Anda di halaman 1dari 2

Iklim

Iklim di wilayah Provinsi NTB mendapat pengaruh yang cukup besar dari angin Monsun. Pada Oktober
sampai dengan Maret, wilayah ini mendapat pengaruh Monsun Samudera Pasifik melalui laut Jawa dan
Samudera Indonesia. Kedua lautan ini mempengaruhi karakteristik curah hujan di seluruh wilayah Provinsi
NTB, antara lain pola hujan yang tidak seragam, terutama di Pulau Lombok. Tingginya suhu permukaan
laut di kedua lautan tersebut mendorong evaporasi yang intensif dan pembentukan awan pada musim
angin barat. Ini membuat curah hujan yang tinggi pada November sampai Februari. Sebaliknya pada
musim angin timur, suhu permukaan laut di Samudera Hindia menurun dan mencapai suhu terendah pada
bulan Agustus, menyebabkan terjadinya musim kering dengan curah hujan yang sangat rendah.
Berdasarkan Atlas Sumber Daya Iklim Pertanian Indonesia skala 1 : 1.000.000, wilayah provinsi NTB
termasuk ke dalam dua tipe iklim, yaitu tipe iklim kering dan tipe iklim basah (Balitkilimat dan Hidrologi,
2003). Sebagian besar wilayah provinsi NTB termasuk wilayah beriklim kering, sedangkan tipe iklim basah
hanya terdapat di sekitar kawasan Gunung Rinjani di Pulau Lombok.

Curah hujan

Tipe iklim kering di wilayah provinsi NTB termasuk ke dalam tiga pola curah hujan, yaitu pola curah hujan
IA, IIA dan IIC. Sedangkan tipe iklim basah dengan dua pola curah hujan, yaitu pola curah hujan IIIA dan
IIIC (Balitkilimat dan Hidrologi, 2003), seperti disajikan pada Gambar 3.1. Pola curah hujan IA dan IIA
adalah yang paling dominan di NTB, terutama di Pulau Sumbawa yang hanya terdiri dari dua pola ini.
Sedangkan pola curah hujan IIC, IIIA dan IIIC hanya terdapat di Pulau Lombok dengan wilayah sebaran
yang relatif sedikit.

Pola curah hujan IA dicirikan oleh total curah hujan kurang dari 1000 mm tahun-1 dengan pola curah
hujan kurang dari 100 mm bulan-1 selama 7-10 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan-1 kurang dari 4
bulan; curah hujan 150-200 mm bulan-1 kurang dari 3 bulan dan curah hujan di atas 200 mm bulan-1
kurang dari 2 bulan. Pola curah hujan IA sebagian besar tersebar di bagian utara Pulau Sumbawa, yaitu
pantai utara Kabupaten Sumbawa Besar, Pulau Moyo, sepanjang pantai utara, timur dan selatan
Kabupaten Bima.

Pola curah hujan IIA dicirikan oleh total curah hujan 1000 – 2000 mm tahun-1 dengan pola curah hujan
kurang dari 100 mm bul-1 selama 5-8 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan-1 kurang dari 3 bulan, curah
hujan 150-200 mm bulan-1 kurang dari 2 bulan dan curah hujan lebih dari 200 mm bulan-1 selama kurang
dari 4 bulan. Pola curah hujan IIA, tersebar di bagian selatan dan bagian utara Pulau Lombok serta seluruh
wilayah Pulau Sumbawa di luar pola curah hujan IA.

Pola curah hujan IIC dicirikan oleh total curah hujan 1000 – 2000 mm tahun-1 dengan pola curah hujan
kurang dari 100 mm bulan-1 selama 5 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan-1 kurang dari 5 bulan, curah
hujan 150-200 mm bulan-1 kurang dari 6 bulan dan curah hujan lebih dari 200 mm bulan-1 selama kurang
dari 5 bulan. Pola curah hujan IIC, tersebar di bagian tengah Pulau Lombok, mulai dari wilayah Narmada,
Bonjeruk, Batukliang, dan Aikmel.

Pola curah hujan IIIA termasuk tipe iklim basah yang dicirikan oleh total curah hujan 2000 – 3000 mm
tahun-1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bulan-1 kurang dari 6 bulan, curah hujan 100-150
mm bulan-1 kurang dari 4 bulan, curah hujan 150-200 mm bulan-1 kurang dari 5 bulan dan curah hujan
di atas 200 mm bulan-1 selama kurang dari 6 bulan. Pola curah hujan IIIA, tersebar di wilayah sekitar
Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.

Pola curah hujan IIIC termasuk tipe iklim basah yang dicirikan oleh total curah hujan 2000 – 3000 mm
tahun-1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bulan-1 kurang dari 4 bulan, curah hujan 100-150
mm bulan-1 kurang dari 4 bulan, curah hujan 150-200 mm bulan-1 kurang dari 5 bulan dan curah hujan
di atas 200 mm bulan-1 selama 6-8 bulan. Pola curah hujan IIIC, tersebar di sekitar Gunung Rinjani, bagian
utara Pulau Lombok.

Menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson, NTB tergolong wilayah dengan tipe hujan C, D dan F,
sedangkan menurut Koppen NTB termasuk wilayah dengan tipe iklim Aw, yaitu tipe iklim hujan tropis
dengan curah hujan bulan terkering kurang dari 60 mm bulan-1 selama 6-9 bulan dan curah hujan tahunan
kurang dari 2.500 mm tahun-1 . Menurut peta Agroklimat Pulau Bali, NTB dan NTT yang disusun
berdasarkan jumlah bulan basah (curah hujan kurang 200 mm bulan-1 ) dan jumlah bulan kering (curah
hujan kurang dari 100 mm bulan-1 ), maka NTB tergolong wilayah dengan zona agroklimat C3, D4 dan E4
(Oldeman et al., 1988). Zone C3 dicirikan bulan basah 3-6 bulan, dan bulan kering 4-6 bulan. Zona D4
dicirikan bulan basah 3-4 bulan dan bulan kering 5-6 bulan, sedangkan zona E4 dicirikan bulan basah
kurang dari 3 bulan dan bulan kering kurang dari 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai