Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERCAYAAN ANIMISME

OLEH :

DHEA AMALIA NURANDA

NIA ERFINA RIDWAN

MUTIARA NURFAIZAH

NABILAH AHMAD

ANDI NUR AISYAH

MADRASAH ALIYAH PUTRI SENGKANG

KABUPATEN WAJO

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, taufik, serta hidayah-

Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang

Kepercayaan Animisme.

Dalam penyusunan makalah kerja ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari

segi materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan

pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan. Penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

kepada para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Sengkang, 8 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH KEPERCAYAAN ANIMISME ..................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 7


1.1. Pengertian Agama, pengertian dan sejarahnya ......................................... 7

1.2. Pengertian Kepercayaan Animisme ......................................................... 8

1.3. Sejarah Lahirnya Kepercayaan Animisme ............................................. 10

1.4. Konsep Ketuhanan Animisme ................................................................ 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13


3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 13

3.2. Saran ....................................................................................................... 15

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepanjang sejarah kehidupan manusia didunia ini ada dua kekuatan besar

yang mewarnainya pertama adalah kepercayaan (agama) dan filsafat. Orang berani

mati untuk dan karena mempertahankan kepercayaan atau agamanya, bahkan tidak

jarang orang berani mengorbankan harta,fikiran,serta tenaganya hanya untuk

mempertahankan kepercayaanya. Karena pada dasarnya kodrat manusia

memerlukan sebuah bentuk kepercayaan (agama), kepercayaan itu akan melahirkan

tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sebuah kepercayaan yang dianut

oleh manusia akan melahirkan nilai nilai kemudian nilai nilai tersebut melembaga

dalam sebuah tradisi sehingga dalam tradisi tradisi tersebut akan melahirkan sebuah

kepercayaan yang dianutnya.

Dalam kenyataan yang ada didunia ini bentuk kepercayaan yang ada

beranekaragam dan kepercayaan yang dianut oleh manusia berbeda sifatnya antara

satu dengan yang lainya, sudah barang tentu sebuah kepercayaan mengandung

sebuah kemungkinan artinya bahwa kepercayaan yang beranekaragam tersebut

kesemuanya salah ataukah hanya salah satu yang benar, akan tetapi secara prinsip

hampir bisa dipastikan bahwa semua bentuk kepercayaan tersebut kemungkinan

mengandung kebenaran. Kebenaran merupakan sesuatu yang ada dalam diri

manusia, ini karena manusia memiliki intuisi (daya batin) dalam menangkap pesan

–pesan kebenaran tanpa harus dipelajari sehingga sifat khas manusia yang memiliki

kebenaran inilah yang menciptakan sebuah bentuk kepercayaan atau keyakinan

yang termanifestasikan dalam sebuah bentuk amalan – amalan atau ritual ritual

4
sosial. Amalan –amalan ritual biasanya diwujudkan dalam bentuk pemujaan dan

penyembahan terhadap sesuatu yang dianggap atau diyakini sebagai tuhan,

kemudian amalan-amalan sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk tradisi kegiatan

yang mereka yakini dapat memberikan manfaat bagi dirinya maupun kehidupan

sosial disekelilingnya.

Agama merupakan sumber nilai yang berasal dari tuhan sebagi manifestasi

dari kehidupan, agama lahir bukan secara kebetulan akan tetapi melalui beberapa

proses yang panjang, mulai dari bentuk kepercayaan akan adanya benda benda

disekitar yang memiliki kekuatan atau roh kepercayaan inilah yang kemudian

disebut dengan istilah animisme dan dinamisme,istilah animisme dan dinamisme

sebenarnya memilliki pengertian yang berbeda akan tetapi keduanya merupakan

sebuah paham kepercayaan yang mempercayai benda benda diluar manusia yang

merek anggap sebagi tuhan,dimana kepercayaan ini lahir dari masyarakat primitive

yaitu masyarakat yang masih sederhana dalam berfikir artinya bahwa masyarakat

dalam fase pertama dalam unsure kepercayaan (animism dan dinamisme) manusia

memuja dan menyembah benda benda serta peristiwa alam yang menakutkan dan

menyenangka. Selanjutnya mereka (masyarakat primitif) menyembah roh nenek

moyang, roh para raja, pahlawan dan pembesar baru kemudian para masyarakat

primitive menyembah para dewa. Animisme dan dinamisme merupakan sebuah

bentuk kepercayaan yang secara konsepsi masyarakat primitive lingkungan

disekitar terdapat makhluk halus dan bertempat tinggal disekeliling manusia

sehingga orang primitive percaya akan adanya kekuatan yang berada diluar dirinya.

Konsepsi animisme dan dinamisme merupakan gejala keagamaan dimana

doktrin yang dijadikan sebagai acuan dalam kegiatan atau tradisi masyarakat

5
didalamnya terdapat rangkaian upacara upacara yang mengambarkan makhluk

makhluk sakti yang memiliki pribadi dan kehendak.selain sebagi suatu kepercayaan

animisme dan dinamisme merupakan rangkaian proses akan kebenaran manusai

dalam mengenal tentang agama, animism dan dinamisme lebih meyakini roh dan

benda benda sebagi alat untuk menyandarkan dirinya bahkan animisme dan

dinamisme melahirkan sebuah bentuk kepercayaan dan menjadikan sebuah nilai

dalam masyarakat pada zamanya .terlepas apakah kebenaran yang dianutnya

merupakan kebenaran yang obyrktif atau hanya sebatas kebenaran yang hanya

bersifat relative, namun sejarah telah mencatat bahwa animisme dan dinamisme

merupakan sebuah kepercayaan yang dianut oleh manusia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi;

1. Apa itu agama, pengertian dan sejarahnya?

2. Apa pengertian kepercayaan Animisme ?

3. Bagaimana Sejarah Lahirnya kepercayaan Animisme ?

4. Bagaimana konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui agama, pengertian dan sejarahnya.

2. Untuk mengetahui pengertian kepercayaan Animisme.

3. Untuk mengetahui sejarah Lahirnya kepercayaan Animisme

4. Untuk mengetahui konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1. Pengertian Agama, pengertian dan sejarahnya

Menurut sebagian pendapat, agama berasal dari bahasa sansekerta yang

diartikan dengan haluan dan jalan. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berasal

dari dua buah kata, yaitu A yang artinya tidak, dan GAMA yang artinya kacau

balau. Jadi agama adalah tidak adanya kacau balau atau dengan kata lain teratur.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa hidup beragama adalah hidup yang teratur,

sesuai dengan haluan atau jalan yang telah dilimpahkan Tuhan dengan dijiwai oleh

semangat kebaktian.

Pada dasarnya beragama merupakan kecenderungan manusia yang sesuai

dengan instink dan fitrahnya untuk mengakui adanya kekuatan yang luar biasa di

atas alam yang ada ini. Di sini memeluk sebuah agama merupakan tuntutan hati

nurani manusia. Mengingkari agama berarti mengingkari hati nuraninya sendiri.

Hal ini bisa dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa mereka yang mengngkari agama

ketika mendapat kesulitan atau sesuatu yang di luar kemampuannya lalu menyebut

nama Tuhan sebagai pelarian. Walau terkadang Tuhan yang disebutnya bisa saja

tanpa nama. Karena ketika Tuhan bisa diungkapkan dengan banyak nama, maka

otomatis Dia bisa diungkapkan tanpa nama.

Paham beragama ini terus berkembang seiring dengan perkembangan

pikiran manusia dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu manusia

yang berarti lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin sedikit

Tuhan yang dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan berangsur-angsur

7
dari keyakinan akan banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada keyakinan akan satu

Tuhan (monotheisme).

Adapun unsure-unsur sebuah agama yang membangun dan melestarikannya

adalah sebagai berikut:

1. Adanya kekuatan gaib yang diyakini (Tuhan)

2. Adanya perasaan takut dan cinta (keimanan)

3. Paham adanya keyakinan yang disucikan (konsep ketuhanan)

4. Adanya keyakinan bahwa kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

tergantung dengan adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang diyakini

(Tuhan).

1.2. Pengertian Kepercayaan Animisme

Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di

sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan,

animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk

halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati

sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut.

Penghormatan ini dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru

mendapat keberuntungan dari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-

roh ini dapat memberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat

dimintai pertolongan.

8
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan

pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa

membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi yang

sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan mampu

makan. Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan masyarakat primitif

sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.

Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana

aliran evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu yang

ada di dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada yang

melekat pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak melekat pada diri

manusia atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan

lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan asas kepercayaan agama manusia

primitif.

Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor

ada empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai agama

primitif. Tahap pertama, masyarakat primitif mengkhayalkan adanya hantu jiwa

(ghost-soul) orang mati yang mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa inilah yang

mengganggu orang-orang yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa menampakkan diri.

Tahap ketiga, timbul kepercayaan dalam masyarakat tersebut bahwa segala sesuatu

berjiwa. Tahap keempat, dari yang berjiwa itu ada yang menonjol, seperti pohon

besar atau batu yang aneh. Akhirnya, yang paling menonjol dari kesemuanya itu

disembah.

9
1.3. Sejarah Lahirnya Kepercayaan Animisme

Animisme merupakan sebuah bentuk kepercayaan yang berasal dari

kehidupan pra sejarah atau masyarakat primitife istilah primitif dicirikan pada

manusia atau sekelompok hidup pada kurun waktu lampau. Dengan ciri demikian

dapat dikatakan bahwa sesuatu yang primitif adalah sesuatu yang kuno dan

tertinggal zaman. Bila diterapkan pada suatu proses sejarah, berarti sesuatu yang

terdapat dalam stadium atau tingkatan yang pertama.dan menempatkan manusia

primitif pada skala yang sangat rendah dari kebudayaan manusia kontemporer.

Animisme dianut oleh orang-orang zaman dahulu sebelum agama masuk kedalam

kehidupan manusia dan mewarnai dunia, mereka menyembah roh-roh nenek

moyang dan menganggap bahwa roh-roh nenek moyang mempunyai kekuatan

untuk membantu maupun menciptakan bencana. Sistem kepercayaan masyarakat

prasejarah diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan

makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang

terjadi pada zaman Mesolithikum.Kepercayaan terhadap roh terus berkembang

pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara

penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen. Kepercayaan terhadap roh.

Asal mula system kepercayaan animisme adalah dengan adanya masyarakat

yang cara berfikirnya masih sederhana (masyarakat primitip) yang meyakini bahwa

diluar dirinya memiliki kekuatan dan mampu memberikan perlindungan kepada

penganutnya

1.4. Konsep Ketuhanan Animisme

Menurut E.B Tylor berpendapat bahwa agama primitif timbul dari

animisme. Maka dapat dikatakan bahwa animisme adalah cikal bakal agama.

10
Karena sesuai dasar pertama dalam agama yakni iman atau percaya, maka hal ini

dirasa benar adanya. Lebih lanjut Tylor menjelaskan karakteristik yang dimiliki

semua agama, baik besar maupun kecil, kuno atau modern adalah kepercayaan pada

roh yang berpikir, bertindak, dan merasa seperti pribadi manusia.[6] Inilah yang

menjadi titik persamaannya dengan animisme, yakni percaya pada roh.

Apabila ditinjau dari bentuknya, animisme memiliki beberapa sifat yang

menyerupai sifat agama, misalnya dalam animisme orang mempercayai barang

yang gaib dan barang-barang ruhaniah, memuja kekuatan dan kekuasaan yang maha

tinggi untuk mendapatkan limpahan kasih saying dan kebahagiaan hidupnya, insyaf

akan kelemahan manusia sehingga mereka dengan rela dan patuh menyandarkan

diri pada kekuatan gaib.

Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.

Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.[7]

1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship).

Seperti penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.

2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship).

Dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda

tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti

kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar

mayat dan lainnya

3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang

(animalworship). Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan

11
keselamatan dan kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india,

buaya dan lainnya.

4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-

worship). Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati

masih hidup dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang

mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan

seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut. Bahkan

roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk dimintai doa restu dan

lainnya

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Paham beragama terus berkembang seiring dengan perkembangan pikiran

manusia dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu manusia yang

berarti lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin sedikit

Tuhan yang dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan berangsur-

angsur dari keyakinan akan banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada

keyakinan akan satu Tuhan (monotheisme).

Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau

dynaomos yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci

dari dinamisme yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah

pengertian tentang aliran akan didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan)

akan adanya kekuatan atau gaib yang terdapat pada berbagai barang, baik yang

hidup atau mati di mana kuatan gaib ini memancarkan pengaruhnya secara gaib

pula pada apa yang ada di sekitarnya.

Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam

dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan

gaib menjadi tiga bagian.

1. Benda-benda keramat

2. Binatang-binatang keramat

3. Orang-orang keramat

Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini

menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau

13
dikembangkan, animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan

terhadap adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik

benda hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan

memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar tidak

mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan dari mereka

dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi banyak

manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai pertolongan.

Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.

Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.

1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti

penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.

2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship).

Dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-

benda tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti

kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar

mayat dan lainnya

3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang

(animalworship). Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan

keselamatan dan kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di

india, buaya dan lainnya.

4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-

worship). Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati

masih hidup dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang

yang mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus

14
hari dan seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh

btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk

dimintai doa restu dan lainnya.

3.2. Saran

Alam menanggapi berbagai macam agama, sebaiknya seseorang tidak terlalu

ekstrim atau bersikap fanatic yang berlebihan terhadap keyakinannya.

Sehingga tercipta kerukunan antar-agama dan bisa saling bekerjasama dalam

membangun Negara. Karena walau bagaimanapun semuanya terpengaruh oleh

latar belakang masing-mamsing dan pengetahuannya. Selain itu, semuanya

tidak yang memberikan garansi keselamatan kecuali janji-janji saja sesuai

kepercayaan dan sama-sama memiliki peluang keselamatan.

15
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Perbandingan Agama. Jakarta: PT. Rineka Cipta


Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Pals, Daniel L. Seven Theories Of Religion Dari Animisme E.B. Tylor,
Materialisme Karl Marx Hingga Antropologi C. Geertz. Yogyakarta: Qalam, 2001.
Tim Pustaka Agung Harapan. ________. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Pustaka Agung Harapan.
Warsito, Loekisno Choiril. Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan Pokok-Pokok
Aja
rannya. Surabaya: Elkaf, 2003

Mudjahid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta : PT Grafindo


Persada, 1994)

Adeng Mukhtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama (Bandung : Cv Pustaka Setia,


2000)

Zakiyah Darajat, dkk. Perbandingan Agama (Jakarta : Bumi Aksara, 1996)

AD. EL Mardendeq Parasiba Qidah (Bandung syamil)

http//:siaksoftnetwork.com/2007/03/14/Pandangan Islam Terhadap Animisme Dan


Dinamisme

16
17

Anda mungkin juga menyukai