Oleh:
Pembimbing:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Glaukoma Primari Sudut Terbuka”. Shalawat beserta salam penulis
sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia ke
masa yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata
RSUD dr.Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Ucapan
terima kasih serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada dr. Lia
Meutia, Sp.M. yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam
penulisan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi semua pihak khususnya di bidang kedokteran dan berguna
bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran
pada umumnya dan ilmu kesehatan mata khususnya. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk laporan kasus ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Diperkirakan pada tahun 2020 hampir 58,5 juta orang di seluruh dunia
menderita glaukoma. Hampir setengah dari jumlah ini (47%) dari penderita
POAG berada di Asia sementara 24% diderita oleh penduduk eropa. Prevalensi
rata-rata POAG diperkirakan sebesar 1,96%. Wanita tampaknya meliputi lebih
dari 55% dari pasien dengan POAG karena angka harapan hidup yang lebih
panjang dibandingkan laki-laki.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada sistem vena, humor aquos diproduksi oleh prosesus ciliaris masuk
melewati kamera okuli posterior menuju kamera okuli anterior melalui pupil.
Setelah melewati kamera okuli anterior cairan humor aquos menuju trabekula
meshwork ke angulus iridokornealis dan menuju kanalis Schlemm yang akhirnya
masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan melewati jaringan trabekulum
sekitar 90 %. Sedangkan sebagian kecil humor aquos keluar dari mata melalui
otot siliaris menuju ruang suprakoroid untuk selanjutnya keluar melalui sklera
atau saraf maupun pembuluh darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (10-
15%).
5
2.1.2 Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma Primer
Glaukoma Sekunder
6
Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital
seringkali diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya epifora
dapat juga berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma
kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera
okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain (dapat
berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom Sturge-Weber dan rubela kongenital).
1. Pengertian
7
Walaupun peningkatan TIO bukan penyebab dari seluruh kerusakan pada POAG,
namun itu merupakan faktor resiko yang paling besar.
2. Klasifikasi
8
Gambar. (A) Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut terbuka, (B) Aliran
humor aqueus pada glaukoma sudut tertutup
3. Epidemiologi
Diperkirakan pada tahun 2020 hampir 58,5 juta orang di seluruh dunia
menderita glaukoma. Hampir setengah dari jumlah ini (47%) dari penderita
POAG berada di Asia sementara 24% diderita oleh penduduk eropa. Prevalensi
rata-rata POAG diperkirakan sebesar 1,96%. Wanita tampaknya meliputi lebih
dari 55% dari pasien dengan POAG karena angka harapan hidup yang lebih
panjang dibandingkan laki-laki.
Nervus optikus dimulai dari sel ganglion retina, yang terdapat pada lapisan
paling dalam retina (lapisan sel ganglion). Sel ganglion retina menerima
9
rangsangan dari sel bipolar dan sel amakrin dan memproyeksikan akson ke arah
vitreous.
Fovea merupakan bagian yang tidak memiliki lapisan serabut saraf dan
retina bagian dalam dan sel ganglion berada di luar slope fovea. Akson sel
ganglion perifer meneruskan jalur arkuata ke nervus optikus terbagi dorso/ventral
melalui meridian horisontal
Papil nervus optikus, lebih khususnya bagian lamina sklera dari papil,
dianggap merupakan tempat terjadinya kerusakan akson primer. Hal ini telah
diobservasi pada berbagai percobaan pada primata dan mata manusia dengan
POAG yang di enukleasi. Struktur dan sistem ortograde dan retrograde dari
transport intraaksonal secara histologis terganggu pada lokasi laminar dari
perjalanan akson ini. Kerusakan retrograde terjadi pada badan sel ganglion retina
kurang lebih 4 minggu kemudian, dan hilangnya akson distal yang berjalan
menuju otak terjadi dalam 1 minggu dalam bentuk degenerasi Wallerian. Pada
level biokimia, neurotoksik serta enzim glial-toxic nitric oxide juga terdapat pada
papil nervus optikus. Teori patogenesis glaukoma harus mempertimbangkan
lokasi spesifik yang berada di lamina cribosa untuk tanda awal kerusakan aksonal.
Lokasi kerusakan lain pada glaukoma terjadi pada populasi sel ganglion
retina dan astroglia. Kadar glutamat intraretinal atau intravitreal yang neurotoksik
terhadal sel ganglion retina dihipotesiskan berperan pada kerusakan glaukoma.
Hilangnya sel ganglion retina kurang lebih 25% dapat menyebabkan kelainan
papillar aferen, sel ganglion retina hilang kurang lebih 35% baru dapat terdeteksi
kerusakan pada perimetri computerized treshold white-on-white, dan hilangnya
sel ganglion retina 40% diperlukan sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah
10
Zimmerman et al., menyatakan bahwa kerusakan glaukoma pada dasarnya
terjadi pada RGC, yang terdapat paling banyak di daerah peri-makular (dimana
merupakan lapisan retina dengan lapisan sel ganglion lebih dari satu lapis).
Sehingga, perubahan glaukoma yang menyebabkan kematian RGC secara
potensial menyebabkan pengurangan ketebalan retina makula.(makular dan
retinal). Hilangnya ketebalan retina dalam jumlah besar (sampai 34%) dideteksi
pada polus posterior pada pasien dengan glaukoma sehubungan dengan kerusakan
sel ganglion dan RNFL.
Sahli dan Tekeli pada tahun 2012 menemukan bahwa ketebalan rata-rata
seluruh ketebalan seluruh RNFL, ketebalan rata-rata di keempat kuadran dan di
area jam 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 lebih rendah pada pasien POAG daripada
pasien hipertensi okuli. Area-area jam tersebut sesuai dengan kuadran superior,
inferior dan temporal. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Bowd et al.
1. Tonometri
11
sudut terbuka primer , 32-50% pasien ditemukan dengan tekanan intraokuler yang
normal pada saat pertama kali diperiksa.
Gonioskopi
12
misalnya timolol maleat 0,25% dan 0.5%, betaxolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol
dan lain-lain.
13
tekanan intraokuler awal. Efek maksimal dari apraklonidin dalam menurunkan
tekanan intraokuler dapat terjadi sekitar 3-5 jam setelah pemberian terapi.
a. Asetasolamid Oral
Efek samping yang paling sering dikeluhkan parastesi dan inisial diuresis,
sedangkan efek lain yang dapat muncul apabila digunakan dalam jangka lama
antara lain metalic taste, malaise, nausea, anoreksia, depresi, pembentukan batu
ginjal, depresi sumsum tulang, dan anemia aplastik.
14
anhidrase topikal (dorsolamid) dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar 15-
20%.
15
Mekanisme Cara Pemberian
16
BAB III
KESIMPULAN
17
BAB IV
LAPORAN KASUS
4. 1 Identitas Pasien
Nama : Asni
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Aceh
Alamat : Aceh Barat
CM : 1-14-76-92
Tanggal Masuk : 07 Maret 2018
Tanggal Pemeriksaan : 07 Maret 2018
4.2 Anamnesis
Keluhan utama : Mata berdenyut- denyut
Keluhan tambahan : Sakit kepala, pengelihatan berkurang
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien perempuan 70 tahun datang ke poli mata dengan keluhan mata terasa
berdenyut – denyut yang dialami sejak 1 tahun terakhir pada kedua mata.
Pasien merasakan keluhan semakin memberat dalam 3 bulan terakhir
sebelum datang ke poli klinik mata di RSUDZA. Awalnya keluhan tidak
disertai penurunan pengelihatan, lama kelamaan keluhan penurunan
dikeluhkan hingga mata kiri hanya dapat melihat bayangan cahaya.
Sebelumnya pasien sudah berobat di rumahsakit daerah dan hanya diberikan
obat tetes. Riwayat sering sakit kepala dikeluhkan. Riwayat muntah tidak
ada. Riwayat trauma tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penggunaan kacamata (-)
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat Diabetes Mellitus (+)
18
Riwayat hipertesi (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit mata
Riwayat kebiasaan sosial :
Pasien merupakan pensiunan guru, dan sehari – hari suka menjahit.
4.3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Frekuensi Nafas : 18 x/menit
Temperatur : 36,70C
2. Status Oftalmologis
1. Uji Hiscberg :
2. Uji Pursuit :
OD = normal OS = Normal
(+) (+)
(+) (+) (+) (+)
19
3. Pemeriksaan Visus :
VOS: 5/21 VOD: 1/300
20
4.6 Penatalaksanaan
Glaupen 0,01% 0,6 ml 1x1gtt ods
Hyaloph ed 6 x 1 gtt ods
Azopt 1% 3 x 1 ods
Isotic adretor tts mata 0,25% 2 x 1gtt ods
4.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : dubia ad malam
21
BAB V
ANALISA KASUS
Pasien perempuan usia 70 tahun datang ke poli mata dengan keluhan mata
terasa berdenyut – denyut yang dialami sejak 1 tahun terakhir pada kedua mata.
Pasien merasakan keluhan semakin memberat dalam 3 bulan terakhir sebelum
datang ke poli klinik mata di RSUDZA. Diperkirakan pada tahun 2020 hampir
58,5 juta orang di seluruh dunia menderita glaukoma. Hampir setengah dari
jumlah ini (47%) dari penderita POAG berada di Asia sementara 24% diderita
oleh penduduk eropa. Prevalensi rata-rata POAG diperkirakan sebesar 1,96%.
Wanita tampaknya meliputi lebih dari 55% dari pasien dengan POAG karena
angka harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan laki-laki.
22
hasilkan cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin tipis kornea pasien
tekanan intraokuler bola mata juga rendah.
Pada kasus pasien di berikan isotik adretor yaitu golongan timolol untuk
menurunkan TIO pada mata pasien. Timolol maleat merupakan β-adrenergik non
selektif baik β1 atau β2. Timolol tidak memiliki aktivitas simpatomimetik,
sehingga apabila diteteskan pada mata dapat mengurangi tekanan intraokuler.
Timolol dapat menurunkan tekanan intraokuler sekitar 20-30%.15,16 Reseptor β-
adrenergik terletak pada epitel siliaris, jika reseptornya terangsang aktifitas
sekresinya akan meningkatkan inflow humor aquos melalui proses komplek
enzim adenyl cyclase-reseptor sehingga menurunkan produksi humor aquos.
23
DAFTAR PUSTAKA
24