Anda di halaman 1dari 3

8

Studi korelasional

Dalam riset prilaku dan sosial, kajian deskriptif tentang hubungan korelasional antara dua atau lebih
variabel dapat dilakukan dengan Studi Korelasional. Hubungan korelasional antar variabel adalah
hubungan yang bersifat simetris atau kesejalanan, dalam arti suatu variabel bergerak sejalan
(berkorelasi positif) atau berlawanan arah (berkorelasi negatif) dengan satu variabel atau sejumlah
variabel lain.

Meskipun studi korelasional tidak dimaksudkan memperoleh temuan-temuan deskriptif tentang


hubungan kasual antara dua atau lebih variabel, namun berdasarkan temuan-temuan yang
dihasilkan sekurang-kurangnya dapat memicu dilakukannya studi lain untuk menguji adanya
hubungan kasual itu. Bahkan, dengan analisis yang mendalam pada studi korelasional ini, dapat
dihasilkan model yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi, dan juga dapat diperoleh
temuan-temuan yang mengarah pada hubungan kausal antar variabel. Hasil riset seperti ini akan
sangat bermanfaat, baik untuk kepentingan evaluasi, pengembangan konsep, pengujian aplikasi
suatu konsep dan/atau teori, maupun untuk dijadikan dasar dalam perumusan atau pembuatan
kebijakan.

Hakekat

Penggunaan studi korelasional dalam riset prilaku dan sosial, yang menjadikan manusia sebagai
sumber data, dimaksudkan untuk menjawab masalah yang terkait dengan hubungan antara dua
variabel atau lebih dalam situasi nyata yang sedang dihadapi. Dalam kenyataan, kita dapat
menjumpai berbagai fenomena yang menunjukkan hubungan antar variabel itu, seperti hubungan
antara tingkat pendidikan dan kesejahteraan, atau hubungan antara motif berprestasi karyawan dan
produktivitasnya, atau dalam konteks makro, misalnya, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
penurunan tingkat pengangguran. Hasil riset seperti ini akan sangat bermanfaat, baik untuk
kepentingan evaluasi, pengembangan konsep, pengujian aplikasi suatu konsep dan/atau teori,
maupun untuk dijadikan dasar dalam perumusan atau pembuatan kebijakan.

Penelaahan hubungan dalam studi korelasional dibatasi pada hubungan kesejalanan (hubungan
paralel atau hubungan simetris) antara dua atau lebih variabel. Hubungan kesejalanan adalah
hubungan antara dua atau lebih variabel yang teridentifikasi bergerak sejalan, dalam arti terjadi
kenaikan pada variabel lain, atau sebaliknya, kenaikan pada satu variabel sejalan dengan penurunan
pada variabel lain. Demikian pula penurunan pada satu variabel sejalan dengan penurunan pada
variabel lain atau sebaliknya. Jadi, studi ini tidak dimaksudkan untuk menemukan jawaban terhadap
masalah hubungan kausal (hubungan sebab-akibat) antara dua atau lebih variabel, dalam arti suatu
variabel menjadi penyebab bagi variabel lain.

Dalam studi hubungan korelasional biasanya digunakan pelabelan variabel, yaitu variabel x dan
variabel y. Hal ini berbeda dengan studi hubungan kausal yang memberi label variabel bebas, karena
ada asumsi bahwa variabel itu menjadi sebab, dan label variabel terikat karena ada asumsi bahwa
variabel itu merupakan akibat. Jadi, pelabelan variabel bebas dan variabel terikat merupakan
implikasi dari digunakannya asumsi tentang adanya hubungan kausal (hubungan sebab-akibat)
antara dua atau lebih variabel itu.

Dalam studi korelasional, asumsi seperti digambarkan di atas tidak digunakan. Oleh sebab itu,
biasanya pelabelan variabel bebas dan variabel terikat tidak digunakan, kecuali hasil studi
memverifikasi bahwa satu variabel menjadi sebab dan variabel lain merupakan akibat dari variabel
sebab itu. Untuk kepentingan analisis, biasanya hanya dengan label variabel x (alih-alih variabel
bebas) dan variabel y (alih-alih variabel terikat). Apabila analisis itu juga dimaksudkan untuk
membuat prediksi berdasarkan model yang ditemukan, maka variabel x diberi label sebagai
prediktor, dan variabel y sebagai variabel kriteria.

Hubungan korelasional dapat terjadi antara dua variabel (bivariate) atau antara lebih dari dua
variabel (multivariate). Scara visual hubngan itu dapat diidentifikasi dari pencaran titik-titik atau plot
(scatterplot), melalui penggambaran dalam bentuk diagram pencar (scatter diagram). Dalam
membuat diagram ini, kita dapat membuat dua garis, vertikal (skala skor y) dan horizontal (skala skor
x). Skor pengukuran terhadap setiap individu direpresentasikan dalam bentuk titik, dan pertemuan
antara setiap skor x dan skor y dari setiap individu digambarkan dalam kedudukan titik, dan
kedudukan semua titik yang berpencar itu tergambarkan dalam diagram itu.

Jadi, titik-titik pertemuan skor xdan y itu menunjukkan berapa skor dari setiap individu yang menjadi
subjek sampel pada variabel x dan berapa skor dari setiap individu yang sama pada variabel y.
Apabila data menunjukkan bahwa setiap kenaikan pada variabel x, misalnya kenaikan satu skala,
diikuti oleh kenaikan dengan besaran yang sama pada variabel y, dan ini terjadi pada setiap individu
yang menjadi subyek sampel, maka plot itu akan berada pada satu garis lurus. Demikian pula
sebaliknya, kenaikan pada x diikuti oleh penurunan pada y. Apabila kenaikan pada x diikuti oleh
kenaikan pada y namun besarnya bervariasi, maka plot itu akan berpencar, ke bawah atau ke atas
garis, sehingga tidak membentuk garis lurus. Apabila variasi itu sangat besar maka pencaran plot
akan tampak membuyar atau tidak terkonsentrasi, yang berarti tidak menunjukkan adanya
hubungan korelasional. Fenomena lain adalah adanya kemungkinan plot itu membentuk suatu garis
yangn berbentuk kurve, yakni pada awalnya naik, namun pada titik skala tertentu menurun.

Jadi, secara kuantitatif hubungan kesejalanan ini dapat diidentifikasi dan terjadinya kenaikan skor
pada variabel y sejalan dengan terjadinya kenaikan pada variabel x. Oleh karena itu, dalam
melakukan riset dengan studi korelasional langkah pertama yang harus diidentifikasi adalah variabel
mana merupakan variabel x dan variabel mana merupakan variabel y, baik dengan mengacu kepada
suatu teori maupun hasil-hasil riset lain yang telah dilakukan sebelumnya yang dikaji dari berbagai
rujukan.

Setelah diidentifikasi mana variabel x dan mana variabel y, selanjutnya apabila data menunjukkan,
bahwa kenaikan pada variabel x itu diiringi oleh kenaikan pada variabel y, atau penurunan pada satu
variabel yang diiringi oleh penurunan pada variabel lain, ini menunjukkan adanya korelasi positif
atau sejalan. Apabila terjadi sebaliknya, yaitu kenaikan pada variabel x diiringi oleh penurunan pada
variabel y, maka fenomena itu menunjukkan adanya korelasi negatif atau berlawanan. Adapun
besarnya (magnitude) dari hubungan korelasional itu menggambarkan berapa skala terjadinya
kenaikan atau penurunan pada variabel y apabila terjadi kenaikan satu skala pada variabel x.

Secara matematis, hubungan korelasional yang ditunjukkan oleh plot, digambarkan dengan indeks
atau koefisien korelasi. Besarnya indeks korelasi itu merentang dari nol sampai satu, bila korelasi itu
positif (0.0 ≤ rxy ≤ 1.0), atau dari nol ke negatif satu, bila korelasi negatif (-1.0 ≤ rxy ≤ 0.0). korelasi
positif antara x dan y yang ditunjukkan oleh plot yang berada pada satu garis lurus digambarkan
dengan indeks korelasi positif satu (rxy = 1.0), yang

Anda mungkin juga menyukai