DASTER
DASTER
Keterangan:
A = absorban
a = absorpsivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Salah satu syarat senyawa dianalisis dengan spektrofotometri adalah senyawa
tersebut mengandung gugus kromofor. Kromofor adalah gugus fungsional yang
mengabsorbsi radiasi ultraviolet dan tampak, jika diikat oleh gugus ausokrom. Hampir
semua kromofor mempunyai ikatan rangkap berkonjugasi (diena(C=C-C=C), dienon
(C=C-C=O), benzen dan lain-lain. Ausokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai
elektron bebas, seperti –OH, N , N , -X (Harmita, 2006).
Menurut Khopkar (2003) Instrument Spektrofotometri Uv-Vis adalah:
Sumber Cahaya
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah lampu
wolfram. Pada daerah UV digunakan lampu hidrogen atau lampu deuterium.
Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi
pada berbagai panjang gelombang.
Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi
cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu.
Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromator dari sumber
radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator terdiri dari
susunan: celah (slit) masuk – filter – prisma – kisi (grating) – celah (slit) keluar.
Wadah sampel (kuvet)
Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet dari leburan
silika (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah
pengukuran 190 – 1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas dipakai pada daerah
pengukuran 380 – 1100 nm karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV.
Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder akan ditampilkan
dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer).
Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % transmitan maupun Absorbansi.
Adapun Prinsip Kerja Spektrofotometri dengan Cahaya yang berasal dari lampu
deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator
kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal).
Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang
mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang
diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di
terima oleh detector. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan
mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan
konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat
dalam sampel secara kuantitatif (Triyati, 1985).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis Spektrofotometri Uv- Vis menurut
(Rohman, 2007):
1) Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar Uv-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi
senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
2) Waktu Operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.
Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu
pengukuran dengan absorbansi larutan.
3) Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang
gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
konsentrasi tertentu.
Larutan HCI
Asam klorida adalah larutan akuantif daari gasdaan hidrogen klorida (HCl) ialah asam
kuat dan merupakan komponen utama dalam asam lambung ini digunakan secara luas
dalam industri . Asam klorida merupakan cairan yang sangat korosif , asam klorida
pernah menjadi zat yang paling dan sering digunakan dalam awal sejarahnya. Dia
diturunkan oleh alkimiawan persia senyawa ini digunakan sepanjang abat pertengahan
oleh ilmuan Eropa (khopkar , S.M. 1990).
Asam klorida memiliki titik leleh -114,8 0C, titik didih -85 0C, berat jenis 7,05 gr/cm3
dan berat gas uap 1,268. HCl adalah gas tidak berwarna dan berbau merangsang. Larutan
HCL banyak digunakan dalam laboratorium, industri logam sebagai pelarut dan
penetralisasi (Rivai, 1994).
Larutan NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari
Na . Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali, yakni Natrium (Na+).
+
Ciri – ciri yang dimiliki golongan alkali seperti reduktor kuat dan mampu mereduksi
asam, mudah larut dalam air, merupakan penghantar arus listrik yang baik dan panas,
urutan kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya berat atom.pada
umumnya NaOH digunaka sebagai pelarut, penggunaan NaOH sebagai pelarut disebkan
kegunaan dan efektifitasnya seperti untuk menetralka asam. NaOH terbentuk dari
elektrolisis larutan NaCl dan merupakan basa kuat (Ansori dalam Fauzan, 2001). Larutan
asam merupakan pereaktif NaOH dalam bereaksi, ekses yang melebihi keperluan
netralisasi akan bereaksi dengan material fospatida. Natrium hidroksida (NaOH)
merupakan basa kuat yang menerima proton dari Na+. Basa ini mengandung unsur dari
golongan alkali, yakni Natrium (Na+). Ciri lain dari golongan alkali adalah reduktor kuat
dan mampu mereduksi asam, mudah larut dalam air, merupakan penghantar arus listrik
yang baik dan panas, urutan kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya
berta atom (Linggih 1988).
Natrium hidroksida berbentuk padat, berwarna putih dan lembab. NaOH larut dalam
air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Larutan natrium hidroksida korosif terhadap
tubuh dan membahayakan mata (Daintith, 1994).
Metil Merah
Bahan – Bahan :
No Nama Bahan Jumlah
1. Larutan Baku Metil Merah 50 ppm 80 mL
2. Aquades Secukupnya
3. Larutan HCI 0,4 M 2 mL
4. Larutan NaOH 0,4 M 2 mL
A. Daftar Pustaka
Arsyad, 2001. ”Kamus Kimia, Arti dan Penjelasan Ilmiah”. Jakarta: Erlangga.
Daintith, J. 1994. ”Kamus Lengkap Kimia Oxport”. Jakarta: Erlangga.
Fauzan, A. 2001. Pengaruh konsentrasi NaOH dan suhu proses terhadap derajat
deasetilasi kitosan. Skripsi. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor.
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta:
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
JR. Day R A dan Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Khopkar ,S.M .1990 . Konsep Dasar Kimia Analitik . jakarta : UI –Press.
Khopkar, S.M. 2003. Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Linggih, S. R dan P. Wibowo. 1988. Ringkasan Kimia. Ganeca Exact Bandung:
Bandung.Salirawati, Das dkk. Belajar Kimia Secara Menarik. Grasindo.
Rivai, H. 1994. “Kimia Anorganik”. Azas Pemeriksaan”. Jakarta: UI Press.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Triyani, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya
dalam Oseanologi. Jakarta.