VREDEBURG YOGYAKARTA
Disusun oleh :
NABILA RIZKI ANDINI
KELAS X IPS 3
No. Absen: 20
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
NABILA RIZKI ANDINI
KELAS X IPS 3
No. Absen: 20
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim,
Allhamdullilahirobbi’lalamin, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan kasih sayang, taufiq, hidayah, serta inayah-nya
kepada kita semua. Ucapan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan dan wisata sejarah ini tanpa ada
halangan suatu apapun.
Maka pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang ikut berpartisipasi mendukung dan membimbing kami dalam
penyusunan laporan kunjungan dan wisata sejarah ini,diantaranya adalah :
1. Ibu Siti Zumrotul Arifah, S.pd., M.pd, selaku Kepala Sekolah SMA N 1
Karangmojo yang telah memberi izin serta bertanggung jawab terhadap
kegiatan ini.
2. Bapak Toni Endro Kisworo,S.Pd, selaku Guru Sejarah Indonesia yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada kami demi
kelancaran pembuaran laporan kunjungan dan wisata sejarah di Museum
Benteng Vredeburg.
3. Biro wisata yang telah mengarahkan dan membimbing kami selama
perjalanan dengan penuh kesabaran dan pengertian sehingga kegiatan
wisata sejarah ini terselenggara dengan baik dan lancar.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan kunjungan dan wisata
sejarah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan para pembaca karya tulis ini kami
memohon kritik dan sarannya demi kelancaran penulisan laporan karya wisata yang
akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.3.1 Pemanfaatan bangunan di komplek benteng bredeburg.................. 14
3. 1 Simpulan ................................................................................................. 34
3. 2 Saran ....................................................................................................... 34
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Museum benteng vredeburg ............................................................... 5
Gambar 2. 2 Selokan atau parit ............................................................................. 19
Gambar 2. 3 Jembatan ........................................................................................... 19
Gambar 2. 4 Benteng atau tembok ........................................................................ 20
Gambar 2. 5 Pintu gerbang.................................................................................... 20
Gambar 2. 6 Bangunan dalam ............................................................................... 21
Gambar 2. 7 Monumen serangan umum 1 maret 1949 ......................................... 21
Gambar 2. 8 Mesin cetak kedaulatan rakyat ......................................................... 22
Gambar 2. 9 Tempat memasak air batalyon 323 divisi siliwangi ......................... 22
Gambar 2. 10 Patung Ibu fatmawati sedang menjahit bendera pusaka merah putih
............................................................................................................................... 23
Gambar 2. 11 Replika Kadet AU RI (Misi pengeboman putera indonesia pertama)
............................................................................................................................... 23
Gambar 2. 12 Markas pangeran diponegoro di selarong ...................................... 24
Gambar 2. 13 Kongres boedi oetomo di yogyakarta............................................. 25
Gambar 2. 14 Sebelum mengalami perubahan ..................................................... 26
Gambar 2. 15 Setelah mengalami perubahan ........................................................ 26
Gambar 2. 16 Penurunan bendera hinomaru dan pengibaran bendera merah putih di
gedung cokan kantai (gedung agung) ................................................................... 27
Gambar 2. 17 Peristiwa perebutan senjata dari tentara jepang oleh polisi istimewa,
pemuda dan massa rakat........................................................................................ 28
Gambar 2. 18 Hari jadi berdirinya universitas gadjah mada Yogyakarta ............. 29
Gambar 2. 19 Ruang pamer tetap diorama II (tampak depan) .............................. 30
Gambar 2. 20 Dapur umum di daerah geriliya ...................................................... 30
Gambar 2. 21 Serangan umum 1 maret 1949 ........................................................ 31
Gambar 2. 22 Konferensi rencana colombo tahun 1959 ...................................... 32
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah :
1. Menambah ilmu pengetahuan, wawasan yang luas bagi kami dan umum
bagi para pembaca.
2. Sebagai wisata sejarah rohani.
3. Sebagai aplikasi dari pembelajaran materi di kelas.
4. Ikut melaksanakan program sekolah, yaitu melaksanakan studi lapangan
ke Yogyakarta.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah :
1. Mengetahui sejarah dibangunnya, tujuan dibangunnya, serta manfaat
dibangunnya objek yang dikunjungi.
2. Mengetahui hal-hal yang dapat diteladani dari objek yang dikunjungi.
3. Untuk meningkatkan serta melestarikan nilai-nilai perjuangan, seni, dan
budaya bangsa Indonesia.
4. Memenuhi tugas akhir tahun pelajaran, yang nilainya akan dimasukkan ke
nilai bidang studi IPS.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
(Sultan Hamengku Buwono I kelak) adalah merupakan hasil politik Belanda yang
selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak
Belanda mengusulkan kepada sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di
dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga
keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda
yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala
perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak
tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju
kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng
strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya
benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan
memalingkan muka memusuhi Belanda.
Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan
dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang
sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal
ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan izin
Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.
6
Sudut Barat Daya Museum Benteng Vredeburg dengan tiga patok yang
berfungsi untuk meletakan meriam.
benteng. Sampai akhirnya benteng dikuasai bala Tentara Jepang tahun 1942 setelah
Belanda menyerah kepada Jepang dengan ditandai dengan Perjanjian Kalijati bulan
Maret 1942 di Jawa Barat.
gudang mesiu dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan Indo Belanda serta kaum
politisi RI yang menentang Jepang.
Pada masa Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948) Benteng Vredeburg
yang waktu itu dijadikan markas militer RI menjadi sasaran pengeboman pesawat-
pesawat Belanda. Kantor Tentara Keamanan Rakyat yang berada di dalamnya
hancur. Setelah menguasai lapangan terbang Maguwo, tentara Belanda yang
tergabung dalam Brigade T pimpinan Kolonel Van Langen berhasil menguasai kota
Yogyakarta, termasuk Benteng Vredeburg. Selanjutnya Benteng Vredeburg
dipergunakan sebagai markas tentara Belanda yang tergabung dalam IVG
(Informatie voor Geheimen), yaitu dinas rahasia tentara Belanda. Di samping itu
Benteng Vredeburg juga difungsikan sebagai asrama prajurit Belanda dan juga
dipakai untuk menyimpan senjata berat seperti tank, panser dan kendaraan militer
lainnya.
Ketika terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949, sebagai usaha untuk
menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI bersama dengan TNI masih ada,
Benteng Vredeburg menjadi salah satu sasaran di antara bangunan-bangunan lain
yang dikuasai Belanda seperti kantor pos, stasiun kereta api, Hotel Toegoe, Gedung
Agung, dan tangsi Kotabaru. Kurang lebih 6 jam kota Yogyakarta dapat dikuasai
oleh TNI beserta rakyat pejuang. Baru setelah bala bantuan tentara Belanda yang
didatangkan dari Magelang tiba ke Yogyakarta, TNI dan rakyat mundur ke luar
kota dan melakukan perjuangan gerilya.
Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg
dikuasai oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian pengelolaan
benteng diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta. Pada waktu itu Ki Hadjar
Dewantarapernah mengemukakan gagasannya agar Benteng Vredeburg
dimanfaatkan sebagai ajang kebudayaan. Akan tetapi gagasan itu terhenti karena
terjadi peristiwa “Tragedi Nasional” Pemberontakan G 30 S tahun 1965. Waktu itu
untuk sementara Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tahanan politik
terkait dengan peristiwa Pemberontakan G 30 S yang langsung berada di bawah
pengawasan Hankam.
Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat nyata
setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang dilakukan
oleh Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
12
Gambar 2. 3 Jembatan
20
Gambar 2. 10 Patung Ibu fatmawati sedang menjahit bendera pusaka merah putih
Keterangan:
Lokasi : Goa Selarong, Bantul, Yogyakarta
Waktu : Juli sampai 9 Oktober 1825
Adegan : Perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong.
Diorama ini berusaha menceritakan perjuangan Pangeran Diponegoro
bersama kawan – kawannya di Goa Selarong. Pada tanggal 21 Juli 1825
pasukan Belanda pimpinan asisten Residen Chevallier mengepung Dalem
Pangeran Diponegoro.
Tetapi Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri ke Goa Selarong.
Sampai akhir Juli 1825 di Goa Selarong telah berkumpul bangsawan –
bangsawan yang akhirnya menjadi panglima dalam pasukan Pangeran
Diponegoro. Selama bermarkas di Goa Selarong pasukan Belanda telah
25
menyerang tiga kali. Pertama, pada tanggal 25 Juli 1825 dipimpin Kapten
Bouwes. Kedua, pada bulan September dibawah pimpinan Mayor Sellwinj dan
Letnan Kolonel Achenbach. Ketiga, 4 November 1825.
Keterangan:
Lokasi : Ruang makan Kweekschool (SMU 11 Jl. Sangaji Yogyakarta)
Waktu : 3 sampai 5 Oktober 1908
Adegan : Sutomo seorang pengajar STOVIA sedang menyampaikan
gagasannya pada saat Konggres I Budi Utomo yang dipimpin
Dr.wahidin Soedirohoesodo.
Dalam konggres ini berhasil diputuskan beberapa hal penting, antara lain :
1. Tujuan perkumpulan adalah mengusahakan kemajuan yang selaras untuk
negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian,
perdagangan, teknik, industri dan kebudayaan.
2. Menetapkan pengurus besar yaitu RTA. Tirto Koesoemo (bupati Karang
Anyar saat itu) dan wakil Dr. Wahidin soedirohoesodo.
3. Menetapkan Yogyakarta sebagai pusat perkumpulan Budi Utomo.
Selain itu, juga terdapat diorama – diorama yang menggambarkan
peristiwa lain seperti Kongres Perempuan Indonesia I, Kongres Jong Java di
Yogyakarta, Berdirinya Tamansiswa, penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono
IX, masuknya Jepang ke Indonesia, dan lain – lain.
26
Keterangan:
Lokasi : Gedung Agung Jl. Ahmad Yani Yogyakarta
Waktu : 21 September 1945
Adegan : Para pemuda antara lain Salamet, Sutan Ilyas, Supardi, Rusli dan
pemudi Siti Ngaisyah menurunkn bendera Hinomaru dan
menggantinya dengan bendera Merah putih di atap gedung Cokan
Kantai.
Pada tanggal 21 September 1945, sebelum terjadi peristiwa penurunan
bendera Hinomaru, rakyat bergerak menuju Balai Mataram (Senisono sekarang)
untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Ribuan rakyat Yogyakarta yang
sebagian besar adalah pemuda pelajar telah berkumpul di depan Gedung Cokan
Kantai dengan dikawal satu kompi pasukan Polisi Istimewa. Tanpa rasa takut
sedikittpun, meskipun sebelumnya sempat dihalau pasukan tentara Jepang, 4
orang pemuda tersebut naik ke atas gedung dan menggantikan bendera
28
Hinomaru dengan bendera Merah Putih. Saat itu pula bergema lagu Indonesia
Raya, peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Insiden Bendera di Cokan
Kantai”.
Gambar 2. 17 Peristiwa perebutan senjata dari tentara jepang oleh polisi istimewa,
pemuda dan massa rakat
Keterangan:
Lokasi : Gayam, Yogyakarta.
Waktu : 23 September 1945
Adegan : Polisi Istimewa dibawah pimpinan Oni Sastroadmodjo dan massa
rakyat melucuti senjata Jepang di Gayam.
Peristiwa ini didahului dengan tindakan pasukan Jepang yang secara diam
– diam melucuti senjata kesatuan Polisi Istimewa dan disimpan di dalam
gudang. Komandn kompi Polisi Istimewa melaporkan kejadian tersebut kepada
komisaris polisi. Kemudian, komisaris polisi segera melakukan perundingan
dengan pimpinan tentara Jepang, tetapi perundingan tersebut gagal. Akhirnya
massa rakyat dan polisi mengepung markas dan gudang senjata Jepang di
Gayam dan dapat merebut kembali senjata tersebut.
29
Keterangan:
Lokasi : Sitihinggil, Kraton Kasultanan Yogyakarta
Waktu : 19 Desember 1949
Adegan : Prof. Dr. Sardjito sedang menyampaikan pidatonya saat
diresmikannya Universiteit Negeri Gadjah Mada di Sitihinggil
Kraton Yogyakarta.
Sebelum didirikan UGM, banyak lembaga pendidikan yang didirikan di
Yogyakarta, Solo, dan Klaten. Pada tanggal 20 Mei dibentuk sebuah komite
yang membahas masalah pendidikan tinggi di Indonesia. Kemudia diputuskan
untuk menggabungkan semua lembanga pendidikan yang ada di Yogyakarta,
Solo, dan Klaten. Maka perguruan tinggi yang ada tersebut digabungkan
menjadi Universiteit Negeri Gadjah Mada yang berkedudukan di Yogyakarta.
Kemudian pada tahun 1954, nama Universiteit Negeri Gadjah Mada diubah
menjadi Universitas Gadjah Mada.
30
Keterangan:
Lokasi : Desa Banaran, Banjarharjo, Kulon Progo
Waktu : 1948 – 1949
Adegan : Suasana dapur umum di markas gerilya
31
Keterangan:
Lokasi : Stasiun tugu, Hotel Tugu
Waktu : 1 Maret 1949
Adegan : Pasukan gerilyawan TNI serta para pejuangan lain mengadakan
serangan terhadap Hotel Tugu.
Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan reaksi atas pernyataan Belanda
yang menyatakan bahwa RI dan TNI sudah hancur. Mengapa dilakukan pada
siang hari ? karena Sultan Hamengku Buwono IX berpikir bahwa serangan ini
harus mempunyai dampak internasional secara luas dan siang hari dipilih
karena bisa memberikan nilai politis yang mampu mempengaruhi jalannya
sidang di DK PBB kala itu. Serangan yang dilakukan pada siang hari tersebut
bertujuan, antara lain:
- Tujuan politik
32
Keterangan:
Lokasi : Universitas Gadjah Mada
Waktu : 26 Oktober s/d 14 November 1959
33
3. 1 Simpulan
Dari kunjungan yang telah dilakukan, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa:
1. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan sebuah museum
khusus sejarah perjuangan nasional Bangsa Indonesia di Yogyakarta.
Keberadaannya diselenggarakan untuk masyarakat umum, sehingga segala
kegiatan yang diselenggarakan berorientasi pada kepentingan masyarakat.
2. Melalui koleksi yang disajikannya, Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta berusaha menyampaikan informasi tentang sejarah perjuangan
kemerdekaan. Melalui koleksi tersebut, museum mengajak masyarakat
untuk berkomunikasi dengan masa silam, belajar dari masa silam, dan
menjadi bagian dari masa silam. Selanjutnya mengambil hikmah sebagai
bahan pelajaran dalam menyongsong masa depan bangsa.
3. 2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan beberapa hal,
diantaranya :
1. Kita sebagai siswa, harus menanamkan kesadaran dalam diri kita akan
pentingnya belajar sejarah.
2. Sebagai generasi muda kita harus dapat melestarikan warisan budaya,
khususnya Benteng Vredeburg Yogyakarta.
3. Pihak sekolah dan lembaga pendidikan harus memberikan dukungan penuh
terhadap pendidikan sejarah.
4. Pemerintah harus berpartisipasi aktif dalam upaya menjaga warisan budaya,
khususnya Benteng Vredeburg Yogyakarta.
5.
34
DAFTAR PUSTAKA
https://gudeg.net/direktori/49/museum-benteng-vredeburg-yogyakarta.html
(diakses 25 Desember 2018)
https://www.wisatania.com/museum-benteng-vredeburg-yogyakarta (diakses 26
Desember 2018)
https://www.museumindonesia.com/museum/96/1/Museum_Benteng_Vredeburg_
Yogyakarta_Yogyakarta (diakses 26 Desember 2018)
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mbvy/category/koleksi/ (diakses 27
Desember 2018)
https://www.academia.edu/30932744/MUSEUM_BENTENG_VREDEBURG
(diakses 27 Desember 2018)
35