PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model eksperimen inkuiri adalah model yang sangat kuat menggunakan prinsip-prinsip
pembelajaran konstruktivis, yang menjelaskan bahwa pengetahuan dibangun oleh peserta didik.
Inti dari model inquiry adalah proses investigasi yang diajarkan dengan menggunakan prinsip
community learning secara berkelanjutan. Melalui proses investigasi, pada akhir proses
pembelajaran siswa dapat menemukan pengetahuan yang dipelajarinya.
Sintaks inkuiri menurut sejumlah pakar ada perbedaan, tetapi aktivitas utama inkuiri meliputi:
mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, dan
mengambil keputusan. Siswa yang melakukan inkuiri mengalami proses belajar dengan aspek
penajaman aspek kognitif dan afektif yang mendukung pola pembelajaran metakognisi. Agar
pembelajaran berlangsung dalam kondisi yang kondusif perlu keterlibatan siswa secara langsung
dan aktif. Menurut Suparno (2007) menyatakan bahwa kegiatan percobaan penyelidikan akan
bekerja secara efektif jika memenuhi syarat: 1) kebebasan untuk menemukan dan menemukan
informasi, 2) lingkungan atau atmosfer yang responsif, 3) fokus masalah yaitu arah yang jelas dan
dapat diselesaikan siswa, 4) kurang tekanan, yaitu tidak banyak tekanan sehingga siswa
melakukan lebih banyak berpikir kritis dan kreatif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep besaran dan pengukuran dan mengembangkan nilai karakter konservasi siswa SMA?
2. Bagaimana Pembelajaran Fisika (PF) dilaksanakan melalui implementasi model eksperimen inkuiri terbimbing?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep besaran dan pengukuran dan mengembangkan nilai karakter konservasi siswa
SMA
2. Bagaimana Pembelajaran Fisika (PF) dilaksanakan melalui implementasi model eksperimen inkuiri terbimbing.
D. Kelemahan
BAB II
KAJIAN TEORI
Kemampuan penyelidikan sering dikaitkan dengan kegiatan penyelidikan atau percobaan. Pada
kegiatan investigasi, siswa dapat membangun pemahaman melalui mengajukan pertanyaan, membuat
desain, dan mengimplementasikan dalam bentuk investigasi, melakukan analisis, dan mengomunikasikan
penemuan. Salah satu prinsip utama inkuiri, yaitu siswa dapat membangun pemahaman mereka sendiri
dengan melakukan kegiatan melalui penyelidikan pengetahuan.
Model eksperimen inkuiri adalah model yang sangat kuat menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran
konstruktivis, yang menjelaskan bahwa pengetahuan dibangun oleh peserta didik. Inti dari model inquiry
adalah proses investigasi yang diajarkan dengan menggunakan prinsip community learning secara
berkelanjutan.
Sintaks inkuiri menurut sejumlah pakar ada perbedaan, tetapi aktivitas utama inkuiri meliputi:
mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, dan mengambil
keputusan. Siswa yang melakukan inkuiri mengalami proses belajar dengan aspek penajaman aspek
kognitif dan afektif yang mendukung pola pembelajaran metakognisi. Agar pembelajaran berlangsung
dalam kondisi yang kondusif perlu keterlibatan siswa secara langsung dan aktif. Menurut Suparno (2007)
menyatakan bahwa kegiatan percobaan penyelidikan akan bekerja secara efektif jika memenuhi syarat:
1) kebebasan untuk menemukan dan menemukan informasi, 2) lingkungan atau atmosfer yang responsif,
3) fokus masalah yaitu arah yang jelas dan dapat diselesaikan siswa, 4) kurang tekanan, yaitu tidak
banyak tekanan sehingga siswa melakukan lebih banyak berpikir kritis dan kreatif.
Inkuiri dapat dipandang sebagai strategi pembelajaran jika seluruh prosedur pembelajaran
menggunakan kegiatan yang menjadi ciri inkuiri. Inkuiri pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu
inkuiri terstruktur, inkuiri terbimbing, dan inkuiri terbuka. Pada kegiatan penyelidikan laboratorium
secara umum terdiri dari perumusan masalah dan identifikasi, pengumpulan data, pemrosesan data,
persiapan laporan dan mengkomunikasikan hasil. Dalam inkuiri terbimbing kegiatan laboratorium, guru
tidak menjelaskan konsep pertama yang akan dipelajari sehingga peserta didik belum mengetahui hasil
dari kegiatan yang akan mereka lakukan. Kegiatan laboratorium ini bertujuan untuk melatih siswa agar
berpikir secara induktif sangat membantu dalam mengembangkan pengetahuan umum tentang konsep
yang akan dipelajari dari fenomena fisikMenurut Wenning (2007) kegiatan penyelidikan tidak hanya
melakukan percobaan tetapi lebih menekankan pada imajinasi dan kemampuan siswa untuk
menemukan bukti empiris. Untuk siswa yang belum memiliki pengalaman penyelidikan seperti itu, hak
atas pendidikan dasar dan penggunaan sekunder penyelidikan terpandu. Pada inkuiri terbimbing, siswa
mendapatkan petunjuk yang tidak dalam bentuk resep atau pertanyaan yang bersifat gui-ding.
Menurut Suardana (2007) model pembelajaran in-quiry yang dipandu lebih berorientasi pada
kegiatan kelas yang berpusat pada siswa dan memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan berbagai
sumber belajar. Peran guru sebagai sumber daya yang memberikan bantuan dalam bentuk pertanyaan
yang membantu siswa untuk memikirkan langkah-langkah pengamatan selanjutnya. Berdasarkan
perbedaan di atas, kegiatan inkuiri terbimbing adalah transisi dari inkuiri terstruktur aktivitas
laboratorium yang mengarah pada aktivitas laboratorium inkuiri terbuka. Pada inkuiri terbimbing peserta
didik secara mandiri melaksanakan setiap tahap mengidentifikasi masalah dengan anggota kelompok
untuk menyelesaikan masalah dan guru sebagai mentor. Semua tahap inkuiri terbimbing mengarahkan
peserta didik dan peran aktif mereka lebih mandiri dalam berpikir dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Kegiatan laboratorium dapat mengembangkan keterampilan dan hasil belajar kognitif.
Model penyelidikan sintaksis, menurut beberapa ahli ada perbedaan, tetapi kegiatan utama
penyelidikan meliputi proses: mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan membuat keputusan. Siswa yang melakukan inkuiri dalam proses pembelajaran
mampu mengasah aspek kognitif dan afektif, yang mendukung pola pembelajaran metakognisi. Agar
pembelajaran berlangsung secara kondusif perlu keterlibatan siswa secara langsung dan aktif. Accor-ding
Suparno (2007) menyatakan bahwa kegiatan penyelidikan eksperimental akan dikelola secara efektif jika
memenuhi persyaratan berikut:
1) kebebasan untuk mencari dan mencari informasi, 2) lingkungan atau atmosfer yang responsif,
3) fokus pada masalah yang tanpa arah yang jelas dan dapat diselesaikan siswa, 4) tekanan kurang, yang
tidak banyak tekanan sehingga siswa melakukan pemikiran yang lebih kreatif dan kritis.