Anda di halaman 1dari 6

Pengamatan Stereoskopis adalah suatu kegiatan interpretasi citra/ foto udara dengan

menggunakan alat bantu yang bernama stereoskop. Pada kegiatan pengamatan ini stereoskop
berfungsi untuk menampilkan gambar 3 dimensi.

Gambar 3 dimensi dari citra yang diinterpretasi akan memudahkan pengamatan. Bidang 3
dimensi menunjukkan obyek yang mempunyai unsur ukuran lebar, panjang dan tinggi. Bidang 3
dimensi memungkinkan dilakukan pengamatan terhadap beda tinggi dan kemiringan lereng suatu
obyek.

Foto udara pada umumnya lebih banyak menampilan gambar 2 dimensi, terutama pada foto
udara tegak lurus. Untuk dapat menampilkan bentuk 3 dimensi dari foto udara yang diamati, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :

1. Terdapat daerah bertampalan pada foto udara. Setiap foto udara/citra yang akan
diinterpretasi harus merupakan foto udara/citra yang berurutan garis terbangnya dan
mempunyai daerah tampalan (pada foto 1 ada sebagian wilayah yang sama dengan foto 2)
2. Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar daerah yang bertampalan kira-kira 1/3 –
2/3 dalam sebuah foto/citra.

Pandangan tiga dimensi dari hasil pengamatan stereoskopis ini muncul dalam otak sebagai
akibat adanya perpaduan dua gambar dengan sudut pandang yang berbeda. Masing-masing mata
pengamat (observer) akan mendapatkan informasi dari gambar yang berada dibawahnya. Informasi
dari kedua gambar tersebut diterima oleh otak manusia dan diterjemahkan sebagai gambar yang tiga
dimensi. Serangkaian foto udara akan nampak menjadi tampilan tiga dimensi dalam proses
pengamatan stereoskopis jika :

• Foto udara tersebut memiliki tampalan


• Gambar dari foto udara tersebut memiliki sudut pengambilan yang berbeda dalam
satu jalur terbang yang sama
• Foto yang diamati hendaklah memiliki skala yang sama
Selain dari syarat dari foto udara tersebut diatas, kemampuan dari setiap orang dalam
menghasilkan efek tiga dimensional juga sangat bervariasi. Tidak setiap pengamat memiliki
kemampuan yang sama dalam menghasilkan sebuah gambaran tiga dimensional pada serangkaian
foto udara yang sama. Berberapa faktor seperti jarak pupil mata, jauh dekat kemampuan fokus
pandang, dan lain-lain adalah sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menghasilkan
gambaran tiga dimensional. Pertambahan usia seorang pengamat juga memungkinkan perubahan
kemampuan pengamat tersebut dalam menghasilkan pandangan tiga dimensional. Dengan demikian
seorang ahli fotogrametris yang bekerja dengan gambaran stereoskopis juga memiliki kemungkinan
mengalami kesulitan pembentukan gambaran tiga dimensi pada masa tertentu.

Sudut Paralactic

Paralaks, atau lebih tepatnya paralaks gerak adalah perubahan kedudukan sudut dari dua titik
diam, relatif satu sama lain, sebagaimana yang diamati oleh seorang pengamat yang bergerak. Secara
sederhana, paralaks merupakan pergeseran yang tampak dari suatu obyek (titik 1) terhadap latar
belakang (titik 2) yang disebabkan oleh perubahan posisi pengamat.

Paralaks sering didefinisikan sebagai “pergerakan yang tampak” dari sebuah obyek terhadap
latar belakang yang jauh akibat pergeseran perspektif sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.
Ketika dilihat dari titik pandang A, obyek tampak berada di depan kotak biru. Ketika titik pandang
diubah ke titik pandang B, obyek tampak bergerak ke depan kotak merah. Fenomena ini biasa
dimanfaatkan dalam astronomi untuk menentukan jarak benda-benda langit.

Metode penentuan jarak obyek-obyek langit pada dasarnya adalah kasus khusus dari
triangulasi, dimana kita dapat menentukan panjang dua sisi sebuah segitiga, jika salah satu sisi dan
sudutnya diketahui. Untuk kasus penentuan jarak dengan metode paralaks, segitiga yang dibentuk
oleh dua titik posisi pengamat dan obyek langit adalah segitiga yang sangat lancip. Posisi dua titik
pengamatan merupakan alas segitiga tersebut dan biasanya ditentukan dengan menggunakan ukuran-
ukuran bumi seperti diameter Bumi dan jari-jari orbit Bumi mengelilingi Matahari. Sudut segitiga
dapat ditentukan dengan mengukur sudut “pergeseran yang tampak” pada bola langit dari dua titik
pengamatan tadi.

Jenis Jenis Stereoskop :

1. Stereoskop Cermin
Stereoskop yang digunakan untuk melihat foto yang bertampalan yang berukuran lebih besar
daripada stereoskop saku. Bagian – bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung, sepasang
prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, lensa binokuler. Kelebihan dari stereoskop ini adalah
dapat melakukan perbesaran dengan penambahan lensa binokuler, daerah yang diamati lebih luas
daripada stereoskop saku, dan dapat menampakkan satu lembar foto udara secara penuh. Kekurangan
stereoskop ini adalah ukurannya yang besar sehingga tidak praktis, harga relatif mahal, jika
ditambahkan dengan binokuler maka akan memperkecil daerah yang diamati.

Keunggulan Stereoskop cermin :

a) Lebih besar dari stereoskop saku


b) Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika dibandingkan dengan
menggunakan stereoskop lensa
c) Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa ke lapangan

2. Stereoskop Saku
Stereoskop yang berukuran kecil , stereoskop ini terdiri dari lensa convex yang sederhana, dan
mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar. Bagian – bagian dari stereoskop ini meliputi lensa
cembung dan tiang penyangga. Kelebihan stereoskop ini adalah harganya yang murah, praktis dapat
dibawa kemana – mana, faktor perbesarannya cukup besar. Kekurangan dari stereoskop ini adalah
daerah yang bisa diamati sangat terbatas.

Keunggulan Stereoskop saku atau stereoskop lensa, diantaranya:

- Lebih murah daripada stereoskp cermin


- Cukup kecil hingga dapat dimasukkan kedalam saku
- Terdiri dari susunan lensa convex yang sederhana
- Mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar
- Mudah dibawa ke lapangan
- Daerah yang dpat dilihat secara stereoskopis sangat terbatas

3. Stereoskop Prisma Tunggal

Stereoskop yang merupakan gabungan dari stereoskop cermin dengan stereoskop saku.
Stereoskop ini sangat praktis, sehingga mudah untuk digunakan langsung dilapangan. Selain
memiliki kelebihan yang praktis tadi, stereoskop ini merupakan gabungan dari 2 stereoskop.
Kekurangannya adalah jika dibawa kelapangan langsung masih kalah praktis dengan stereoskop saku.

4. Stereoskop Kembar

Stereoskop ini kurang lebih sama penggunaannya dengan stereoskop cermin tetapi dengan
kelebihan dan kekurangan masing – masing. Kelebihannya adalah stereoskop ini dapat digunakan
langsung oleh 2 orang secara bersamaan, selain itu memiliki perbesaran hingga 3 – 6 kali.
Kekurangannya adalah kurang praktis jika dibawa ke lapangan.

5. Interpretoskop

Interpretoskop merupakan stereoskop yang termasuk kategori mikroskop. Kelebihan dari


interpretoskop adalah toleransinya terhadap perbedaan skala, yaitu hingga 1 : 7,5 antara foto kanan
dan foto kiri dalam pasangan foto stereo. Interpretoskop juga dapat diamati oleh dua orang langsung.
Selain itu kelebihannya memungkinkan memutar citra hingga 360 derajat. Kekurangan pada
interpretoskop adalah pembesarannya hanya 10 kali, dan alat ini begitu besar, sehingga hanya baik
digunakan di Laboratorium.

6. Stereoskop Penyiam ‘Old Delft’

Stereoskop yang secara umum sama dengan stereoskop cermin. Hanya saja stereoskop ini lensa
pengamatannya dapat diputar – putar untuk dapat mengamati atau menyiam seluruh daerah
pertampalan sehingga tidak memerlukan penggeseran stereoskop maupun penggeseran foto
stereonya. Kelebihan dari stereoskop ini adalah dilengkapi dengan binokuler dan batang paralaks atau
stereometer. Kekurangan stereoskop, selain harga yang mahal dan perawatan yang rumit, juga kurang
praktis jira dibawa ke lapangan.

7. Stereoskop Penyiam Kembar ‘Old Delft’

Stereoskop ini dibuat untuk menyempurnakan stereoskop cermin dan stereoskop penyiam ‘Old
Delft’. Stereoskop ini dilengkapi dengan dua set lensa pengamat sehingga dimungkinkan untuk
pengamatan oleh dua orang secara bersamaan. Pembesarannya satu setengah hingga tiga kali. Dengan
keuntungan mampu digunakan oleh dua orang pengamat langsung, maka kedua pengamat dapat
bermufakat tentang foto stereo yang sedang diinterpretasi. Kelebihan selain diatas adalah stereoskop
ini sangat bermanfaat untuk latihan antara pelatih dan siswa secara langsung. Juga memudahkan dua
orang penafsir citra dalam menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan seorang diri.
Kekurangan dari stereoskop ini adalah tentu saja harga yang mahal, perawatan sulit, dan juga kurang
praktis untuk dilapangan.

8. Zoom Stereoscope

Yaitu stereoskop yang lensanya dapat diganti – ganti untuk pembesaran yang berbeda – beda.
Lensa yang pembesarannya terkecil yaitu dengan pembesaran dua setengah ingá sepuluh kali.
Pembesaran diatasnya yaitu lima ingá duapuluh kali. Pembesaran yang terbesar hádala seratus kali
(Lillesand dan Kiefer. 1979; LaPrade. 1980; dikutip dari Soetanto. 1986). Disamping pembesarannya
yang sangat besar, keunggulan lain darizoom stereoscope adalah pasangan foto stereo yang dapat
diputar – putar. Citra yang dapat diamati dengan alat ini adalah transparansi berupa positif maupun
negatif, dan citra yang dicetak pada kertas tak tembus cahaya.

Prinsip kerja stereoskop adalah sebagai berikut :

1. Mata 1 (mata kanan) mengamati citra sebelah kanan


2. Mata 2 (mata kiri) mengamati citra sebelah kiri
3. Stereoskop menyatukan daerah bertampalan sehingga seolah-olah hanya mengamati 1 citra
saja
4. Daerah bertampalan menghasilkan gambar 3 dimensi yang dapat digunakan untuk
mengamati unsur ketinggian dan kemiringan.
DAFTAR PUSTAKA

Karmono, M. 1980. Inventarisasi Sumberdaya Lahan di Daerah Aliran Sungai Serayu Dengan
Tinjauan Secara Geomorfologi. Disertasi. Universitas Gadjah Mada
Lillesand, T. M. Kiefer, R. W. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Santosa, Langgeng Wahyu. Muta’ali, Lutfi, 2014 Bentang Alam dan Bentang Budaya. Panduan
Kuliah Kerja Lapangan Pengenalan Bentangahan: UGM

Verstappen, H. 1977. Remote Sensing in Geomorphology. Enschede : ITC


Zuidam, R.A. van dan Zuidam-Cancellado, F.I. van.1979. Terrain Analysis and Classification Using
aerial Photographs. ITC, Smits Publ., Enschede, The Netherlands

Anda mungkin juga menyukai