Anda di halaman 1dari 19

RANCANGAN PEMBELAJARAN DAN SATUAN ACARA

PEMBELAJARAN TENTANG INSOMNIA

DosenPembimbing :

UunNurulhuda, M.Kep, Sp.KMB

DISUSUN OLEH :

SUCI WULADARI

P17120016036

TINGKAT II A

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1
MARET 2017
RANCANGAN PEMBELAJARAN

I. GAMBARAN KASUS
Seorang wbs bernama Ny. M mengalami insomnia, Ny. M
mengatakan sulit tidur, tidur hanya 3 jam, tidur dari jam 4 pagi sampai
6 pagi, mengatakan pusing, mata tidak ngantuk.
Keadaan umum : kesadaran coompos mentis,Ny. M (94 tahun)
berat badan : 45 kg, tinggi badan: 150 cm pada saat dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapatkan data TD: 120/80, RR:
20x/menit, N: 80x/menit, S: 36.80c.

II. ASPEK YANG DIKAJI


A. PENGKAJIAN FAKTOR PREDISPOSISI
1. RIWAYAT KEPERAWATAN
Ny. M (94 tahun), memiliki riwayat penyakit insomnia. Ny.
M tidak pernah dirawat di Rumah Sakit dan panti sebelumnya.
Ny. M mengatakan tidak pernah mendapatkan pengetahuan
mengenai penyakit insomnia.
2. KEADAAN FISIK
Ny. M (94 tahun) kesadaran compos mentis, berat badan :
40 kg, pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien
didapatkan data TD: 120/80, RR: 20x/menit, N: 80x/menit, S:
36.80c. klien tampak kantong mata menebal, tampak ngantuk,
dan menguap.

3. KESIAPAN BELAJAR
Ny. M mengatakan bahwa ia tertarik mempelajari tentang
insomnia agar tidak terjadi kekambuhan pada dirinya dan tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut. Ia mengatakan belum pernah
mendapat pengetahuan mengenai penyakit insomnia lewat
perawat yang merawatnya dipanti ini pengetahuan Ny. M
mengenai insomnia masih sangat kurang, dan ia tidak
mengetahui cara yang tepat untuk mencegah penyakit
insomnia. Ny. M dapat berkomunikasi tetapi tidak dapat
melihat, mendengar kurang dan pembicaraannya terkadang
ngawur.

4. MOTIVASI
Motivasi Ny. M untuk mempelajari insomnia sangat kuat.
Ia mengatakan apapun yang harus dilakukan akan
dilaksanakan asalkaan ia tidak lagi mengeluh sulit tidur, Ny. M
mengatakan ingin hidup sehat dan ingin menghindari
insomnia.

5. KEMAMPUAN MEMBACA
Ny. M adalah seorang pengemis tidak sekolah dari SD dank
lien tidak dapat membaca dengan baik dan benar. Ketika
diberikan sebuah bahan bacaan berupa “leaflet” tentang
insomnia dan Ny. M diminta membaca judul dari leafet, ia
tidak dapat membacakan kembali judul dari “leaflet” tersebut.
Ia mengatakan lebih menyukai belajar dengan cara tanya jawab
dan menyukai bahan bacaan yang bergambar karena mudah
diingat.

B. PENGKAJIAN FAKTOR PEMUNGKIN


Alat bantu penyuluhan berupa leaflet, dan lembar balik.WBS
tidak mengerti mengenai penyakit nya.

C. PENGKAJIAN FAKTOR PENGUAT


Ny. M tinggal sendiri. Ny. M sedikit mempuyai antusias
yang tinggi tentang insomnia. Saat ditanya mengenai pola tidur,
Ny. M mengatakan tidur hanya sebentar, susah tidur, tdur hanya 3
jam dari jam 4 pagi sampai 6 pagi, WBS mengatakan mataya itdak
ngantuk Komplikasi insomnia dapat dicegah maka dari itu WBS
Ny. M tertarik mengetahui tentang penyakit ini agar tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut.
perawat berusaha merumuskan diagnosa keperawatan adapun
diagnosa tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1. Defisit pengetahuan mengenai insomnia
2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

III. INTERVENSI
Tindakan keperawatan yang ditetapkan untuk menyelesaikan
diagnosa keperawatan tersebut adalah berupa pendidikan kesehatan yang
di tujukan pada WBS ibu M. Sebelum melaksanakan tindakan ini maka
harus dibuat dahulu SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP).
Berikut ini adalah rancangan pembelajaran yang dikembangkan oleh
perawat masing-masing diagnosa keperawatannya.

Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit pengetahuan mengenai insomnia
2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Diagnose : 1 Defisit pengetahuan mengenai insomnia


2 Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

Topik : insomnia

Sub Topik : landasan teori tentang insomnia

Sasaran :Ny. M

Tempat :Di ruangan anggrek Ny. M

Hari/Tanggal : 2018

Waktu :30 Menit

Penyuluh : istiqomah mahasiswa keperawatan Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Jakarta 1 Jurusan Keperawatan

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mendapat pendidikan kesehatan selama 30 menit, Ny. S
dapat mengetahui tentang diit jantung.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah menerima pendidkan kesehatan, diharapkan Ny. S akan dapat:
a. Menjelaskan defenisi insomnia
b. Menjelaskan penyebab insomnia
c. Menjelaskan tipe tipe insomnia
d. Menjelaskan dampak insomnia
e. Menjelaskan kelasifikasi insomnia
f. Menjelaskan tanda gejala
g. Menjelaskan Fisiologi Tidur Normal
h. Menjelaskan perubahan tidur pada lansia
i. Menjelaskan kualitas tidur
j. Menjelaskan tentang penatalaksanaan
III. SASARAN
Ny. M

IV. MATERI
a. Menjelaskan defenisi insomnia
b. Menjelaskan penyebab insomnia
c. Menjelaskan tipe tipe insomnia
d. Menjelaskan dampak insomnia
e. Menjelaskan kelasifikasi insomnia
f. Menjelaskan tanda gejala
g. Menjelaskan Fisiologi Tidur Normal
h. Menjelaskan perubahan tidur pada lansia
i. Menjelaskan kualitas tidur
j. Menjelaskan tentang penatalaksanaan

V. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi (Tanya Jawab)

VI. MEDIA
a. Leaflet
b. Lembar balik

VII. Rancangan/ Setting tempat

Keterangan: = AlatPeraga
= Mahasiswa/ Perawat

= Klien/ Sasaran

VIII. Kegiatan Belajar Mengajar


Kegiatan
No. Tahapan Waktu
Penyuluhan Audience
1. Fase Pra 5  Mempersiapkan diri -
Orientasi menit  Mempersiapkan materi
 Mempersiapkan media
dan alat
 Mempersiapkan ruangan
2. Fase 5  Memberi salam  Menjawab salam
Orientasi menit  Memperkenalkan diri  Menyimak
 Kontrak waktu  Menyepakati
 Menjelaskan tujuan  Menyimak
pertemuan
 menyampaikan  Menyimak
topik/tema penyuluhan
 Memberitahukan ada  Menyepakati
pertannyaan terkait topik
diakhir penyampaian
topik
a. Menjelaskan defenisi
insomnia
b. Menjelaskan
penyebab insomnia
c. Menjelaskan tipe tipe
insomnia
d. Menjelaskan dampak
insomnia
e. Menjelaskan
kelasifikasi insomnia
f. Menjelaskan tanda
gejala
g. Menjelaskan Fisiologi
Tidur Normal
h. Menjelaskan
perubahan tidur pada
lansia
i. Menjelaskan kualitas
tidur
j. Menjelaskan tentang
penatalaksanaan

3. Fase 15  Menyampaikan materi  Menyimak
Kerja menit dan menstimulus
keluarga Ny. S untuk
menjawab setiap point
materi
k. Menjelaskan defenisi
insomnia
l. Menjelaskan
penyebab insomnia
m. Menjelaskan tipe tipe
insomnia
n. Menjelaskan dampak
insomnia
o. Menjelaskan
kelasifikasi insomnia
p. Menjelaskan tanda
gejala
q. Menjelaskan Fisiologi
Tidur Normal
 Menyimak dan
r. Menjelaskan
menjawab
perubahan tidur pada dengan baik
lansia
s. Menjelaskan kualitas
tidur
t. Menjelaskan tentang
penatalaksanaan

 Memberikan evaluasi
kepada WBS ny M
dengan memberikan
pertanyaan
4. Fase 5  Menyimpulkan materi  Menyimak
Terminasi menit bersama
 Memberi evaluasi secara  Menjawab
lisan
 Memberikan rencana  Menyimak
tindak lanjut
 Mengucapkan salam  Menjawab salam

IX. EVALUASI
1. Prosedur : post test
2. Jenis tes : pertanyaan secara lisan
3. Butir soal : 4 soal
4. Kriteria
Menjelaskan defenisi insomnia, menjelaskan penyebab insomnia
menjelaskan tipe tipe insomnia, menjelaskan dampak insomnia,
menjelaskan kelasifikasi insomnia, menjelaskan tanda gejala, menjelaskan
Fisiologi Tidur Normal, menjelaskan perubahan tidur pada lansia,
menjelaskan kualitas tidur, menjelaskan tentang penatalaksanaan

 Kriteria Struktur :
a. Penyelenggara pendidikan kesehatan dilakukan dipantai Ny. S
b. Pengorganisasian penyelenggaraan pendidikan kesehatan
dilakukan sebelum dan saat pendidikan kesehatan.
 Kriteria Proses :
a. Antusias terhadap materi pendidikan kesehatan.
b. Ny. S fokus mendengarkan pendidikan kesehatan.
c. Ny. S mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
 Kriteria Hasil :
a. Ny. S kooperatif dalam acara pendidikan kesehatan.
b. Ny. S mampu menjelaskan Menjelaskan definisi insomnia
c. Ny. S mampu Menjelaskan penyebab insomnia
d. NY.M mampu menjelaskan defenisi insomnia
e. Ny. M mampu menjelaskan penyebab insomnia
f. Ny. M mampu menjelaskan tipe tipe insomnia
g. Ny. M mampu menjelaskan dampak insomnia
h. Ny. M mampu menjelaskan kelasifikasi insomnia
i. Ny. M mampu menjelaskan tanda gejala
j. Ny. M mampu menjelaskan Fisiologi Tidur Normal
k. Ny. M mampu menjelaskan perubahan tidur pada lansia
l. Ny. M mampu menjelaskan kualitas tidur
m. Ny. M mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan

\
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN

INSOMNIA

2.1.1 Definisi
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
baik kualitas maupun kuantitas.Jenis insomnia ada 3 macam yaitu
insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten
atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia
terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter,
2005).Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus
dikenali penyebabnya.Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu,
maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan
terlebih dahulu (Aman, 2005).

2.1.2 Penyebab insomnia


Sebab-sebab terjadinya insomnia antara lain :
- Suara atau bunyi : Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara
atau bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Misalnya seseorang
yang takut diserang atau dirampok, pada malam hari terbangun
berkali-kali hanya suara yang halus sekalipun.
- Suhu udara : Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara
yang menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah memakai
selimut dan bila suhu tinggi memakai pakaian tipis, insomnia ini
sering dijumpai didaerah tropic.
- Tinggi suatu daerah ; Insomnia merupakan gejala yang sering
dijumpai pada mountain sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada
pendaki gunung yang lebih dari 3500 meter diatas permukaan air
laut.
- Penggunaan bahan yang mengganggu susunan saraf pusat : insomnia
dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang
mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan
obatobatpengurus badan yang mengandung anfetamin atau yang
sejenis.
- Penyakit psikologi : Beberapa penyakit psikologi ditandai antara lain
dengan adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan
neurotic, beberapa gangguan kepribadian, gangguan stress
pascatrauma dan lain-lain (Joewana, 2006).

2.1.3 Tipe-tipe insomnia


Insomnia terdiri atas tiga tipe :
- Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomnia
inisial dimana keadaan ini sering dijumpai pada orang-orang muda.
Berlangsung selama 1-3 jam dan kemudian karena kelelahan iabiasa
tertidur juga. Tipe insomnia ini bisa diartikan ketidakmampuan
seseorang untuk tidur.
- Terbangun tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat
masuk tidur dengan mudah, tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun
dan tertidur kembali, kejadian ini dapat terjadi berulang kali. Tipe
insomnia ini disebut jaga intermitent insomnia.
- Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomnia
terminal, dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukup
nyenyak, tetapi pada saat dini hari sudah terbangun dan tidak dapat
tidur lagi (Erry 2000).

2.1.4 Dampak insomnia


Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :
- Efek fisiologis : Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh
stress
- Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi, kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain.
- Efek fisik/somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi
dan sebagainya.
- Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti
susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa
menikmati hubungan sosial dan keluarga.
- Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki
angka
- harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam.
Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindiksi
insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high
arousal state yang terdapat pada insomnia. Selain itu, orang yang
menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk
mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orangyang
normal (Turana, 2007).

2.1.5 Klasifikasi Insomnia


2.1.5.1 Gangguan tidur primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan
disebabkan oleh gangguan mental lain, kondisi medik umum, atau
zat.Gangguan tidur ini dibagi dua yaitu disomnia dan
parasomnia.Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah, kualitas,
dan waktu tidur.Parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa
fisiologis yang dikaitkan dengan tidur, stadium tidur tertentu atau
perpindahan tidur-bangun.Disomnia terdiri dari insomnia primer,
hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan
pernafasan, gangguan ritmik sirkadian tidur, dan disomnia yang tidak
dapat diklasifikasikan.Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi buruk,
gangguan teror tidur, berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak dapat
diklasifikasikan.
2.1.5.2 Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya
keluhan gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan
mental lain (sering karena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat
untuk ditegakkan sebagai gangguan tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa
mekanisme patofisiologik yang mendasari gangguan mental juga
mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun. Gangguan tidur ini
terdiri dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomnia terkait aksis I
atau II.
2.1.5.3 Gangguan tidur akibat kondisi medik umum
Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan
gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik
langsung kondisi medik umum terhadap siklus tidur-bangun.Gangguan
tidur akibat zat Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang
menggunakan atau menghentikan penggunaan zat (termasuk medikasi).
Penilaian sistematik terhadap seseorang yang mengalami keluhan tidur
seperti evaluasi bentuk gangguan tidur yang spesifik, gangguan mental
saat ini, kondisi medik umum, dan zat atau medikasi yang digunakan,
perlu dilakukan.
2.1.6 Tanda dan Gejala
Menurut Remelda (2008), tanda dan gejala yang timbul dari pasien yang
mengalami insomnia yaitu penderita mengalami kesulitan untuk tertidur
atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan.
Insomnia juga bisa dialami dengan berbagai cara:
1. Sulit untuk tidur tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami
kesulitan untuk tetap tidur (sering bangun)
2. Bangun terlalu awal Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala
insomnia. Gejala yang dialami waktu siang hari adalah:
- Resah
- Mengantuk
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit mengingat
- Gampang tersinggung

2.1.7 Fisiologi Tidur Normal


Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7½ jam untuk tidur
setiap malam. Walaupun demikian, ada beberapa orang yang
membutuhkan tidur lebih atau kurang. Tidur normal dipengaruhi oleh
beberapa faktor misalnya usia. Seseorang yang berusia muda cenderung
tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan lansia.Waktu tidur lansia
berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan.Fisiologi tidur dapat dilihat
melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel otak selama
tidur.Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak
selama tidur.Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan saat tidur
malam hari.Alat tersebut dapat mencatat aktivitas EEG, elektrookulografi,
dan elektromiografi.Elektromiografi perifer berguna untuk menilai
gerakan abnormal saat tidur.Stadium tidur - diukur dengan polisomnografi
- terdiri dari tidur rapid eye movement (REM) dan tidur non-rapid eye
movement (NREM).Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi
karena dihubungkan dengan bermimpi atau tidur paradoks karena EEG
aktif selama fase ini. Tidur NREM disebut juga tidur ortodoks atau tidur
gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadia ini bergantian dalam satu
siklus yang berlangsung antara 70 – 120 menit. Secara umum ada 4-6
siklus NREM-REM yang terjadi setiap malam.Periode tidur REM I
berlangsung antara 5-10 menit.Makin larut malam, periode REM makin
panjang. Tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3,4.

2.1.8 Perubahan Tidur Pada Lansia


Pola tidur-bangun berubah sesuai dengan bertambahnya umur.
Pada masa neonatus sekitar 50% waktu tidur total adalah tidur REM.
Lama tidur sekitar 18 jam. Pada usia satu tahun lama tidur sekitar 13 jam
dan 30 % adalah tidur REM. Waktu tidur menurun dengan tajam setelah
itu. Dewasa muda membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75%
dan REM 25%.Kebutuhan ini menetap sampai batas lansia.Lansia
menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur, mudah jatuh tidur,
tetapi juga mudah terbangun dari tidurnya.
Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada
gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang alfa menurun, dan
meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya
fragmentasi tidur karena seringnya terbangun.Gangguan juga terjadi pada
dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus
lingkungan. Selama tidur malam, seorang dewasa muda normal akan
terbangun sekitar 2-4 kali. Tidak begitu halnya dengan lansia, ia lebih
sering terbangun. Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total lansia
hampir sama dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun lansia
juga sering terganggu. Jam biologik lansia lebih pendek dan fase tidurnya
lebih maju. Seringnya terbangun pada malam hari menyebabkan keletihan,
mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada siang hari. Dengan perkataan lain,
bertambahnya umur juga dikaitkan dengan kecenderungan untuk tidur dan
bangun lebih awal. Toleransi terhadap fase atau jadual tidur-bangun
menurun, misalnya sangat rentan dengan perpindahan jam kerja. Adanya
gangguan ritmik sirkadian tidur juga berpengaruh terhadap kadar hormon
yaitu terjadi penurunan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid, dan
kortisol pada lansia. Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur
dalam.Sekresi melatonin juga berkurang.Melatonin berfungsi mengontrol
sirkadian tidur.Sekresinya terutama pada malam hari. Apabila terpajan
dengan cahaya terang, sekresi melatonin akan berkurang.

2.1.9 Kualitas Tidur


Kualitas tidur merupakan konstruksi klinis yang penting. Hal ini
dikarenakan keluhan akan kualitas tidur umum terjadi di masyarakat dan
kualitas tidur yang buruk merupakan gejala penting dari adanya gangguan
tidur dan penyakit lainnya (Buysse et al, 1988). Potter & Perry (2005),juga
menambahkan pentingnya kualitas tidur terbaik dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pemulihan individu yang sakit. Kualitas tidur adalah
karakteristik subjektif dan seringkali ditentukan oleh perasaan energik atau
tidak setelah bangun tidur (Kozier, 2008). Kualitas tidur adalah kepuasan
terhadap tidur, sehingga orang tersebut tidak memperlihatkan perasaan
lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar
mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, perhatian terpecah, sakit
kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan insomnia ini
dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
a. Kaji efek samping pengobatan pada pola tidur klien.
b. Pantau pola tidur klien dan catat hubungan faktor-faktor fisik
(misalnya: apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri /
ketidaknyamanan, dan sering berkemih).
c. Jelaskan pada klien pentingnya tidur adekuat (selama kehamilan,
sakit, stress psikososial).
d. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari faktor penyebab
(misal : gaya hidup, diet, aktivitas, dan faktor lingkungan).
e. Ajarkan klien dan kelurga dalam teknik relaksasi (pijat/urut
sebelum tidur, mandi air hangat, minum susu hangat).
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan keperawatan pada pasien
insomnia dimulai dengan menghilangkan kebiasaan (pindah tempat
tidur, memakai tempat tidur hanya untuk tidur, dll). Jika tidak
berhasil dapat diberikan obat golongan hipnotik (harus konsultasi
dengan psikiater).
2. Tindakan Medis
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien insomnia
yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya :
Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid)
tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi
motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan
koordinasi berpikir, mulut kering.
DAFTAR PUSTAKA

Aman, Ruli N. (2005). Penuhi Kebutuhan Tidur. Penuhi Kebutuhan Tidur. Diambil Pada
Tanggal 21 Mei 2018 pukul 20.00. www.republika.co.id.

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Barbara, Kozier. 2008. Fundamental of Nursing, Seventh Edition, Vol.2. Jakarta: EGC.

Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Erry. 2000. Pengaruh Insomnia dalam Aktivitas Sehari-hari. Jakarta: Dexa Medika.

Hariana, A., 2006, Tumbuhan Obat dan dan Khasiatnya, Seri 3, 155. Jakarta: Penebar
swadaya.

Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Joewana, S. 2006. Psikopatologi Insomnia. Cermin dunia kedokteran Vol.9. Jakarta:


Selemba Medika.

Kurnia. (2009). Lavender Improve Quality of Sleep in Elderly People. Jurnal. Kedokteran.
Brawijaya. Vol. XXV. No. 2. Agustus 2009.

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University.

Maryam, R. Siti & dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Selemba
Medika.

Mubarak, W, I & Chayatin, N (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Jakarta: Selemba Medika.
Perry & Potter (2009). Fundamental Keperawatan (buku I. edisi 7). Jakarta: Selemba
Medika.

Siregar, MH. 2011. Mengenal Sebab – Sebab, Akibat – Akibat dan Cara Terapi Insomnia.
Yogyakarta: Flash Books.

Stanley & Beare. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.

Susilo & Wulandari. (2011). Cara jitu mengatasi insomnia. Yogjakarta:Penerbit Andi.

Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Turana Y, 2007, Gangguan Tidur: Insomnia, diakses tanggal 21 Mei 2018 pukul 20.30.
Dalam: http://medikaholistik.com.

Anda mungkin juga menyukai