Anda di halaman 1dari 13

 

1
 
 PERAN PARTISIPATIF PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
TERHADAP PENINGKATAN POTENSI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH
DAN POTENSI LAINNYA YANG BELUM DIOPTIMALISASI
DI WILAYAHNYA

Adhitya Dwipayana Raspati


NIM. 2212181002

Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sangga Buana YPKP Bandung
Kampus Jl. Suropati No. 189, Cihaur Geulis, Cibeunying Kaler, Kota Bandung 40123

ABSTRAK

Dalam makalah ini dibahas tentang bentuk peran ideal pemerintah Kabupaten Bandung sebagai fasilitator dan
pemangku kebijakan untuk berpartisipasi secara aktif dan berkelanjutan dalam mengembangkan potensi usaha
mikro kecil menengah, pemberdayaan masyarakat daerah wisata dan program pengembangan revolusioner
bidang pertanian diwilayahnya termasuk mencari investor. Potensi untuk pengembangan ekonomi wilayah akan
berkembang jika pemerintah daerah secara berkesinambungan mendukung, berperan dan beriteraksi dengan
para pelaku usaha sehingga fungsi pemerintahan sebagai fasilitator dapat dirasakan langsung oleh masyarakat
yang berimplikasi kepada pengurangan pengangguran, penurunan kriminalitas, pertumbuhan ekonomi membaik
serta meningkatnya tingkat daya beli masyarakat.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi sebuah wilayah akan dapat berkembang jika dalam proses perkembangannya
mendapatkan dukungan langsung dan serius dari pemerintah daerahnya sebagai pemangku kebijakan
diwilayahnya. Selain niat wirausaha dari masyarakat yang memiliki potensi usaha, hal lain yang
sangat diperlukan adalah dukungan pemerintah daerahnya dalam bentuk interaksi langsung dengan
para wirausahawan melalui forum-forum resmi yang dibentuk dan dikelola pemerintah daerah. Peran
pemerintah daerah sangat menentukan keberhasilan para usahawan lokal yang membutuhkan bantuan
dana, arahan sistem manajemen usaha berbagai bidang usaha dan tentunya pemberdayaan, promosi
terhadap investor luar serta bantuan marketing dari pemerintah daerah sangat dibutuhkan.

Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat, sebagian
besar wilayah Kabupaten Bandung merupakan wilayah pegunungan dengan elevasi rata-rata diatas +
700 mdpl, dengan iklim tropis dan curah hujan yang tinggi (Buku Putih Sanitasi Kab. Bandung, 2013).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2018,
dengan luas wilayah administratif 1.762,40 Km2 dan jumlah penduduk pada tahun 2017 mencapai ±
3.657.701 jiwa yang berdomisili di 31 Kecamatan, 270 Desa dan 10 Kelurahan, Kabupaten Bandung
adalah sebuah wilayah yang padat penduduk.

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
2
 

Gambar. 1.
Wilayah Administratif Kabupaten Bandung
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung 2013

Selain bidang industri, pariwisata, pertanian serta bidang jasa yang menjadi andalan kegiatan ekonomi
masyarakat di Kabupaten Bandung, dikarena tuntutan kebutuhan ekonomi sehari-hari sebagian
masyarakat yang tidak terlibat kegiatan diatas secara tidak langsung sedang mengembangkan usaha
mikro kecil menengah berbagai bidang bersifat home industry terbatas yang masih kurang
diperhatikan dan diberdayakan oleh pemerintah Kabupaten Bandung. Potensi lain yang belum
dikembangkan di Kabupaten Bandung selain usaha mikro kecil menengah, yaitu optimalisasi layanan
daerah wisata yang sudah berjalan dan lokasi wisata baru yang belum tergarap sama sekali termasuk di
bidang pertanian yang belum dikembangkan sepenuhnya.

Peran pemerintah Kabupaten Bandung yang masih agak pasif dan kurang sensitif terhadap potensi
usaha mikro kecil menengah yang baru berjalan dan yang sedang berjalan diwilayahnya, pemerintah
daerah hanya memberikan dukungan yang kurang serius dan berupa program bersifat formalitas saja.
Hampir tidak ada program pemerintah Kabupaten Bandung yang terimplementasi secara menyeluruh
diwilayahnya dalam mengembangkan usaha mikro kecil menengah, pengembangan masyarakat
pribumi wisata dan pertanian, faktanya sebuah forum aktif yang dibentuk Kadin Pemkab. Bandung
sebagai salah satu pelaksanaan pemberdayaan berkelanjutan terhadap potensi pengembangan ekonomi
kerakyatan yang di prakarsai pemerintah Kabupaten Bandung belum berjalan optimal padahal sudah
berdiri beberapa tahun.

Jika dikomparasi dengan program pemerintah DKI Jakarta yag memiliki program OK OCE seperti
dilansir dari suarajakarta.co (31/122017) Pemerintah DKI Jakarta berupaya dan berkomitmen agar
para pengusaha kelas menengah hingga bawah dapat bersaing sehingga mampu membuka lapangan

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
3
 
kerja baru di DKI Jakarta. Komitmen Pemerintah DKI Jakarta tersebut tak tanggung-tanggung akan
mencetak 200.000 pengusaha baru melalui Program OK OCE. OK OCE adalah singkatan dari One
Kecamatan One Centre of Entrepreneurship. Programnya dalam proses pelaksanaan yang serius,
dengan dasar bagaimana mencetak wirausaha baru di DKI agar dapat menjadi benchmark di daerah
lain. Program OK OCE ditujukan untuk mengubah dan memihak kepada pengusaha kelas bawah,
UMKM, dan pengusaha baru. Fokus dari program tersebut menyasar pada 5 (lima) hal, pertama,
pemberian modal dan pendampingan usaha. Kedua, pelatihan oleh pengusaha sukses, yaitu
pembangunan SDM melalui pendampingan (mentoring). Ketiga, garansi inovasi bekerjasama dengan
swasta. Keempat, lulusan SMK langsung dapat kerja. Kelima, kredit khusus untuk ibu-ibu.

Bentuk partisipatif dari pemerintah Kabupaten Bandung dalam rangka mengembangkan potensi
ekonomi kewilayahan dengan mengembangkan program yang sudah ada terkait UMKM yaitu
program “Kabisa”, karena dengan jumlah penduduk yang padat potensi usaha kecil menengah sangat
besar dan program pengembangan masyarakat daerah wisata beserta melakukan optimalisasi lokasi
wisata eksisting, mencari dan mengelola lokasi wisata baru yang belum terekpose namun berpotensi
serta program revolusioner di bidang pertanian dan mempromosikan secara aktif terkait potensi
wilayahnya kepada para investor dalam dan luar negeri. Pemerintah Kabupaten Bandung saat ini
hanya berperan sebagai fasilitator dan pengawas yang menajalankan prosedur dan agenda
pemerintahan yang pelaksanaannya bersifat formalitas.

PEMBAHASAN
Pengembangan Potensi UMKM Di Kabupaten Bandung

Menirut hasil penelitian dari situs repository.unpas.ac.id, bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian. Jumlah UMKM
yang berada diwilayah Kabupaten Bandung sekitar ± 100 UMKM (prfmnews.com, 2/9/2018).
Beragam hasil olahan UMKM seperti makanan ringan, olahan pangan dan sayuran, kerajinan tangan,
pakaian dan lain sebagainya masih terkendala pemasaran dikarenakan minimnya pengetahuan
marketing para pelaku UMKM dan kesulitan mendapatkan pelanggan tetap, hal tersebut dikarenakan
kompetensi sumber daya manusia pelaku UMKM masih minim pengetahuan, permodalan untuk
pengembangan usaha terbatas, lingkup pemasaran yang kecil, interpensi modal dari rentenier, gagap
terhadap teknologi baru, kurang berinovasi dalam membuat produk dan kualitas serta kuantitas produk
yang rendah. (Rakornas Yogyakarta, 2018, DKUK Jabar).

Seperti dilansir dari republika.co.id (4/10/2017), UMKM Kab. Bandung masih terkendala dengan
pemasaran, sebab para pelaku usaha belum bisa memasarkan produk dengan maksimal dan kendala
lainnya adalah tidak ada sentra atau pusat pemasaran produk-produk UMKM yang berasal dari
Kabupaten Bandung, permasalahan selanjutnya yang mengenai database para pelaku UMKM, karena

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
4
 
data pelaku UMKM tidak sesuai dengan data dilapangan, sebab saat penyerahan database hanya
menganut sistem klaim.

Pemerintahan Kabupaten Bandung melalui dinas yang mengurusi UMKM sudah seharusnya berperan
aktif dan berinteraksi langsung secara terus menerus dengan para pelaku UMKM yang belum tercover
oleh program yang ada, hal ini untuk memperbaiki permasalahan-permasalahan yang disebutkan
diatas. Hanya sebagian kecil UMKM di Kabupaten Bandung yang tercover oleh program yang ada,
meskipun hal ini susah dibuktikan secara faktual, sehingga UMKM yang belum tercover oleh program
yang sedang berjalan di Kabupaten Bandung sulit berkembang bahkan banyak yang bangkrut dan
jarang terpublikasi.

Seperti dilansir dari ayobandung.com (19/02/2019), salah satu program Kajian Bisnis Sabilulungan
(Kabisa) yang dikeluarkan oleh Kadin Kabupaten Bandung yang telah berjalan dalam beberapa tahun.
Program tersebut cukup visioner dan mirip dengan OK OCE, namun belum mampu mengembangkan
bisnis UMKM secara keseluruhan, hanya beberapa UMKM yang tercover oleh program “Kabisa”
yang mampu bertahan, mengalami perkembangan dengan pemasarannya menembus mall besar dan
mampu melakukan ekspor ke luar negeri. Dalam pembinaan dan pemberdayaan serta pemberian
modal pinjaman melalui program “Kabisa” seharusnya lebih holistis kepada seluruh UMKM yang ada
di wilayahnya tanpa pilih-pilih agar tercapai sebuah keadilan ekonomi.

Program “Kabisa” yang telah dilaksanakan Pemkab. Bandung hanya berpusat di satu titik, sehingga
menyulitkan pelaku UMKM dari peloksok wilayah yang jauh untuk melakukan koordinasi yang
efektif dan efisien. Sudah waktunya Kadin Pemkab. Bandung membuat cabang-cabang kantor
pemberdayaan UMKM di tiap desa di Kab. Bandung, karena di setiap desa di Kab. Bandung banyak
sekali potensi lokal yang belum tergali dan belum dikembangkan tetapi memiliki potensi peningkatan
perekonomian, sebagai contoh di wilayah Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Rancabali dan
Kecamatan Ciwidey banyak home industry tanpa identitas yang mengembangkan produk makanan
ringan berbahan buah strawberry yang belum tersentuh oleh program “Kabisa”. Mereka hanya
menjual produknya kepada para wisatawan setiap akhir minggu, sungguh terbatas waktu dan
jangkauan pemasarannya. Jika program “Kabisa” memiliki cabang di tiap desa maka potensi ekonomi
pedesaan akan terus tergali dan merangsang tumbuhnya UMKM-UMKM baru di tiap peloksok
wilayah Kabupaten Bandung.

Jika Pemkab. Bandung melalui Kadinnya membuat kebijakan berupa cabang (kantor) dari program
“Kabisa” diseluruh desa di wilayah Kabupaten Bandung maka hal tersebut adalah bentuk dari peran
Pemkab. Bandung yang aktif dalam rangka partisipasinya mengembangkan UMKM diwilayahnya,
sehingga masyarakat khususnya masyarakat peloksok pedesaan akan merasakan keadilan dan
kehadiran pemerintah dalam mengembangkan potensi ekonomi yang dimilikinya yang berpeluang

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
5
 
dikembangkan dan mungkin dimasa yang akan datang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi wilayah.

Pengembangan Masyarakat Pribumi Daerah Wisata

Menurut data dari BPS, Kabupaten Bandung Dalam Angka tahun 2018, bahwa visi Pemkab. Bandung
yaitu pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan peran pariwisata dalam kegiatan
ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakan. Upaya yang dilakukan adalah melalui pengembangan dan
pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan di Kabupaten Bandung. Wilayah Kabupaten Bandung
memiliki daerah wisata yang berjumlah 69 lokasi wisata (BPS Kab. Bandung 2017) yang tersebar di
beberapa kecamatan.

Tempat wisata di Kabupaten Bandung memang terus dibenahi secara fisik oleh pemerintah daerah
untuk kenyamanan para wisatawan dan menigkatkan nilai estetika fisik, bahkan pemerintah Kabupaten
Bandung berhasil menggaet beberapa investor lokal untuk mengelola beberapa tempat wisata, namun
masih ada yang terlewat terkait pengembangan daerah wisata, yaitu masyarakat pribumi yang belum
optimal dilibatkan dalam mengelola lokasi wisata. Karena keterlibatan masyarakat pribumi di lokasi
wisata masih terbatas baik dari segi jumlah ataupun dari kompetensi dan pengetahuan manajemen
pelaksanaan pengelolaan tempat wisata, maka mereka yang tidak terlibat yang jumlahnya cukup
banyak secara psikologis mengalami kecemburuan sosial terhadap para pengelola lokasi wisata yang
tidak lain adalah para investor dan kelompoknya.

Bentuk kecemburuan sosial mereka, yaitu yang pertama selalu melakukan pungutan liar dengan
berbagai ancaman kepada para investor pariwisata beserta kelompoknya, yang kedua penduduk
pribumi yang mendapat ijin berjualan disekitar lokasi wisata dengan seenaknya mematok harga-haraga
barang yang mereka jual kepada para wisatawan yang datang, termasuk meningkatkan harga diluar
batas normal dari penyewaan temporer sarana-sarana penunjang wisata seperti penyewaan tikar,
perahu, kendaraan khas dan lain sebagainya, yang ketiga adalah prilaku dan sikap penduduk pribumi
yang kurang beretika terhadap para wisatawan dengan menunjukan ketidakramahan, melakukan
pemaksaan terhadap barang yang mereka jual kepada wisatawan, harga parkir kendaraan yang tinggi
dan terkadang melakukan tindakan kriminal berupa mencuri barang para wisatawan.

Peran pemerintah daerah dalam hal ini dibutuhkan untuk merubah prilaku dan sikap penduduk pribumi
yang negatif dan berdampak merugikan terhadap industri wisata domestik. Sebagian penduduk
pribumi berprilaku kurang baik karena kesulitan mendapatkan pekerjaan dan didorong oleh kebutuhan
ekonomi yang mendesak. Peran partisifatif pemerintah dalam permasalahan ini, yaitu harus melakukan
program pemberdayaan masyarakat pribumi lokasi wisata lewat dinas terkait dan pemerintahan sipil
(desa), bisa dengan mendukung dan menciptakan UMKM disekitar lokasi wisata berupa home

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
6
 
industry produk sederhana yang berkaitan dengan wisata atau kekhasan daerah dengan bahan baku
yang mudah didapat, tentunya dengan bantuan modal awal yang tidak memberatkan dari program
“Kabisa”, dilakukan supervisi yang kontinu dan membantu dalam pemasarannya.

Peran lain yang dapat dilakukan pemerintah daerah, yaitu membuat persyaratan kepada para investor
bahwa setiap investasi khususnya investasi pawisata wajib melibatkan penduduk pribumi dalam
pengelolaan sebuah lokasi wisata, batasan jumlah penduduk pribumi yang akan dilibatkan dalam
pengelolaan lokasi wisata harus tertuang dalam kontrak investasi dan pemerintah daerah harus ikut
melakukan cross check pada pelaksanaannya, selain harus dilibatkan dalam pengelolaan wisata,
investor juga wajib memberdayakan penduduk pribumi yang telah dilibatkan yang memiliki prestasi
atau kinernyanya baik, tentunya diberdayakan dalam bidang kepariwisataan, bisa melalui kursus atau
pelatihan resmi dari pemerintah yang mana biaya kursus atau pelatihan resmi tersebut ditanggung oleh
investor.

Pengembangan Potensi Lokasi Wisata Baru

Kabupaten Bandung memiliki morfologi pegunungan, khususnya wilayah Kab. Bandung bagian
selatan dengan ketinggian rata lebih dari + 1.000 mdpl, memiliki potensi kepariwisataan yang besar
dengan alam yang indah, hamparan perkebunan teh yang hijau, hutan yang masih asri dan udara yang
sejuk serta keberadaan sumber air panas alami yang belum dimanfaatkan dengan optimal.

Gambar. 2 Gambar. 3
Air terjun dan pesawahan Bandung selatan Perkebunan teh Cibuni Bandung selatan
Sumber : berwisatamurah.com Sumber : petatempatwisata.com

Gambar diatas adalah salah satu pemandangan/lokasi di wilayah Bandung selatan yang belum dikelola
menjadi tempat wisata padahal memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tempat wisata dan
perlu memperbaiki prasarana akses jalan raya untuk menuju tempat tersebut beserta sarana penunjang
wisata lainnya. Pemkab. Bandung masih pasif dalam mencari dan menentukan lokasi wisata baru,
mungkin masalah ini tidak lepas dari belum adanya rencana pemerintah daerah, ketersediaan anggaran
daerah yang terbatas dan ketersediaan sumber daya pengelola kepariwisataan yang kurang kompeten
di pemerintahan Kabupaten Bandung.

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
7
 
Di Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat wisata yang belum banyak
diketahui oleh para wisatawan, yaitu kawah rengganis atau kawah sa’at (kering) dengan sumber air
panas dan sungai berdekatan disebelahnya. Pemkab. Bandung belum megoptimalkan potensi lokasi
wisata tersebut, terbukti dengan belum adanya tiket masuk, lahan parkir yang terbatas dan akses dari
jalan raya yang sempit menuju kawah yang tidak mungkin dimasuki mobil dan belum teraspal serta
belum ada prasarana pengaman berupa pagar disepanjang jalan masuk yang berada di sisi tebing.

Gambar. 4
Jalan Raya yang melewati pintu masuk Kawah
Rengganis
Sumber : kompasiana.com

Gambar. 6
Sungai air hangat disebelah Kawah Rengganis
Sumber : dolanyok.com
Gambar. 5
Kawah Rengganis
Sumber : infobdg.com

Pemkab. Bandung belum mengoptimalkan potensi wisata yang ada dan sangat mungkin
dikembangkan, peran pemerintah daerah seharusnya mengoptimalkan lokasi wisata yang sudah ada
dengan promosi dan pengelolaan yang benar diantaranya mengontrol harga tarif masuk lokasi wisata
serta menekan angka pajak para pedagang kecil di lokasi wisata. Bukan tidak mungkin lokasi wisata
Kawah Rengganis akan menjadi salah satu destinasi alternatif para wisatawan selain Kawan Putih.
Kawah Rengganis adalah salah satu contoh lokasi wisata yang belum dioptimalkan, terdapat beberapa
lokasi di Bandung selatan yang memungkinkan dikembangkan untuk lokasi wisata baru. Jika Pemkab.
Bandung tidak memiliki anggaran untuk mengembangkan lokasi wisata yang sudah ada maka
pemerintah daerah dapat mempromosikan potensi lokasi wisata tersebut kepada para investor yang
memiliki minat dalam pengelolaan lokasi wisata dengan persyaratan tertentu yang tidak merugikan
masyarakat sekitar lokasi wisata.

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
8
 
Selain itu sebagai pemerintah yang menentukan kebijakan dan bertanggungjawab terhadap
kesejahteraan rakyatnya, Pemkab. Bandung harus sensitif dengan potensi kepariwisataan yang ada,
bahkan harus mencari lokasi yang berpotensi menjadi tempat wisata baru, karena potensi tersebut jika
dikelola dengan benar dapat menumbuhkan pertumbuhan ekonomi wilayah di masa yang akan datang.
Tidak semua kabupaten di Jawa Barat memiliki potensi kepriwisataan yang besar seperti Kabupaten
Bandung.

Pengembangan Program Pertanian

Berdasarkan data dari BPS, Kabupaten Bndung Dalam Angka Tahun 2018, wilayah Kabupaten
Bandung merupakan wilayah agraris yang mampu memproduksi padi serta berbagai jenis tanaman
palawija yang berkualitas, Kabupaten Bandung bahkan mampu menjadi supplier palawija ke wilayah
provinsi lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Dapat dikatakan Pemerintah Kabupaten Bandung
cukup berhasil dalam mengembangkan potensi agraris diwilayahnya, namun masih ada kekurangan
yang harus diperbaiki yang menjadi hambatan pemasaran hasil pertanian, yaitu masih terdapatnya
kartel-kartel yang mengendalikan harga hasil pertanian yang terkadang sering merugikan para petani,
sebagai upaya konkrit pemerintah Kabupaten Bandung dalam meningkatkan kesejahteraan para petani
khususnya petani kecil, sudah seharusnya melarang dan melakukan penertiban terhadap kartel-kartel
yang dengan seenaknya mengendalikan harga, bisa dengan membuat sebuah Perda baru yang
pelaksanaannya serius serta bekerjasama dengan aparat kepolisian.

Selanjutnya masalah inti dari pengembangan kegiatan pertanian adalah masalah ketersediaan air
sebagai penunjang utama aktivitas pertanian, pemerintah Kabupaten Bandung wajib berperan aktif
dalam mengawasi permasalahan alih fungsi lahan dan deforestasi diwilayahnya terutama di titik-titik
daerah tangkapan air. Hutan adalah salah satu elemen penting dalam ketersediaan air disebuah
wilayah. Beberapa peraturan terkait deforestasi dan alih fungsi lahan baik dari pemerintah pusat
ataupun pemerintah daerah yang telah digunakan sebagai regulasi utama harus benar-benar dijalankan
oleh Pemkab. Bandung, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa para pelaku illegal logging /mafia
kayu di Kab. Bandung adalah para oknum aparat pemerintahan dibidang kehutanan yang bekerja sama
dengan oknum Polisi dan Oknum TNI. Jika Pemkab Bandung mampu membasmi mafia kayu
diwilayahnya maka program konservasi seperti penanaman sejuta pohon dapat dilaksanakan dengan
baik dan supply air untuk irigasi dapat terjaga.

Peran lain yang belum ada dari pemerintah Kabupaten Bandung dalam bidang pertanian diwilayahnya
yaitu belum melakukan upaya yang revolusioner dalam kontinuitas kegiatan pertanian yang produktif,
sebagai contoh dalam beberapa tahun terakhir tanaman strawberry merupakan produksi hasil pertanian
alternatif di wilayah Bandung selatan yang mampu menambah penghasilan para petani secara
signifikan bahkan sebagai salah satu ciri khas pariwisata pertanian Bandung selatan, namun dalam 2
(dua) tahun terakhir ini produksinya mengalami penurunan yang tajam yang dikarenakan berbagai

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
9
 
permasalahan penyakit tanaman yang berimplikasi pada berhentinya sebagian besar para petani
menanam strawberry dan beralih menanam palawija lainnya yang tidak menghasilkan penjualan
sebesar strawberry.

Pemkab. Bandung bidang pertanian seharusnya memiliki sensitivitas terhadap penomena tersebut
dengan melakukan penelitian langsung dan memberikan solusi kepada para petani, namun
kenyataannya tidak pernah ada dari pihak Pemkab. Bandung yang memberikan perhatian terhadap
penomena diatas. Salah satu alternatif solusi tanaman pengganti yang seharusnya ditawarkan oleh
Pemkab. Bandung kepada para petani strawberry, misalnya mengganti tanaman strawberry dengan
tanaman asparagus yang memiliki potensi pasar nasional dan internasional serta membantu dalam
penyediaan bibit, proses penanamannya dan pemasarannya.

Seperti dilansir dari manfaat.co.id, Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli nutrisi
dari San Diego bernama Laura Flores, asparagus mengandung antioksidan, antiinflamasi, vitamin C,
asam amino, vitamin E dan masih banyak lagi. Rasa dari sayuran yang satu ini pun sangat enak
sehingga selain bermanfaat bagi kesehatan, asparagus menjadi salah satu bahan makanan yang wajib
ada dalam menu harian. Di dalam asparagus terdapat kandungan seperti asam folat, dan vitamin K
yang cukup tinggi. Selain itu, asparagus memiliki kandungan gizi seimbang dan lengkap di antara
jenis sayuran lainnya. Menurut situs tanaobat.com, asparagus adalah sejenis sayuran yang banyak
digunakan sebagai bahan makanan, tanaman asparagus dibudidayakan di eropa lebih dari 2000 tahun
yang lalu dan digunakan sebagai makanan dan obat-obatan oleh Bangsa Yunani dan Romawi. Lahan
yang dibutuhkan oleh tanaman asparagus adalah dataran tinggi dengan ketinggian +600 mdpl sampai
+1300 mdpl, spesifikasi lahan tersebut sesuai dengan sebagian besar lahan pertanian yang ada di
Kabupaten Bandung dan sangat berpotensi tanaman tersebut dikembangkan.

Gambar. 7 Gambar. 8
Tanaman Asparagus Hasil Panen Tanaman Asparagus
Sumber : agroteknologi.web.id Sumber : jitunews.com

Dilansir dari situ bali-travelnews.com, Asparagus merupakan komoditi pertanian berupa sayuran yang
sekarang ini sedang menggeliat di Kab. Badung Utara Provinsi Bali, tepatnya di Desa Pelaga dan
Belok Sidan, Kecamatan Petang. Dikembangkan sejak 2010, kini mampu berkembang dan telah

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
10
 
menembus pasar ekspor, yang lebih membanggakan, asparagus dari petani Pelaga ini merupakan
asparagus terbaik di kawasan Asia.

Pengembangan Potensi Energi Panas Bumi Untuk Masyarakat Pribumi

Diwilayah Bandung selatan terdapat potensi geothermal atau panas bumi untuk pembangkit tenaga
listrik yang telah dikembangkan oleh pemerintah pusat dan ijin dari Pemkab. Bandung melalui PT.
Geodipa Energi, berdasarkan web resmi geodipa.go.id, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PLTP
ini terletak di sekitar Gunung Patuha di Jawa Barat yang berada sekitar 40 km di sebelah selatan kota
Bandung. Tahun 2014 Geo Dipa Energi berhasil menyelesaikan pembangunan 1 unit PLTP di Patuha
dengan kapasitas 60 MW. Total potensi energi panas bumi yang dihasilkan di sekitar area tersebut
diperkirakan mencapai 400 MW. Saat ini PT. Geo Dipa Energi telah memformulasikan rencana
pengembangan PLTP Patuha Unit 2 dan Unit 3 masing-masing dengan kapasitas 55 MW yang
merupakan pengembangan Proyek Patuha Unit 1. PLTP Patuha Unit 1 ditetapkan sebagai objek vital
nasional melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Nomor 7100
K/53/mem/2016, 20 September 2016, Tentang Penetapan Objek Vital Nasional Bidang Energi dan
Sumber Daya Mineral.

Gambar. 9
PLTP Patuha Unit 1
Sumber : djkn.kemenkeu.go.id

Pemerintah Kabupaten Bandung yang memiliki potensi panas bumi dan telah dikembangkan menjadi
PLTP didaerahnya, seharusnya mengajukan prioritas distribusi listrik dari PLTP tersebut secara
khusus untuk wilayahnya (salah satu dari PLTP Patuha unit 1 atau unit 2 yang sedang direncanakan
akan dibangun) harus diminta secara khusus kepada PT. Geodipa Energi untuk memasok kebutuhan
liastrik Kabupaten Bandung, karena Kabupaten Bandung adalah wilayah industri dengan jumlah
penduduk yang padat serta menjadi wilayah tujuan para perantau dari luar Kabupaten Bandung,
dengan keadaan seperti ini maka keperluan akan energi istrik akan semakin besar. Meskipun PLTP
Patuha unit 1 sudah beroperasi namun kenyataaan yang terjadi diwilayah pedesaan sekitar PLTP
patuha masih sering dilakukan pemadaman listrik bergilir yang menghambat berbagai aktivitas

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
11
 
masyarakat yang memerlukan energi listrik, sehingga kegiatan ekonomi dan komunikasi sedikit
terhambat.

Berbagai aktivitas ekonomi saat ini sebagian besar memerlukan pasokan energi listrik, termasuk
kegiatan UMKM di wilayah Kabupaten Bandung, seperti konveksi, home industry makanan rigan dan
lain sebagainya, Pemkab. Bandung harus berperan aktif dan cepat tanggap serta melakukan koordinasi
dengan pemerintah pusat akan kebutuhan listrik yang sangat menunjang kegiatan ekonomi
masyarakatnya.

Pemkab. Bandung juga harus ikut berpartisipasi bersama pemerintah pusat dalam mempromosikan
potensi panas bumi diwilayahnya, yaitu untuk mendapatkan investor dalam pengembangan PLTP
Patuha, karena dalam rangka pengembangan dan pembangunan sebuah PLTP membutuhkan dana
yang cukup besar, seperti dilansir dari id.beritasatu.com, PT Geo Dipa Energi (GeoDipa) segera
membangun empat pembangkit listrik tenagapanas bumi (PLTP), masing-masing PLTP Dieng unit 2,3
dan Patuha Unit 2,3, dengan nilai investasi mencapai hampir Rp 10 triliun. Keberadaan pembangkit ini
diharapkan bisa berkontribusi dalam merealisasikan program pemerintah untuk mencapai target
bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23,0%. Keempat unit pembangkit listrik ini
nantinya masing – masing berkapasitas 60 MW. Adapun sumber pendanaannya masing-masing dari
PNM sebesar US$ 40 juta dan sisanya dari pinjaman lain seperti Bank Dunia dan ABD.

Optimalisasi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Bandung

Pemkab. Bandung sejauh ini baru memiliki 3 (tiga) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja yang bergerak dalam bidang penyediaan air
bersih, kemudian PT. BPR Kertaraharja yang bergerak dalam bidang perbankkan dan PT. Citra
Bangun Selaras (PT. CBS) yang bergerak dalam bidang holding, ketiga BUMD tersebut pada tahun
2017 mengalami permasalahan keuangan seperti dilansir dari bandung.bisnis.com, (06/12/2017), tiga
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kab. Bandung seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Raharja, PT BPR Kertaraharja, dan PT Citra Bangun Selaras (PT. CBS) pada 2017 mendapatkan
dana segar dari APBD masing-masing sebesar Rp 5 miliar, penambahan modal tersebut bertujuan
untuk pengembangan usaha, sejauh ini kinerja PT. CBS belum maksimal sekalipun telah mendapatkan
kucuran modal hingga Rp 4 miliar. PT. CBS memerlukan adanya perbaikan sistem dan juga
managemen yang sehat agar bisa lebih produktif dan bisa memberikan keuntungan kepada Pemkab
Bandung.

Dikutip dari ayo.bandung.com (18/01/2019) PT. CBS belum mempunyai jenis usaha yang jelas,
kinerja BUMD yang bergerak dalam holding tersebut masih jauh dari harapan dengan kontribusi dari
PAD yang masih rendah. Pengertian Holding Company menurut situs
pengertian_menurut_para_ahli.org adalah perusahaan induk yang dapat membentuk sebuah anak

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
12
 
perusahaan yang bergerak pada bidang hulu, hilir atau penunjang. Sebuah BUMD yang telah berdiri
cukup lama seharusnya dapat memberikan kontribusi berupa pendapatan asli daerah (PAD) terhadap
pemerintah daerahnya. Kontribusi yang masih minim kemungkinan karena kompetensi dan kejujuran
personil yang terlibat dalam BUMD tersebut masih kurang, dalam hal ini Pemkab. Bandung telah
melakukan audit dan evaluasi terhadap PT. CBS.

Kelemahan utama dari tidak berkembangnya PT. CBS yaitu lemahnya kompetensi sumber daya
manusia, Peran Pemkab. Bandung dalam melakukan audit dan evaluasi seharusnya reformasi sumber
daya manusia di PT. CBS karena sumber daya manusia yang handal adalah penentu keberhasilan
sebuah perusahaan. Reformasi tersebut bisa dengan pemberdayaan peningkatan kompetensi personil
atau jika perlu mengganti personil dalam perusahaan yang tidak kompeten. The rightman for the right
place sangat dibutuhkan di PT. CBS, agar BUMD kembali kepada fungsi utamanya yaitu sebagai
kontributor pendapatan asli daerah Kabupaten Bandung, bukan sebuah BUMD yang menjadi beban
subsidi Pemkab. Bandung.

Dua BUMD lainnya sejauh ini berhasil memberikan kontribusi jelas berupa PAD kepada Pemkab.
Bandung, yaitu PDAM Tirta Raharja dan PT. BPR Kertaraharja, adapun pemberian dana pada tahun
2017 adalah untuk biaya pengembangan dalam hal peningkatan kinerja dan operasional BUMD,
langkah tersebut untuk meningkatkan kontribusi BUMD pada masa yang akan datang.

KESIMPULAN

Peran partisipatif pemerintah daerah dengan status daerah otonomi sangatlah luas untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kewilayahan, jika pemerintah daerah tersebut memiliki program konkrit terkait
ekonomi kerakyatan yang bukan formalitas dan adanya sensitivitas pemerintah daerah dalam mencari
solusi terhadap permasalahan-permasalahan usaha ekonomi masyarakat dan mengembangkan potensi-
potensi daerah yang memungkinkan dikembangkan serta membantu menumbuhkan aktivitas-aktivitas
ekonomi yang dilakukan masyarakatnya, maka hasil akhirnya adalah pertumbuhan ekonomi positif
akan dicapai dan masyarakat akan merasakan keadilan ekonomi serta kehadiran pemerintah daerah.

Salah satu fungsi pemerintah daerah sebagai fasilitator dalam pengembangan ekonomi kewilayahan
harus didasarkan kepada niatan yang tulus sebagai pelayan utama seluruh rakyatnya, bukan hanya
mementingkan kelompoknya dan tidak merasa diri sebagai raja diwilayahnya. Sumber daya manusia
di wilayah Kabupaten Bandung masih perlu dikembangkan terutama dalam hal wawasan, pengetahuan
dan kreativitas serta pemasaran dalam melakukan pengelolaan usaha ekonomi mikro, partisipasi aktif
dari pemerintah Kabupaten Bandung dalam pemberdayaan sumber daya manusia khususnya yang
terlibat dalam UMKM sangat diperlukan.

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 
 
13
 
DAFTRA PUSTAKA

a. ayobandung.com/read/2019/02/19/45369/kadin-kabupaten-bandung-dorong-umkm-lewat-kabisa
b. ayobandung.com/read/2019/01/18/43496/pemkab-bandung-akan-evaluasi-pt-citra-bangun-selaras
c. bali-travelnews.com/2017/06/16/asparagus-badung-tembus-pasar-ekspor-dan-terbaik-di-asia
d. bandung.bisnis.com/read/20161206/82444/564451/3-bumd-kab-bandung-disuntik-rp5-miliar
e. Buku putih sanitasi, Kabupaten Bandung, 2013.
f. geodipa.co.id
g. id.beritasatu.com/energy/geodipa-bangun-4-pltp-dieng-dan-patuha-rp-10-triliun/176596
h. Kabupaten bandung dalam angka, 2018, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
i. manfaat.co.id/manfaat-asparagus
j. paparan_rakornas_yogyakarta_2018.pdf. dinas koperasi usaha kecil provinsi jawa barat
k. pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-holding-company-dan-contohnya
l. prfmnews.com/berita.php?detail=bisnis-umkm-kabupaten-bandung-mulai-menggeliat
m. repository.unpas.ac.id/33116/4/bab%20i.pdf. penelitian umkm
n. republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/10/04/oxasfy423-umkm-di-kabupaten-bandung-terkendala-
pemasaran
o. suarajakarta.co/news/pemilu/apa-itu-program-ok-oce-anies-sandi-ini-penjelasannya
p. tanobat.com/asparagus-ciri-ciri-tanaman-serta-khasiat-dan-manfaat-asparagus.html

Adhitya Dwipayana Raspati (2212181002) 

Anda mungkin juga menyukai