Aksioma adalah pernyataan yang tidak perlu dibuktikan dan dianggap sudah jelas dengan
sendirinya. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebut terdapat tiga
aksioma dalam melakukan pemeriksaan fraud, yaitu:
1. Fraud is hidden
Berbeda dengan kejahatan lain, sifat fraud adalah tersembunyi. Penyembunyian
tindakan fraud disebut sebagai concealment. Fraud dilakukan seolah-olah semuanya
berjalan normal, dilakukan dengan bersih dan nyaris tak kasat mata, sehingga sering
mengecoh investigator. Kerugian yang diakibatkan oleh tindakan fraud jumlahnya
relatif lebih besar daripada kejahatan lainnya, misalnya perampokan.
2. Reverse proof
Reverse proof berarti pembuktian secara terbalik. Menurut ACFE, pemeriksaan fraud
didekati dari dua arah. Untuk membuktikan bahwa fraud memang terjadi, dibutuhkan
pembuktian juga bahwa fraud tidak terjadi. Misalkan investigator membantu jaksa
penyidik untuk membuktikan bahwa tindakan fraud memang terjadi, investigator juga
harus mengumpulkan bukti bahwa fraud tidak terjadi. Sebaliknya, ketika investigator
membantu penasihat hukum/tim pembela untuk membuktikan bahwa fraud tidak
terjadi, investigator pun harus mengumpulkan bukti bahwa fraud memang terjadi.
Alasan dilakukan reverse proof adalah untuk mengantisipasi penyangkalan dari pihak
lain dan memperkuat posisi dalam persidangan.
3. Existence of fraud
Aksioma ini mengatakan bahwa hanya pengadilan yang memiliki wewenang untuk
menetapkan bahwa fraud memang terjadi atau tidak terjadi. Posisi investigator hanya
untuk memberikan dugaan dan mengumpulkan bukti yang memperkuat dugaannya,
namun keputusan akhir tetap ada di tangan pengadilan.
Pertemuan Pendahuluan
Predication
Langkah selanjutnya dalam audit investigatif adalah menyusun predication. Dalam Fraud
Examiners Manual (2006), predication adalah keseluruhan dari peristiwa, keadaan pada saat
peristiwa itu, dan segala hal yang terkait atau berkaitan yang membawa seseorang yang
cukup terlatih dan berpengalaman dengan kehati-hatian yang memadai, kepada kesimpulan
bahwa fraud telah, sedang atau akan berlangsung.
Predication merupakan dasar untuk memulai investigasi. Audit investigatif harus dilakukan
ketika ada predication.
Predication bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya dari dokumen, dari hasil wawancara,
dari AKP (aduan, keluhan, petunjuk) dan dari sumber lainnya. Predication yang dikumpulkan
akan mengarah kepada kejanggalan atau penyimpangan yang terjadi. Setelah itu, investigator
akan menentukan apakah predication memadai atau tidak, menguatkan dugaan/indikasi fraud
atau tidak? Jika tidak memadai, investigasi akan dihentikan. Jika memadai, investigasi akan
diteruskan.
Teori Fraud
Hipotesis
Sejauh ini, investigator belum memiliki bukti yang cukup, hanya memiliki informasi awal
yang berasal dari predication. Sebelum mengumpulkan bukti, investigator membuat hipotesis
yang berisi kesimpulan sementara/prediksi berdasarkan informasi awal yang dimiliki.
Hipotesis itu bisa mengenai pihak yang terkait, skema fraud, tempat terjadinya fraud, atau
pun jenis fraud yang terjadi. Hipotesis inilah yang akan diuji oleh investigator, sama halnya
dengan ilmuwan yang melakukan penelitian untuk membuktikan dugaan awalnya.
Mengumpulkan Bukti
Simpulan
Pada tahap ini, investigator akan membuat LHP yang berisi kesimpulan dan jawaban atas
hipotesisnya.
Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari dan menemukan suatu perbuatan
yang diduga merupakan tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya penyidikan
dilakukan. Penyelidik mempunyai wewenang:
Pada tahap ini, penyelidik bertugas untuk mengumpulkan sekurang-kurangnya dua bukti agar
kasus ini diteruskan ke penyidikan. Jika tidak ditemukan bukti tersebut, penyelidikan bisa
dihentikan.
Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari dan mengumpulkan bukti, dan dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi untuk menemukan tersangkanya.
Penyidik mempunyai wewenang:
Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum yang melimpahkan perkara ke pengadilan negeri
yang berwenang, Sebelum melimpahkannya ke pengadilan, penuntut umum harus
menentukan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi syarat untuk dilimpahkan ke
pengadilan atau belum. Jika tidak memenuhi syarat, maka tuntutan dihentikan.
Pemeriksaan di Pengadilan
Putusan Pengadilan
Hakim menjatuhkan pidana kepada seseorang berdasarkan minimal dua alat bukti yang sah
dan ada kesesuaian satu sama lain. Berdasarkan alat bukti tersebut, hakim dapat menjatuhkan
putusan:
Upaya Hukum
Upaya hukum adalah hak terdakwa untuk tidak menerima putusan pengadilan. Upaya hukum
ada dua macam, yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.
Upaya hukum biasa terdiri atas:
1. pemeriksaan tingkat banding yang dapat dilakukan terhadap putusan pemidanaan, dan
2. pemeriksaan kasasi yang dapat dilakukan terhadap putusan pemidanaan dan putusan
lepas dari segala tuntutan hukum
1. pemeriksaan kasasi demi kepentingan hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan
pemidanaan dan putusan lepas dari segala tuntutan hukum, dan
2. peninjauan kembali putusan pengadilan yang dapat dilakukan terhadap putusan
pemidanaan dan ditemukan novum atau bukti baru.
Banyak auditor yang sudah berpengalam mengaudit laporan keuangan, ragu-ragu untuk
melaksanakan audit fraud dan audit investigatif. Padahal teknik-teknik audit yang mereka
kuasai, memadai untuk diterapkan dalam audit investigatif.
Tujuan audit keuangan dan audit investigatif memang berbeda, namun teknik, mindset, dan
kehati-hatian dalam melakukan audit sama. Tujuan audit keuangan adalah untuk memberikan
pendapat mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan, sedangkan audit investigatif
bertujuan untuk memberikan bukti ada/tidak adanya fraud dan perbuatan melawan hukum.
Lingkupnya pun berbeda. Audit keuangan lingkupnya adalah reasonable assurance, lingkup
audit investigatif adalah barang bukti yang akan diuji di pengadilan.
Memeriksa Fisik
Memeriksa fisik lazimnya diartikan sebagai penghitungan uang tunai, kertas berharga,
persediaan barang, aset tetap, dan barang berwujud (tangible assets).
Mengamati
Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatn indera untuk mengetahui sesuatu. Misalnya
untuk melihat luasnya pabrik, merasakan suhu pabrik, dan mencium wangi (seperti di pabrik
parfum, obat, dan lain-lain).
Meminta Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diaudit investigatif) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi.
Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan prosedur yang
biasa dilakukan auditor. Apakah sebaiknya tidak meminta informasi dari auditee? Karena
yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong. Untuk
menghindari hal tersebut, auditor perlu meminta informasi dari sumber lain dan dengan
teknik yang berbeda.
Memeriksa Dokumen
Tak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan
teknologi, definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan,
dan dipindahkan secara elektronis (digital).
Menghitung kembali
Menghitung kembali (reperform) tidak lain dari mengecek kebenaran perhitungan. Dalam
audit investigatif, perhitungan umumnya sangat kompleks karena didasarkan atas kontrak
yang di renegosiasi berkali-kali.
Review Analitikal
Inti dari review analitikal adalah untuk mengenal pola hubungan (relationship pattern).
Dalam melakukan review analitikal, yang penting bukan software-nya tetapi semangatnya.
Terdapat beberapa teknik review analitikal, yaitu:
1. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit
investigatif.
2. Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigatif.
3. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih.
4. Cermat dalam menarik kesimpulan.