanjutnya sesuai algoritme
penanganan pasien dengan irama tersebut
13. Dokter atau Perawat baru menghentikan RJP bila :
a. Terdapat tanda-tanda ROSC berupa adanya batuk, napas spontan,
pergerakan, nadi teraba, dan tekanan darah terukur. Dilanjutkan
RESUSITASI PADA BAYI DAN ANAK

No. Dokumen: No. Revisi : 00 Halaman : 3/3


SPO/YANMED/054
PROSEDUR dengan prosedur penanganan ROSC pasca henti jantung.

Setelah dilakukan RJPO dengan baik dan benar selama ± 30

menit, pada pasien asistol/ PEA, tidak terdapat respon ROSC,

terdapat tanda-tanda kematian biologis yang jelas, kelelahan

penolong.

Unit terkait Rawat Inap,Rawat Jalan, UGD,Intensive, OK

Anda mungkin juga menyukai