Anda di halaman 1dari 2

Pemanfaatan Burung Kuntul (Egretta Sp) Dijadikan Sebagai Pembantu Petani Mengatasi

Hama Di Banten.

Petani Kabupaten Lebak, Banten, melestarikan populasi burung kuntul (Egretta sp)
karena satwa yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem itu pembantu petani mengatasi serangan hama padi.
“Petani di sini menjaga dan melestarikan habitat populasi burung kuntul,apalagi satwa itu
menyelamatkan tanaman padi dari serangan hama binatang keong emas, tikus dan semut,” kata
Arsani (50) seorang warga Cisangu Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, Sabtu.
Populasi burung kuntul di wilayahnya cukup berkembang dan habitat satwa itu di kawasan hutan
lindung sebagai persinggahan yang lokasinya di Desa Bojongmenteng Kabupaten Serang.
Masyarakat dan petani melindungi burung kuntul dan tidak melakukan perburuan.
Populasi burung kuntul tersebut dapat menyelamatkan tanaman padi dari serangan hama
penyakit. Selain itu juga burung kuntul dilindungi oleh UU Perlindungan Satwa. Burung kuntul
di desa di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten, dapat menyelamatkan tanaman
padi dari serangan hama, binatang keong emas, tikus dan semut. Populasi burung kuntul di
wilayah ini berkisar 15.000 sampai 20.000 ekor. Mereka setiap hari memadati persawahan
warga untuk mencari makanan belalang, ikan, keong emas dan kodok. Mereka datang ke areal
persawahan secara berkelompok pada waktu pagi dan sore hari. Namun, siang dan malam hari
kembali ke sarang di pohon sekitar hutan lindung yang jarak tempuhnya tidak begitu jauh
dengan areal persawahan. Tempat tinggal burung itu diabadikan masyarakat dengan nama
Kampung Pasir Kuntul sebagai bentuk kecintaannya. Burung itu biasa membuat sarang di
sejumlah pohon yang memiliki ketinggian di atas 10 meter dari permukaan tanah, seperti
pohon asem, mahoni, sengon, dan beringin. Petani di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak,
mengaku populasi burung kuntul sangat bermanfaat bagi pertanian padi sawah, karena bisa
mencegah serangan hama wereng, belalang atau tikus untuk pakan binatang itu. Begitupun
Petani Desa Kolelet Wetan Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku warga terus
melestarikan habitat satwa yang dilindungi tersebut dengan tidak berani melakukan perburuan
liar maupun penembakan. Meski daging burung Kuntul itu enak dimakan, tetapi warga melarang
perburuan liar. Karena itu, hingga kini petani terus menjaga keberadaanya, karena merasa
diuntungkan dengan kehadiran burung kuntul tersebut, hal ini berlaku sejak puluhan tahun
yang lalu.

Suara burung gagak dijadikan sebagai penanda kabar kematian di kampong


Penauan, Kecamatan Ciwandan, Cilegon.

Apabila burung gagak hinggap di atap rumah atau di tempat tertentu, suaranya dapat
didengar, konon akan ada yang meninggal. Orang yang meninggal pun ada si sekitar tempat si
burung hinggap. Waktunya juga tak lama setelah suaranya terdengar. Hal ini sebenernya
merupakan mitos umum, tapi hampir masayarakat khususnya pulau Jawa mempercayai akan hal
tersebut. Cerita nya sebenernya berawal dari zaman nabi Adam, pada saat Qabil kebingungan,
Allah memberikan ilham melalui burung gagak. Ada dua ekor burung gagak yang berebut
hendak mematuk mayat Habil. Burung gagak itu bertarung. Salah seekor tewas dalam
pertarungan itu. Lalu burung gagak yang masih hidup menggali tanah. Burung gagak yang mati
ditarik ke dalam tanah dan ditimbunnya. Jadi Qabil pun mendapat pelajaran dari gagak itu tadi.
Sehingga masyarakat mengisyaratkan bahwa setiap ada suara burung gagak terdengar mereka
menganggap bahwa itu sebuah pertanda akan datangnya kematian didaerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai