Anda di halaman 1dari 1

Wawancara untuk tim sosial-budaya, narasumber yang diwawancara adalah bapak Tukmi

Yulianto. Bapak ini memiliki warung atau lebih tepatnya pedagang di lokasi pantai Banyu
Meneng. Beliau memiliki istri yang juga berprofesi sebagai pedagang dirumahnya. Bapak Tukmi
ini berasal dari daerah Bandung Rejo. Bapak Tukmi ini memiliki anak yang masing-masing
sudah berkeluarga. Jadi di desa Bandung Rejo bapak Tukmi hanya tinggal berdua saja dengan
istrinya. Hasil wawancara yang kami dapatkan adalah pengunjung yang mengunjungi pantai
Banyu Meneng ini biasanya lebih membludak ketika akan dating tahun baru, juga pada hari
weekend saja. Untuk hari normal nya hanya ada beberapa pengunjung saja. Mereka biasanya ke
pantai Banyu Meneng untuk berwisata snorkling, berenang, piknik dengan keluarga. Di pantai
Banyu Meneng ini terdapat 5 toko, hanya saja yang aktif atau sering buka hanya ada 2 toko.
Untuk 3 toko yang tidak aktif ini, ternyata mereka buka hanya ketika malam tahun baru saja.
Karena mereka memiliki kegiatan yang lain selain berdagang di pantai Banyu Meneng. Untuk
bapak Tukmi Yulianto sendiri ini tidak bertempat tinggal di pantai Banyu Meneng tersebut.
Beliau hanya akan daang ketika pagi hari dan akan pulang ke rumahnya ketika sore hari di desa
Bandung Rejo. Untung di Banyu Meneng tidak ada keluarga yang berprofesi sebagai nelayan.
Pantai Banyu Meneng sendiri dikelola oleh KTH (Kelompok Tani Hutan). Para tani awalnya
iuran untung pembangunan fasilitas warung yang ada di pantai Banyu Meneng. Pengelolaan
dikelola sedniri oleh para anggota KTH ini. Angggotanya semua dari desa Bandung Rejo. Hasil
dari penjualan dijadikan sebagai kas desa. Untuk ketua nya sendiri yakni bapak Zainul. Yang
kadang-kadang tiap hari ke lokasi.

Anda mungkin juga menyukai