Dosen Pengampu:
Dr. Retnadi Heru Jatmiko, M.Sc
Asisten:
Disusun oleh:
Irfanda Hirma Dwi Kartika (E100170057)
(Jum’at, 8 Desember 2017 / 07.00 - 08.40)
I. TUJUAN
1. Mengetahui bagian-bagian dari stereoskop cermin dan stereoskop saku.
2. Memahami fungsi dan kegunaan dari stereoskop saku dan stereoskop
cermin.
2. Stereoskop cermin
a) Lensa lebih besar dari stereoskop saku
b) Daerah yang dapat dilihat secara stereoskopis lebih
luas jika dibandingkan dengan menggunakan
stereoskop lensa
c) Karena bentuinya agak besar maka agak lebih sukar
dibawa ke lapangan
Stereoskop cermin adalah stereoskop yang digunakan untuk
melihat foto udara bertampalan (berukuran lebih besar daripada
stereoskop saku). Bagian-bagian dari stereoskop cermin ini
meliputi lensa cembung, sepasang prisma/cermin, cermin perak,
tiang penyangga, dan lensa binokuler. Kelebihan dari
stereoskop cerminini adalah dapat melakukan perbesaran
dengan penambahan lensa binokuler, daerah yang diamati lebih
luas daripada stereoskop saku, dan dapat menampakkan satu
lembar foto udara secara penuh. Kekurangan stereoskop ini
adalah ukurannya yang besar sehingga tidak praktis (lebih sukar
jika dibawa ke lapangan), harga relatif mahal, dan jika
ditambahkan dengan binokuler maka akan memperkecil daerah
yang diamati.
Stereoskop Cermin :
a. Lebih besar dari stereoskop saku.
b. Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika
dibandingkan dengan menggunakan stereoskop lensa.
c. Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa
ke lapangan.
1. Stereoskop Saku
Stereoskop yang berukuran kecil , stereoskop ini terdiri dari
lensa convex yang sederhana, dan mempunyai faktor perbesaran
yang cukup besar. Bagian – bagian dari stereoskop ini meliputi lensa
cembung dan tiang penyangga. Kelebihan stereoskop ini adalah
harganya yang murah, praktis dapat dibawa kemana – mana, faktor
perbesarannya cukup besar. Kekurangan dari stereoskop ini adalah
daerah yang bisa diamati sangat terbatas.
Stereoskop Saku :
a) Lebih murah daripada stereoskp cermin
b) Cukup kecil hingga dapat dimasukkan kedalam
saku
c) Terdiri dari susunan yang sederhana
d) Mudah dibawa ke lapangan
e) Daerah yang dpat dilihat secara stereoskopis sangat
terbatas
IV. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pasang kedua foto pada bagian dasar stereoskop dengan
bedampingan / sejajar
3. Amati citra dengan teliti menggunakan stereoskop di laboratoruim.
4. Mencari materi di internet.
5. Gamabarlah stereoskop cermin dan stereoskop saku di kertas HVS
ukuran A4.
6. Membuat laporan tentang stereoskop
V. HASIL PRAKTIKUM
(Terlampir)
Keterangan Tabel
1. Stereoskop Cermin
Nama
No Bagian Fungsi
Bagian
1. Binokuler Pengamatan foto udara
dengan perwujudan yang
diperbesar baik skala
tegak maupun mendaar.
2. Lensa Untuk menentukan dan
menghasilkan suatu
bayangan objektif serta
memperbesar benda yang
dia mati
3. Cermin Komponen pemantul
dengan memanfaatkan
pemantuan sempurna,
membelokan cahaya
yang masuk.
2. Stereoskop Saku
Nama
No Bagian Fungsi
Bagian
1. Lensa Untuk menentukan dan
menghasilkan suatu
bayangan objektif serta
memperbesar benda yang
diamati.
2. Folding Legs Untuk menyangga
berdirinya stereoskop.
VI. ANALISIS
Dalam praktikum acara 5 ini, bisa disimpulkan bahwa pengamatan
dengan stereoskop ialah suatu kegiatan interpretasi citra dengan
menggunakan alat bantu, yaitu stereoskop. Pada kegiatan ini stereoskop
berfungsi untuk menggabungkan dua gambar menjadi satu dan menghasilkan
gambar 3 dimensi.
VII. KESIMPULAN
1. Untuk pemakaian lebih simpel stereoskop saku dari pada
stereoskop cermin
2. Interpretasi citra adalah suatu kegiatan untuk menetukan bentuk
dan sifat obyek yang nampak pada citra.
3. Hasil pengamatan foto lebih luas stereoskop cermin dibanding
dengan stereoskop saku
4. Terdapat 5 kategori kenampakan fisiografis yang dapat diamati,
yaitu dataran, bergunung, berbukit, bergelombang, dan berombak.
5. Mampu mengetahui cara kerja stereoskop
6. Untuk cara kerjanya adalah dengan menggabungkan dua gambar
menjadi satu atau bertumpukan agar menghasilkan sebuah gambar
3 dimensi
7. Ada 2 jenis stereoskop :
Stereoskop saku
Stereoskop cermrmin
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Saeful Hadi. 2007. PANDUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN
JAUH Edisi Revisi I. Yogyakarta.
Dony purnomo,2009. Unsur-insur penginderaan jauh.
http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/unsur-unsur-iterpretasi-
peinderaan-jauh/.(online). Diakses pada tanggal 01 oktober 2014
Kiefer T. M. dan Lillesand R. W., 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra. Gadjah Mada University Press. Bulaksumur, Yogyakarta.
Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Sutanto. 2013. Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Dasar. Geografi UGM
Yogyakarta
Rusydi, Alfi Nur S.Si. 2014. Mata Kuliah Pengindraan Jauh. Universitas
Negeri Malang: Malang.
http://www.raharjo.org/nature/penutupan-dan-penggunaan-lahan.html diakses
pada tanggal 01 oktober 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi_Udara_dan_Interpretasi_Citra_Satelit.
(online). Diakses pada tanggal 01 oktober 2014.
http://www.oocities.org/yaslinus/citra.html. (online). Diakses pada tanggal 08
september 2014
http://awaluddinzaenuri.blogspot.com/2011/05/intepretasi-kenampakan-
fisiografi.html diakses pada tanggal 01 November 2014
http://udhnr.blogspot.com/2009/06/pengantar-penginderaan-jauh.html diakses
padatanggal 01 November 2014
http://geolaela.blogspot.com/2014/06/diary-gua.html diakses pada tanggal 01
November 2014