TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
SITO RESMI
03.12.0053
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
Kalian Tentang Aplikasi Serat Sintetis dan Serat Alami Untuk Campuran Beton
Perpustakaan Unika
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat serta kehendak-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir yang berjudul: ”Kajian Tentang Aplikasi Serat Sintetis dan Serat
Alami Untuk Campuran Beton”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Proposal ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan ( S-1 ) pada
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.
Penyelesaian laporan ini, tidak sedikit bantuan moril dan materiil yang
kami terima, dan pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Dr. Rr. MI Retno. Susilorini, ST., MT Selaku Dekan Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata serta
Pembimbing Tugas Akhir..
2. Kedua orang tua saya yang telah memberi doa, cinta dan kasih sayangnya
3. Kakak dan adik-adik saya, terimakasih atas doa dan dorongan semangatnya
4. Suamiku Riono Abdi, terimakasih atas bantuan, doa, cinta dan perhatianmu
selama ini..
5. Seluruh dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan dan karyawan
TU Fakultas Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang
turut membantu dalam hal adminstrasi
6. Seluruh teman-teman Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata
angkatan 2003. dan semua pihak yang terkait yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu Semua pihak yang terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun dalam hal melakukan analisis.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun yang berkenaan dengan
laporan ini akan kami terima dengan senang hati.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Perpustakaan Unika
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
fraktur kuat lentur, daktilitas, dan absorpsi energi (Balaguru dan Shah
1992). Pada tahun 1970-an, serat polimer sintetis mulai digunakan
secara komersial dengan tujuan antara lain sebagai kontrol retak awal,
diikuti dengan serat kaca yang tahan terhadap alkali pada tahun 1980-
an, dan serat karbon mulai digunakan pada awal tahun 1990-an. Dalam
hal ini, serat karbon memiliki kuat tarik dan modulus elastisitas yang
lebih tinggi dibandingkan serat polimer sintetis (Balaguru dan Shah,
1992; Li, 2002a,b).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Beton
2.2.1 Bahan dasar
Bahan dasar beton terdiri atas semen, agregat, air, dan bahan
tambah bila diperlukan (SKSNI T 15-1990-03). Perbandingan tersebut
mengacu pada standar American Concrete Institute (ACI), atau Road
Note No.4 yang diperbarui dengan The British Mix Design Method atau
lebih dikenal dengan Departemen Of Environment (DOE), atau
campuran coba-coba (Tjokrodimuljo, 1996). Kajian mengenai bahan
dasar beton akan disajikan sebagai berikut:
2.2.1.1 Semen
Tabel 2.2.1 Perkiraan komposisi oksida semen portland
Sumber : Neville, 1981
Oksidasi Jumlah ( % )
CaO 60 – 67
SiO2 17 – 25
Al2O3 3–8
Fe2O3 0,5 – 6.0
MgO 0,1 – 4.0
Alkali ( K2O + Na2O) 0,2 – 1,3
SO3 1–3
Bahan dasar semen ialah batu kapur dan tanah liat dari alam
yang memiliki berbagai oksida (Neville, 1981). Standar Industri
Indonesia (SII) 0013-1981 mendefinisikan bahwa semen portland
ialah semen hidrolis, dibuat dengan menghaluskan klinker yang
mengandung silikat kalsium (bersifat hidrolis), dan gips. Semen
terdiri dari 4 senyawa pokok, yaitu : (a) trikalsium silikat (3
CaO.SiO2) atau C3S, (b) dikalsium silikat (2 CaO.SiO2) atau C2S,
(c) trikalsium aluminat (3 CaO.Al2O3) atau C3A, (d) tetrakalsium
aluminoferit (4 CaO.Al2O3.Fe2O3) atau C4AF. Kalsium silikat
bereaksi dengan air menghasilkan kalsium silikat hidrat (calsium
silicate hydrate atau C-S-H) dan kalsium hidroksida.
2.2.1.2 Agregat
Jumlah agregat dalam beton 60-80% dari volume beton
(Tjokrodimuljo, 1996). Butiran agregat diameter kecil mengisi
ruang antara agregat besar sehingga menjadi satu kesatuan massa
beton yang utuh dan kompak.
SII.0052 tentang mutu dan cara uji agregat beton syarat agregat
halus atau pasir menyatakan bahwa : modulus halus butir 1,5
sampai 3,8, kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70
mikron (0,074 mm) maksimum 5%, kadar zat organik dalam pasir
diketahui dengan mencampur campuran pasir air dan natrium
sulftat 3%. Kadarnya baik jika warna larutan lebih muda daripada
warna standar, kekerasan butiran pasir kurang dari 2 kali kekerasan
pasir kwarsa, kekekalan butiran pasir (jika diuji dengan natrium
sulfat bagian yang hancur maksimum 10%, dan jika dipakai
magnesium sulfat, maksimum 15%).
2.2.1.3 Air
Air merupakan bahan dasar penyusun beton, yang
diperlukan untuk bereaksi dengan semen dan melumasi butiran
agregat agar mudah dikerjakan, dicetak, dipadatkan dan, diangkut
(Tjokrodimuljo, 1996). Proses hidrasi memerlukan air sejumlah
25% dari berat semen. Penambahan air yang berlebihan dapat
mengurangi kekuatan matrik, karena berpori sehingga kuat desak
lebih kecil, serta bleeding. Syarat air untuk beton adalah air yang
menghasilkan kuat tekan beton lebih dari 90% dari kuat tekan
beton dengan air suling (Tjokrodimuljo, 1996).
mekanik beton antara lain adalah : serat baja (steel fibre), serat
polipropilene (polypropylene fiber) sejenis plastik mutu tinggi, serat
kaca (glass fiber), serat karbon (carbon fiber), serta serat dari bahan
alami (natural fiber), seperti ijuk, rambut, sabut kelapa, serat goni, dan
serat tumbuh-tumbuhan lainnya.
Penambahan serat pada adukan dapat menimbulkan masalah pada
penyebaran serat (fiber dispersion) dan kelecakan (workability) adukan.
Masalah yang timbul pada penambahan serat disebut “balling efect”
yaitu sesama serat yang membentuk satu kumpulan, kumpulan tersebut
seperti bola yang mengganggu ikatan matrik. Fiber dispersion dapat
diatasi dengan memberikan bahan tambahan berupa superplastizer
ataupun dengan meminimalkan diameter agregat maksimum, sedangkan
pada workability adukan beton dapat dilakukan dengan modifikasi
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kelecakan adukan beton
yaitu nilai f.a.s, jumlah kehalusan butiran semen, gradasi campuran pasir
dan kerikil, tipe butiran agregat, diameter agregat maksimum serta
bahan tambah.
zona terlepas
matriks
P
serat
2.4.2.2 Kayu
Serat kayu memegang porsi terbesar dari pemakaian
serat alami yang digunakan dalam beton diseluruh dunia
(Balaguru dan Shah, 1992). Penggunaan serat kayu dalam
campuran semen Portland yang digunakan sebagai pengganti
serat untuk serat asbes. Keuntungan dari serat kayu adalah
memiliki kuat tarik tinggi, dan modulus elastisitas tinggi.
Kerugian utamanya adalah sifat mudah rusak dan
pembusukan di lingkungan yang bersifat alkali. Penelitian-
penelitian terbaru telah mampu mengenali metoda dan
proses untuk memperkecil disintegrasi serat di suatu
lingkungan yang bersifat alkali (Balaguru dan Shah, 1992).
2.4.2.3 Bambu
Serat bambu termasuk dalam anggota rumput, serat
bambu tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Tumbuhan
ini dapat tumbuh dengan ketinggian 15 m. Tangkainya
mempunyai sambungan pada masing- masing ruas, diameter
(bundled fiber), biasanya berupa strands yang terdiri dari ratusan atau
ribuan helai serat mikro yang dijadikan satu, kadang-kadang jenis serat
ini dapat terlarut menjadi serat mikro helai tunggal. Pemisahan antara
serat dan matrik pada serat makro baja ditunjukkan pada gambar 2.2.
Untuk memperkaya efisiensi lekatan pada ZTA (zona transisi antar
muka), diupayakan kepadatan struktur mikro ZTA meningkat, dengan
ditambahkan silica fume, digunakan serat yang terlarut, dan lain-lain
(Li, Wang, dan Becker, 1990, 1991). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam implementasi serat yang efektif pada beton yang
mengeras antara lain (Cement and Concrete Institute, 2001) :
a. Serat harus lebih kaku dari matriks, yaitu modulus elastisitasnya
lebih tinggi.
b. Muatan serat per volume harus memadai.
c. Harus ada ikatan antara matriks serat yang kuat
d. Panjang serat harus memadai
e. Serat harus mempunyai aspek rasio yang tinggi, yaitu harus cukup
panjang, relatif terhadap diameternya.
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
OK
Kesimpulan dan saran
Selesai
BAB IV
PEMBAHASAN
Matrik
Serat
Kontur
deformasi
(a) (b) (c)
Gambar 4.1 Interaksi Serat-Matriks, Matriks Tak Retak: (A) Matriks
Tanpa Pembebanan; (b) Tegangan; (c) Kompresi.
(Sumber : Balaguru dan Shah, 1992)
Matriks
matriks, sifat-sifat geometri serat, dan jumlah serat per unit area.
Gerak dowel (efek lengkung dan gesekan serat) tergantung pada
sudut miring dan sifat-sifat serat. Gerakan tersebut merusak matrik
pada retakan dan oleh karena itu serat ganda tidak efektif seperti
serat tunggal.
Beban cabut
selip
Gambar 4..4 Hubungan Antara Tipe Serat Pull -Out Load -Sip
(Sumber : Balaguru dan Shah, 1992)
.
4.1.4 Serat Getas dalam Matriks Daktail
Pembuatan material komposit yang diperkuat serat sebagaian besar
berasal dari penelitian Griffith, yang menggunakan serat kaca (glass)
yang berkekuatan tinggi untuk menunjukkan bahwa kekuatan yang jelas
dari material yang rapuh menambah banyak lipatan ketika ukuran
kerusakan internal (yang melekat ada dalam material) berkurang
(Balaguru dan Shah, 1992).
Kekuatan tarik (tensile) dari serat ini sangat tinggi, tetapi serat
tersebut rapuh dan peka pada takiknya (notch-sensitive). Cacat sekecil
apapun (microdefect) dapat menyebabkan kerusakan tiba-tiba pada
tekanan yang lebih rendah daripada kekuatan regangan normalnya.
Kepekaan dari cacat ini mengakibatkan serat tipis dan tidak tahan lama.
Di samping itu, untuk menekankan pada kekuatan dan kekerasan yang
tinggi atas serat tersebut dalam suatu bagian struktur, penting untuk
Serat
Tegangan
Matriks daktail
Regangan
Gambar 4.5 Kurva teganan - regangan untuk serat dengan matriks yang mudah dibentuk
(ductile).
(Sumber : Balaguru dan Shah, 1992)
serat
matriks rigid
1C
Pcr22a2 i
2b
dengan :
C = compliance
b = panjang zona pelepasan
a = jari-jari serat
Pcr = beban-retak
i = kerja spesifik fraktur;
Matrik getas
Regangan
Gambar 4.7 Kurva Tegangan-Regangan Untuk Serat Dengan Matriks Yang Mudah Rapuh
(Sumber : Balaguru dan Shah, 1992)
4.2 Kinerja Beton Serat dan Komposit Sementitis dengan Serat sintetis
Serat memiliki peranan yang penting dalam menentukan kinerja
komposit secara keseluruhan (Susilorini, 2007a). Komposit yang memiliki
serat sebagai salah satu unsur pokok penyusunannya adalah Komposit
Sementitis Berserat (fiber reinforced cementitious composite) atau biasa
disebut KSB. Salah satu peranan KSB adalah menentukan kinerja antar muka
(interface) antar serat dan matrik (ZTA) (Bentur, et. al, 1996). Kinerja ZTA
berkaitan erat dengan interaksi antara serat dan matrik, yang biasa disebut
dengan “lekatan” (bond). ZTA dapat diasumsikan dengan berbagai jenis
Salah satu jenis serat sintetis yang terkenal adalah nylon. Nylon
merupakan nama generic dari polyamide (Hummel,1998), termasuk jenis
material polimer thermoplastis yang mempunyai perilaku tegangan regangan
seperti diperlihatkan gambar 4.7 seperti halnya serat polimer lain (rayon,
Bakelite dan serat polimer tinggi lainnya). Nylon memiliki struktur berhelai-
helai (filamentous) dan berserat-serat (fibrous) dengan rantai molekul yang
antara serat panjang dan serat pendek. Menurut Balaguru dan Shah (1992),
serabut kelapa memiliki kelemahan yaitu modulus elastisitasnya rendah dan
peka terhadap kelembaban. Kinerja beberapa serat alami dapat disajikan pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Variasi Optimal Kuat Tarik-Belah Beton Serat dari Berbagai Jenis Serat
Sumber : Balaguru dan Shah, 1992
Pemetaan Kinerja
Beton Serat dan KSB
Sifat-sifat
(Propertis)
Serat
Sintesis Alami
a. Serat sintesis termasuk serat yang a. Serat alami dihasilkan dari serat
dihasilkan dari pengembangan selulosa kayu dengan menggunakan
dalam industri petrokimia dan proses kraft.
tekstil. b. Serat alami mempunyai sifat-sifat
b. Aplikasi serat sintetis digunakan mekanis yang lebih baik
dalam perkuatan struktur beton. dibandingkan serat buatan manusia.
c. Kekuatan beton dan c. Aplikasi serat alami digunakan
karakteristiknya tidak terpengaruh untuk memperkuat material beton
karena retakan bisa dikendalikan
Kinerja beton
serat dan KSB
Pustaka Pustaka
1. Balaguru dan Shah, 1992; Li, 2002a, b. 1. Balaguru dan Shah, 1992; Li, 2002a, b.
2. Susilorini, 2007a,b,c,d dan 2008a. 2. Cement and Concrete, 2001.
3. Wang Li dan Becker, 1990. 3. Susilorini, et.al, 2003.
4. Bentur, et.al.,1996.
1 1
1 1
Beton serat
Beton serat KSB
Resume
Resume Resume Pustaka
Pustaka Pustaka
Resume kinerja
keseluruhan
2 2 2 2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penambahan serat pada beton mempengaruhi beberapa sifat dari
beton, dari hasil studi pustaka di atas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penambahan serat pada beton dapat meningkatkan
a. Daktilitas
b. Ketahanan
c. Kuat tarik lentur
d. Modulus elastisitas
e. Nilai regangan
2. Serat alami menunjukkan banyak keunggulan diantaranya murah dan
didapat, dapat diperbahurui, dan tidak berbahaya.
3. Serat sintetis relatif tidak unggul karena mahal, tidak dapat diperbaharui
dan kemungkinan berbahaya.
5.2. Saran
Sehubungan dengan studi pustaka yang telah dilakukan terdapat
beberapa saran yang dapat diberikan pada masa yang akan datang, saran-
saran tersebut diantaranya :
1. Perilaku ikatan antara serat dan matriks dapat dipelajari dengan menggunakan
pengujian langsung maupun tidak langsung agar di dapat kekuatan yang
tinggi, modulus elastisitas yang baik.
2. Penambahan serat alami untuk bahan campuran beton sebaiknya ditambahkan
jenis serat lain selain dari serat goni dan serat alami yang sudah dijelaskan
diatas .
3. Perlu adanya kajian serat mikro yang lebih mendalam tentang sifat-sifat
(properties) serat pada campuran beton atau komposit sementitis berserat
sintetis dan alami agar diperoleh pemahaman yang baik dengan menambah
referensi-referensi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
ACI Committee 544. 1982. State of the art report on fiber reinforced concrete -
Report : ACI 544 IR-82. Farmington Hills : American Concrete Institute.
Bentur, A., Wu, S.T., Banthia, N., Baggott, R., Hansen, W., Katz, W., Leung,
C.K.Y, Li, V.C., Mobasher, B., Naaman, A.E., Robertson, R., Soroushian,
P., Stang, H., Taerwe, L.R. (1996). “Fiber-Matrix Interfaces”, High
Performance Fiber Reinforced Cement Composites 2, (eds. Naaman, A.E.,
Reindhardt, H.W.), E&FN Spons, London, 149-191.
Cement & Concrete Institute. (2001). Fibre Reinforced Concrete, Cement &
Concrete Institute, Midrand.
Fischer, G., Li, V.C. (2004). “Effect of Fiber Reinforcement on the Response of
Structural Members”, Proceedings Framcos-5, (eds. Li, et. al). Ia-
Framcos, 831-838.
Inneke & Anton. (2004). Penambahan Serat Kain Sintetis Pada Campuran Beton.
Semarang: Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata.
Susilorini, Retno, M.I. (2007a). Model Masalah Cabut-Serat Nylon 600 Tertanam
dalam Matriks Sementitis yang Mengalami Fraktur, Unpublished PhD
Dissertation, Postgraduate Program, Parahyangan Catholic University,
Bandung.
Susilorini, Retno, Rr. M.I. (2007b). “Fractured Based Approach for Structural
Element Design – Safe Building, Safe City”, Third International
Conference on Economic and Urban Management “City Marketing,
Heritage, and Identity”, 24-25 August, PMLP Unika Soegijapranata,
Semarang, 451-465.
Susilorini, Retno, Rr. M.I. (2007c). “The Performance Improvement of Fiber Pull-
Out of Nylon 600 with Clumped Fiber End”, First International
Conference of European Asian Civil Engineering Forum (EACEF), 26-27
September, Pelita Harapan University, Lippo Karawaci, Jakarta, D64-
D71.
Susilorini, Retno, Rr. M.I. (2007d). “Integral-J Kritis untuk Model Elemen
Hingga pada Cabut Serat Fraktur Nylon 600”, Tiga Roda Forum
“Perkembangan Terkini Teknologi dan Rekayasa Konstruksi Beton di
Indonesia”, 12 December, Hotel Bumi Karsa - Bidakara, Jakarta, 1-14.
Susilorini, Retno, Rr. M.I., Indarto, Andri Priyo, dan Wardoyo, Susilo. (2003).
“Optimasi Serabut Kelapa terhadap Peningkatan Kinerja Beton Serat”,
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol. 1. No. 2, 88-95.
Susilorini, R, dan Suwarno, DJ. 2001. Mengenal dan Memahami Teknologi Beton.
Semarang : Penerbit Laboratrium Bahan Bangunan – Unika
Soegijapranata.
Wang, Y., Li, V.C., Backer,S. (1988). “Modelling of Fibre Pull-out from a
Cement Matrix”, The International Journal of Cement Composites and
Lightweight Concrete, Vol. 10, No. 3, 143-149.
Wang, Y., Li, V.C., Backer, S. (1990). “Tensile Properties of Synthetic Fiber
Reinforced Mortar”, Journal of Cement and Concrete Composites, Vol.
12, 29-40.