Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan kegiatan yang selalu ada yaitu selama
24 jam di rumah sakit, sehingga baik buruknya sebuah rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan keperawatan. Untuk mempertahankan
eksistensinya dalam persaingan bebas ini adalah dengan cara meningkatkan
kepuasan pelanggan (pasien dan keluarga). Kepuasan pasien tersebut bisa dicapai
diantaranya dengan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Pratiwi,
2008).
Kualitas pelayanan keperawatan diantaranya ditentukan oleh manajemen
asuhan keperawatan yaitu suatu pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
keperawatan. Dalam menjalankan kegiatan keperawatan dapat digunakan metoda
proses keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien. Dengan demikian
dalam pengelolaan asuhan keperawatan ini terdapat hubungan antara perawat dan
pasien baik langsung ataupun tidak langsung.
Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era global akan terus
berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus
mengalami perubahan. Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan
yang dihadapi masyarakat terus-menerus mengalami perubahan. Dengan
berbagai
berkembangnya masyarakat dan bentuk pelayanan profesional serta
kemungkinan adanya perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan, maka
mungkin saja akan terjadi pergeseran peran keperawatan dalam sistem pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Nursalam, 2011).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan merupakan
suatu fenomena yang direspon oleh perawat. Respon yang muncul antara lain
dengan banyak belajar mengenal konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-
langkah konkrit dalam pelaksanaannya secara kondusif. Langkah-langkah konkrit
dapat berupa penataan sistem model asuhan keperawatan profesional (MAKP),
2

mulai dari ketenagaan/ pasien, penetapan sistem MAKP, sampai dengan perbaikan
dokumentasi keperawatan, serta efektif dan efisien.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta menciptakan sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya (G.R. Terry dalam Amirullah & Budiyono, 2004). Pada umumnya, sistem
manajemen keperawatan sama halnya dengan sistem manajemen lainnya yang
terdiri dari input, proses dan output. Input meliputi man, money, materials,
methodes dan machines. Pelaksanaan proses manajemen keperawatan sejalan
dengan proses keperawatan sehingga diharapkan keduanya dapat saling
menopang. Proses keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi
masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan output yang dapat menghasilkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas dan terjangkau.
Fungsi manajemen diantaranya adalah perencanaan yang terdiri dari
perencanaan ketenagaan dan perencanaan asuhan keperawatan. Pengorganisasian
yang meliputi metode pengorganisasian keperawatan/pembagian tugas.
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan alat komunikasi yang penting
bagi perawat untuk mengetahui kondisi dan perkembangan klien. Pengarahan
meliputi pemberian motivasi serta melakukan pengarahan/supervisi. Pengendalian
seperti mengukur mutu asuhan keperawatan yang diberikan, mengukur kinerja
perawat dan melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan dari standar yang
ditetapkan.
Suatu rumah sakit perlu menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) atau Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan/keperawatan yang optimal dan berstandar
internasional. Rumah Sakit adalah suatu institusi perawatan kesehatan profesional
yang pelayanannya diberikan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya. Rumah Sakit Arifin Achmad merupakan Rumah Sakit umum Provinsi
Riau yang mempunyai visi menjadi Rumah Sakit pendidikan mandiri dengan
3

pelayanan paripurna yang memenuhi standar internasional. Dalam mewujukan


visi tersebut sangat dibutuhkan manajemen dengan sistem yang profesional
termasuk manajemen keperawatan yang terdapat pada tiap-tiap ruangan di Rumah
Sakit.
Rumah Sakit Arifin Achmad memiliki banyak ruangan rawat inap. Salah
satu ruangan rawat inap yang ada di Rumah Sakit Arifin Achmad yaitu ruangan
Pediatric Intensive Care Unit (PICU). PICU merupakan ruangan perawatan
intensif untuk bayi usia 29 hari hingga usia 18 tahun. Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara yang telah dilakukan di PICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,
ruangan ini memiliki 1 orang karu, 1 orang katim, dan 20 orang perawat
pelaksanan. Dimana ruangan ini memiliki total bed sebanyak 11 bed.
Praktik Keperawatan Manajemen PSIK Hang Tuah Pekanbaru di mulai
dari tanggal 2 Juli sampai 28 Juli 2018 di ruangan PICU. Pengkajian dimulai dari
tanggal 3 Juli – 5 Juli 2018, sehingga didapatkan beberapa masalah manajemen
keperawatan. Untuk penyampaian masalah keperawatan di Ruangan PICU dan
mencari penyelesaian masalah di ruangan ini , maka akan dilakukan presentasi
awal tentang masalah manajemen asuhan keperawatan yang ditemukan di ruangan
PICU.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik profesi keperawatan di Ruang PICU RSUD
Arifin Achmad kelompok mampu menganalisa masalah pengelolaan
ruangan khususnya ruangan PICU serta mencari pemecahan masalah
tersebut.

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen diharapkan
kelompok mampu:
a. Melakukan pengkajian karakteristik ruangan PICU.
4

b. Melakukan pengkajian manajemen asuhan keperawatan di ruangan


PICU.
c. Menganalisa pengkajian.
d. Menentukan prioritas masalah yang ditemukan.
e. Menyusun rencana strategi.
5

BAB II
ISI

A. Karakteristik Ruangan
1. Ruang Lingkup Ruangan
PICU merupakan ruangan perawatan intensif untuk bayi usia 29 hari
hingga usia 18 tahun. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
telah dilakukan di PICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, ruangan ini
memiliki 1 orang karu, 1 orang katim, dan 20 orang perawat pelaksanan.
Dimana ruangan ini memiliki total bed sebanyak 11 bed. Saat ini hanya
bisa dipakai 5 bed dikarenakan tenaga perawat yang belum mencukupi.
2. Visi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Sebagai Rumah Sakit Pendidikan Mandiri dengan Pelayanan
Paripurna yang Berstandar Internasional.
3. Misi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
a. Menyelenggarakan fungsi pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar internasional dan menjadi pusat rujukan bagi rumah sakit
lainnya di Provinsi Riau.
b. Melaksanakan fungsi sebagai rumah sakit pendidikan kedokteran
dan pendidikan kesehatan lainnya.
c. Melaksanakan fungsi administrasi secara profesional.
4. Moto RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
“Kepuasan anda adalah kebahagian kami”
5. Janji Pelayanan
Memberikan pelayanan yang bermutu
Empati terhadap kebutuhan kesehatan
Nyaman dengan lingkungan bersih dan indah
Amanah menjaga keselamatan pasien
Waktu yang cepat dan tepat dalam tindakan
Adil dan tidak memihak
Niat yang tulus dan ikhlas
6

B. Struktur Organisasi
Ruangan PICU mempunyai koordinator keperawatan dan dipimpin oleh
kepala ruangan dibantu oleh 1 ketua tim, 20 perawat pelaksana, 1 pegawai
administrasi dan 1 pekarya. Untuk saat ini ruangan PICU belum memiliki
strutur kerja ruangan PICU, tetapi memiliki struktur rumah sakit untuk
ruangan PICU.
C. Pengumpulan Data
1. M1 (Manusia/Ketenagaan)
a. Ketenagaan medis
Ruangn PICU memiliki dokter tetap yaitu dokter spesialis anak yang
berjumlah sebanyak 5 orang, namun meskipun hanya memiliki 5 orang
dokter tetap, ruangan PICU juga memiliki dokter spesialis konsultan
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
b. Tenaga Keperawatan
1) S.1 Keperawatan + Ns : 9 orang
2) D III Keperawatan : 13 orang +
Jumlah : 22 orang

c. Tenaga lainnya
1) Pekarya : 1 orang
2) Tenaga Administrasi : 1 orang

Tabel 2.1 Daftar Nama Tenaga Keperawatan dan Non


Keperawatan Ruangan PICU RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau
No Nama Jenjang Jabatan Lama
Pendidikan Bekerja
1 Ns. Meifera, S.kep Ners + S1 Karu 19 Tahun
Keperawatan
2 Ns. Sismi Yeni, S.kep D3 Keperawatan Katim 15 Tahun
3 FItri Yeni, Amk Ners + S1 Pelaksana 11 Tahun
Keperawatan
4 Samsiah Siregar, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 16 Tahun
5 Lela Marleni, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 17 Tahun
7

6 Lola Emilya, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 16Tahun


7 Lia Safitri, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 9 Tahun
8 Lisza Nurza, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 9 Tahun
9 Dwi Purnama Sari, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 9 Tahun
10 Ns. Sri Rahayu R. S.kep Ners + S1 Pelaksana 16 Tahun
Keperawatan
11 Ns. Widia Mona, S.Kep Ners + S1 Pelaksana 8 Tahun
Keperawatan
12 Wilmanita, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 7 Tahun
13 Fadhillah, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 9 Tahun
14 Novyanti, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 7 Tahun
15 Ns. Liza Sofiyana, S.kep Ners + S1 Pelaksana 3 Tahun
Keperawatan
16 Ns. Aknes Suci S. S.kep Ners + S1 Pelaksana 12 Tahun
Keperawatan
17 Rusmar Heni, Amd. Kep D3 Keperawatan Pelaksana 3 Tahun
-
18 Ns. Sri Hidayati, S.kep Ners + S1 Pelaksana 16 Tahun
Keperawatan
19 Ns. Desi Anggraini, S.kep Ners + S1 Pelaksana 3 Tahun
Keperawatan
20 Ns. Aulia Asma, S.kep Ners + S1 Pelaksana 3 Tahun
Keperawatan
21 Hotma Tiorma, Amk D3 Keperawatan Pelaksana 3 Tahun
22 Popi Roza, Amlk D3 Keperawatan Pelaksana 16 Tahun

e. Pembagian tugas yang disampaikan oleh kepala ruangan bahwa di


PICU sudah sesuai dengan job description pada masing-masing tenaga
keperawatan, dimana satu pasien dipegang oleh satu perawat.
Berdasarkan hasil observasi, masih ada job description yang kurang
sesuai untuk ruangan PICU yang menggunakan metode MPKP kasus.
f. Berdasarkan wawancara, jumlah tenaga keperawatan yaitu satu perawat
menangani satu pasien, Namun pada situasi tertentu seperti pada pasien
yang menggunakan alat lebih dari satu seperti monitoring dan
ventilator, maka pasien tersebut dapat dipegang oleh dua orang perawat
sekaligus.
g. Sertifikasi tenaga keperawatan, dari hasil wawancara dengan kepala
ruangan, kepala ruangan mengatakan berencana mengikut sertakan
perawat ruangan dalam pelatihan pelatihan 3 bulan PICU. Ketika ada
8

suatu pelatihan yang dibutuhkan untuk ruangan PICU, maka karu yang
akan menyeleksi perawat yang belum mengikuti pelatihan yang akan
diikuti dan mengusulkan namanya ke bidang untuk diikut sertakan
dalam pelatihan. Kesempatan untuk mengikuti pelatihan tidak hanya
untuk yang sudah PNS saja, tetapi pegawai kontrak juga memiliki
kesempatan.
h. Tingkat ketergantungan pasien (data tanggal 4 Juli 2018)
Pasien yang dirawat di ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
merupakan pasien yang dirawat dengan kebutuhan total. Pada tanggal 4
juli 2018 terdapat 5 orang pasien total care.

Tabel 2.2 Komposisi Ketenagaan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Total 5 5 x 0,36 = 1,80 5 x 0,36 = 1,80 5 x 0,2 = 1
Jumlah 5 1,80 1,80 1
2 2 1

j. Alur masuk ruangan PICU berdasarkan wawancara dari karu yaitu


harus ada acc dokter penanggung jawab PICU, dan harus ada lembar
konsul. Untuk masuk ke ruangan PICU harus sesuai dengan SOP yang
sudah ada.
k. Gambaran kasus di ruang PICU ini memiliki kasus pasien yang
bervariasi, dan seluruh pasien dirawat gabung. Hasil observasi tidak
adanya pengklasifikasian pasien yang infeksi dan non infeksi serta
berdasarkan kelas jaminan kesehatan pasien, sementara ruangan isolasi
steril sudah tersedia di ruangan PICU. Menurut hasil wawancara dengan
karu, hal tersebut dikarenakan tidak adanya tempat pertukaran udara
sehingga untuk sementara waktu ruangan isolasi steril tidak dapat
digunakan. Ruangan PICU menerima seluruh pasien pediatrik yang
berusia 29 hari hingga 18 tahun yang bersifat kegawatdaruratan. Selain
9

itu juga, ruangan PICU juga menerima pasien pediatrik post. Operasi
yang memerlukan pemantauan ketat dan sesuai dengan SOP masuk
ruangan PICU.
l. Komunikasi yang dilaksanakan oleh perawat ke pasien sebagian
memiliki hubungan sosial, struktural, dan profesional (Perawat
menjelaskan setiap tindakan yang dilakukan dan tujuannya). Namun,
belum terlaksana pada seluruh tenaga keperawatan. Perawat sudah
melakukan komunikasi setiap akan melakukan tindakan kepada pasien,
tapi kurang optimal dan perlu ditingkatkan sesuai dengan kriteria
komunikasi terapeutik sesungguhnya
10

2. M2 (Materiall / Sarana dan Prasarana)

Lokasi dan denah

Nurse
R. R. R.
Station
Dokter Penyim Staff
panan R. Lift J R.
barang steril
A Dapur
J R.
L
A Spullho U WC WC
ck
L
R Pria Wanita
U R. R. R.

R Isolasi Steril Isolasi 2 Isolasi 1 P

I
E
N
V
T
A
U
K

U Ket
M
A : Bed Pasien
A
S
S
I
U

K
11

Lt. 1 ICU

J
L.

D R. LOBBY Lt. Dasar


I
P
O
N
E
G
O
Infor
R masi
O

Lt. 1
PICU
12

Ket :

: Pintu keluar masuk : Gerbang masuk : Gerbang keluar

a. Peralatan dan Fasilitas


1) Peralatan
Tabel 2.3 Daftar peralatan Ruang PICU
No Nama alat Alat yang Alat yang Jumlah
baik rusak
1. Trumpf medical 11 - 11
2. Bed 11 - 11
3. Ventilator 11 5 16
4. Meja pasien 11 - 11
5. Lemari pasien 11 - 11
6. Trolly tindakan 4 - 4
7. Trolly emergency 1 - 1
8. Lemar APD 2 - 2
9. Lemari alat 7 - 7
10. Warm air/selimut penghangat pasien 4 - 4
11. Nebulizer 3 - 3
12. Timbangan bayi 4 - 4
13. Tabung oksigen 3 - 3
14. Lemari baju pasien 2 - 2
15. Meja tindkan 3 - 3
16. Infant warm 2 - 2
17. Tong sampah infeksi 1 - 1
18. Tong sampah non infeksi 1 - 1
19. Tong sampah botol 1 - 1
20. Tong sampah pempers 1 - 1
21. Computer monitoring 3 - 3
22. Monitor pasien 11 - 11
23. Kursi roda 1 - 1
24. Lemari pendingin 2 - 2
25. Lampu periksa 1 - 1
26. Lampu baca foto rontgen 1 - 1
27. Kotak alat 5 - 5
28. Tensimeter 1 - 1
13

29. Rak vivo 1 - 1


30. Rak dokumen 1 - 1
31 Lemari dokumen 1 - 1

2) Fasilitas
Fasilitas ntuk petugas kesehatan terdiri atas ruang perawat, satu
kamar mandi perawat/WC dan kamar jaga perawat yang terdapat di
ruang perawat, nurse station di depan bed pasien, pantry di dalam
ruangan picu, spole holk di luar pintu masuk samping kiri ruangan
picu.
3) Administrsi Penunjang
a) Buku observasi
b) Buku pembagia tugas
c) Buku laporan
d) Buku laporan DC Shock
e) Buku inventaris alat
f) Buku ekspedisi
g) Buku Kas PPNI
h) Buku jenazah

3. M3 (Methode/ Metode Asuhan Keperawatan)


a. Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara, untuk model asuhan keperawatan yang digunakan
di ruangan PICU adalah observasi tentang model asuhan keperawatan
yang digunakan ruangan saat ini adalah model asuhan keperawatan
kasus (MAKP kasus) dimana satu perawat pelaksana memegang satu
kasus, namun pada kondisi tertentu, satu pasien dapat dipegang oleh 2
orang perawat pelaksana. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan, ruangan PICU memang telah menerapkan metode kasus
untuk asuhan keperawatan dimana setiap perawat merawat satu pasien
selama periode dinas. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sitorus
(2006) yaitu metode kasus merupakan suatu metode asuhan keperawatan
14

dimana seorang perawat bertugas dn bertanggung jawab merawat satu


pasien selama periode dinas dan hbiasanya diterapkan di ruangan
perawatan intensif. Namun terdapat hal yang kurang tepat dalam
pelaksanaan metode kasus tersebut, yaitu adanya katim. Sedangkan
menurut Asmuji (2012), pada MAKP kasus tidak terdapat katim
melainkan kepala ruangan dan perawat pelaksana saja.

b. Perencanaan pulang
Pasien yang dirawat di ruangan PICU sebelum pulang, dipindahkan
terlebih dahulu ke ruang rawatan. Pasien yang dibolehkan pindah ke
ruang rawatan harus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Ruangan PICU memiliki discard planning dan diisi saat pasien masuk.
c. Overan
1) Selama mengikuti dan mengobservasi kegiatan overan dari tanggal 2
Juli 2018 hingga 5 Juli 2018, overan dilakukan dengan fokus pada
masalah medis, dan untuk masalah keperawatan hanya sebagian
perawat menyampaikan diagnosa keperawatan saja tanpa
merencanakan tindakan yang dapat mengatasi masalah keperawatan
setiap pasien. Pada saat overan ke pasien masih kurangnya
pengenalan nama perawat yang dinas pada saat itu kepada pasien
maupun keluarga. Sebaiknya interaksi dengan pasien ada saat overan
ke pasien, minimalnya menayakan keluhan pasien saat ini pada
pasien kesadaran penuh.
2) Supervisi
Hasil wawancara dengan kepala ruangan terkait kegiatan supervisi
sudah dilakukan pada tenaga keperawatan. Memang tidak terjadwal,
namun setiap sekali dalam dua atau tiga hari diusahakan untuk
melakukan supervisi. Supervisi dilakukan secara observasi dan jika
ada yang kurang tepat maka langsung diberitahukan yang benarnya.
Tapi jika ada salah satu perawat yang dilihat mampu dan benar
melakukan tindakan, reward yang diberikan dalam bentuk
15

penambahan point. Dari hasil observasi dari tanggal 2 Juli 2018


sampai 5 Juli 2018 terdapat kegiatan supervisi dari karu.
3) Sentralisasi Obat
Obat yang diberikan dari farmasi dipisahkan antar pasien kemudian
selanjutnya perawat mengecek kembali obat yang diberikan apakah
sudah sesuai dengan orderan atau belum. Apabila sudah sesuai maka
obat akan diberikan kepada pasien dan diletakkan pada masing
masing tempat obat pasien yang sudah ada disetiap meja pasien.
4) Ronde Keperawatan
Dari observasi yang dilakukan tanggal 2 Juli 2018 – 5 Juli 2018,
ronde keperawatan sudah dilaksanakan dengan baik.
5) Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian pasien selalu dilakukan oleh perawat. Menurut
kepala ruangan, pendokumentasian seslau diisi sesuai dengan
periode dinas. Dari hasil observasi lembar/ format catatan
perkembangan pasien ada dan cukup baik. Namun dari hasil
kuesioner didapatkan perawat pelaksana yang melakukan
pendokumentasian askep yaitu jarang sebanyak 2 orang (13%),
sering sebanyak 6 orang (40%) dan sangat sering sebanyak 7 orang
(47%) dari 15 responden.

4. M4 (Money / Keuangan)
Berdasarkan hasil wawancara, ruangan PICU memiliki uang kas bulanan
untuk iuran rutin bulanan perawat misalkan untuk dana sumbangan berupa
acara dan bentuk sosial ataupun nantinya pembelian benda yang digunakan
untuk ruangan seperti buku tulis, printer, dll yang dikelola oleh perawat
ruangan PICU itu sendiri. Dan PICU juga mengadakan sumbangan wajib
setiap bulan terhadap PPNI. Dari segi keuangan dalam pembayaran sebagian
besar pasien menggunakan BPJS kesehatan ataupun JAMKESDA.
5. M5 (Marketing / Pemasaran dan Mutu)
a. BOR (Bed of rate) pasien
Data BOR 2 Juli 2018
16

BOR = Jumlah tempat tidur yang terisi x 100%

Jumlah kapasitas tempat tidur X waktu

3
𝐵𝑂𝑅 = x 100% = 60%
5 x 1 hari

Data BOR 3 Juli 2018

BOR = Jumlah tempat tidur yang terisi x 100%

Jumlah kapasitas tempat tidur X waktu

3
𝐵𝑂𝑅 = x 100% = 40%
5 x 1 hari

Data BOR 4 Juli 2018

BOR = Jumlah tempat tidur yang terisi x 100%

Jumlah kapasitas tempat tidur X waktu

5
𝐵𝑂𝑅 = x 100% = 100%
5 X 1 hari

Data BOR 5 Juli 2018

BOR = Jumlah tempat tidur yang terisi x 100%

Jumlah kapasitas tempat tidur X waktu

5
𝐵𝑂𝑅 = x 100% = 100%
5 X 1 hari

b. Mutu pelayanan keperawatan


Ruang PICU menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien,
dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting yang terdapat di
dalamnya, diantaranya:
1) Keamanan pasien
17

Berdasarkan hasil wawancara, untuk menjaga keamanan pasien,


maksimal penggantian untuk intravena kateter adalah 3 hari.
Namun sering juga diganti kurang dari 3x24 jam dikarenakan
beberapa pasien ada yang bengkak atau tidak lancar karena
pembuluh darah anak itu rata-rata rapuh. Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan, pada hari rawatan ketiga perawat tampak
mengganti intravena kateter dan naso gatic tube pada pasien. Selain
itu juga kejadian kesalahan pemberian obat tidak terjadi, dan
kejadian pasien jatuh juga tidak terjadi dibuktikan dari hasil
observasi, perawat selalu memasang pagar tempat tidur, dan
menginformasikan kepada perawat lain dan keluarga untuk menjaga
agar pasien tidak jatuh dan memasang label resiko jatuh di tempat
tidur pasien.
c. Tingkat Kepuasan Pasien
Ruangan memiliki lembar penilaian kepuasan pasien yang memiliki
tanggung jawab untuk memberikan ke pasien yakni dari pihak perawat
itu sendiri yang diberikan pada saat tiga hari rawatan atau pada saat
pasien pindah atau pulang, kemudian diserahkan dan diolah oleh RS
atau tidak diolah oleh ruangan. Jadi, hasil dari lembar kepuasan pasien
ini tidak pernah dipublikasikan. Namun, hasil dari lembar penilaian
kepuasan pasien misalnya dalam 1 tahun tidak ada tertempel atau tertera
di dinding ruangan atau dipublikasikan secara umum.
d. Patient Safety
Hasil observasi ruang PICU memiliki properti untuk patient safety
berupa gantungan dan label resiko jatuh, namun masih ada pasien yang
tidak dipasangkan gantungan atau label resiko jatuh. Dari hasil
observasi, masih ada beberapa perawat yang tidak menggunakan
handscoon saat melakukan tindakan infasive seperti memasang infus.
e. ALOS
Data selama bulan januari 2018 hingga juni 2018 untuk perhitungan
ALOS adalah 716 hari (jumlah hari perawatan total) dengan jumlah total
18

pasien 158 pasien. Dari perhitungan, didapatkan hasil rata-rata lama


rawat inap adalah 4,53 atau setara dengan 5 hari untuk satu pasien.
f. Lamanya Hari Rawat
Lama hari rawat pasien tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan.
Untuk rata-rata lama hari rawat pasien adalah 5 hari.
g. Angka Kematian Kasar
Angka kematian kasar didapatkan pada tahun 2017 sebanyak 72 orang,
dan pada Januari 2018 – Juni 2018 didapatkan jumlah angka kematian
kasar yaitu sebanyak 39 orang.

D. Hasil Kuesioner

tanggung jawab dalam askep


0% 7%

TIDAK PERNAH
JARANG
53% 40%
SERING
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan bahwa tangggung jawab memberikan


askep yang komprehensif oleh perawat pelaksana yaitu jarang sebanyak 1
orang (7%), sering sebanyak 6 orang (40%), dan sangat sering sebanyak 8
orang (53%) dari 15 responden.

keoptimalan dalam pemberian askep

7% 7%
TIDAK PERNAH
JARANG
33%
53% SERING
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan keoptimalan dalam pemberian askep di


Ruangan PICU yang di lakukan perawat pelaksana yaitu selalu sebanyak 1
19

orang (7%), sering sebanyak 5 orang (33%) dan jarang 8 orang (53%) dari
15 responden.

askep berdasarkan SAK


0% 0%
TIDAK PERNAH
27% JARANG

73% SERING
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan pemberian askep berdasarkan SAK yang


dilaksanakan perawat pelaksana yaitu selalu sebanyak 4 orang (27%) dan
sering 11 orang (73%) dari 15 responden.

meningkatkan kemampuan profesional


0% 0%
TIDAK PERNAH
20%
JARANG
SERING
80%
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan pemberian askep untuk meningkatkan


kemampuan keperawatan professional yang dimiliki perawat pelaksana
yaitu sering sebanyak 3 orang (80%), selalu sebanyak 12 orang (80%) dari
15 orang responden.

askep berdasarkan SOP


0% 6%

TIDAK PERNAH
27%
JARANG
SERING
67% SELALU

Berdasarkan diagram diatas didapatkan askep berdasarkan SOP yang


dilakukan perawat pelakssana yaitu jarang sebanyak 1 orang (6%), sering
20

sebanyak 10 orang (27%), dan sangat sering 4 orang (67%) dari 15


responden.

melaksanakan askep karena takut sanksi


13% 0%
TIDAK PERNAH
JARANG
27%
60% SERING
SELALU

Berdasarkan diagram diatas didapatkan perawat pelaksana yang


melaksanakan askep karena takut sanksi hukuman dari atasan yaitu tidak
pernah sebanyak 9 orang (60%), jarang sebanyak 4 orang (27%) dan
sering 2 orang (13%) dari 15 responden.

masukan ide ke atasan

7% 0%

TIDAK PERNAH
46% JARANG

47% SERING
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan perawat pelaksana memberi masukan ide


ke atasan untuk peningkatan pelayanan yaaitu jarang sebanyak 7 orang
(46%), sering sebanyak 7 orang (47%) dan sangat sering sebanyak 1 orang
(7%) dari 15 responden.

menghargai sesama rekan sejawat


0% 0%
TIDAK PERNAH
40% JARANG
60% SERING
SELALU
21

Dari diagram diatas didapatkan menghargai sesame rekan sejawat perawat


yaitu sering sebanyak 9 orang (60%) dan sangat sering 6 orang (40%) dari
15 responden.

pendokumentasian askep
0%

13%
TIDAK PERNAH
47% JARANG
SERING
40%
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan perawat pelaksana yang melakukan


pendokumentasian askep yaitu jarang sebanyak 2 orang (13%), sering
sebanyak 6 orang (40%) dan sangat sering sebanyak 7 orang (47%) dari 15
responden.

pre and post confrence


0%

TIDAK PERNAH
27% 27%
JARANG
SERING
SELALU
46%

Dari diagram di atas didapatkan perawat pelaksana yang mengikuti pre


dan post conference yaitu jarang sebanyak 4 orang (27%), sering 7 orang
(46%) dan sangat sering 4 orang (27%) dari 15 responden.
22

7% 13%
TIDAK PERNAH
JARANG
SERING
47% 33%
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan perawat yang mendapat peluang


pengembangan karir yaitu tidak pernah sebanyak 2 orang (13%), jarang
sebanyak 5 orang (33%), sering sebanyak 7 orang (47%) dan sangat sering
1 orang (7%) dari 15 responden.

penyelesaian masalah
7%

13% TIDAK PERNAH


JARANG
20%
SERING
60%
SELALU

Dari diagram didapatkan hasil penyelesaian masalah dibantu oleh atasan


yaitu tidak pernah sebanyak 2 orang (13%), jarang 3 orang (20%), sering 9
orang (60%), dan sangat sering 1 orang (7%) dari 15 responden.
23

berat/ringan kondisi pasien


7% 7%

TIDAK PERNAH
JARANG
40% SERING
46%
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan perawat yang bekerja berdasarkan


klasifikasi/berat ringannya kondisi pasien yaitu tidak pernah sebanyak 1
orang (7%), jarang sebanyak 7 orang (46%), sering sebanyak 6 orang
(40%) dan sangat sering 1 orang (7%) dari 15 responden.

mengharapkan insentif

13%

13% TIDAK PERNAH


JARANG
60%
SERING
14%
SELALU

Dari diagram diatas didapatkan perawat yang mengharapkan insentif yaitu


tidak pernah sebanyak 9 orang (60%), jarang sebanyak 2 orang (14%),
sering sebanyak 2 orang (13%), dan sangat sering 2 orang (13%) dari 15
responden.

ronde keperawatan
6%

TIDAK PERNAH
27%
27% JARANG
SERING
40% SELALU
24

Dari diagram diatas perawat yang melaakukan ronde keperawatan yaitu


tidak pernah sebanyak 1 orang (6%), jarang 4 orang (27%), sering 6 orang
(40%) dan sangat sering 4 orang (27%) dari 8 responden.

kompetensi yang dimiliki


0% 13%
20%
TIDAK PERNAH
JARANG
SERING
67%
SELALU

Dari diagram diatas perawat bekerja sesuai kompetensi yang dimiliki


yaitu jarang sebanyak 2 orang (13%), sering 10 orang (67%) dan sangat
sering 3 orang (20%) dari 15 responden.

memberi penkes
7% 13%
TIDAK PERNAH
JARANG
SERING
80% SELALU

Dari diagram diatas perawat yang memberi penkes yaitu jarang 2 orang
(13%) dan sering 12 orang (80%), selalu 1 orang (7%) dari 15 responden.

motivasi karu
7% 0%

TIDAK PERNAH
40% JARANG
SERING
53%
SELALU
25

Dari diagram diatas motivasi dari karu yaitu jarang sebanyak 6 orang
(40%), sering 8 orang (53%) dan sangat sering 1 orang (7%) dari 15
responden.

kepuasan terhadap penghargaan


0%

20% TIDAK PERNAH


47% JARANG
SERING
33% SELALU

Dari diagram diatas kepuasan terhadap penghargaan yaitu tidak pernah 3


orang (20%) jarang sebanyak 5 orang (33%), dan sering 7 orang (47%)
dari 15 responden.

umpan balik penilaian kerja


7% 14%
TIDAK PERNAH
14% JARANG
SERING
65%
SELALU

Dari diagram diatas umpan balik penilaian penampilan kerja yaitu tidak
pernah 2 orang (14%) jarang sebanyak 2 orang (14%), sering 9 orang
(65%) dan sangat sering 1 orang (7%) dari 15 responden.

6. Dari hasil observasi ditemukan tempat pembuangan jarum suntik dan ampul
yang sudah dipakai disatukan dan dibuang di safetybox yang sudah ada
disetiap tempat tidur pasien.
26

E. Analisa SWOT
Ket STRENGHT WEAKNES OPORTUNITY THREATENED
M  kepala ruangan  Kurangnya  perawat merasa  Ada tuntutan
A dikepalai oleh KARU tenaga perawat mendapatkan tinggi dari
N dengan pengalaman mengaharuskan peluang masyarakat
kerja 19 tahun. ruangan hanya pengembangan untuk pelayanan
 Pendidikan kepala mengoperasikan karir di RSUD yang lebih
ruangan Ners + S1 5 bed dari 11 bed Arifin Achmad professional.
Keperawaa dan telah yang tersedia.  Rumah sakit telah  Makin tingginya
mendapatkan  Pemberian memberikan kesadaran
pelatihan ruangan informasi dan kebijakan perawat masyarakat akan
PICU, PPI dan komunikasi yang memiliki pentingnya
Patient Safety. kepada pasien kinerja yang baik kesehatan
 Ruangan PICU oleh perawat untuk  Di Ruangan
merupakan ruangan kurang optimal. mendapatkan PICU merupakan
intensif khusus anak- reward/ ruangan total
anak mualai dari usia penghargaan, care dimana
28 hari sampai 18 kesempatan untuk perlunya
tahun. Dengan 5 kuliah, mengikuti peningkatan ilmu
dokter sepesialis seminar dan dan keterampilan
anak. pelatihan yang diperoleh
 Jumlah seluruh tenaga keperawatan. dari jenjang
keperawatan pendidikan yang
berjumlah 22 orang lebih tinggi atau
dengan latar belakang pelatihan
pendidikan S1+Ners pelatihan
berjumlah 9 orang terfokus.
dan D3 keperawatan
berjumlah 13 orang.
 Perawat diruangan
PICU adalah perawat
dengan pengalaman
kerja 3 sampa 19
tahun.
 Jumlah kapasitas
tempat tidur
berjumlah 11 bed.
 Adanya kesempatan
bagi mahasiswa untuk
berpraktik di ruangan
PICU yang dapat
diberdayakan sehinga
asuhan keperawatan
dapat terlaksana.
M  Terdapatnya dana  Isi materi overan  Visi rumah sakit  Biaya
27

O kesehatan karyawan lebih berfokus menjadi Rumah pemeliharaan


N baik untuk karyawan pada tindakan sakit terpercaya dan pengadaan
E tetap maupun kontrak. kolaborasi/ terapi dengan mutu sarana dan
Y  Terdapat uang kas medis, hanya berdaya saing prasarana yang
untuk keperluang sebagian Internasional. terus
ruangan membahas  Adanya kebijakan meningkat..
 Pengelolaan keuangan tindakan pihak RSUD  Tuntutan
dikelola oleh perawat keperawatan Arifin Achmad pelayanan yang
ruangan. tentang standar lengkap sesuai
perlengkapan dengan standar
ruang pasien. dari masyarakat.
 Kepala ruangan  Anggaran untuk
dilibatkan dalam pengadaan alat
membuat kesehatan dan
perencanaan obat terbatas.
kebutuhan alat  Status RS Arifin
ruangan. Achmad sebagai
rumah sakit
rujukan yang
menampung
sebagian besar
pasien dari
berbagai
kalangan
M  Sudah ada model  Masih ada alat  Terdapat  Tuntutan
E asuhan keperawatan kesehatan yang pelatihan- pelayanan
T yang digunakan tidak berfungsi pelatihan yang keperawatan
H yaitu model kasus. dengan baik dan diadakan oleh yang
 Adanya buku tempat alat bidang diklat professional
O
komunikasi antara penyimpanan untuk perawat  Meningkatnya
D tenaga keperawatan alat medis ruangan baik PNS kesadaran
E di ruangan. kurang maupun non-PNS masyarakat akan
 Pembagian shift memadai.  Adanya organisasi pelayanan yang
perawat dibuat per PPNI yang berkualitas
bulan. menaungi profesi  Terdapat rumah
 Komunikasi antar keperawatan sakit swasta dan
profesi terlaksana  Adanya kebijakan klinik – klinik
cukup baik. RS untuk yang dapat
 Adanya buku memperbaiki memberikan
komunikasi antara sistem kerja pelayanan yang
tenaga keperawatan menjadi lebih lebih baik
di ruangan. professional dengan fasilitas
 Pembagian shift  Adanya kebijakan memadai
perawat dibuat per Kasi keperawatan  Meningkatnya
bulan. bagi setiap kesadaran
ruangan untuk masyarakat akan
28

 Komunikasi antar menyusun aspek hukum


profesi terlaksana perencanaan
cukup baik. kebutuhan
 Adanya standar ruangan masing-
operasional masing (tenaga,
prosedur. alat, dll).
 Adanya standar  Adanya
asuhan kesempatan atau
keperawatan. pemberian izin
dari kepala
ruangan dan
bidang
keperawatan bagi
perawat yang
ingin melanjutkan
pendidikan.

M  Tersedianya sarana  Masih ada alat  Adanya  Pengembalian


A dan prasarana yang kesehatan yang Perencanaan alat-alat yang
T menunjang tidak berfungsi ruangan untuk telah disterilkan
E pemberian asuhan dengan baik dan pengadaan alat-alat terkadang tidak
keperawatan pada tempat alat ruangan. lengkap sesuai
R pasien seperti penyimpanan  Visi rumah sakit dengan yang
I ruangan yang alat medis menjadi Rumah diantar
A nyaman, tempat kurang sakit terpercaya
L tidur yang sudah memadai. dengan mutu
sesuai standar yang  Masih ada alat berdaya saing
bisa dimodifikasi, sarana Internasional
obat dan alat penunjang untuk  Adanya kebijakan
kesehatan yang memantau pihak RSUD
selalu ada kondisi pasien Arifin Achmad
 Tersedianya logistik yang tidak tentang standar
keperawatan yang berfungsi perlengkapan
secara umum dan dengan baik ruang pasien
khusus untuk seperti;  Kepala ruangan
ruangan. komputer dilibatkan dalam
 Terdapatnya set monitoring di membuat
alat-alat tidakan nurse station. perencanaan
seperti set alat-alat kebutuhan alat
tindakan seperti set ruangan
infus, set kateter,
dan sebagainya,
peralatan
oksigenasi.
 Terdapat
administrasi
29

penunjang
 Tersedianya Nurse
Station
M  Adanya pedoman  Masih kurangnya  Terbukanya  Persaingan
O SOP dan SAK kesadaran dalam kesempatan untuk dengan
D diruangan mempertahankan melanjutkan masuknya
E  Adanya prosedur tindakan sesuai pendidikan yang perawat dengan
L tetap tindakan dengan SOP. lebih tinggi latarbelakang
 Sarana dan  RSUD Arifin pendidikan yang
A prasarana Achmad lebih tinggi
S penunjang merupakan lahan  Tuntutan yang
K keperawatan pendidikan untuk lebih tinggi dari
E kurang lengkap. sekolah masyarakat
P kesehatan. untuk
 Adanya PPNI mendapatkan
yang menangani pelayanan yang
profesi professional
keperawatan

F. Analisa data
NO DATA MASALAH
1 Data Obsevasi : Kurang optimalnya
- Orientasi pasien baru atau ke keluarga komunikasi dan pemberian
pasien Tidak adanya sosialisasi tentang informasi terhadap
gelang pasien (tujuan, kapan boleh perawatan pasien atau
dilepas, dan siapa yang boleh keluarga pasien di ruang
melepaskan). PICU RSUD Arifin
- Pada tanggal 3 & 4 Juli 2018 pukul Achmad.
11.00 terlihat pengunjung datang lebih
dari 2 orang pengunjung setiap pasien
- Sebagian besar perawat tidak
memperkenalkan diri kepada pasien
ketika operan pergantian dinas.
- Ditemukan pasien mengatakan
“perawat yang tadi, perawat yang baju
biru, perawat perempuan atau laki-
laki” jika ditanyakan tentang siapa
yang memberikan informasi atau
tindakan.
- Perawat sudah melakukan komunikasi
setiap akan melakukan tindakan
kepada pasien, tapi kurang optimal dan
perlu ditingkatkan sesuai dengan
kriteria komunikasi terapeutik
sesungguhnya.
30

Data Wawancara
- Keluarga pasien sebanyak 3 orang dari
5 orang pasien mengatakan tidak tahu
nama perawat yang bertugas.

2. Data Observasi: Pengoptimalan pelaksanaan


- Pembagian tugas dan pasien perawat di metode MAKP kasus di
PICU ini sudah didokumentasikan ruang PICU RSUD Arifin
dalam kertas pembagian tugas perawat. Achmad Provinsi Riau
- Model MPKP yang diterapkan adalah
model MPKP Tim.
- Masih ada job description yang kurang
sesuai untuk ruangan PICU yang
menggunakan metode MPKP kasus.
Data Wawancara:
- Kepala ruangan mengatakan Jobs
Description untuk setiap perawat sudah
dibagikan dan dijelaskan.
- Kepala ruangan mengatakan metode
MPKP yang digunakan ruangan PICU
adalah metode MPKP kasus.
3. Data Observasi Kurang optimalnya
- Hasil observasi ruang PICU memiliki pelaksanaan patient safety di
properti untuk patient safety berupa ruang PICU di RSUD Arifin
gantungan resiko jatuh, namun dalam Achmad Provinsi Riau
pelaksanaannya belum optimal.
- Masih ada beberapa perawat yang
melakukan tindakan infasive yang
tidak sesuai SOP.
4. Data Observasi Pengoptimalan
- Hasil observasi lembar/ format catatan pendokumentasian buku
perkembangan pasien ada dan cukup status pasien ruangan PICU
baik. di RSUD Arifin Achmad
- Tidak terlihatnya perawat yang Provinsi Riau
melakukan pemeriksaan fisik pada
pasien baru masuk.
Data Kuesioner
- Perawat pelaksana yang melakukan
pendokumentasian askep yaitu jarang
sebanyak 2 orang (13%), sering
sebanyak 6 orang (40%) dan sangat
sering sebanyak 7 orang (47%) dari 15
responden.

Anda mungkin juga menyukai