Anda di halaman 1dari 7

Bab 12: Investigasi dan Audit Investigasi

Investigasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai upaya pembuktian. Umumnya,


pembuktian ini berakhir di pengadilan. Dalam pengauditan kita mengenal konsep due audit
care, prudent auditor, seorang profesional yang berupaya menghindari tuntutan dengan
tuduhan teledor dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, investigator perlu
mengetahui tiga aksioma dalam pemeriksaan fraud.

Aksioma adalah pernyataan yang tidak perlu dibuktikan dan dianggap sudah jelas dengan
sendirinya. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebut terdapat tiga
aksioma dalam melakukan pemeriksaan fraud, yaitu:

1. Fraud is hidden
Berbeda dengan kejahatan lain, sifat fraud adalah tersembunyi. Penyembunyian
tindakan fraud disebut sebagai concealment. Fraud dilakukan seolah-olah semuanya
berjalan normal, dilakukan dengan bersih dan nyaris tak kasat mata, sehingga sering
mengecoh investigator. Kerugian yang diakibatkan oleh tindakan fraud jumlahnya
relatif lebih besar daripada kejahatan lainnya, misalnya perampokan.
2. Reverse proof
Reverse proof berarti pembuktian secara terbalik. Menurut ACFE, pemeriksaan fraud
didekati dari dua arah. Untuk membuktikan bahwa fraud memang terjadi, dibutuhkan
pembuktian juga bahwa fraud tidak terjadi. Misalkan investigator membantu jaksa
penyidik untuk membuktikan bahwa tindakan fraud memang terjadi, investigator juga
harus mengumpulkan bukti bahwa fraud tidak terjadi. Sebaliknya, ketika investigator
membantu penasihat hukum/tim pembela untuk membuktikan bahwa fraud tidak
terjadi, investigator pun harus mengumpulkan bukti bahwa fraud memang terjadi.
Alasan dilakukan reverse proof adalah untuk mengantisipasi penyangkalan dari pihak
lain dan memperkuat posisi dalam persidangan.
3. Existence of fraud
Aksioma ini mengatakan bahwa hanya pengadilan yang memiliki wewenang untuk
menetapkan bahwa fraud memang terjadi atau tidak terjadi. Posisi investigator hanya
untuk memberikan dugaan dan mengumpulkan bukti yang memperkuat dugaannya,
namun keputusan akhir tetap ada di tangan pengadilan.

Audit investigatif dimaksudkan untuk pembuktian di pengadilan. Idealnya, pendekatan


auditing dan hukum berjalan seiring. Namun, latar belakang kedua bidang ilmu ini berbeda.

Audit investigatif berdasarkan kaidah auditing:

Pertemuan Pendahuluan

Dalam melakukan audit investigatif, investigator perlu melakukan pertemuan pendahuluan


dengan calon klien. Klien berbeda dengan auditee. Klien merupakan pihak yang melaporkan
dugaan fraud atau pihak yang menyarankan dilakukan audit investigatif.
Dalam pertemuan pendahuluan, investigator mewawancarai calon klien dan mengumpulkan
informasi awal mengenai dugaan fraud. Hal-hal yang biasanya ditanyakan adalah:

1. Mengapa ada dugaan atau kecurigaan adanya fraud?


2. Pada unit usaha atau transaksi apa diduga terjadi fraud?
3. Apa sifat dari fraud tersebut?
4. Kapan fraud diduga atau dicurigai terjadi?
5. Bagaimana fraud tersebut dilakukan?

Lingkup dan Tujuan Audit

Setelah mengumpulkan informasi awal, investigator kemudian merumuskan lingkup dan


tujuan audit investigatif, misalnya:

1. Memecat pelaku fraud


2. Melindungi reputasi pihak yang tidak bersalah
3. Mengumpulkan bukti untuk penuntutan di pengadilan

Predication

Langkah selanjutnya dalam audit investigatif adalah menyusun predication. Dalam Fraud
Examiners Manual (2006), predication adalah keseluruhan dari peristiwa, keadaan pada saat
peristiwa itu, dan segala hal yang terkait atau berkaitan yang membawa seseorang yang
cukup terlatih dan berpengalaman dengan kehati-hatian yang memadai, kepada kesimpulan
bahwa fraud telah, sedang atau akan berlangsung.

Predication merupakan dasar untuk memulai investigasi. Audit investigatif harus dilakukan
ketika ada predication.

Predication bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya dari dokumen, dari hasil wawancara,
dari AKP (aduan, keluhan, petunjuk) dan dari sumber lainnya. Predication yang dikumpulkan
akan mengarah kepada kejanggalan atau penyimpangan yang terjadi. Setelah itu, investigator
akan menentukan apakah predication memadai atau tidak, menguatkan dugaan/indikasi fraud
atau tidak? Jika tidak memadai, investigasi akan dihentikan. Jika memadai, investigasi akan
diteruskan.

Teori Fraud

Ketika investigator memutuskan untuk melanjutkan investigasi, investigator harus


mengembangkan teori mengenai bagaimana fraud itu terjadi. Teori fraud ini akan membantu
untuk mengarahkan investigator dalam mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan. Dalam
membangun teori fraud, investigator harus menerapkan enam/tujuh kata tanya, yaitu what,
who, when, where, why, how, how much.

Hipotesis

Sejauh ini, investigator belum memiliki bukti yang cukup, hanya memiliki informasi awal
yang berasal dari predication. Sebelum mengumpulkan bukti, investigator membuat hipotesis
yang berisi kesimpulan sementara/prediksi berdasarkan informasi awal yang dimiliki.
Hipotesis itu bisa mengenai pihak yang terkait, skema fraud, tempat terjadinya fraud, atau
pun jenis fraud yang terjadi. Hipotesis inilah yang akan diuji oleh investigator, sama halnya
dengan ilmuwan yang melakukan penelitian untuk membuktikan dugaan awalnya.

Mengumpulkan Bukti

Selanjutnya investigator mulai mengumpulkan bukti yang mendukung hipotesisnya, bisa


melalui wawancara, inspeksi, konfirmasi, atau dengan teknik lainnya (lebih lanjut pada bab
13 dan 19). Dalam proses ini, investigator akan menemui banyak kendala, misalnya informasi
yang tidak konsisten dan saling bertentangan. Oleh karena itu, investigator akan melakukan
beberapa teknik yang berbeda agar bisa mendapatkan informasi yang bersesuaian dan
konsisten.

Simpulan

Pada tahap ini, investigator akan membuat LHP yang berisi kesimpulan dan jawaban atas
hipotesisnya.

Audit investigatif berdasarkan kaidah hukum (Undang-Undang no 8 Tahun 1981):

Penyelidikan

Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari dan menemukan suatu perbuatan
yang diduga merupakan tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya penyidikan
dilakukan. Penyelidik mempunyai wewenang:

1. Menerima pengaduan tentang dugaan tindak pidana


2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri

Pada tahap ini, penyelidik bertugas untuk mengumpulkan sekurang-kurangnya dua bukti agar
kasus ini diteruskan ke penyidikan. Jika tidak ditemukan bukti tersebut, penyelidikan bisa
dihentikan.

Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari dan mengumpulkan bukti, dan dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi untuk menemukan tersangkanya.
Penyidik mempunyai wewenang:

1. Menyita surat dan barang bukti


2. Memanggil dan memeriksa saksi
3. Memanggil dan memeriksa tersangka
4. Meminta keterangan ahli
Sama halnya dengan tahap penyelidikan, pada tahap penyidikan, penyidik harus mendapatkan
minimal dua bukti yang menyatakan bahwa memang telah terjadi tindak pidana dan tersangka
itulah yang melakukannya, maka penyidikan bisa dilanjutkan ke tahap penuntutan oleh
penuntut umum. Jika tidak memenuhi, maka penyidikan dihentikan.

Penuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum yang melimpahkan perkara ke pengadilan negeri
yang berwenang, Sebelum melimpahkannya ke pengadilan, penuntut umum harus
menentukan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi syarat untuk dilimpahkan ke
pengadilan atau belum. Jika tidak memenuhi syarat, maka tuntutan dihentikan.

Pemeriksaan di Pengadilan

Pemeriksaan di pengadilan ini berkaitan dengan pembuktian. Bukti-bukti yang diperoleh di


tingkat penyidikan diperiksa kembali di sidang pengadilan untuk dijadikan alat bukti, seperti:

1. Saksi-saksi yang telah diperiksa oleh penyidik dipanggil kembali ke sidang


pengadilan untuk memperoleh alat bukti keterangan saksi
2. Tersangka yang sudah diperiksa di tahap penyidikan, diperiksa kembali di sidang
pengadilan untuk mendapatkan alat bukti keterangan terdakwa
3. Ahli yang telah memberikan keterangan di penyidikan atau yang telah membuat
laporan ahli, dipanggil lagi untuk didengar pendapatnya atau dibacakan laporannya di
sidang pengadilan, agar diperoleh alat bukti keterangan ahli.
4. Surat dan barang bukti yang telah disita oleh penyidik diajukan ke sidang pengadilan
untuk dijadikan alat bukti surat dan petunjuk.

Putusan Pengadilan

Hakim menjatuhkan pidana kepada seseorang berdasarkan minimal dua alat bukti yang sah
dan ada kesesuaian satu sama lain. Berdasarkan alat bukti tersebut, hakim dapat menjatuhkan
putusan:

1. Putusan pemidanaan, apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa terbukti


bersalah melakukan tindakan pidana yang didakwakan kepadanya
2. Putusan bebas, apabila pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di
sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan
3. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, apabila pengadilan berpendapat bahwa
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak
merupakan suatu tindakan pidana atau terbukti tetapi terdakwa tidak dapat
dipertanggungjawabkan terhadap perbuatannya.

Upaya Hukum

Upaya hukum adalah hak terdakwa untuk tidak menerima putusan pengadilan. Upaya hukum
ada dua macam, yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.
Upaya hukum biasa terdiri atas:

1. pemeriksaan tingkat banding yang dapat dilakukan terhadap putusan pemidanaan, dan
2. pemeriksaan kasasi yang dapat dilakukan terhadap putusan pemidanaan dan putusan
lepas dari segala tuntutan hukum

Upaya hukum luar biasa terdiri atas:

1. pemeriksaan kasasi demi kepentingan hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan
pemidanaan dan putusan lepas dari segala tuntutan hukum, dan
2. peninjauan kembali putusan pengadilan yang dapat dilakukan terhadap putusan
pemidanaan dan ditemukan novum atau bukti baru.

Bab 13: Audit Investigatif dengan Teknik Audit

Banyak auditor yang sudah berpengalam mengaudit laporan keuangan, ragu-ragu untuk
melaksanakan audit fraud dan audit investigatif. Padahal teknik-teknik audit yang mereka
kuasai, memadai untuk diterapkan dalam audit investigatif.

Tujuan audit keuangan dan audit investigatif memang berbeda, namun teknik, mindset, dan
kehati-hatian dalam melakukan audit sama. Tujuan audit keuangan adalah untuk memberikan
pendapat mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan, sedangkan audit investigatif
bertujuan untuk memberikan bukti ada/tidak adanya fraud dan perbuatan melawan hukum.
Lingkupnya pun berbeda. Audit keuangan lingkupnya adalah reasonable assurance, lingkup
audit investigatif adalah barang bukti yang akan diuji di pengadilan.

Ada tujuh teknik audit, yaitu:

Memeriksa Fisik

Memeriksa fisik lazimnya diartikan sebagai penghitungan uang tunai, kertas berharga,
persediaan barang, aset tetap, dan barang berwujud (tangible assets).

Mengamati

Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatn indera untuk mengetahui sesuatu. Misalnya
untuk melihat luasnya pabrik, merasakan suhu pabrik, dan mencium wangi (seperti di pabrik
parfum, obat, dan lain-lain).

Meminta Konfirmasi

Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diaudit investigatif) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi.

Meminta Informasi dari Auditee

Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan prosedur yang
biasa dilakukan auditor. Apakah sebaiknya tidak meminta informasi dari auditee? Karena
yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong. Untuk
menghindari hal tersebut, auditor perlu meminta informasi dari sumber lain dan dengan
teknik yang berbeda.

Memeriksa Dokumen

Tak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan
teknologi, definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan,
dan dipindahkan secara elektronis (digital).

Menghitung kembali

Menghitung kembali (reperform) tidak lain dari mengecek kebenaran perhitungan. Dalam
audit investigatif, perhitungan umumnya sangat kompleks karena didasarkan atas kontrak
yang di renegosiasi berkali-kali.

Review Analitikal

Inti dari review analitikal adalah untuk mengenal pola hubungan (relationship pattern).
Dalam melakukan review analitikal, yang penting bukan software-nya tetapi semangatnya.
Terdapat beberapa teknik review analitikal, yaitu:

1. Betriebs Vergleich dan Zeit Vergleich


Betriebs Vergleich, membandingkan perusahaan auditee dengan perusahaan lain yang
sejenis. Zeit Vergleich, membandingkan perusahaan auditee saat ini dengan periode
sebelumnya.
2. Membandingkan anggaran dan realisasi
Hal yang perlu dipahami di sini adalah mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi
atas pelaksanaan anggaran, dan insentif (keuangan dan nonkeuangan).
Misalnya dalam entitas yang merupakan profit center, manajemen biasanya diberikan
insentif berdasarkan kemampuannya untuk melampaui anggaran atau target profit.
Auditor perlu mengantisipasi kecenderungan manajemen untuk melakukan overstated
penjualan. Hal ini bisa dilihat dari penjualan kredit yang tinggi di akhir tahun dan bisa
juga dilihat dari pengembalian barang di awal tahun.
3. Analisis vertikal dan horizontal
Analisis vertikal menunjukkan rasio antara suatu akun dengan akun lainnya dalam
laporan keuangan untuk tahun yang sama. Tujuannya adalah untuk membandingkan
perusahaan sejenis namun dengan ukuran yang berbeda. Yang dibandingkan bukan
jumlah rupiahnya, namun prosentasenya/rasionya.
Analisis horizontal menunjukkan perubahan (kenaikan/penurunan) suatu akun unuk
suatu tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
4. Hubungan antara satu data keuangan dengan data keuangan lainnya
Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan keuangan, bisa
mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan untuk review analitikal. Muisalnya
penjualan dengan piutang dan penjualan dengan bonus.
5. Menggunakan data nonkeuangan
Pola hubungan tidak mesti dalam bentuk keuangan, nonkeuangan pun bisa. Dengan
membandingkan antara input/masukan dan ouput/keluaran. Misalnya pupuk dengan
hasil panen dan jumlah tebu dengan jumlah gula.
6. Indikator ekonomi makro
Indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa,
indikator ekonomi negara-negara yang menjadi partner perdagangan Indonesia, harga
minyak mentah dan lain-lain.
7. Analisis trend
Dengan data historikal yang memadai (makin banyak makin baik), review analitikal
dapat mengungkapkan trend.

Kunci keberhasilan dalam melakukan semua teknik audit di atas adalah:

1. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit
investigatif.
2. Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigatif.
3. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih.
4. Cermat dalam menarik kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai