BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada saat kandung kemih kosong, lapisan mukosa kandung kemih akan
terlihat seperti pada gambar 2.4. Dapat dijumpai lipatan-lipatan mukosa yang
sangat banyak dan urotelium yang memiliki bulbous umbrella cells. Pada saat
kandung kemih terisi, kandung kemih akan teregang, sehingga lipatan mukosa akan
berkurang dan umbrella cells akan menjadi lebih pipih (Mescher, 2013).
Gambar 2.5. Perubahan tekanan pada kandung kemih saat terisi urin
Sumber: Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 6.
Jakarta: EGC, p. 595-597.
kandung kemih turun, yang secara simultan menarik terbuka sfingter uretra internus
dan meregangkan dinding kandung kemih. Akibatnya, terjadi pengaktifan reseptor
regang yang kemudian akan menyebabkan kontraksi kandung kemih melalui
refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja ini juga dapat
dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernafasan, yang akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang kemudian akan menekan
kandung kemih ke bawah untuk mempermudah proses pengosongan (Sherwood,
2011).
2. Pekerjaan
Paparan terhadap senyawa kimia amin aromatik, seperti benzidine dan beta-
naphtylamine, yang sering digunakan pada industri cat, dapat menyebabkan
kanker kandung kemih. Orang-orang yang memiliki risiko tinggi adalah
pekerja di pabrik pengolahan karet, kulit, tekstil, cat, dan percetakan. Pekerjaan
lain seperti tukang cat, teknisi mesin, teknisi percetakan, pekerja salon
(kemungkinan karena paparan terhadap cat rambut), dan supir truk
(kemungkinan karena paparan asap kendaraan). Orang-orang yang merokok
dan berkerja di tempat yang berisiko seperti ini memiliki risiko tertinggi untuk
menderita kanker kandung kemih.
3. Suku bangsa
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada orang berkulit putih
dibandingkan orang berkulit hitam. Kejadian kanker kandung kemih juga lebih
rendah pada orang-orang Hispanik, Asia Amerika, dan Indian Amerika.
Mekanisme mengenai hubungan antara suku bangsa dengan kejadian kanker
kandung kemih juga masih belum begitu dimengerti.
4. Usia
Risiko kanker kandung kemih meningkat sesuai usia. Sekitar 9 dari 10 orang
yang menderita kanker kandung kemih berusia di atas 55 tahun.
5. Jenis kelamin
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
6. Iritasi kronik dan infeksi kandung kemih
Infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, pemakaian kateter jangka panjang
dan penyebab iritasi kronik kandung kemih lainnya dapat meningkatkan risiko
keganasan kandung kemih, utamanya squamous cell carcinoma. Infeksi oleh
parasit Schistosoma hematobium juga merupakan faktor risiko keganasan
kandung kemih pada negara-negara seperti Afrika dan Timur Tengah, dimana
parasit ini sering ditemukan.
7. Riwayat keganasan pada saluran kemih dan kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat keganasan pada sistem saluran kemih
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker kandung kemih.
Kanker ini dapat terjadi pada tempat yang sama seperti sebelumnya ataupun
pada tempat lain di sistem saluran kemih.
8. Kelainan kandung kemih kongenital
Orang-orang yang mengalami saluran urachus yang menetap memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk menderita adenokarsinoma yang tersusun atas sel-sel
kelenjar yang ganas. Sekitar satu per tiga kasus adenokarsinoma kandung
kemih berasal dari daerah ini.
9. Genetik dan riwayat keluarga
Orang-orang dengan riwayat keluarga penderita kanker kandung kemih
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker kandung kemih di
kemudian hari. Mutasi genetik juga dapat meningkatkan risiko seseorang
menderita kanker kandung kemih, seperti (1) mutasi gen GST dan NAT dapat
menyebabkan tubuh seseorang lebih lambat untuk memecah toksin tertentu
yang menyebabkan kanker kandung kemih, (2) mutasi gen retinoblastoma
(RB1) dapat menyebabkan keganasan pada mata dan peningkatan risiko kanker
kandung kemih, (3) mutasi gen PTEN (Cowden disease) yang berhubungan
dengan keganasan payudara dan tiroid juga meningkatkan risiko seseorang
menderita kanker kandung kemih dan (4) Lynch syndrome yang berhubungan
dengan keganasan kolon dan endometrium juga dapat meningkatkan risiko
keganasan kandung kemih dan ureter.
10. Kemoterapi dan Radioterapi
Penggunaan obat cyclophosphamide jangka panjang dapat menyebabkan iritasi
pada kandung kemih yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko keganasan
kandung kemih.
11. Obat-obatan tertentu dan suplemen herbal
Menurut US Food and Drug Administration (FDA), penggunaan obat
antidiabetes seperti pioglitazone selama lebih dari satu tahun dan suplemen
herbal yang mengandung aristolochic acid dapat meningkatkan risiko
keganasan kandung kemih.
mengeluhkan adanya darah pada urin. Akan tetapi, munculnya darah pada urin
bukan merupakan penanda spesifik dari kanker kandung kemih. Selain munculnya
darah pada urin, keluhan lain berupa perubahan kebiasaan berkemih dan tanda
iritasi pada kandung kemih seperti peningkatan frekuensi berkemih, rasa nyeri atau
terbakar saat berkemih dan perasaan ingin berkemih saat kandung kemih kosong
juga dapat dijumpai. Gejala iritatif ada Lower Urinary Tract Symptoms / LUTS
yang menonjol dan tidak hilang dengan terapi simtomatik dapat merupakan gejala
dari karsinoma in situ. Pada kanker kandung kemih yang telah menyebar ke organ
lain, dapat dijumpai gejala berupa ketidakmampuan untuk berkemih, benjolan pada
perut bagian bawah, nyeri punggung dan panggul, menurunnya nafsu makan dan
berat badan, pembengkakan pada kaki, dan nyeri pada tulang (American Cancer
Society, 2014; Warli et al., 2014).
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan pemeriksaan bimanual,
dapat ditemukan adanya penebalan dinding kandung kemih ataupun benjolan.
Apabila kanker kandung kemih sudah menyebar ke organ lain, dapat dijumpai
limfadenopati supraklavikula dan hepatomegali. Apabila sel kanker telah menyebar
ke tulang, dapat dijumpai adanya nyeri atau fraktur pada tulang. Pada kasus yang
jarang, dapat terjadi penyebaran ke kulit sehingga muncul nodul yang disertai
dengan rasa nyeri dan ulkus (Konety dan Carroll, 2013).
Pemeriksaan penunjang/tambahan yang dapat dilakukan untuk membantu
mendiagnosa kanker kandung kemih adalah pemeriksaan laboratorium, radiologi,
dan sistoureteroskopi. Pada pemeriksaan laboratorium, dapat dilakukan
pemeriksaan darah rutin, sitologi urin dan penanda tumor, seperti Bladder Tumor
Antigen (BTA) stat test, BTA TRAK assay, NMP22 assay, NMP22 Bladderchek
test, ImmunoCyt, dan UroVysion. Pemeriksaan penanda tumor ini dapat mendeteksi
protein yang spesifik terhadap tumor kandung kemih (BTA/NMP22) atau dengan
mendeteksi penanda spesifik dari inti sel yang mengalami keganasan (UroVysion
dan ImmunoCyt). Pada pemeriksaan radiologi, umumnya dilakukan Intravenous
urography untuk evaluasi hematuria. Akan tetapi, pemeriksaan tersebut telah
digantikan dengan Computed Tomography (CT) urography yang lebih akurat dalam
evaluasi kavitas abdomen, parenkim ginjal, ureter, dan kandung kemih. Untuk
kanker superfisial, dapat dilakukan TUR dan untuk menilai derajat invasi, dapat
juga dilakukan CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan tingkat akurasi
40-85% untuk CT dan 50-90% untuk MRI (Konety dan Carroll, 2013).
Meskipun pemeriksaan laboratorium dan radiologi memberikan banyak
informasi yang berguna dalam penilaian organ saluran kemih, sistoskopi masih
merupakan pemeriksaan yang paling baik (gold standard) untuk menilai kandung
kemih dan uretra. Selama proses pemeriksaan dengan sistoskopi, dapat dilakukan
biopsi terhadap jaringan yang dianggap tidak normal pada kandung kemih yang
kemudian akan diperiksa secara mikroskopis (Bladder Cancer Advocacy Network.,
2008).
2.3. Merokok
Rokok merupakan suatu zat toksik yang tersusun atas lebih dari 7000
senyawa kimia dan sekitar 70 senyawa diantaranya dapat memicu terjadinya kanker
(karsinogenik). Beberapa senyawa berbahaya yang terkandung dalam rokok adalah
senyawa karsinogenik (formaldehyde/formalin, benzene, polonium 210, dan vinyl
chloride), logam toksik (kromium, arsenik, timbal, dan kadmium), dan gas beracun
(karbon monoksida, hidrogen sianida, amoniak, butana, dan toluene). Senyawa-
senyawa tersebut menyebabkan kerusakan yang segera dan berulang pada sel-sel
tubuh. Kerusakan pada Deoxyribonucleic Acid (DNA) merupakan salah satu
mekanisme rokok menyebabkan keganasan. Selain itu, iritasi berulang akibat
senyawa toksik dalam rokok juga merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan
keganasan (U.S. Department of Health and Human Services, 2010).
Kebiasaan merokok menunjukkan jumlah batang rokok yang dikonsumsi
oleh seseorang dalam satu hari. Klasifikasi kebiasaan merokok umumnya dibagi
menjadi ringan, sedang, dan berat. Perokok ringan adalah orang yang
mengkonsumsi kurang dari 10 batang rokok per hari sedangkan perokok berat
adalah orang yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang rokok per hari. Perokok
sedang merupakan orang yang mengkonsumsi rokok dengan jumlah di antara
perokok ringan dan berat (Lifestyle Statistics Team, Health and Social Care
Information Centre, 2014).