Anda di halaman 1dari 26

BAB I

KEADAAN FISIK DAERAH DAN PENDUDUK

KEADAAN FISIK DAERAH

1.1. Lokasi dan Topografi


1. Arah-Arah jarak
Jarak dari Desa Pebuar ke Ibukota Kecamatan Jebus sejauh 13 km; jarak
ke Ibukota Kabupaten Bangka Barat sejauh 77 Km; dan, jarak ke Ibukota
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejauh 130 Km. jadi jarak desa ke iobu kota
bisa memakan waktu kurang lebih 2-3 jam. Itu berarti jaraknya lumayan jauh.
2. Batas-batas desa
A. Secara Administratif
Batas Utara : Desa Ketap
Batas Selatan : Desa Sungai Buluh
Batas Timur : Desa Sungai Buluh
Batas Barat : Desa Sungai Buluh
Pada data yang telah diterima desa pebuar ini berbatasan dengan desa
ketap dan desa sungai buluh. Karena desa pebuar ini termasuk desa yang kecil
sehingga bisa dikelilingi oleh satu desa yaitu desa sungai buluh.
B. Secara Alamiah
Batas Utara : sawah
Batas Selatan : Jalan Raya
Batas Timur : Jalan raya
Batas Barat : Hutan dan Bukit
Pada desa ini terdapat bukit pada arah barat yang langsung terlihat pada
desa Pebuar ini. Dan pada desa ini juga masih banyak terdapat hutan, karena desa
ini masih termasuk desa baru. Sehingga masuh banyak lahan yang belum terjamah
oleh masyarakat Pebuar.

1
C. Luas dan Bagian-bagiannya
Bagian Luas (Ha)
Sawah 130
Tegal/Ladang 87
Rawa 170
Perkebunan 576
Fasilitas Umum 8
Jumlah 971 Ha
Berdasarkan table tersebut, dapat diketahui bahwasannya Desa Pebuar
memiliki wilayah seluas 971 Ha, dengan pembagian wilayah seluas 130 Ha untuk
Sawah; 87 Ha untuk Tegal/Ladang; 170 Ha untuk Rawa; 576 Ha untuk
Perkebunan, dan, 8 Ha untuk Fasilitas Umum.
D. Topografi Permukaan Daerah
Desa Pebuar, Kecamatan Jebus, memiliki topografi berupa dataran rendah
seluas 120 Ha; dan, daerah berbukit seluas 10 Ha. Desa ini juga memiliki pesisir
atau tepi pantai seluas 17 Ha; kawasan rawa seluas 220 Ha; dan, kawasan gambut
seluas 7 Ha.
E. Pola Pemukiman Penduduk
Pola pemukiman Penduduk di Desa Pebuar adalah Line Village, dimana
rumah penduduk berada di pinggir jalan dan lahan pertanian berada di belakang
pemukiman penduduk. Pada pola ini, selain interaksi antar penduduk lebih besar,
penduduk juga lebih mudah mendapat informasi dan memasarkan hasil
pertaniannya, karena akses terhadap fasilitas transportasi yang mudah.

1.2 Keadaan Tanah dan Pengairan


A. Jenis Tanah
Jenis tanah pada Desa Pebuar sangat subur dan cocok untuk dijadikan lahan
pertanian dan perkebunan. Jenis tanah ini bisa termasuk kedalam jenis tanah
gambut Tanah di Desa Pebuar memiliki warna abu-abu dan teksturnya pasiran.
Tanaman yang dihasilkan di desa ini antara lain tanaman pangan seperti jagung,
ubi kayu, dll. Sedangkan sayur-sayuran yng ditanam adalah sawi, bayam,

2
kangkung, cabe, dan kacang panjang. Adanya pohon aren yang terbilang banyak,
sering dimanfaatkan sebagai penghasilan tambahan.
B. Klasifikasi Tanah
Kelas tanah yang lebih cocok ke desa Pebuar adalah kelas III. Dimana Kelas
III : Kesuburan rendah, kedalaman tanah dangkal, lereng agak curam, perlu
tindakan khusus untuk pengawetan tanah. Didesa Pebuar ini Ph tanah sekitar 4
untuk tingkat kemasaman limayan tinggi.
C. Keadaan dan Sistem Pengairan
Desa Pebuar memiliki pola pemukiman Line village, dimana lahan
pertaniannya berada di belakang pemukiman. Dengan kondisi yang demikian,
sistem pengairan yang digunakan yaitu sistem tadah hujan, dimana sistem
pengairannya mengandalkan curah hujan.
D. Sistem Hak Penguasaan Tanah
Menurut UUPA pasal 16 ayat 1, sistem hak penguasaan tanah antara lain
milik, guna usaha, guna bangunan, pakai, sewa, membuka hutan, memungut hasil
hutan. Sistem hak penguasaan tanah yang ada di Desa Pebuar yaitu hak milik
sendiri dan sebagian lahan pertanian merupakan milik perusahaan besar yang
bekerja didalamnya masyarakat Desa Pebuar itu sendiri.

1.3 Keadaan Iklim


Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca di suatu tempat atau gabungan
berbagai kondisi cuaca sehari-hari, yang meliputi lokasi yang luas dan waktu yang
relatif lama. Sedangkan cuaca adalah keadaan udara saat itu, bersifat sementara,
dan meliputi wilayah yang lebih kecil. Iklim yang dimiliki Desa Pebuar, yaitu
curah hujan sebesar 35 mm, dengan suhu rata-rata harian 33ºC.jumlah bulan hujan
adalah 4 bulan,serta kelembaban pada desa pebuar adalah 31%.
1. Klasifikasi iklim
a. Menurut mohrMenurut Mohr berdasarkan data yang telah dijabarkan maka
desa pebuar ini termasuk pada bulan kering Dan iklimnya termasuk pada
golongan daerah agak kering yaitu golongan 3. Yaitu dengan bulan hujan
berjumlah 4.

3
b. Menurut Schmidt-Fergusson
Menurut Schmidt-Fergusson iklim pada desa pebuar dapat diklasifikasikan
berdasarkan nila Q sebagai berikut:
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝐾
𝑄=
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝐵
8 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝑄=
4 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Q=2 bulan
Jadi golongan iklim pada desa pebuar termasuk pada golongan F dimana
golongan F ini antara 1,670≤ Q < 3,000.
c. Pengaruh musim terhadap pertanaman
Pengaruh musim ini terhadap pertanaman desa pebuar sangat berpengaruh
dimana tanaman ini Akan menghasilkan produk yang baik jika musimnya sesuai.
Pada akhir-akhir ini musim sering tak bisa ditebak . dimana masyarakat harus
lebih waspada dan harus ekstra dalam merawat tanama. Apalagi di desa Pebuar
ada sawah yang harus dialiri oleh air. Jika musim penghujan berlebihan akan
menyebabkan banjir sementara jika kemarau berkepanjangan akan kekeringan.
Maka tanaman akan rusak.
d. pranata mangsa
Kesesuaian dengan kalender yang dikaitkan dengan pertanian petani
didesa Pebuar untuk sawah sesuai dengan prediksi cocok tanam. Untuk tanaman
lainnya tidak sesuai dengan kalender pertanian karena tidak tergantung dengan
musim. Seperti contohnya pada padi sawah, padi sawah tidak bergantung pada
musim, karena sudah ada system irigasi. Kemudian pada lada biasanya harus pada
musim hujan agar bisa ditanam, karena jika musim kemarau, tanaman lada akan
layu dan kerig, lalu mati. Lain hal jika sipetani mau mengeluarkan tenaga lebih
untuk menyiram tanaman lada setiap hari.
e. Temperatur rata rata harian
Desa pebuar memiliki suhu rata-rata harian sebesar 33oC. jika dihitung
dengan rumusnya dapat dihitung. Berikut perhitungan Suhu rata-rata harian desa

4
pebuar. Desa pebuar berada di ketinggian 35 meter dpl . Berikut rumus
menghitung suhu rata-rata harian.
𝑇 = (26,3 − 0,61. 𝐻)𝐶 𝑜
𝑇 = (26,3 − 0,61.35)𝐶 𝑜
𝑇 = 4,95 𝐶 𝑜
Maka suhu rata-rata harian di desa Pebuar adalah 4,95 0c
1.3 Pola pemukiman penduduk
Pola Pemukiman penduduk di desa pebuar adalah Line Village.
Rumah penduduk berada dipinggir jalan dan lahan pertanian berada di belakang
pemukiman penduduk. Pada pola ini, selain interaksi antar penduduk lebih besar,
penduduk juga lebih mudah mendapat informasi dan memasarkan hasil
pertaniannya karena akses terhadap fasilitas transportasi yang mudah.

KEADAAN PENDUDUK
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran,
komponesis penduduk serta perubahan-perubahan yang disebabkan oleh faktor
demografi yang meliputi kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk (Philip M.
Hauser, Dudley Ducan dalam Mantra I B).
Ilmu kependudukan (Population Study) lebih luas daripada demografi
karena dalam memahami karakteristik penduduk di suatu wilayah, faktor-faktor
non demografis ikut dipertimbangkan, misalnya aspek sosial ekonomi pertanian.
A. Struktur Penduduk
1. Struktur Penduduk Menurut Umur
Dari struktur penduduk menurut umur, Desa Pebuar dapat dikategorikan
menjadi Desa berstruktur umur muda dimana penduduk yang berumur < 15 tahun
berjumlah 424 orang dapat mencapai 35% atau lebih dan penduduk berumur > 65
tahun berjumlah 73 orang atau kurang dari 3%.
Dari struktur penduduk menurut umur, bisa pula dihitung Rasio Beban
Ketergantungan atau Burden Dependency Ratio (BDR), yaitu perbandingan antara
banyaknya penduduk non produktif (umur 0-14 tahun dan >64 tahun) dengan
penduduk produktif (umur 15-64 tahun), dalam persen (%). Rumus BDR adalah :

5
𝑃 (0 − 14𝑡ℎ𝑛) + 𝑃 (> 64𝑡ℎ𝑛)
𝐵𝐷𝑅 = 𝑥 1000‰
𝑃 (15 − 64𝑡ℎ𝑛)
288 + 73
𝐵𝐷𝑅 = 𝑥 1000‰
1102
𝐵𝐷𝑅 = 327.5 %0
Jadi, BDR 327.5‰ artinya setiap 1000 penduduk produktif harus
menanggung 327.5 ‰ penduduk non produktif.

2. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Dari struktur penduduk menurut jenis kelamin, bisa dihitung Rasio Jenis
Kelamin (Sex Ratio), dengan rumus:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖
𝑆𝑅 = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛
874
𝑆𝑅 = 𝑥 100%
760
𝑆𝑅 = 115%
Jadi, SR 115 artinya dalam setiap 1000 penduduk wanita terdapat 115 penduduk
laki-laki.
Tabel 1. Struktur Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Pebuar
Tahun 2017
Jenis Kelamin
Umur Jumlah
L P
0–4 72 51 123
5–9 91 60 151
10 – 14 90 77 150
15 – 19 71 64 135
20 – 24 69 54 123
25 – 29 72 79 151
30 – 34 72 67 139
35 – 39 83 69 152
40 – 44 62 67 129

6
45 – 49 47 40 87
50 – 54 38 40 78
55 – 59 33 28 61
60 – 64 24 23 47
65 – 69 13 12 25
70 – 74 9 11 20
>74 10 18 28
JUMLAH 874 760 1.634

Piramida Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan dalam
sebuah grafik yang disebut piramida penduduk. Pada desa sempan termasuk
kedalammkelompok piramida Ekspansif Jika sebagian besar penduduk berada
dalam kelompok umur muda. Terdapat di daerah dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang cepat akibat tingginya angka kelahiran dan menurunnya tingkat
kematian. Contohnya Indonesia, Malaysia, dan Philipina.
Struktur Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2. Jumlah Penuduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Pebuar
Pendidikan Jumlah
Belum Sekolah 277
Tidak Tamat SD 266
Tamat SD 717
SLTP 248
SLTA 263
DII 11
DIII 12
S1 18
S2 1

7
Jika dilihat dari data, Pada desa ini banyak warga yang tamt SD yaitu berjumlah
717 warga. Namun ada juga wargnya yang samapi ke jenjang perkuliahan. Jadi
bisa terbilang pendidikan mulai berkembang didesa ini, namun masih lambat.

3. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


Tabel 3. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Pebuar
Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)
Petani 404
Buruh Harian 201
PNS 23
Pedagang Keliling 10
Peternak 2
TNI/POLRI 3
Pengrajin Industri Rumah Tangga 2
Wiraswasta 39
Berdasarkan data mayoritas warga Pebuar mata pencahariannya adalah
petani. Dalam hal ini petani didesa ini ada yang mengolah sawah, sawit, lada, dan
lainnya.

B. Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan
migrasi penduduk.
1) Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate / CBR)
Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate / CBR) adalah banyaknya
kelahiran pada satu tahun tertentu tiap 100 penduduk pada pertengahan tahun.
Pada desa pebuar jumlah kelahiran pada tahun 2017 ada berjumlah 6 orang.
Sedangkan jumlah warga awal tahun berjumlah 915 orang dan jumlah warga pada
akhir tahun adalah 925 orang. Untuk mencari Tingkat Kelahiran Kasar (Crude
Birth Rate / CBR) pada desa pebuar dalah dengan rumus :
𝐵
𝐶𝐵𝑅 = 𝑥 1000‰
𝑃𝑚

8
6
𝐶𝐵𝑅 = 𝑥 1000‰
920
𝐶𝐵𝑅 = 6.52‰

Dimana, B = jumlah kelahiran pada tahun tertentu


Pm = jumlah penduduk pertengahan yaitu :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 + 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
=
2
915 + 925
𝑃𝑚 =
2
𝑃𝑚 = 920
Jadi, tingkat kelahiran pada satu tahun tertentu 6.52 ‰ tiap 100 penduduk pada
pertengahan tahun pada desa Pebuar.
2) Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate / CDR)
Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate / CDR) adalah banyaknya
kematian pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
Rumusnya adalah :
𝐷
𝐶𝐷𝑅 = 𝑥 1000‰
𝑃𝑚
4
𝐶𝐷𝑅 = 𝑥 1000‰
920
𝐶𝐷𝑅 = 4.3‰
Dengan niali pm sebagai berikut
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 + 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
=
2
915 + 925
𝑃𝑚 =
2
𝑃𝑚 = 920
Jadi, tingkat kelahiran pada satu tahun tertentu 4,3‰ tiap 100 penduduk pada
pertengahan tahun.
3) Tingkat Pertambahan Penduduk
a. Tingkat pertambahan penduduk alami (Natural Population Increase/ NPI),
yaitu pertambahan penduduk yang disebabkan oleh kelahiran dan kematian

9
saja. Pada desa sempan tingkat pertambahan penduduk dapat dicari dengan
Rumusnya :
𝐵−𝐷
𝑁𝑃𝐼 = 𝑥 100 %
𝑃𝑚
6−4
𝑁𝑃𝐼 = 𝑥 100 %
920
𝑁𝑃𝐼 = 0.21 %
JAdi, NPI = 0.21% artinya pertambahan penduduk secara alami dalam 100
penduduk adalah 0.21 jiwa.
b. Pertambahan penduduk yang sebenarnya (Population Increase / PI), yaitu
pertambahan penduduk yang tidak hanya disebabkan oleh kelahiran dan
kematian saja, tapi juga imigrasi dan emigrasi. Jumlah imigran pada desa
sempan ada 31 orang yaitu masing-masing 21 orang dari daerah jawa dan 10
orang dari daerah Palembang. untuk mencari pertambahan penduduk
sebenarnya adalah
PI = NPI + Migrasi Netto
PI = 0.21 + 3.36
PI = 3.57
Dengan mencari migrasi netto dengan menggunakan rumus berikut :
𝐼−𝐸
𝑀𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 = 𝑥 100%
𝑃𝑚
31
𝑀𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 = 𝑥 100%
920
𝑀𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 = 3.36
Pertumbuhan penduduk dapat diperoleh secara langsung dari jumlah penduduk
awal dan pada akhir suatu penduduk. Jadi pertumbuhan penduduk yang
sebenarnya adalah 3.57
c. Pertumbuhan Geometri.
Pada desa pebuar pertumbuhan geometri dapat dihitung dengan rumus
pertumbuhan geometri pada data 2017. Pada awal tahun berjumlah 915 orang.
Maka Rumusnya adalah
Pt = Po (1 + r)t

10
Pt = 915 (1 + 0.21)1
Pt = 1107.15
Jadi jumlah pertumbuhan geometri pada desa Pebuar adalah sebanyak 1107.15

C. Kepadatan Penduduk
Berikut data kepadatan penduduk di Desa Pebuar. Kepadatan penduduk dibagi
menjadi :
1. Kepadatan penduduk kasar
jumlah penduduk suatu wilayah
Kepadatan penduduk kasar = (jiwa/km2)
luas wilayah
925
Kepadatan penduduk kasar = 9710000 (jiwa/km2)

Kepadatan penduduk kasar = 0,0001 (jiwa/km2)


2. Kepadatan penduduk fisiologis (jumlah penduduk per km2 lahan pertanian)
jumlah penduduk suatu wilayah
= (jiwa/km2)
luas lahan pertanian
925
= 5760000 (jiwa/km2)

= 0.00016 (jiwa/km)
Jadi kepadadatan penduduk berdasarkan luas pertanian adalah 0,00016 jiwa/km
3. Kepadatan penduduk agraris
jumlah petani
= luas lahan pertanian(jiwa/km2)
404
= (jiwa/km2)
5760000

= 0.00007 (jiwa/km2)
Bedasarkan data tersebut maka kepadatan berdasarkan warga petani didesa Pebuar
adalah sebanyak 0.00007 jiwa/km.

11
BAB II
KEADAAN PERTANIAN

1. Tata Guna Lahan


Tata guna lahan merupakan suatu usaha untuk mengatur dan menata
pemanfaatan lahan dan sumberdayanya agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kesejahteraan masyarakat. Lahan merupakan sejumlah sumberdaya alam
yang mencakup atmosfer sampai litosfer. Sumber daya tersebut antara lain : iklim,
tanah, vegetasi, fauna, dan air (Notohadipawiro, 1987).
Tata guna lahan yang dimanfaatkan oleh penduduk desa Pebuar Kecamatan
Jebus Kabupaten Bangka Barat yaitu sawah, tegal, perkebunan,dan lahan
pekarangan. Sawah di desa Pebuar memiliki luas lahan 130 Ha . Tetapi penduduk
dan pemerintah desa masih mengelola lahan persawahan sekitar 70 Ha dimana
yang sudah ditanami padi baru sekitaran 40Ha dan 30 Ha selebihnya baru akan
baru ditanami. Untuk lahan tegal ( ladang ) memiliki luas lahan sekitar 76 Ha.
Lahan tegal ini digunakan masyarakat desa Pebuar untuk mengelola komoditas
lada. untuk yang ditanami lada baru ditanami sekitar belasan hektar. Untuk
sisanya tidak digunakan, dikarenakan untuk komoditas lada sendiri baru sedikit
penduduk desa pebuar yang bertani lada. di desa Pebuar juga ada lahan
pekarangan seluas1 Ha. Untuk sektor perkebunan terdapat dua jenis komoditas
yang ditanam di desa pebuar. Lahan 500 Ha ditanami kelapa sawit dan 50 Ha
untuk perkebunan komoditas Karet.

2. Pola Penguasaan Lahan


Pola penguasaan lahan pertanian di desa Pebuar terdapat dua pola
penguasaan lahan Pola penguasaan lahan yaitu hak milik dan lahan yang
dipinjamkan oleh pemerintahan desa kepada penduduk. Untuk lahan hak
milik hampir seluruh perkebunan dimiliki sendiri oleh penduduk desa.
Namun untuk lahan sawah, penduduk desa Pebuar hanya dipinjamkan oleh
pemerintah desa tanpa harus membayar sewa lahan, akan tetapi jika lahan

12
tersebut tidak dikelola maka lahan tersebut akan diambil kembali oleh
pemerintah desa.

3. Pola Usahatani dan Pertanaman


Pola usahatani di desa Pebuar antara lain terdiri dari :
a. Pola usaha lahan sawah
Pola usahatani pada lahan sawah seluas 130 hektar. Untuk yang telah
ditanami padi seluas 40 hektar dan 30 hektarnya hanya dikelola tetapi tidak
ditanami padi.

luas panen dalam 1 tahun


IMC = x 100%
luas lahan pertanian
40
IMC = x 100%
757
IMC = 5,3%
jadi, untuk padi sawah intensitas pemakaian lahannya sebesar 5,3%.
b. Pola usaha lahan tegal
Pada usahatani lahan tegal digunakan penduduk desa Pebuar untuk
menanam lada. lahan yang digunakan untuk menanam lada, kurang lebih
seluas belasan hektar dari 76 hektar selebihnya tidak ditanami apapun.
c. Pola usaha lahan pekarangan
Pola usahatani lahan pekarangan di desa Pebuar, lahan yang ditanami
oleh penduduk seluas 1 hektar. 1 hektar ini mencakup seluruh luas
pekarangan penduduk desa Pebuar.
d. Pola usaha lahan perkebunan
Pola usahatani perkebunan di desa Pebuar, terdapat dua jenis komoditas
yang ditanam di desa pebuar. Lahan 500 Ha ditanami kelapa sawit dan 50
Ha untuk perkebunan komoditas Karet.
1. Kelapa sawit
luas panen dalam 1 tahun
IMC = x 100%
luas lahan pertanian

13
500
IMC = x 100%
757
IMC = 66,05%
2. Karet
luas panen dalam 1 tahun
IMC = x 100%
luas lahan pertanian
50
IMC = x 100%
757
IMC = 6,6%
e. Pola usaha kolam/empang
Pola usahatani kolam/empang pada tahun 2018 baru ingin direncanakan
dan lahan untuk usahatani ini sudah disiapkan oleh pemerintah desa.
Rencananya untuk usahatani kolam/empang akan berbagi lahan dengan
lahan sawah.
4. Potensi Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang dapat digalih di desa Pebuar sangat beragam
diantaranya adalah adanya potensi buah-buahan tahunan. Sumber daya laut.
Dan sumber daya yang paling dominan adalah ada disektor pertanian. Sumber
daya alam di bidang pertania antara lainnya adalah kelapa sawit, karet, padi
sawah da nada sedikit lada. Di desa Pebuar juga pertanian holtikultura sangat
mendukung tetapi petani desa Pebuar tidak mau bertania holtikultura
dikarenakan dari nenek moyang mereka tidak pernah becocok tanam di
bidang holtikultura.

14
BAB III
KEADAAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI

Responden : Mantri (52 Tahun)


Profesi : Ketua GaPokTan Desa Pebuar, Kecamatan Jebus, Kabupaten
Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

1. JENIS KOMODITAS YANG DIUSAHAKAN


Desa Pebuar memiliki berbagai potensi komoditi pertanian yang
berproduksi terdiri dari kelapa sawit, padi, dan karet. Namun, yang menjadi
komoditi utama kegiatan pertanian oleh petani di Desa Pebuar adalah kelapa sawit
dikarenakan luas lahan pertanian sebesar 500 Ha. Selain itu, komoditi pertanian
berupa padi memiliki luas lahan pertanian sebesar 130 Ha dan komoditi pertanian
berupa karet memiliki luas lahan pertanian sebesar 50 Ha.
2. CARA MENGUSAHAKAN USAHA TANI
Dalam kegiatan usaha tani, terdapat beberapa jenis teknik pola tanam yang
digunakan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian yang dibudidayakan oleh
petani (seperti: Monokultur, Tumpang sari, Jajar Legowo, dll).
Di Desa Pebuar, terdapat berbagai jenis teknik pola tanam yang digunakan
dalam usaha tani. Teknik pola tanam usaha tani yang digunakan pada komoditi
pertanian padi yaitu teknik bukan jajar legowo (selain jajar legowo yaitu
persemaian). Hal ini dikarenakan alat mesin pertanian pada komoditas padi untuk
pola tanam jajar legowo belum berfungsi dengan baik sehingga pola tanam padi
yang digunakan dala usaha tani yaitu pola tanam selain jajar legowo untuk
komoditi pertanian pasi.
Teknik pola tanam usaha tani yang digunakan pada komoditi pertanian
karet dan kelapa sawit yaitu pola tanam tumpang sari. Hal ini dikarenakan pola
tanam tumpangsari dapat menghasilkan 2 jenis komoditi pertanian, tidak
mengalami kerugian apabila salah satu dari jenis tanaman tumpang sari
mengalami gagal tumbuh, lebih efisien dalam teknis kerja, dapat menekan
serangan hama, menekan serangan gulma dan penyakit.

15
3. RATA-RATA PRODUKSI KOMODITI PERTANIAN PER HEKTAR
Pada komoditi pertanian berupa padi, luas lahan keseluruhan yaitu 130 Ha
dengan luas lahan produksi sebesar 70 Ha. Rata-rata hasil produksi padi dapat
menghasilkan kurang lebih 2 ton/Ha. Jadi, rata-rata produksi padi dalam satu
tahun adalah 140 ton/tahun. Pada komoditi pertanian karet, luas lahan keseluruhan
yaitu 50 Ha. Rata-rata produksi karet kurang lebih 0,02 ton/Ha untuk satu hari
atau sama dengan 21 ton/bulan. Jadi, rata-rata produksi dalam setahun adalah 252
ton/tahun. Pada komoditi pertanian kelapa sawit, luas lahan keseluruhan kurang
lebih sekitar 500 Ha dengan luas lahan produksi 425 Ha. Rata-rata produksi
kelapa sawit menghasilkan 1 ton/Ha untuk satu minggu, jadi rata-rata produksi
untuk satu tahun adalah 20.400 ton/tahun.
4. RATA-RATA PENGHASILAN PETANI
Berdasarkan penghasilan per bulan responden penelitian mengungkapkan
bahwa penghasilan utama rumah tangga petani di Desa Pebuarnberasal dari
komoditi pertanian utama kelapa sawit sebesar 20.400 ton/tahun dengan harga
jual kelapa sawit sekarang yaitu Rp 400/kg,-. Jadi rata-rata penghasilan petani per
tahun pada komoditi pertanian kelapa sawit yaitu Rp 8.160.000.000. Selain itu,
penghasilan responden diperoleh dari hasil produksi komoditi pertanian padi dan
karet. Pada komoditi pertanian padi, hasil produksi yang diperoleh selama 1 tahun
yaitu 140 ton/ha dengan harga jual beras Rp.12.000/kg, gabah bersih Rp.5.000/kg,
dan gabah kotor Rp. 4.000/kg. Rata-rata penghasilan petani per tahun pada
komoditi pertanian padi yaitu dari penghasilan beras Rp. 1.680.000.000, gabah
bersih Rp. 700.000.000, dan gabah kotor Rp. 560.000.000. Pada komoditi
pertanian karet, hasil produksiyang diperoleh selama 1 tahun yaitu 7,2 ton/ha
dengan harga jual karet Rp 7.000/kg. Jadi rata-rata penghasilan petani per tahun
pada komoditi pertanian karet yaitu Rp. 50.400.000.
Penghasilan petani di Desa Pebuar tidak hanya berasal dari kegiatan usaha
tani saja, melainkan terdapat pekerjaan selain usaha tani yaitu sebagai buruh
harian, nelayan, tambang, dan lain-lain.

16
5. PENDIDIKAN TERAKHIR PETANI
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan
terakhir petani di Desa Pebuar yaitu tamatan SD. Namun, terdapat sebagian petani
yang tidak menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Hal ini menujukkan bahwa
pendidikan di tingkat petani di Desa Pebuar masih tergolong rendah yang akan
berkaitan dengan pengetahuan mengenai pertanian. Sebagian petani beranggapan
bahwa kegiatan pertanian akan lebih baik dijalankan sesuai dengan aturan/ajaran
nenek moyang bukan berdasarkan pengetahuan kegiatan pertanian yang semakin
berkembang dan maju.

17
BAB IV
MASALAH PERTANIAN DI DESA PEBUAR DAN SOLUSINYA

Desa Pebuar merupakan salah satu desa di Kecamatan Jebus, Kabupaten


Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Adapun masalah pertanian di Desa
Pebuar terbagi menjadi empat, yaitu irigasi, kurangannya hasil produksi gabah,
kurangnya pemanfaatan alat mesin pertanian dan kurangnya sumberdaya manusia.
Potensi sektor perkebunan di Desa Pebuar adalah pada komoditas kelapa
sawit sebesar 560 ha dan karet 85 ha, kemudian berbondong-bondong petani
menanam lada 25ha. Permasalahan di lahan adalah hutan lindung dan hutan
produksi. Desa Pebuar memiliki banyak hutan produksi sebesar 130 untuk hpl.
Masyarakat desa sudah mulai bisa memanfaatkan lahan. Sebesar 70 ha sudah
ditanam tetapi kebanyakan masih dengan sistem Tegal dan 40 ha sudah benar-
benar sawah dan dari 70ha itu sendiri masih belum semuanya dijadikan sawah
sandul atau sawah semai, masih banyak dengan metode sawah tugal sehingga
tidak berpengaruh dengan irigasi yang ada., masyarakat disini lebih
memanfaatkan tadah hujan.
Masyarakat sebenarnya sudah paham mengenai kualitas bibit atau bibit
yang unggul di Desa Pebuar tetapi terbentur karena ekonomi yang rendah. Harga
bibit menjadi salah satu kendala dalam dalam hal ini. Pada umumnya bibit
berkualitas lebih mahal sedangkan modal hanya sedikit. Bibit siap tanam kurang
efisien harganya . Bibit yang tidak jelas asalnya pun dengan bebas ditanam tanpa
melihat kualitas akibat modal yang sedikit dan ini juga terjadi pada komoditas
lainnya. Kembali ke bantuan memang telah banyak, namun bantuan dana untuk
bibit ke pebuar tidak masuk, karena banyaknya hutan produksi lindung.
Pemerintah tidak memberikan dana untuk bibit yang lokasi perkebunan yg masuk
dalam kawasan hutan lindung.
Bantuan yang masuk dari tahun 2013 akhir, jika dihitung memang sudah
miliaran rupiah namun pemanfaatan dari sumberdaya manusia nya belum
sepenuhnya di manfaatkan. Bantuan dari pemerintah semata-mata hanya di sawah
tetapi di komoditas lainnya bantuan tidak terlalu menonjol. Pada tahun 2015 Desa

18
Pebuar pernah dianggap berhasil karena panen untuk lahan 1ha bisa mencapai 7
ton. Tetapi setelah tahun 2015 pernah terjadi banjir besar yang menyebabkan
masyarakat kecewa dan sulit kembali mau untuk menanam karena takut gagal
akibat hama seperti tikus dan burung. Pemerintah tetapi terus mendesak dan inilah
yang membuat petani terlebih penyuluh pertanian menjadi bingung. Masyarakat
terus mendapat desakan dari dinas atau pemerintah yang menyebabkan pada tahun
2018 masyarakat Desa Pebuar sedikit demi sedikit mulai menanam dan kembali
membangun. Sehingga sekarang pertanian terlebih khusus sawah menjadi lebih
baik.
Masyarakat Desa Pebuar pada tahun 2017 tertolong karena mendapat
bantuan bibit sawit dan meningkatkan produksi ditahun tersebut. Lebih baik
ketika hanya focus di satu sektor pertanian yang akan mempermudah pembelian
bibit yg lebih berkualitas agar dapat menghasilkan hasil panen yang bekualitas
pula. Hasil panen yg berkualitas akan membantu perekonomian masyarakat di
Desa Pebuar ini. Bantuan dari anggaran dana desa kebanyakan masuk di bidang
alat mesim pertanian namun sedikit yang masuk di bagian bibit atau benih.
Desa Pebuar memiliki alat mesin pertanian terlengkap di Kabupaten
Bangka Barat daripada desa lainnya. Contohnya adalah traktor, mesin tanam
sawah, mesin panen sawah dan lain-lain. Untuk alsinta jika dianggap telah ada
perubahan juga masih belum karena penggunaan alsinta itu sendiri belum
semuanya. Jadi kalau dilihat dari aspek perkembangan ekonomi masih belum
meningkat tetapi jika dilihat dari aspek mempermudah petani sudah meningkat
karena memang mempermudah petani. Dari berbagai aspek alsinta mempunyai
sisi negtif dan positif.
Lumbung padi telah dibuat oleh pemerintah utk menyimpan gabah, namun
kurangnya sumberdaya manusia dalam penggunaan alat. Proses pengolahan gabah
kurang berjalan karena hasil gabah yang sedikit tidak bisa diolah. Padahal dapat
menjadi tambahan hasil ekonomi untuk masyarakat. Irigasi juga menjadi sala satu
kendala karena irigasi yang putus-putus. Kendala irigasi yang putus-putus ini
maksudnya pembangunan irigasi yang belum selesai namun perangkat desa disini
juga merasa aneh karena pembangunan yg sedikit-sedikit. Setelah ditanyakan ke

19
PU prosesnya memang bertahap, sehingga belum bisa dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Pengaruhnya pertumbuhan perekonomian petani dari adanya bntuan alat
mesin pertanian dan irigasi.
Solusi yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan irigasi,yaitu
dengan mengajukan proposal kepada pihak yang bersangkutan untuk membuat
bendungan atau waduk di desa pebuar, untuk dapat mengalirkan air irigasi yang
berasal dari bendungan atau waduk ke lahan para petani di Desa Pebuar kec. Jebus
kab. Bangka Barat.
Solusi peningkatan kuantitas dan kualitas beras di desa Pebuar
Solusi yang sebaiknya diterapkan pertama kali oleh pemerintah adalah
menaikkan anggaran pada sektor pertanian. Sebagian anggaran untuk sektor
pertanian yang telah ditingkatkan ini digunakan untuk melaksanakan system
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. . Sistem PTT padi sawah
tersebut terdiri dari pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, pemilihan
varietas unggul, penanaman benih bermutu, sistem tanam berdasarkan
Pengelolaan Tanaman Terpadu, pengairan lahan sawah yang dilakukan berselang,
pemupukan berimbang, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit
terpadu, serta pengontrolan masa panen dan masa pasca panen.
Krisis Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salahsatu persoalan
ranking atas bagi pembangunan desa terutama pendirian dan pengembangan
BUMDesa. Data kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (PDTT) menyebut, hingga memasuki 2017, akibat kekurangan
SDM, BUMDesa yang berjalan aktif di seluruh Indonesia baru mencapai angka
6000 desa dari 74.910 desa di seluruh pelosok tanah air.
Anak-anak muda juga belum menemukan kebanggaan ketika bekerja di
desa. Gaya pergaulan anak muda saat ini membuat mereka tidak merasa hebat
kalau hanya bekerja di lingkungan desa mereka sendiri bahkan meski dengan
pendapatan yang lebih besar ketimbang pekerjaan yang mereka lakukan di kota
sekalipun. Sebagian besar menganggap pekerjaan adalah keluar rumah pagi hari
dengan pakaian rapi atau seragam dan pulang petang. Meski terkesan klise tetapi
seragam adalah salahsatu brand yang masih dianggap penting bagi warga desa.

20
Maka BUMDesa haruslah mampu ‘menangkap’ keinginan anak muda agar
mereka tertarik membangun desanya sendiri. Salahsatunya dengan membuka
komunikasi dengan anak-anak muda dengan gaya anak muda pula. Soalnya
selama ini segala yang berurusan dengan pemerintahan desa dianggap terlalu
formal bagi para muda. Di sisi lain golongan tua seringkali merasa lebih pintar
dari anak-anak muda sehingga mereka tidak mau menerima pendapat anak muda.
Strategi lain adalah menciptakan peluang usaha yang menarik bagi anak
muda. Salahsatu yang sekarang ini berhasil menghimpun anak-anak muda bekerja
di desa adalah usaha wisata. Di berbagai desa wisata anak-anak muda antusias
melibatkan diri bahkan membuka usaha. Apa pasal? Karena bisnis wisata sangat
mengedepankan kreativitas mulai dari komoditas yang dijual, model pelayanan
modern yang hanya bisa dilakukan anak muda hingga kemampuan berkomunikasi
dengan para wisatawan yang juga lebih piawai dilakukan anak muda. Ini terjadi
karena sebagian besar pengunjung wisata desa adalah anak muda.
Penyuluh pertanian sebagai salah satu petugas fungsional dalam lingkup
SDM pertanian merupakan mitra terdepan yang berhubungan langsung dengan
petani. Dalam tugasnya penyuluh pertanian diharapkan dapat membantu pelaku
utama dan pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas usahataninya demi
mencapai kesejahteraan. Pendampingan oleh penyuluh dari mulai kelompoktani /
gapoktan menerima bantuan mutlaklah perlu dilakukan agar kelompok tani dan
Gapoktan penerima bantuan Alsintan dapat mengoptimalkan batuan Alsintan
yang diterima sehingga pendapatan ekonomi bisa meningkat.
Bentuk pendampingan yang dapat dilakukan Penyuluh pertanian dalam
rangka pengoptimalan Alsintan adalah sebagai berikut :
Pertama, Pengawalan terhadap kelompok tani ketika pengajuan proposal
AlSINTAN.
Penyuluh pertanian dapat mendampingi kelompok tani ketika akan
mengajukan proposal pengajuan alat. Pada pertemuan kelompok tani penyuluh
pertanian dapat mengawal melalui penyusunan Rencana Usaha Kelompok (RUK)
dan Rencana Kegiatan Kelompok (RKK) dengan memberikan saran atau masukan

21
alsintan apa yang diperlukan , tentu saja dengan memprioritaskan pada daerah
sentra produksi tanaman pangan. Selain itu membantu kelompok tani memilih
jenis Alsintan dengan mempertimbangkan kondisi lokal spesifik yang secara
teknis memenuhi persyaratan untuk operasional alat dan mesin pertanian.
Mempertimbangkan daerah yang tingkat kejenuhan alsin masih rendah serta
memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung program peningkatan produksi
pertanian dengan melihat proposal yang disampaikan melalui Pemerintah Pusat
atau Pemerintah daerah.
Kedua, Pendampingan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian
Peran penyuluh pertanian dalam Optimalisasi Alsintan di kelompoktani
dimulai dengan pendampingan agar petani melaksanakan percepatan tanam.
Alsintan yang ada digunakan dengan tujuan mempercepat pengolahan tanah,
penyediaan air, peningkatan indeks pertanaman, mengurangi kehilangan hasil dan
kemudahan ketika panen dalam rangka efisiensi usaha tani.
Dengan pengoptimalan alsintan proses akan lebih efisien karena
kebutuhan ongkos akan lebih rendah dibandingkan secara tradisional atau manual,
baik untuk olah lahan maupun untuk panen. Alsintan juga menekan kehilangan
hasil dan meningkatkan nilai tambah, misalnya penggunaan mesin thresser
(perontok) yang efektif akan dapat menurunkan kehilangan hasil.
Ketiga, Pendampingan dalam segi Manajamen Usaha
Alat mesin pertanian (Alsintan ) yang diterima oleh kelompok tani
hendaklah dapat dijadikan modal usaha / modal kerja , dengan pengelolaan yang
benar kelompok diharapkan dapat memperoleh tambahan nilai ekonomi. Selama
ini yang terjadi dilapangan kelompok tani belum melaksanakan pengelolaan
dengan maksimal, manjerial pengelolaan alsin masih belum diterapkan, sehingga
banyak sekali terjadi ketika alsintan bantuan itu rusak dibiarkan saja,salah satu
alasannya karena tidak adanya kas ( dana) untuk perawatan dan perbaikan.
Kejadian lainnya yang sering terjadi ketika Alsintan bantuan pemerintah datang
pada satu kelompok , alsintan tersebut hanya dikuasai oleh perseorangan (
pengurus kelompok) tidak ada sama sekali pembagian tugas untuk pengelolaan,
pelaporan pemasukan dan pengeluaran kepada anggota bahkan akhirnya sering

22
muncul kelompok yang tadinya solid bahkan terjadi konflik karena kurang
benarnya pengelolaan alsintan disuatu kelompok. Untuk itu peran penyuluh
pertanian sebagai mitra dari kelompoktani sangatlah diperlukan, Kelompok tani
perlu dibimbing dari segi manajerial pengelolaan alsin yang benar, sehingga tidak
terjadi konflik antara pengurus dan anggota.
Pendampingan oleh penyuluh pertanian dapat dilakukan pada saat setelah
kelompok tani manerima bantuan alsintan dalam bentuk penyuluhan atau
pendampingan terhadap pembukuan kas kelompok tani, setiap pengeluaran dan
pemasukan yang diperoleh dari alsintan dicatat dan dibukukan oleh pengurus,
sumber permodalan usaha; promosi jasa alsintan; perencanaan usaha jasa alsintan;
pengorganisasian usaha; dan kerjasama usaha/kemitraan.
Keempat, Monitoring dan Evaluasi penggunaan Alsintan di kelompok tani
Pemanfaatan alsintan di tingkat kelompok tani dilaksanakan melalui
monitoring dan evaluasi agar bantuan alsintan dapat berdayaguna dan berhasil
guna. Oleh karena itu diperlukan pengawalan terhadap kelembagaan petani.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi ditingkat kelompok tani dapat dilaksanakan
oleh penyuluh pertanian lapangan (wilbin ) untuk mengetahui kondisi alsintan.
Pengawalan pelaporan dan evaluasi alsintan bantuan dapat dilakukan pada
pertemuan kelompok tani setiap satu musim tanam sehingga semua anggota
kelompok tani dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan dari pengelolaan
alsin yang ada.
Selain itu adanya pengawalan bertujuan pemanfaatan alsintan digunakan
secara optimal. Bila ada permasalahan dapat diketahui secara langsung dan dicari
solusi terhadap penggunaan alsintan.

23
BAB V
KEBIJAKAN PERTANIAN PEMERINTAH DI DESA PEBUAR
Desa pebuar adalah salah satu desa yang komoditasnya lebih
memfokuskan pada komoditas perkebunan. Beberapa komoditas tersebut yaitu
lada,kelapa sawit, karet. Selain itu,ada juga komoditas tanaman pangan yaitu padi
sawah yang sedang digiatkan oleh masyarakat desa pebuar.

1. kebijakan harga
Di Desa Pebuar belum ada kebijakan harga jual beli hasil panen atau
pertanian yang ditetapkan oleh pemerintah. Harga komoditas pertanian
bergantung kepada pasokan hasil pertanian, misalnya pasokan hasil pertanian di
pasar meningkat maka harga komoditas tersebut akan turun dan sebaliknya jika
pasokan hasil pertanian menurun dipasaran maka harga komoditas tersebut tinggi.

2. kebijakan perdagangan
Untuk kebijakan perdagangan di desa pebuar belum ada kebijakan
perdagangan dan hasil penjualannya tidak memfokuskan kepada ekspor. Hal ini
dikarenakan hasil produksi padi sawah masih dalam keadaan skala kecil dan
memfokuskan kepada kebutuhan masyarakat di sekitar desa untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

3. kebijakan subsidi dan kebijakan structural


Dalam Kebijakan subsidi terdapat beberapa kebijakan yang telah diberikan
oleh pemerintah kepada desa pebuar khususnya komoditas padi sawah. Kebijakan
subsidi yang telah diberikan berupa pupuk dan ALSINTA. Dalam subsidi pupuk
pemerintah telah memberikan pupuk sesuai dengan kebutuhan komoditas padi
sawah sehingga dari pemerintah desa menjelaskan bahwa pemenuhan terhadap
subsidi pupuk sudah mencukupi tetapi pupuk subsidi tersebut tidak terpenuhi
apabila digunakan untuk kebutuhan komoditas perkebunan, seperti karet, sawit
dan lada.

24
Selain dari subsidi pupuk, di desa pebuar juga terdapat kebijakan subsidi
yang berupa ALSINTA. Sesuai dengan kebijakan presiden di desa pebuar sudah
terpenuhi peralatan berupa mesin pembajak sawah, mesin penanam padi, mesin
pemanen padi dan mesin penggiling padi. Namun terkhusus beberapa peralatan
masih terdapat kekurangan dikarenakan jumlah kebutuhan peralatan tersebut
masih belum memadai terhadap hasil panen padi sawah yang saat ini ada di desa
pebuar. Selain itu beberapa peralatan yang ada tidak bisa digunakan secara
optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang memahami bagaimana
penggunaan dari ALSINTA tersebut.
Kebijakan structural yang telah diberikan oleh pemerintah berupa
penyuluhan pertanian dan sosialisasi ALSINTA. Dalam kegiatan penyuluhan di
Desa Pebuar sudah terdapat ketua penyuluh pertanian tetap yang akan terus
mengawasi dan memberikan informasi beserta masukan terhadap kegiatan
pertanian pada komoditas padi sawah di Desa Pebuar. Kegiatan penyuluhan dan
sosialisasi di Desa Pebuar dilaksanakan sewaktu-waktu diperlukan dan tidak
bergantung pada waktu yang benar-benar di tetapkan, biasanya dalam satu
minggu bisa 3 kali kegiatan sosialisasi di Desa Pebuar untuk memberi arahan,
pemahaman serta pengecekan kegiatan pertanian komoditas padi sawah serta
pengenalan dan cara penggunaan ALSINTA.

4. Kebijakan pengaturan.
Pada kebijakan pengaturan hanya terfokus pada pengaturan jasa yang
berkaitan dengan adat istiadat yang turun temurun di Desa Pebuar yang dikenal
dengan system Besaoh. Sistem Besaoh adalah suatu kegaiatan gotong royong
yang dilakukan oleh masyarakat desa untuk membantu suatu kegiatan usaha tani
tanpa adanya upah kerja tetapi terdapat timbal balik berupa jasa. Contohnya
sepuluh petani melakukan usaha taninya tersebut secara bergilir terhadap petani
yang lainnya seperti dalam membersihkan lahan sawah A, untuk membalas jasa
petani lain pemilik sawah A nantinya akan ikut membantu dalam kegiatan
membersihkan sawah milik B dan seterusnya secara bergiliran.

25
5. Kebijakan fasilitas
Kebijakan fasilitas di Desa Pebuar sebenarnya telah di sediakan berupa
dana simpan pinjam untuk keperluan usaha tani. Akan tetapi masyarakat di Desa
Pebuar tidak memanfaatkan dana tersebut. Kepala desa pebuar menyampaikan
bahwa tidak ada sama sekali masyarakat yang meminjamkan uang dari dana yang
telah disediakan. Hal ini dikarenakan masyarakat di Desa Pebuar memiliki modal
pribadi dalam memenuhi kebutuhan usaha taninya.

6. Kebijakan intervensi
Di Desa pebuar belum ada kebijakan intervensi yang ditetapkan oleh
pemerintah. Hal ini dikarenakan desa pebuar merupakan desa berkembang yang
masih terdapat pembangunan yang belum merata dan masih dalam proses
pengembangan menuju desa yang maju.

26

Anda mungkin juga menyukai