Anda di halaman 1dari 21

TIKET MASUK / LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

TOPIK 1: PENGGUNAAN MIKROSKOP DAN KALIBRASI MIKROMETER

TANGGAL PRAKTIKUM: 5 SEPTEMBER 2023

Disusun oleh:

Nama: Panji Satrio Pamungkas Ramadan

NIM: 235070500111022

Kelas: B

Kelompok: 2

Asisten PJ: Amelia Anggraeni Pramono

Asisten Meja: Noor Lylia Iezzana

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2023

SURAT PERNYATAAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Itali dan Belanda adalah negara pertama kalinya ditemukan mikroskop yang hingga saat
ini mikroskop adalah salah satu instrument penelitian yang sangat penting dan terus
dikembangkan. Mikroskop merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda yang
sangat kecil yang tidak mampu untuk dilihat hanya dengan mata telanjang. Mikroskop majemuk
atau yang biasa disebut cahaya adalah mikroskop yang menggunakan jangkauan cahaya yang
tampak dengan mata manusia untuk melihat obyek atau benda yang kecil. Terdapat dua lensa
pada mikroskop cahaya, yaitu lensa obyektif dan lensa okuler. Lensa okuler terletak dekat mata
pengamat sementara lensa obyektif terletak dekat dengan obyek. Pada umumnya mikroskop
cahaya digolongkan menjadi mikroskop monokuler dan binokuler. Perbedaan monokuler dan
binokuler terletak pada banyaknya lensa okuler yang digunakan. Monokuler menggunakan satu
lensa okuler dan binokuler menggunakan dua lensa okuler.
Ada tiga gaya mikroskop pada umumnya, tiga gaya tersebut adalah upright microscope,
the inverted microscope, dan the stereomicroscope. Upright microscope adalah mikroskop yang
tradisional dan yang orang biasanya pikirkan saat mendengarkan kata mikroskop. Sangatlah
penting untuk mengetahui bagian-bagian yang ada pada mikroskop agar dapat menggunakan
mikroskop dengan benar guna kesuksesan pada observasi yang dilakukan.

(Shukla, 2022)
Gambar 1. Bagian-bagian mikroskop

Berdasarkan gambar 1 bagian mikroskop dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu


komponen mekanis dan komponen optik. Komponen mekanik adalah bagian yang menahan
keseluruhan sistem optic dan memberikan bentuk pada mikroskop. Komponen optik adalah
system yang digunakan untuk melihat atau memperbesar obyek.
Komponen mekanik terdiri dari kepala atau tubuh yang terletak pada ujung mikroskop
letak lensa okuler, dasar sebagai tempat berdirinya mikroskop, lengan sebagai penyambung
kepala dan dasar, stage sebagai letak menaruh obyek yang akan diobservasi, inclination joint
digunakan untuk membungkukkan mikroskop, pilar untuk menyambungkan dasar ke
lengan tabung tubuh penyambung antara lensa obyektif dan lensa okuler, coarse adjustment
knot menggerakkan tabung tubuh secara vertikal untuk menyesuaikan jarak dan focus
terhadap obyek, fine adjustmen membantu untuk lebih memfokuskan gambar, nosepiece
yang menahan lensa obyektif, dan klip untuk menahan obyek saat di observasi.
Untuk komponen optik sendiri terdiri dari lensa obyektif yang terletak di dekat obyek,
lensa okuler untuk melihat obyek, sumber cahaya, aperture atau lubang tempat sumber
cahaya lewat, diafragma untuk mengontrol jumlah cahaya yang mengenai obyek yang
diobservasi, kondensor untuk memfokuskan cahaya dari sumber ke obyek, dan cermin untuk
mengarahkan cahaya dari kondensor dan diafragma ke obyek.
Pada umumnya orang berpikir bahwa mikroskop memperbesar gambar, namun
prinsip dasarnya bukanlah memperbesar gambar melainkan memisahkan detail terbaik dan
mengirimkannya ke bentuk gambar. Mikroskop yang digunakan untuk pekerjaan biologi
bekerja dengan menembuskan cahaya melalui spesimen atau obyek yang diamati yang
kemudian lensa obyektif akan membentuk bayangan benda yang bersifat nyata, terbalik, dan
diperbesar

(Shukla,
2022)
Gambar 2. Mikrometer okuler

Untuk menghitung diameter dari obyek yang akan diobservasi digunakan metode
kalibrasi mikrometer. Mikrometer okuler digunakan dalam metode ini sebagai skala
perhitungan. Letak dari mikrometer ini adalah di lensa okuler. Mikrometer okuler sendiri
terdiridari 100 garis dengan tanda tiap garis kelipatan 10 dimulai dari 0. Setiap garis berukuran
10 mikrometer. Jarak dari tiap-tiap garis akan ikut meningkat sesuai dengan perbesaran yang
dilakukan.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk menerapkan penggunaan dan pemeliharaan mikroskop dengan baik dan benar
2. Mengaplikasikan penggunaan mikrometer dengan menggunakan obyek mikroskopis
BAB II

METODE

2.1 Alat dan Bahan

Kertas tissue, air, mikroskop monokuler, gelas obyek (slide glass), gelas penutup (cover slip),
gunting, pipet tetes, mikrometer okuler dan obyektif.

2.2 Langkah Kerja

2.2.1. Membuat Preparat Trikoma

Dangkal epidermis daun dari family Cucurbitaceae atau solanaceae disayat lalu dikupas hingga
trikoma ikut terangkat. Trikoma tersebut kemudian dipotong dan diletakkan di atas gelas obyek, serta
dibasahi dengan setetes air. Gelas penutup diletakan di atas bahan pengamatan dengan cara ujung sisi
gelas penutup yang sejajar dengan permukaan gelas objek ditempelkan pada air dengan kemiringan 45°
sehingga air merata di sepanjang sisi gelas penutup, kemiringan gelas penutup ditambahkan secara
perlahan sampai menutup penuh seluruh bahan. Kelebihan air di luar gelas penutup dihisap dengan
kertas tissue. Slide glass diletakkan di meja obyek dengan posisi tegak teramati oleh mata telanjang,
kemudian slide glass tersebut dijepit dengan penjepit slide. Perbesaran lemah (X4 atau X10) diposisikan
segaris dengan obyek. Jarak obyek dan lensa obyektif diatur sekitar ± 0,5 cm. Obyek diamati melalui
lensa okuler, jika belum jelas, jarak obyek dan lensa obyektif diatur sedemikian rupa dengan
menggunakan pengatur kasar hingga bayangan yang jelas diperoleh. Bentuk trikoma tersebut diamati.
Slide digeser dengan penggerak mekanik ke kanan atau ke kiri, dan apa yang terjadi pada bayangan
tersebut diamati.

2.2.2. Kalibrasi Mikrometer Okuler

Mikrometer okuler diposisikan pada lensa okuler dengan cara berikut. Perangkat lensa okuler
dilepas dari tabung. Lensa bagian atas dilepas dengan hati-hati, dan mikrometer diinsersikan ke
perangkat okuler tersebut secara perlahan. Perangkat okuler dikembalikan ke tabung okuler setelah
insersi dan penutupan lensa okuler. Mikrometer obyektif ditempatkan pada meja benda (stage) dan
difokuskan menggunakan lensa obyektif 10x sehingga image skala mikrometer obyektif terlihat. Lensa
obyektif diatur sedemikian rupa hingga image kedua mikrometer tersebut terlihat jelas bersama-sama.
Bagian atas lensa okuler diputar (tanpa mengubah fokus) sehingga skalanya sejajar dengan mikrometer
obyektif. Kedua sisi kiri mikrometer disejajarkan (align) sehingga skala pada kedua mikrometer
berhimpitan. Skala yang paling berhimpitan di sebelah kanan kedua mikrometer diamati. Rentang antara
dua skala yang berhimpitan dihitung, nilai kalibrasi mikrometer okuler dihitung, dan hasilnya dicatat
pada tabel pengamatan. Slide preparat mikroskopis yang disediakan atau dibuat sendiri diamati.
Preparat trikoma digambarkan secara skematis. Panjang, lebar, atau diameter objek yang diinginkan
diukur menggunakan mikrometer okuler. Hasil pengukuran dan perhitungan dicatat pada tabel
pengamatan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis Prosedur

3.1.1. Analisis Prosedur Membuat Preparat Trikoma

Pada saat pembuatan dilakukan penyatan pada bagian bawah daun rhoeo discolor. Hal ini
dilakukan karena stomata pada bagian atas daun lebih banyak dibandingkan bagian bawah daun (Shinde,
2021). Untuk trikoma dapat dilakukan pada semua bagian daun karena trikoma tersebar dengan rata
pada tanaman (Watts, 2021). Setelah dilakukan pemotongan, preparat diletakkan pada slide glass lalu
di tetesi air. Preparat kemudian ditutup menggunakan cover glass dengan sudut kemiringan 45 derajat
untuk mengurangi jumlah udara yang terperangkap agar tidak menghasilkan gelembung saat dilakukan
pengamatan. Kelebihan air di luar cover glass dibersihkan menggunakan tisu. Slide glass diletakkan di
meja obyek, kemudian dijepit agar preparat tidak bergeser. Perbesaran diatur sesuai dengan yang
dibutuhkan. Obyek diamati melalui lensa okuler, jika belum jelas, jarak obyek dan lensa obyektif diatur
sedemikian rupa dengan menggunakan pengatur kasar hingga bayangan yang jelas diperoleh dan
menggunakan pengatur halus jika hasil gambar kurang fokus.

3.1.2. Analisis Kalibrasi Mikrometer Okuler

Mikrometer objektif diletakkan pada meja spesimen agar gambar skala mikrometer objektif
dapat terlihat. Lensa objektif difokuskan untuk memperjelas gambar skala mikrometer okuler dan
objektif. Kemudian kedua mikrometer disejajarkan agar dapat dihitung. Setelah sejajar kedua
mikrometer disejajarkan pada angka 0. Skala yang berhimpitan diamatai kemudian rentang antara dua
skala dihitung. Kalibrasi mikrometer dihitung dengan rumus skala objektif dibagi skala okuler dan
hasilnya dikali dengan 10 mikrometer. Hasil perhitungan mewakili berapa jarak antar garis pada skala
mikrometer objektif. Pajang preparat sudah dapat dihitung.

3.2. Hasil

Gambar 3. Mikrometer objektif dengan perbesaran lensa okuler 4x


Gambar 4. Mikrometer objektif dengan perbesaran lensa okuler 10x

Gambar 5. Mikrometer objektif dengan perbesaran lensa okuler 40x

Gambar 6. Stomata pada daun rheo discolor dengan perbesaran 40x

(Shinde, 2021)

Gambar 7. Stomata pada daun roheo discolor


Gambar 8. Trikoma pada daun terong dengan perbesaran 10x

(Ilahi, 2018)

Gambar 9. Trikoma pada tanaman terung

Tabel 1. Hasil pengukuran kalibrasi mikrometer

Perbesaran Unit Okuler Unit Objektif Perhitungan


4x 10 2,5 2,5/10 x 10 = 2,5 mikrometer
10x 10 1 1/10 x 10 = 1 mikrometer
40x 20 0,5 0,5/20 x 10 = 0,25 mikrometer

Tabel 2. Hasil pengukuran preparate

Preparat Perbesaran Skala okuler Perhitungan


Stomata 40x 28 28 x 0,25 = 7 mikrometer
Trikoma 10x 42 42 x 1 = 42 mikrometer

3.3. Pembahasan

3.3.1. Kalibrasi Mikroskop

Kalibrasi mikroskop dihitung dengan menggunakan rumus skala mikrometer objektif dibagi
dengan skala mikrometer okuler yang hasilnya kemudian dikalikan dengan 10 mikrometer. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil pada saat kalibrasi mikroskop dengan perbesaran 4x
adalah jumlah skala objektif 2,5 dan jumlah skala objektif 10, untuk perbesaran 10x jumlah skala okuler
10 dan jumlah skala objektif 1, dan untuk perbesaran 40x jumlah skala okuler 20 dan jumlah skala
objektif 0,5. Dilakukan perhitungan dan didapatkan hasil kalibrasi mikrometer dengan perbesaran 4x
adalah 2,5 mikrometer, kalibrasi mikrometer dengan perbesaran 10x adalah 1 mikrometer, kalibrasi
mikrometer 40x adalah 0,25 mikrometer

3.3.2. Stomata

Pada pengamatan pada preparat daun roheo discolor dapat terlihat stomata pada gambar yang
dihasilkan. Pada hasil pengamatan stomata pada daun roheo discolor terlihat stomata berjenis tetrasitik
hal ini diperkuat oleh Shinde (2021) yang mengungkapkan bahwa stomata yang ada pada daun roheo
discolor adalah tetasitik yang berbentuk oval. Untuk panjang stomata adalah 28 skala okuler, kemudian
dihitung dengan hasil kalibrasi perbesaran 40x maka didapatkan panjang stomata 7 mikrometer.

3.3.3 Trikoma

Pada pengamatan pada preparate daun terong yang merupakan bagian dari genus solumna
dapat dilihat trikoma pada gambar yang dihasilkan. Untuk hasil pengamatan trikoma didapatkan
berbentuk sperti bintang laut sama seperti hasil yang didapatkan oleh Ilahi (2018) pada pengamatan
pada tanaman terong. Panjang trikoma yang teramati adalah 42 skala okuler, setelah dilakukan
perhitungan dengan menggunakan hasil kalibrasi perbesaran 10x didapatkan panjang trikoma 42
mikrometer.

3.4. Pemecahan Masalah (Troubleshoot)

Pada pelaksanaan praktikum kali ini ada beberapa masalah yang dihadapi, salah satunya adalah
kesulitan pada saat memotong preparat. Hasil pemotongan sering kali tidak cukup tipis sehingga objek
yang ingin diamati tidak dapat terlihat. Masalah lainnya adalah pada salah satu mikroskop yang
digunakan tidak terdapat mikroskop objektif sehingga tidak dilakukan kalibrasi dan perhitungan Panjang
objek.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dalam melakukan pengamatan menggunakan mikroskop, ada beberapa prosedur yang dijalani.
Apabila salah satu prosedur tidak dilakukan atau dilakukan dengan tidak benar maka akan berpengaruh
pada hasil pengamatan. Kalibrasi mikrometer perlu dilakukan sebelum dilakukan perhitungan ukuran
sampel yang diamati.

4.2. Saran

Kondisi saat melakukan praktikum sudah cukup baik namun masih ada beberapa peralatan yang
memiliki kekurangan yang mempengaruhi jalannya praktikum. Saran saya pada saat praktikum
berikutnya dapat dilakukan pengecekan terhadap alat-alat yang akan digunakan.
Daftar Pustaka

Blom, H., & Widengren, J. (2017). Stimulated Emission Depletion Microscopy. Chemical Reviews, 117(11),7377–
7427.

Ganesan, M., Selvan Christyraj, J. R. S., Venkatachalam, S., Yesudhason, B. V., Chelladurai, K. S., Mohan, M., &
Christyraj, J. D. S. (2022). Foldscope microscope, an inexpensive alternative tool to conventional microscopy
—Applications in research and education: A review. Microscopy Research and Technique, 85(11), 3484-
3494.

Ilahi, R. N. K., Isda, M. N., Rosmaina. (2018). Morpholgical Performance of Eggplant (Solanum melongena L.) Leaf
Surface as Response to Water Stress. Journal of Biology, 11(1), 2018, 41-48.

Lawlor, D. (2019). Introduction to light microscopy: tips and tricks for beginners. 1st ed. Springer, New York.

Sanderson, J. (2019). Understanding light microscopy. 3rd ed. John Wiley & Sons, New Jersey.

Shinde, P. R., Gujrani, P. V., Gupta, A. R., Dhondge, P. G., & Sangle, S. J. (2021). Exploration of pharmacognostic,
phytochemical and antibacterial potential of Rhoeo discolor Hance. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry, 10(1), 1625-1630.

Shukla, R. K., Biswas, P., & Yadav, R. S. (2022). Forensic Applications of Compound Microscope. Forensic
Microscopy: Truth Under the Lenses. 4th ed. CRC Press, Florida.
Watts, S., & Kariyat, R. (2021). Morphological characterization of trichomes shows enormous variation in shape,
density and dimensions across the leaves of 14 Solanum species. AoB Plants, 13(6), plab071.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai