Anda di halaman 1dari 5

Judul Acara Pembelajaran Praktikum I : Pengamatan Stereoskopis

Nama Ahmad Faizan Bustomi Nilai Total Laporan


NIM 13/348114/GE/7578
Kelompok Praktikum Rabu, jam 09.00-11.00
Asisten 1.
2.

Komponen Penilaian Laporan dikumpulkan pada
A : Pretest A : Tanggal : Jam :
B : Kegiatan Praktikum B : Praktikan Asisten
C : Laporan Praktikum C :
D : Tugas D :

MEDIA PEMBELAJARAN
1. Stereogram
2. Stereoskop saku
3. Mistar
4. Alat tulis


Nilai



LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat praktikum
2. Melakukan pengamatan dengan stereogram tanpa menggunakan alat.
3. Mengurutkan obyek pada stereogram
4. Mencatat pada tabel pengamatan
5. Melakukan tes kedalaman dengan lingkaran mengambang.
6. Menghitung rata-rata basis mata dan basis alat stereoskop untuk menentukan jarak lensa
stereoskop saat pengamatan
7. Mencatat hasil pengatan pada tabel pengamatan
8. Melakukan pengamatan secara stereoskopis dibantu stereoskop pada stereogram yang sama,
dan mencatat hasil pengamatan pada tabel pangamatan.
9. Menggambar stereogram.
Nilai



HASIL PEMBELAJARAN
1. Tabel pengamatan stereogram model obyek dalam lingkaran.
2. Tabel pengamatan lingkaran mengambang tes Moessner.
3. Tabel pengukuran basis mata.
4. Pengukuran basis alat
5. Tabel pengukuran basis alat stereoskop lensa.
6. Stereogram
Nilai


PEMBAHASAN
Fotogrametri menurut Sutanto, 1983, adalah pengukuran secara grafik dengan menggunakan sinar.
Sedangkan menurut American Society of Photogrsmmetry and Remote Sensing tahun 1975, dalam
Sutanto, 1983, fotogrametri adalah ilmu, seni, dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya
tentang obyekfisik dan lingkungan melalui proses, perekaman, pengenalan, dan pengukuran citra pada
foto dan pola radiasi elektromagnetik serta gejala lain. Dari definisi ini, fotogrametri mencakup
pengertian penginderaan jauh.
Fotogrametri berbeda dengan fotografi. Fotografi adalah seni perekaman obyek menggunakan
cahaya atau gelombang elektromagnetik lain. Fotogrametri tidak hanya mencakup perekaman obyek
adapula proses pengenalan dan pengukuran obyek serta mencakup hasil perekaman foto maupun
perekaman gelombang elektromagnetik lain. Fotogrametri sudah ada sebelum ditemukan fotografi.
Proses pengukuran dengan menggunakan sinar telah dilakukan Aristoteles melalui proyeksi gambar.
Salah satu hal penting dalam fotogrametri adalah pengamatan stereoskopis. Pengamatan gambar
terdiri dari pengamatan stereoskopis, pseudoskopis ,dan monoskopis. Pengamtan stereoskopis adalah
pengamatan mata untuk setiap obyek di depannya. Pengamatan pseudoskopis adalah pengamataan
yang saling bersilangan dari dua foto di depannya. Pengamatan monoskopis adalah pengamatan pada
satu gambar. Pengamatan pseudoskopis akan menyebabkan efek tiga dimensi yang terbalik. Lembah
dapat menjadi bukit dan bukit dapat menjadi lembah.
Tujuan pengamatan stereoskopis adalah melihat kesan kedalaman. Pengamatan ini dilakukan
dengan akomodasi dan konvergensi mata. Akomodasi adalah penyesuaian fokus mata. Konvergensi
adalah pengarahan garis mata ke obyek. Setiap mata akan melihat satu obyek seperti melihat jauh pada
obyek yang dekat atau sering disebut pandangan binokuler. Melalui pandangan ini, dua gambar yang
dilihat akan melebur menjadi satu dengan kesan tiga dimensi. Tidak semua orang dapat langsung
melakukan pandangan ini. Kelenturan mata dan sugesti dalam menstimulasikan obyek dekat seperti jauh
menentukan keberhasilan pandangan binokuler. Pada mata yang sering melihat obyek secara dekat
seperti menggunakan telepon genggam dan laptop otot mata cenderung kaku sehingga sulit untuk
stimulasi mata melakukan pandangan binokuler. Pandangan akan lebih cenderung monokuler atau
tertuju pada satu obyek tertentu. Untuk mengetahui kesan kedalaman yang dimiliki, dilakukan tes
Moessner.
Stereoskop digunakan untuk membantu melakukan pandangan binokuler. Stereoskop sendiri terdiri
dari berbagai jenis, seperti stereoskop saku, stereoskop cermin, scanning stereoskop, dan zoom
stereoskop (Sutanto, 1983) Stereoskop saku adalah alat sederhana yang terdiri dari dua lensa. Setiap
mata menempatai satu lensa. Setiap mata akan melihat obyek dalam satu lensa. Penggunaan
stereoskopis dipengaruhi oleh basis mata. Basis mata adalah jarak antara pupil mata. Jarak antara lensa
akan disesuaikan dengan basis mata. Penyesuaian basis alat dan basis mata dilakukan agar didapatkan
kesan tiga dimensi secara maksimal dari pengamatan obyek. Basis mata yang terhitung adalah 61 mm.
Basis alat tidak bisa dihitung karena tidak dihasilkan pandangan stereoskopis menggunakan steresoskop.
Mata yang kaku dan tidak terbiasa merubah akomodasi menyebabkan hal ini dapat terjadi.
Masalah kesulitan dalam melakukan pandangan binokuler dapat diatasi dengan latihan. Mata dilatih
untuk melihat obyek jauh dan dekat secara bergantian untuk melenturkan otot mata. Penggunaan
stereogram yang lebih berwarna dapat dilakukan untuk merangsang mata agar dapat melihat obyek
dekat dengan fokus yang jauh. Pada saat menggunakan peralatan elektronik, diusahakan tidak terfokus
pada layar dalam waktu yang lama setelah tiga menit melihat layar usahakan melihat obyek yang jauh.
Nilai




KESIMPULAN
1. Fotogrametri adalah disiplin yang mengkaji proses perekaman, pengenalan, dan pengukuran
obyek dari suatu hasil rekaman foto maupun gelombang lain.
2. Fotogrametri mencakup penginderaan jauh tetapi berbeda dengan fotografi.
3. Salah satu hal penting dalam fotogrametri adalah pengamatan stereoskopis.
4. Akomodasi dan konvergensi mata seseorang menpengaruhi tingkat keberhasilan pengamatan
ini.
5. Stereoskop membantu melakukan pengamatan stereoskopis.
Nilai



DAFTAR PUSTAKA
1. Sutanto.1983.Pengetahuan Dasar Fotogrametri.Yogyakarta:Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Nilai


















1. Tabel Stereogram Model Obyek dalam Lingkaran
Obyek Jarak antar obyek
diamati tanpa alat
Jarak obyek
diamati dengan
alat
Urutan obyek
tanpa alat
Urutan obyek
dengan alat


























Jumlah hasil pengurutan tanpa alat yang benar : 0 %
Jumlah hasil pengukuran dengan alat yang benar : 0 %

2. Tabel pengamatan lingkaran mengambang
Blok Baris Steregram I
(tanpa alat)
Stereogram II
(tanpa alat)
Steregram I
(dengan alat)
Stereogram II
(dengan alat)
A Pertama - - - -
Kedua - - - -
Ketiga - - - -
Keempat - - - -
B Pertama - - - -
Kedua - - - -
Ketiga - - - -
Keempat - - - -
C Pertama - - - -
Kedua - - - -
Ketiga - - - -
Keempat - - - -
D Pertama - - - -
Kedua - - - -
Ketiga - - - -
Keempat - - - -
Jumlah benar 0 0 0 0
Presentase 0 0 0 0

3. Tabel pengukuran basis mata
Pengukuran I Pengukuran II Pengukuran III Rata-rata
59 mm 60 mm 64 mm 61 mm

4. Pengukuran basis alat





5. Tabel pengukuran basis alat
Pengukuran I Pengukuran II Pengukuran III Rata-rata
- - - -

6. Stereogram

Anda mungkin juga menyukai