Anda di halaman 1dari 5

ABC ( Activity Based Costing ) adalah metode penentuan biaya produk yang pembebanan biaya

overhead berdasarkan pada aktivitas yang dilakukan dalam kaitannya dengan proses produksi.

BIAYA PRODUK

Pengertian biaya produk ditentukan oleh tujuan manajerial yang ingin dipenuhi. Definisi biaya produk
dapat memberikan gambaran mengenai prinsip dasar manajemen biaya, yaitu biaya yang berbeda untuk
tujuan yang berbeda . Sebagai contoh , manajemen tertarik pada analisis profitabilitas starategis. Untuk
mendukung tujuan ini, manajemen membutuhkan informasi mengenai semua penerimaan dan biaya
yang berkaitan dengan produk.

Berdasarkan kepentingan pelaporan eksternal, biaya produk dapat diklasifikasi menjadi tiga
komponen, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan
baku adalah penggunaan bahan-bahan yang dapat dilacak secara langsung ke dalam produk atau jasa
yang dihasilkan. Biaya ini dapat dialokasikan langsung ke produk karena observasi secara fisik dapat
digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan yang menjadi bagian
dari produk berwujud atas penyediaan jasa juga dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku. Contoh
bahan baku,yaitu: kayu di pabrik mabel, baja dipabrik mobil, terigu di pabrik roti,dan bahan bakar di
maskapai penerbangan.

Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang dapat dilacak secara langsung ke dalam
produk atau jasa yang dihasilkan. Seperti bahan baku, observasi fisik dapat digunakan untuk mengukur
jumlah penggunaan tenaga kerja untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa. Tenaga kerja yang
mengubah bahan baku menjadi sebuah produk atau yang menyediakan layanan kepada konsumen
diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. Misalnya tukang kayu di pabrik mabel,tukang las di pabrik
mobil,dan pilot di maskapai penerbangan.

Biaya overhead adalah semua biaya poduksi selain bahan baku dan tenaga kerja langsung. Dalam
perusahaan manufaktur, biaya overhead sering disebut sebagai beban pabrik (factory burden) atau
overhead pabrik. Contoh gaji mandor,gaji teknis perawatan mesin pabrik, dan biaya penggunaan bahan
bakar mesin diesel untuk kelistrikan pabrik.

Biaya Per Unit

Biaya per unit ( unit cost ) adalah biaya yang yang dikeluarkan untuk menghasilkan tiap satu unit produk.
Biaya yang dihitung berasal dari pembebanan biaya ke obyek biaya seperti produk, konsumen,
pemasok,dan bahan mentah.

Perhitungan biaya per unit produk yang pertama, harus ditentukan terlebih dahulu apa dan berapakah
biaya total. Perlu juga dibatasi apakah biaya total itu hanya berupa biaya produksi atau termasuk biaya
pemasaran. Kedua, harus ditentukan cara mengukur biaya yang akan dibebankan dalam biaya total.
Pengukuran akan dilakukan berdasarkan biaya sesungguhnya ataukah biaya yang diestimasikan saja.
Ketiga, pemilihan metode pembebanan suatu biaya ke dalam biaya produk yang akan digunakan.

Pentingnya Penentuan Biaya Per Unit Produk


Manajemen perlu menentukan biaya per unit produk untuk berbagai kepentingan,baik yang bersifat
strategis maupun taktis , diantarnya sbb:

1. Dasar penentuan harga. Jika manajemen mengetahui biaya produksinya maka mereka akan
dapat menentukan harga yang sekiranya tidak akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

2. Dasar pembuatan keputusan. Jika manajemen mengetahui biaya produksi sebuah produk
maka mereka dapat membandingkannya dengan harga jual produk pesaing. Berdasarkan hal tersebut,
manajer akan dapat menentukan apakah sebaiknya produk dihentikan produksinya atau dapat terus
dilanjutkan.

Banyak keputusan strategis dibuat berdasarkan pada biaya per unit. Oleh karena itu, akurasi dalam
penentuan biaya unit menjadi penting. Contoh keputusan strategis tersebut adalah keputusan
penentuan pemosisian produk ( product positioning ) dan penentuan harga jual produk.

Biaya Sesungguhnya dan Biaya Normal

Biaya sesungguhnya, Pendekatan biaya sesungguhnya adalah perhitungan biaya produk atau jasa
menggunakan biaya yang sebenarnya terjadi untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik. Biaya sesungguhnya dalam kaitan produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produk, mulai tahap praproduksi sampai produk selesai diproduksi. Hasilnya akan
diperoleh biaya produk yang benar-benar akurat. Perhitungan biaya berdasarkan biaya sesungguhnya
memiliki kelemahan, yaitu biaya baru dapat diketahui jika semua tahap produksi selesai dilakukan. Hal
tersebut berdampak pada masalah ketepatan waktu, karena proses produksi sebagian besar industri bisa
dikatakan tidak pernah selesai dan bersifat terus-menerus (continous).

Periodisasi dalam perhitungan biaya produksi merupakan salah satu alternatif yang disarankan untuk
mengatasi kelemahan tersebut. Misalny, perhitungan dilakukan dalam periode mingguan atau bulanan.
Namun, periodisasi sendiri sesungguhnya menimbulkan permasalahan dalam variabilitas produksi dan
sifat biaya overhead. Misalnya, volume produksi bulan januari lebih sedikit dibandingkan volume
produksi bulan januari sedangkan konsumsi biaya overhead sama. Berdasarkan hal tersebut, akankah
biaya produksi bulan februari ditentukan lebih rendah? Bagaimana jika volume produksi bulan maret
kembali turun sedangkan biaya overhead tetap? Oleh karena itu, penerapan biaya sesungguhnya
menjadi sulit untuk digunakan dalam aplikasi riil.

Biaya Normal. Pendekatan biaya normal adalah penentuan biaya produk atau jasa menggunakan biaya
sesungguhnya dari bahan baku dan tenaga kerja, sedangkan biaya overhead menggunakan pembebanan
yang didasarkan pada estimasi biaya overhead yang digunakan dalam satu periode. Pembebanan biaya
overhead dilakukan dengan menentukan tarif pembebanan terlebih dahulu, baru kemudian ditentukan
biaya overhead yang dibebankan dalam satu periode dengan cara mengalikan tarif dengan aktivitas yang
digunakan untuk mendapatkan informasi biaya.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada biaya normal dapat menggunakan biaya
sesungguhnya karena pada umumnya perusahaan melakukan pembelian bahan dengan menggunakan
kontrak pembelian. Berdasarkan hal tersebut, harga bahan perusahaan akan dapat ditentukan terlebih
dahulu. Hal tersebut tidak berbeda dengan biaya tenaga kerja. Umumnya, dalam kontrak tenaga kerja
sudah dicantumkan besar upah dan cara pengupahannya. Pada kenyataannya, biaya overhead sulit
dilakukan karena banyak komponen biaya overhead yang sifatnya periodik dan besarnya berfluktuasi.

Langkah – Langkah Sistem ABC

Tiga tahap pengaplikasikan sistem ABC yaitu :

1) Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas

Identifikasi biaya sumber daya untuk berbagai macam aktivitas dapat dilakukan dengan cara
membedakan aktivitas berdasarkan cara aktivitas mengonsumsi sumber daya.Dengan cara ini, aktivitas
dikelompokan menjadi empat level aktivitas

a. Aktivitas level unit ( unit-level activities ) adalah aktivitas yang dilakukan dalam rangka
menghasilkan satu unit individual dari produk atau jasa.Contohnya penggunaan bahan baku,
penggunaan tenaga kerja langsung, dan inspeksi unit.

b. Aktivitas level batch ( batch-level activities ) adalah aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan
setiap grup dari produk atau jasa. Perusahaan biasanya mengelompokkan dalam satu grup apabila
produk atau jasa dihasilkan oleh satu proses yang dijadwalkan dalam satu waktu atau proses secara
bersamaan. Contohnya pengesetan mesin-mesin produksi, pemesanan pembelian, penjadwalan
produksi, penanganan bahan, dan pengiriman produk.

c. Aktivitas level produk ( product-level activities ) adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi dari satu tipe produk atau jasa yang spesifik. Contohnya adalah pendesainan produk, modifikasi
produk, dan administrasi suku cadang produk.

d. Aktivitas level fasilitas ( facility-level activities ) merupakan aktivitas pendukung operasi secara
umum. Aktivitas ini tidak disebabkan oleh adanya produk atau dalam rangka memenuhi kebutuhan
konsumen. Aktivitas ini juga dapat ditelusur pada produk unit individual, batch , atau produk. Contohnya
adalah keamanan pabrik, pajak bumi dan bangunan, perawatan bangunan, dan penutup bukuan.

2) Mengalokasikan biaya ke dalam objek biaya

ABC menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya dalam mengalokasikan biaya sumber daya
ke dalam produk. Biaya sumber daya dapat dialokasikan ke dalam aktivitas berdasarkan estimasi atau
penelusuran langsung. Penelusuran langsung membutuhkan pengukuran penggunaan sumber daya yang
sesungguhnya.

3) Mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya


MANFAAT DAN KETERBATSAN SISTEM ABC

Manfaat dari sistem ABC adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.

2. Pembuatan keputusan yang lebih baik.

3. Perbaikan proses (process improvement).

4. Estimasi biaya.

5. Penentuan biaya kapasitas tak terpakai.

Selain manfaat ABC jga memiliki beberapa keterbatasan. Berikut ini keterbatasan-keterbatasan yang
terdapat dalam ABC.

1. Alokasi. Tidak semua biaya memeiliki aktivitas atau pemicu konsumsi sumber daya yang sesuai.

2. Pengabaian Biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi oleh sistem ABC cenderung tidak
memuaskan semua biaya yang terkait dengan produk atau jasa, seperti:biaya untuk aktivitas
pemasaran,riset periklanan, pengembangan dll.

3. Biaya dan waktu. Salah-satu kendala dalam penerapan ABC adalah besarnya biaya aplikasi dan
lamanya proses implementasi ABC.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM ABC

Kelebihan sistem ABC adalah sebagai berikut:

1. Biaya produk yang lebih akurat, baik pada industri manufaktur maupun industri jasa lainnya
khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead pabrik yang lebih besar.

2. Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin banyak biaya tidak
langsung yang dapat ditelusuri pada aobjek biayanya.

3. Sistem ABC mengakui banyak aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga manajemen dapat
menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut dengan lebih baik (fokus pada aktivitas yang
memiliki nilai tambah) yang pada akhirnya dapat melakukan efisiensi dan akhirnya menurunkan biaya.

4. Sistem ABC mengakui kompleksitas dari deversitas proses produksi modem yang banyak
berdasarkan transaksi/ transaction based (terutama perusahaan jasa dan manufaktur berteknologi
tinggi) dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers).

5. Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam biaya tidak langsung.
6. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai objek biaya. Baik itu
proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial, dan juga biaya produk.

Walaupun penerapan sistem ABC memiliki banyak keuntungan, tetapi penerapan tersebut tidak
membuat seluruh biaya akan mudah dibebankan kepada objek biayanya dengan mudah. Hal ini
disebabkan biaya-biaya yang di kelompokkan dalam sustaining level ketika dialokasikan sering kali juga
menggunakan dasar yang bersifat arbiter. Misalnya, biaya keamanan pabrik merupakan contoh dari
sustaining level, ketika membebankan hal tersebut pada objek biaya yang berupa produk, maka mungkin
digunakan pendekatan yang arbiter, seperti berdasarkan jumlah jam kerja tenaga kerja dengan alasan
semakin lama proses produksi maka membutuhkan jasa keamanan semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai