Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi selalu diikuti dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan listrik.
Tanpa listrik pertumbuhan ekonomi adalah mustahil karena listrik adalah penggerak roda
perekonomian masyarakat. Kebutuhan energi listrik pada era globalisasi ini kebutuhannya semakin
meningkat. Terlebih lagi pada saat beban puncak. Beban puncak penggunaan listrik didunia berkisar
antara pukul 18.00 – 22.00 (Sumber: http://www.plnbali.co.id/ diakses pada hari Kamis,
08 September 2005). Peningkatan beban listrik ini diakibatkan karena pada waktu- waktu ini
masyarakat umumnya secara bersamaan menggunakan listrik sebagai sumber daya untuk
menghidupkan lampu penerangan, menghidupkan televisi dan
lain-lain.

Di negara kita, pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga nuklir atau umum disebutkan
dengan istilah PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) masih belum banyak dimanfaatkan karena di
mata masyarakat limbah dari pembangkit listrik ini sangat mengancam ekosistem disekitarnya.
Dari beberapa latar belakang diatas maka penyusun memberanikan diri untuk menyusun makalah
tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa masalah yang akan penyusun bahas pada makalah
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ini, antara lain :
1. Bagaimana sejarah PLTN di Indonesia?
2. Apakah pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)?
3. Apa yang dimaksud dengan reaksi fusi dan reaksi fisi ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan reaksi fusi dan fisi ?

5.
3. -dampak apa saja yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN)?

Makalah PLTN2005 1
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan disusunnya makalah tentang Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui sejarah PLTN di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
3. Untuk mengetahui dampak-dampak apa yang dihasilkan oleh Pembangkit
Listrik Tenaga nuklir (PLTN).

Makalah PLTN2005 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.


Sejarah pemanfaatan energi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dimulai
beberapa saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir berantai
terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri sangat dirahasiakan dan
dibangun di bawah stadion olah raga Universitas Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha
mengembangkan pemanfaatan sumber tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya, pengembangan
pemanfaatan energi nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di Amerika Serikat dan Jerman.
Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga mulai menjalankan program energi
nuklirnya.
Listrik pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun
1951. Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di Rusia. PLTN
pertama di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan pertama kali pada bulan Oktober 1956
di Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir yang mampu
memproduksi sekitar 80 juta Watt tenaga listrik. Sukses pengoperasian PLTN tersebut telah
mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai tempat. (Sumber:
http://www.elektroindonesia. com/elektro/ener36a.html, yang diakses pada hari Sabtu, 10 September
2005).
Proses rencana pembangunan PLTN di Indonesia cukup panjang. Tahun1972, telah dimulai
pembahasan awal dengan membentuk Komisi Persiapan Pembangunan PLTN. Komisi ini kemudian
melakukan pemilihan lokasi dan tahun 1975 terpilih 14 lokasi potensial, 5 di antaranya terletak di Jawa
Tengah. Lokasi tersebut diteliti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bekerjasama dengan NIRA
dari Italia. Dari keempat belas lokasi tersebut, 11 lokasi di pantai utara dan 3 lokasi di pantai selatan.

Makalah PLTN2005 3
Gambar 2.1, Reaktor Penembak Cepat (Fast Breeder Reactor) di Monju, Jepang (Sumber
http://www.infonuklir.com/publikasi/atomos.htm yang diakses pada hari Jumat, 09 September 2005)
Pada Desember 1989, Badan Koordinasi Energi Nasional (BAKOREN) memutuskan agar
BATAN melaksanakan studi kelayakan dan terpilihlah NewJec (New Japan Enginereering Consoltan
Inc) untuk melaksanakan studi tapak dan studi kelayakan selama 4,5 tahun, terhitung sejak Desember
1991 sampai pertengahan 1996.
Pada 30 Desember 1993, NewJec menyerahkan dokumen Feasibility Study Report (FSR)
dan Prelimintary Site Data Report ke BATAN. Rekomendasi NewJec adalah untuk bidang studi non-
tapak, secara ekonomis, PLTN kompetitif dan dapat dioperasikan pada jaringan listrik Jawa – Bali
di awal tahun 2000-an. Tipe PLTN direkomendasikan berskala menengah, dengan calon
tapak di Ujung Lemahabang,
Grenggengan, dan Ujungwatu.(Sumber : http://www.walhi.or.id/kampanye/pltn/ diakses pada hari
Kamis, 08 September
2005).

Makalah PLTN2005 4
2.2 Pengertian PLTN

Secara umum yang dimaksudkan dengan PLTN adalah pembangkit listrik tenaga nuklir
yang merupakan suatu kumpulan mesin yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan
memanfaatkan tenaga nuklir sebagai tenaga awalnya. Sebelum melanjutkan ke prinsip kerja dari
PLTN ini, ada baiknya penyusun terangkan sedikit tentang Proses Fisi dan Fusi Nuklir.

- Fisi Nuklir

Proses fisi adalah proses utama pada reaktor nuklir terjadi ketika sebuah inti bermassa
berat. Pada reaksi fisi, inti senyawa yang terangsang terbelah menjadi dua inti massa yang lebih
rendah, disebut produk isi, dan produk ini disertai oleh dua atau tiga neutron dan radiasi fisi gamma.
Adapun tiga bahan bakar yang dapat berfisi antara lain : Uranium-235 (U235), Uranium-233
(U233) dan Plutonium-239 (Pu239). Ketiga bahan bakar ini besifat radioaktif tetapi mereka mempunyai
massa paruh yang sangat lama.

- Fusi Nuklir

Proses fusi pada dasarnya adalah sebuah anti tesis dari proses fisi. Dalam proses fisi, inti
bermasa berat membelah menjadi inti bermasa ringan, sambil melepaskan kelebihan energi pengikatan.
Sedangkan pada reaksi fusi, inti bermasa ringan bergabung dalam rangka melepaskan kelebihan energi
pengikatan. Jadi reaksi fusi adalah reaksi umum yang “meminyaki” matahari dan telah dipakai di
bumi untuk melepaskan energi dalam jumlah yang besar didalam termonuklir atau bom hydrogen.
Dalam fisika, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti atom
bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi. Fusi nuklir adalah
sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan senjata nuklir meledak. Proses ini
membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan inti nuklir, bahkan elemen yang paling
ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang ringan, yang membentuk inti atom yang lebih berat dan
netron bebas, akan menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang dibutuhkan untuk
menggabungkan mereka maka sebuah

Makalah PLTN2005 5
reaksi eksotermik yang dapat menciptakan reaksi yang terjadi sendirinya. Energi yang dilepas di
banyak reaksi nuklir lebih besar dari reaksi kimia, karena energi pengikat yang mengelem kedua
inti atom jauh lebih besar dari energi yang menahan elektron ke inti atom. Contoh: energi ionisasi yang
diperoleh dari penambahan elektron ke hidrogen adalah 13.6 elektron volt lebih kecil satu per
sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh reaksi Deuterium Tritium (D-T) fusion seperti gambar di bawah
ini. (Sumber : http://www.wikipedia.com/fisika/ yang diakses pada hari Jumat, 23 September
2005)

Gambar 2.2, Reaksi D-T Fusion

(Sumber : http://www.wikipedia.com/fisika/ yang diakses pada hari Jumat, 23

September 2005)

2.2.1 Energi Nuklir

Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir
itu hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar nuklir. Proses ini sangat berbeda
dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya sudah dikenal, seperti pembakaran kayu, minyak
dan batubara.
Besar energi yang tersimpan (E) di dalam inti atom adalah seperti

Makalah PLTN2005 6
dirumuskan dalam kesetaraan massa dan energi oleh Albert Einstein :

Makalah PLTN2005 7
E=mC

Dimana

m : massa bahan (kg)

Makalah PLTN2005 8
C : kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal dari perubahan sebagian massa inti
dan keluar dalam bentuk panas.

Makalah PLTN2005 9
Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai
tak terkendali dan reaksi nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada
ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak dikendalikan agar dihasilkan
panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar
reaksi nuklir yang terjadi dapat dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari reaksi
nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu sarana reaksi yang
dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah tempat dimana reaksi nuklir
berantai terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu sangat
berbeda dengan reaksi berantai pada ledakan bom nuklir.
Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan oleh reaksi
nuklir, berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana. Ambil 1 g (0,001 kg) bahan bakar nuklir
U235. Jumlah atom di dalam bahan bakar ini adalah :

N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom U235.

Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir U235 disertai dengan pelepasan energi sebesar 200 MeV,
maka 1 g U235 yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat melepaskan energi sebesar :

E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV

Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana 1 MeV = 1.6 x

10-13 J, maka energi yang dilepaskan menjadi :

E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J

Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi listrik, maka energi
listrik yang dapat diperoleh dari 1 g U235 adalah :

E listrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J

Makalah PLTN2005 1
0
Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV

dengan daya (P) 100 W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g U235 selama :

Makalah PLTN2005 1
1
t = E listrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s

Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus tanpa dimatikan.
Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama
12 jam/hari, maka energi listrik dari 1 g U235 bisa dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik
pesawat TV selama lebih dari 15 tahun.
(Sumber: http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener36a.html, yang diakses pada hari Sabtu,
10 September 2005)

2.2.2 Prinsip Kerja PLTN

Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik
konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara
luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan.
PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan suplai panas dari
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya
memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras
reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas
hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan
MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah
sebagai berikut :
1. Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yang
sangat besar.
2. Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa pendingin primer
maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
3. Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).
4. Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus
listrik.

Makalah PLTN2005 1
2
Secara ringkas dan sederhana, rancangan PLTN terdiri dari air mendidih, boiling water
reactor bisa mewakili PLTN pada umumnya, yakni setelah ada reaksi nuklir fisi, secara bertubi-
tubi, di dalam reaktor, maka timbul panas atau tenaga lalu dialirkanlah air di dalamnya. Kemudian
uap panas masuk ke turbin dan turbin berputar poros turbin dihubungkan dengan generator yang
menghasilkan listrik.
Reaktor Nuklir adalah suatu alat dimana reaksi berantai dapat dilaksanakan
berkelanjutan dan dikendalikan. Atau dengan kata lain reaktor nuklir merupakan suatu wadah bahan-
bahan fisi dimana proses reaksi berantai terjadi terus menerus tanpa berhenti atau tempat terjadinya
reaksi pembelahan inti (nuklir). Bagian utama dari reaktor nuklir yaitu: elemen bakar (batang-
batang bahan bakar), perisai (perisai termal), moderator dan elemen kendali.
Bahan bakar yang digunakan didalam reaktor nuklir ada tiga jenis antara

Makalah PLTN2005 1
3
lain :

- Uranium-235 (U235),

- Uranium-233 (U233),

- Plutonium-239 (Pu239).

Makalah PLTN2005 1
4
Dari ketiga jenis bahan bakar diatas, yang paling sering digunakan sebagai bahan bakar reaktor
adalah Uranium-235 (U235).

Gambar 2.3, Reaksi Berantai Divergen.


(Sumber : penggerak mula turbin oleh Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME. halaman 110)

Makalah PLTN2005 1
5
Reaksi fisi berantai terjadi apabila inti dari suatu unsur dapat belah (Uranium-235, Uranium-
233) bereaksi dengan neutron termal/lambat yang akan menghasilkan unsur-unsur lain dengan cepat
serta menimbulkan energi panas dan neutron-neutron baru. Untuk mengendalikan reaksi berantai dalam
reaktor nuklir maka digunakanlah bahan yang dapat menyerap neutron, misalnya Boron dan Cadmium.
Yang bertujuan untuk mengatur kerapatan dari neutron. Dengan mengatur kerapatan neutron ini
maka tingkat daya raktor nuklir dapat ditentukan, bahkan reaksi dapat dihentikan sama sekali (sampai
0) pada saat semua neutron terserap oleh bahan penyerap.
Perangkat pengatur kerapatan neutron pada reaktor nuklir ini disebut dengan elemen kendali.
Jika elemen kendali disisipkan penuh diantara elemen bakar, maka elemen kendali akan menyerap
neutron secara maksimum sehingga reaksi berantai akan dihentikan dan daya serap batang kendali akan
berkurang bila batang kendali ditarik menjauhi elemen bakar. Di sini pengendalian dilakukan
terhadap pelepasan dan penyerapan neutron selama berlangsungnya reaksi
berantai.

Neutron yang dilepaskan dalam suatu reaksi berantai dapat dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu :
1. Meninggalkan material fisi.

2. Tidak berfisi, ditangkap oleh U238 membentuk Pu239.

3. Tidak berfisi, ditangkap oleh material batang kendali (control-rod).

4. Berfisi, ditangkap oleh U239 dan U233

Apabila jumlah nutron yang dilepaskan oleh proses fisi sama dengan jumlah empat
bagian nutron diatas, maka energi panas yang dihasilkan adalah konstan. Atau sebaliknya jika
jumlah nutron yang dihasilkan lebih kecil, maka reaksi berantai akan berhenti. Apabila lebih
besar, maka laju fisinya naik dan menjadi tidak terkendali. Gambar dibawah menunjukkan skema
sebuah reaktor nuklir.
Gambar 2.4, Skema reaktor nuklir

(Sumber : penggerak mula turbin oleh Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME. halaman 115)

Komponen utama reaktor nuklir antara lain :

1. Inti reaktor 5. Tangki Reaktor

2. Moderator 6. Fluida Pendingin

3. Perisai Termal 7. Perisai Biologi

4. Reflektor 8. Batang-batang kendali


1. Inti reaktor : Dibuat dari batang-batang bahan bakar yang berisi
uranium alam, uranium yang dipercaya, plutoium, atau
U-233. Batang-batang bahan bakar tersebut dapat
dicampur dengan material-material tidak- berfisi.
2. Moderator : Berfungsi untuk memperlambat kecepatan nutron
sehingga berkecepatan termal. Biasanya dibuat dari
granit yang membungkus bahan bakar, tetapi mungkin
juga air berat, air ringan (normal), atau berilium.
Moderator dapat juga dicampur dengan bahan bakar.
Berfungsi menyerap radiasi (parikel b , nutron yang

3. Perisai Termal :
terlepas, dan sinar gamma) yang terjadi karena proses
fisi. Karena itu perisai menyelubungi inti reaktor,
biasanya dibuat dari besi, menyerap energi dan
menjadi panas.
4. Reflektor : Berfungsi untuk memantulkan kembali nutron yang
meninggalkan inti bahan bakar. Pada gambar diatas
menunjukkan bahwa tepi moderator juga berfungsi
sebagai reflektor, selain reflektor yang diletakkan di
dalam perisai termal dan menyelubungi inti reaktor.
5. Tangki Reaktor : Berfungsi untuk membungkus seluruh inti reaktor,
reflektor dan perisai termal. Dengan demikian tangki
reaktor membentuk pula saluran untuk mengatur
aliran pendingin melalui dan mengelilingi inti
reaktor.
6. Fluida : Membawa panas yang dihasilkan dari proses fisi
Pendingin untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai
pemanas air ketel pada pusat tenaga uap.

Menjaga agar bahan bakar reaktor dan perlengkapannya ada pada temperature yang diperbolehkan
(aman dan tidak rusak).
Perisai Biologi : Membungkus reaktor untuk menahan dan melemahkan semua radiasi
yang mematikan sebagai akibat dari proses fisi. Perisai biologi dapat dibuat dari besi, timah hitam
atau beton tebal dicampur
oksida besi.
8. Batang-batang kendali : Berfungsi mengendalikan proses fisi (pembangkitan panas) di
dalam reaktor, yaitu dengan menyerap nutron berlebihan yang
terjadi dari proses fisi. Batang-batang kendali biasanya terbuat
dari boron
atau hafnium yang dapat menyerap nutron.
(Sumber : penggerak mula turbin oleh Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME. halaman 116-
117).
Gambar 2.5, Bentuk nyata dari inti reaktor.

(Sumber http://www.infonuklir.com/ yang diakses pada hari Jumat, 09

September 2005)

Gambar 2.6, Bentuk nyata dari batang-batang kendali

(Sumber http://www.infonuklir.com/ yang diakses pada hari Jumat, 09

September 2005)

2.2.3 Jenis-jenis Reaktor Nuklir


Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN merupakan sebuah sistim
yang dalam operasinya menggunakan reaktor daya yang berperan sebagai tungku penghasil panas.
Dewasa ini ada berbagai jenis PLTN yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan
tipe reaktor daya yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN / tipe reaktor daya
umumnya dikembangkan oleh negara-negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN sangat
menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara lain. Perbedaan berbagai tipe
reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta
perbedaan-perbedaan
lainnya.

Perbedaan jenis reaktor daya yang dikembangkan antara satu negara dengan negara lain
juga dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi yang terkait dengan nuklir oleh masing-
masing negara. Pada awal pengembangan PLTN pada tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa
dilakukan oleh Amerika Serikat dan Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah mulai
mengembangkan reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di Kanada, Perancis
dan Inggris pada saat itu dipusatkan pada program pengembangan reaktor daya berbahan bakar uranium
alam. Oleh sebab itu, PLTN yang pertama kali beroperasi di ketiga negara tersebut menggunakan
reaktor berbahan bakar uranium alam. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama Inggris dan
Perancis juga mengoperasikan PLTN berbahan bakar uranium diperkaya.
(Sumber: http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener36a.html, yang diakses pada hari Sabtu,
10 September 2005).

Macam-Macam Reaktor Nuklir

a. LWR : Light Water Reactor / Reaktor air Ringan.

PWR : Presured Water Reactor / Reaktor Air Tekan.

BWR : Boiling Water Reactor / Reaktor Air Mendidih. b. HWR :


Heavy Water Reactor / Reaktor Air Berat.
c. HTGR : High Temperatur Gas Reactor / Reaktor Gas

Suhu Tinggi.

d. LMFBR : Liquit Metal Fast Breder Reactor / Reaktor

Pembiak Cepat Logam Cair.

e. GCFBR : Gas Coold Fast Breder Reactor / Reaktor


Pembiak Cepat Pendingin Gas.
f. LWBR : Light Water Breder Reactor / Reaktor Pembiak

Air Ringan.

WR : Steam Generating Heavy Water Reactor / Reaktor Air Berat Generator Uap.
h. MSBR : Molten Salt Breder Reactor / Reaktor Pembiak

Garam Meleleh.

Berikut ini adalah beberapa keterangan yang akan menjelaskan tentang jenis-jenis dari reaktor
nuklir, antara lain :
1. LWR (Light Water Reactor) / Reaktor air Ringan

Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor Air Ringan
atau LWR (Light Water Reactor) yang mula-mula dikembangkan di AS dan Rusia.
Disebut Reaktor Air Ringan karena menggunakan H2O kemurnian tinggi sebagai bahan
moderator sekaligus pendingin reaktor. Reaktor ini terdiri atas Reaktor Air tekan atau
PWR (Pressurized Water Reactor) dan Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor)
dengan jumlah yang dioperasikan masing-masing mencapai 52 % dan
21,5 % dari total reaktor daya yang beroperasi. Sedang sisanya sebesar 26,5 %

terdiri atas berbagai type reaktor daya lainnya.

a. PWR (Presured Water Reactor) / Reaktor Air Tekan

Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus moderator. Bedanya
dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin primer dan
sekunder. Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer.
Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk
mempertahankan tekanan sistim pendingin primer. Pada pendigin primer memakai air dan
dipanaskan inti sampai 600˚F tetapi air ini tidak mendidih karena berada didalam bejana yang
bertekanan tinggi (sebesar
2250 psi). Air in dimasukkan kedalam pembangkit uap (satu atau dua) dengan tekanan 1000 psi, dan
suhu 500˚F. Setelah melalui turbin uap dikembalikan ke kondensor
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas listrik dan
penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas listrik akan memanaskan
air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan
menaikkan tekanan dalam sistim pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim
pendingin primer bertambah, maka sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap sehingga
tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke keadaan semula. Tekanan pada
sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah agar air pendingin primer
tidak mendidih pada suhu sekitar 300 ºC. Pada tekanan udara normal, air akan mendidih dan
menguap pada suhu 100 ºC.
Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap sehingga
terjadi pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam hal
ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau
percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh sistim pipa. Terjadinya pertukaran
panas menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin sekunder
dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100 ºC. Uap yang
terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.
Pada Reaktor Air Tekan perputaran sistim pendingin primernya betul-betul tertutup,
sehingga apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan menyebabkan
kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga mempunyai keandalan operasi dan keselamatan
yang sangat baik. Salah satu faktor penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien
reaktivitas negatif. Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya
reaktor akan segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim pendingin,
maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air Didih.
Gambar 2.7, Diagram Alir Reaktor Air Tekan
(Sumber : penggerak mula turbin oleh Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME. halaman 118)

Gambar 2.8, Diagram Alir Reaktor Air Tekan

(Sumber : Makalah PLTN oleh I Putu Suka Arsa, ST.MT)


b. BWR (Boiling Water Reactor) / Reaktor Air Mendidih

Reaktor jenis ini menggunakan air biasa (H2O) sebagai moderator maupun pendinginnya,
sehingga termasuk kelompok reaktor air biasa / ringan. Pada reaktor air didih ini, panas hasil fisi dipakai
secara langsung untuk menguapkan air pendingin dan uap yang terbentuk langsung dipakai untuk
memutar turbin. Turbin tekanan tinggi menerima uap pada suhu sekitar 290 ºC dan tekanan sebesar 7,2
MPa. Sebagian uap diteruskan lagi ke turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh efisiensi
thermal sebesar 34 %. Efisiensi thermal ini menunjukkan prosentase panas hasil fisi yang dapat
dikonversikan menjadi energi listrik. Setelah melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses
pendinginan sehingga berubah menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan
lagi dan seterusnya. Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar U235 dengan tingkat pengayaannya
3-4 % dalam
bentuk UO2.

Gambar 2.9, Diagram Alir Reaktor Air Didih

(Sumber : penggerak mula turbin oleh Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME. halaman 119)
Gambar 2.10, Diagram Alir Reaktor Air Didih

(Sumber : Makalah PLTN oleh I Putu Suka Arsa, ST.MT)

2. HWR (Heavy Water Reactor) / Reaktor Air Berat

Reaktor ini mempergunakan air berat (D2O, D = Deuterium sebagai moderatornya. Jenis
reaktor ini sering disebut CANDU (Canada Deuterium Uranium) dan dikembangkan oleh Atomic
Energi Commission dari Kanada. Bilamana pada reaktor air biasa moderator (H2O) berada dalam
sebuah bejana, pada reaktor ini moderatornya (D2O) berada didalam pipa-pipa tekanan yang besar
(calandria). Selanjutnya dapat pula dikemukakan, bahwa sebuah reaktor air berat uranium dioksida
alam (UO2) dapat dipakai sebagai bahan bakar. Reaktor ini menggunakan bahan bakar uranium alam
sehingga harus digunakan air berat yang penampang lintang serapannya terhadap neutron sangat
kecil. Seperti halnya Reaktor Air tekan, Reaktor CANDU juga mempunyai sistim pendingin
primer dan sekunder, pembangkit uap dan pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan
tinggi pada sistim pendingin primer. D2O dalam reaktor CANDU hanya dimanfaatkan sebagai sistim
pendingin primer, sedang sistim pendingin sekundernya menggunakan H2O.
Dalam pengoperasian reaktor CANDU, kemurnian D2O harus dijaga
pada tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan secara fisik
maupun kimia tidak dapat dibedakan secara langsung dengan
H2O. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran D2O baik dalam bentuk uap
maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup dan selalu dipantau tingkat
kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya
kebocoran D2O dapat diketahui secara dini.

Gambar 2.11, Diagram Alir Reaktor Air Berat

(Sumber : Makalah PLTN oleh I Putu Suka Arsa, ST.MT)

3. HTGR (High Temperatur Gas Reactor) / Reaktor Gas Suhu Tinggi

Reaktor Gas Suhu Tinggi adalah jenis reaktor yang menggunakan pendingin gas
helium (He) dan moderator grafit. Reaktor ini mampu menghasilkan panas hingga 750 ºC
dengan efisiensi thermalnya sekitar 40 %. Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor
dipindahkan menggunakan pendingin He (sistim primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit
uap ini panas akan diserap oleh sistim uap air umpan (sistim sekunder) dan uap yang dihasilkannya
dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistim pemisah antara sistim pendingin primer
yang radioaktif dan sistim pendingin sekunder yang tidak radioaktif.
Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Gas Suhu Tinggi berbentuk bola, tiap
elemen mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram U235 dan
10,2 gram Th232 yang dapat dibiakkan menjadi bahan bakar baru U233. Proses fisi
dalam teras reaktor mampu memanaskan gas He hingga mencapai suhu 750 ˚C. Setelah terjadi
pertukaran panas dengan sistim sekunder, suhu gas He akan turun menjadi 250 ºC. Gas He selanjutnya
dipompakan lagi ke teras reaktor untuk mengambil panas fisi, demikian seterusnya. Dalam operasi
normal, reaktor ini membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60 mm sebanyak ± 675.000 butir
yang diletakkan di dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal
di dalam teras selama enam bulan pada operasi beban penuh.

Gambar 2.12, Diagram Alir Reaktor Gas Suhu Tinggi

(Sumber : Makalah PLTN oleh I Putu Suka Arsa, ST.MT)

4. LMFBR (Liquit Metal Fast Breder Reactor) / Reaktor Pembiak Cepat Logam

Cair

Selain yang telah dipaparkan diatas reaktor juga ada yang berupa reaktor pembiak cepat logam
cair (LMFBR). Sistem dari reaktor ini adalah sejenis reaktor cepat pendingin sodium dan programnya
disempurnakan beberapa kali. Reaktor ini adalah prototip daya 975-MWth (375 MWe) dan berguna
untuk persediaan listrik bagi kisi TVA. Dalam sistem ini, seperti halnya dalam setiap reaktor daya
pendingin-sodium, energi fisi di transfer ke sodium primer, dari sodium primer kesodium di dalam
loop sekunder didalam penukar gas menengah (IHX), dan akhirnya ke sistem uap air.
2.3 Dampak-dampak yang ditimbulkan dari adanya PLTN.

2.3.1 Dampak positif adanya PLTN

Dampak positif dari adanya PLTN ini, adalah dapat menghasilkan daya listrik yang cukup
besar sehingga pada saat terjadi beban puncak pemakaian daya listrik, kita tidak perlu kuatir lagi akan
adanya pemadaman bergilir.

1.3.2 Dampak negatif adanya PLTN

Reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia. Radiasi
yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua, yaitu :
a. Radiasi Langsung yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif yang dipancarkan mengenai langsung kulit
atau tubuh manusia.
b. Radiasi tak langsung adalah radiasi yang terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar
zat radio aktif, baik melalui udara, air, maupun media lainnya.

Baik radiasi langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi fungsi organ tubuh
melalui sel-sel pembentukannya. Organ-organ tubuh yang sensitif akan dan menjadi rusak. Sel-sel
tubuh bila tercemar radio aktif uraiannya sebagai berikut: terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat
merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga dapat mengubah kondisi
atom itu sendiri, mengubah fungsi asli sel atau bahkan dapat membunuhnya.
Pada prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh pada sel, antara lain :
a. Sel akan mati.

b. Terjadi penggandaan sel, pada akhirnya dapat menimbulkan kanker.

c. Kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis, yang akan memulai proses bayi-bayi cacat.
Masalah lain juga ditimbulkan oleh limbah/sampah nuklir terhadap tingkat kesuburan
tanah limbah/sampah nuklir merupakan semua sisa bahan (padat atau cair) yang dihasilkan dari
proses pengolahan uranium, misalnya sisa
bahan bakar nuklir yang tidak digunakan lagi, dan bersifat radioaktif, tidak bisa dibuang atau
dihilangkan seperti jenis sampah domestik lainnya (sampah organik dan lain-lain.) Sampah nuklir
ini harus ditimbun dengan cara yang paling aman. Hal yang saat ini dapat dilakukan oleh manusia
hanyalah menunggu sampai sampah nuklir tersebut tidak lagi bersifat radioaktif, dan itu
memerlukan waktu ribuan tahun.

Selain itu ada 3 metode lain yang dapat digunakan untuk membuang limbah radioaktif
yaitu:
1. Pengenceran dan penyebaran (Dilute and Disprese): Limbah dengan konsentrasi rendah dilepas ke udara,
air atau tanah untuk diencerkan atau dilarutkan sampai ke tingkat yang aman.
2. Penundaan dan Perusakan (Delay and Decay): Dapat digunakan untuk limbah radioaktif dengan
waktu paro (half-lives) relatif singkat. Zat-zat tersebut disimpan dalam bentuk cair atau lumpur di
dalam tangki. Setelah
10-20 kali waktu paronya, zat-zat tersebut mengalami perusakan atau pmbusukan ke tingkat yang
tidak berbahaya atau kemudian dapat diencerkan dan disebarkan ke lingkungan.
3. Konsentrasi dan Pengepakan (Concentration and Containment): digunakan untuk limbah
radioaktif yang sangat toksik dengan dengan waktu yang panjang. Limbah tersebut harus disimpan
dalam puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun, tergantung dari komposisinya. Zat-zatnya tidak hanya
sangat radioaktif tapi juga bersuhu yang sangat panas.

(Sumber : Artikel Nuklir, Lingkungan & Masyarakat, Oleh: Haryanto Kusnoputranto Staf Pengajar
Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Peneliti Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan
Lingkungan Universitas Indonesia, yang dimuat pada Harian Umum Suara Pembaruan 19 November
1994).
Gambar 2.13, Para pekerja sedang menangani sampah Nuklir

(Sumber http://www.infonuklir.com/ yang diakses pada hari Jumat, 09

September 2005)

Gambar 2.14, Drum baja penyimpanan sampah Nuklir (Sumber : http://www.voctech.org.bn/ , yang
diakses pada hari Kamis, 08 September 2005)
Gambar 2.15, tempat penyimpanan sampah Nuklir (Sumber : http://www.voctech.org.bn/ , yang
diakses pada hari Kamis, 08 September 2005)
Ada beberapa bahaya lain dari PLTN yang perlu dipertimbangkan, antara lain :

a. Kesalahan manusia (human error) yang bisa menyebabkan kebocoran, yang jangkauan radiasinya
sangat luas dan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup.
b. Salah satu yang dihasilkan oleh PLTN, yaitu Plutonium memiliki hulu ledak yang sangat dahsyat.
Sebab Plutonium inilah, salah satu bahan baku pembuatan senjata nuklir. Kota Hiroshima hancur lebur
hanya oleh 5 kg Plutonium.
c. Limbah yang dihasilkan (Uranium) bisa berpengaruh pada genetika. Di samping itu, tenaga nuklir
memancarkan radiasi radio aktif yang sangat berbahaya bagi manusia

Tabel dibawah merupakan beberapa kecelakaan yang pernah terjadi pada

PLTN di beberapa lokasi Industri di dunia yang berkisaran pada tahun 1976 –

1986.

TAHUN LOKASI JENIS KECELAKAAN AKIBAT

Lebih dari 1000 orang


dievakuasi, tidak ada
Ledakan zat kimia: kematian. Dioksin
sejumlah 0,5-10 kg Dioksin merusak tubuh banyak
beracun tersebar pada anak-anak dengan cara
Seveso, Italia
daerah seluas 18 km persegi merusak kulit. Salah
10 Juli 1976
pengangkutan.
Lori seberat 36 ton,
mengangkut gas propylene
menabrak dinding
perkemahan dan meledak,
San Carlos de
menyebabkan kobaran api
la Rapita,
setinggi 30 meter
11 Juli 1978 Spanyol 215 orang meninggal
Sati pipa rusak dan gasolin
bocor kemudian meledak
25 Februari Cubatao, menyebabkan kebaran api Sekurang-kurangnya
Brazil raksasa.
1984 500 orang meninggal
452 orang meninggal,
Container berisi gas cair
Mexico City, meledak di fasilitas 4248 orang luka. Sekitar
19 November Mexico penyimpanan Ixhuatepec 1000 orang hilang

San Juan (diperkirakan meninggal)


1984
2500 orang meninggal,

2500 orang dalam


Gas beracun kondisi gawat,
Methilisocyanide bocor dari 150.000 orang dirawat
pabrik petrokimia yang dirumah sakit. Akibat
memproduksi zat untuk jangka panjang:
mengendalikan hama kebutaan, kerusakan
serangga. Gas menyebar ke mental permanen,
17 Desember Bhopal, India
daerah seluas 40 km persegi kerusakan ginjal dan
1984 hati, dan tekanan
embrionik
31 orang meninggal,
Lonjakan daya reaktor
terjadi pada PLTN 203 orang diwawat di

Chernobyl, menyebabkan rumah sakit akibat

ledakan uap air, radiasi yang akut,

kerusakan reaktor dan 135.000 orang

kontaminasi yang besar dievakuasi. Dosis

terhadap lingkungan oleh ekivalen efektif


25 April Chernobyl,
zat radioaktif dari bahan diperkirakan 2,9 X 107
Uni Soviet
1986 bakar yang rusak man rem pada daerah
Uni Soviet di Eropa
(Sumber : http://www.elektroindonesia.com/ diakses pada hari Sabtu, 10
September 2005)
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari uraian diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa PLTN merupakan suatu
pembakit listik yang dapat menghasilkan daya listik yang cukup besar dan tidak menghasikan limbah
karena siklusnya tertutup. Tetapi dampak negatif yang dihasilkan juga cukup besar, karena adanya
radiasi yang bisa ditimbulkan oleh zat radio aktif nuklir sangat membahayakan ekosistem yang ada
disekitarnya (termasuk manusia).

3.2 Saran dan harapan

Adapun beberapa saran yang penyusun dapat berikan bagi seluruh pembaca makalah ini
antara lain agar pembaca selalu mencari informasi- informasi terkini yang berkaitan dengan
PLTN, karena melihat beberapa dampak- dampak diatas maka pembaca setidaknya dapat apakah
disekitar kita layak dibangun PLTN atau tidak.
Harapan terbesar penyusun agar makalah ini dapat berguna bagi penyusun sendiri dan
orang lain. Akhir kata penyusun “Tak ada gading yang tak retak” . Kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan penyusun tampung demi sempurnanya makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai