Pendahuluan
Malnutrisi merupakan istilah yang luas yang dapat berarti kondisi nutrisi yang
kurang (gizi kurang, gizi buruk), maupun kondisi nutrisi yang berlebihan (gizi lebih,
obesitas). Gizi kurang adalah dampak dari konsumsi diet yang kurang, baik secara
kualitas maupun kuantitas dan juga dapat dipengaruhi oleh penyakit menular.
Kurangnya konsumsi makanan, dapat menyebabkan menurunnya system daya tahan
tubuh, yang menyebabkan seseorang lebih rentan terkena penyakit, sebaliknya, penyakit
menular juga dapat menyebabkan peningkatan asupan energi dan menyebabkan
melemahnya sistem daya tahan tubuh. [Janice Meerman, Brian Carisma, Brian
Thompson, 2012]
Alasan kami memilih kunjungan rumah An. SS, dikarenakan An. SS menderita
gizi sangat kurang dengan berat badan 8.2 kg, dan tinggi badan 75.5 cm, yang apabila
dilakukan plotting pada kurva WHO 2006, didapatkan BB/U, TB/U (< -3 SD). Anak
tersebut dapat turun kedalam kondisi gizi buruk apabila tidak ditangani segera dan dapat
mengakibatkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan mental dan
dapat menghambat prestasi belajar, penurunan daya tahan tubuh, yang menyebabkan
hilangnya masa hidup sehat balita, dan dapat menyebabkan dampak yang lebih serius,
yaitu timbulnya kecacatan, meningkatkan morbiditas dan mortalitas. [Nurdin,
Hermianti, dan Lilis, 2016]
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan berat badan An. SS sehingga terjadi perbaikan dan peningkatan status
gizi.
2.2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data yang diperoleh dari UNICEF, WHO dan World Bank Group pada
tahun 2017, didapatkan sebanyak 50.5 juta anak diseluruh dunia mengalami masalah
d. Faktor perilaku
Kebiasaan yang tidak higienis dan praktik budaya yang merugikan terkait dengan
membesarkan anak dan menyusui dengan botol serta kepercayaan tradisional yang salah
pada pemberian makanan seperti, anak-anak tidak dapat mencerna daging, tersedak
bubur [Alive & Thrive, 2010].
2.2.4. Klasifikasi
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) pada tanggal 19 Januari 2000 menetapkan
bahwa penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U (Berat Badan per Umur), TB/U
(Tinggi Badan per Umur), dan BB/TB (Berat Badan per Tinggi Badan) di sepakati
penggunaan istilah status gizi dan baku antropometri yang dipakai dengan
menggunakan Z-score dan baku rujukan WHO-NCHS [WNPG VII, 2004]. Untuk
menentukan klasifikasi status gizi digunakan Z-score (simpang baku) sebagai batas
ambang.
1. Indeks BB/U
a. Gizi lebih, bila Z-score terletak > + 2SD
b. Gizi baik, bila Z-score terletak ≥ -2SD s/d +2SD
c. Gizi kurang, bila Z-score terletak ≥ -3 SD s/d <-2SD
d. Gizi buruk, bila Z-score terletak < -3SD
2. Indeks TB/U
a. Normal, bila Z-score terletak ≥ -2SD
b. Pendek, bila Z-score terletak < -2SD
3. Indeks BB/TB
a. Gemuk, bila Z-score terletak > +2SD
b. Normal, bila Z-score terletak ≥ -2SD s/d +2SD
c. Kurus, bila Z-score terletak ≥ -3SD s/d < -2SD
d. Kurus sekali, bila Z-score terletak < -3SD
Tidak tumbuh pada tingkat yang diharapkan atau tidak menambah berat badan
seperti yang biasanya diharapkan/gagal pertumbuhan
Perubahan perilaku, seperti menjadi mudah tersinggung, lambat atau gelisah
Tingkat energi rendah dan mudah lelah daripada anak-anak lain
Sistem kekebalan tubuh yang buruk meningkatkan kerentanan infeksi
2.2.6. Diagnosis
Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis terdiri
dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan [Sidik et al., 2005].
Anamnesis awal (untuk kedaruratan):
Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan
diare (encer/darah/lendir)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi
dan/atau syok, serta harus diatasi segera.
Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya,
dilakukan setelah kedaruratan ditangani):
Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit
Riwayat pemberian ASI
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 Februari – 29 Maret 2019 12
Hilangnya nafsu makan
Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Batuk kronik
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
Riwayat imunisasi
Apakah ditimbang setiap bulan
Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
Diketahui atau tersangka infeksi HIV
Pemeriksaan fisis
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.
Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB.
Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan
status dehidrasi pada gizi buruk).
Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah
dan cepat), kesadaran menurun.
Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5° C).
Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau
adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
o Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak Bitot
o Ulkus kornea
o Keratomalasia
Ulkus pada mulut
Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit
Lesi kulit pada kwashiorkor:
2.2.7. Tatalaksana
SOP 800/2.3.2.1w3-Pkm.Ckp/I/2018
No Revisi : 0
- Konseling - Konseling
- Rujuk
Hal – hal -
yang perlu
diperhatikan
Orang tua
Ayah
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 39 tahun
Alamat : Kampung Bojong RT 11/RW 04
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Kuli bangunan
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Ibu
Nama : Ny. SR
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Alamat : Kampung Bojong RT 11/RW 04
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Keluhan tambahan
Bisul di dahi
Riwayat persalinan
Anak lahir per-vaginam dengan usia kehamilan cukup bulan 9 bulan (36
minggu) di dukun beranak pada tanggal 11 November 2018 dengan berat
badan lahir (BBL) 3000g dan panjang badan lahir (PBL) 48 cm.
Riwayat imunisasi
- Usia 0-7 hari tidak dilakukan imunisasi Hep B
- Usia 1 bulan imunisasi BCG dan Polio 1 di Posyandu.
- Usia 2 bulan imunisasi Pentavalen 1 dan Polio 2 di Posyandu.
- Usia 3 bulan imunisasi Pentavalen 2 dan Polio 3 di Posyadu.
- Usia 4 bulan imunisasi Pentavalen 3 dan Polio 4 serta IPV di Posyandu.
- Usia 9 bulan imunisasi campak di Posyandu.
- Perkembangan :
o Personal-sosial : anak dapat memakai sendok dan garpu sendiri
Sesuai dengan anak usia 1 tahun 7 bulan.
o Motorik halus : anak dapat mencorat-coret mengambil manik-
manik yang dijatuhkan dan mendirikan menara dari 2 dan 4
kubus.
Sesuai dengan usia 2 tahun 6 bulan
o Bahasa : anak dapat menyebutkan beberapa kata.
Sesuai dengan usia 1 tahun 10 bulan.
o Motorik kasar : anak dapat bertahan berdiri sendiri
Sesuai dengan anak usia 1 tahun 2 bulan.
Kesimpulan : perkembangan anak terganggu dan tidak sesuai
dengan usia seharusnya.
Riwayat Kebiasaan
Pasien sehari-hari lebih sering bersama ibunya di rumah, karena pasien belum
bersekolah. Setiap pagi pasien minum ASI, setelah itu pasien biasanya
bermain dengan mainannya. Pasien makan 3 kali sehari yaitu setiap pagi,
siang, dan sore hari, tetapi pasien hanya makan sedikit dan jarang
menghabiskan makananya. Makanan yang paling sering dikonsumsi pasien
yaitu nasi putih disertai sup wortel dan tempe. Sore harinya setelah pasien
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 Februari – 29 Maret 2019 25
mandi, pasien bermain bersama kakak – kakaknya dan tidur pukul 20.00
WIB setiap hari.
Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36.5 C
- Nadi : 90x/menit
- Pernapasan : 26x/menit
Data antopometri
- Berat badan : 8,2 kg
- Tinggi Badan : 75,5 cm
- IMT : 14,57 kg/m2
- LILA : 13 cm
- Kesan gizi : Gizi sangat kurang dengan perawakan pendek
- Plotting :
Menurut WHO :
- BB/U dibawah -3 SD (BB sangat kurang)
- TB/U dibawah -3 SD (sangat pendek)
- BB/TB dibawah -1 SD (normal)
- IMT/U diatas -1 SD (normal)
Ekstremitas
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 Februari – 29 Maret 2019 31
Akral teraba hangat edema tungkai (-/-).
Kesan : ekstremitas dalam batas normal.
Status neurologis:
Kesadaran : Kompos mentis, GCS = 15 (E4V5M6).
Reflek fisiologis dalam batas normal.
Non farmakologis
Edukasi pada ibu untuk kontrol anak ke puskesmas setiap minggu, agar dapat
diperhatikan dengan ketat perkembangan berat badan pasien sehingga dapat dicegah
terjadinya penurunan status gizi menjadi gizi buruk.
Mengedukasi ibu agar lebih telaten dalam memberi makanan pada anak dan untuk
memberikan makanan lebih banyak dan jenis yang bervariasi dan juga makanan yang
lembek atau lunak
Mengedukasi ibu untuk meningkatkan hygiene terutama hygiene mulut dan untuk
control ke dokter gigi
1970 1973 1975 1980 1982 1969 1973 1975 1978 1980 1982 1985 1987
49 46 44 39 37 50 46 39 37 34 32
Tn. S Ny.
SR
= Tiggal Serumah
Keterangan :
L = laki-laki
P = Perempuan
BCG = Bacille Calmette Guerin
HB = Hepatitis B
Pentavalen = Difteri-Pertusis-Tuberkulosis + Hepatitis B + Hemophillus influenza B
Dietary Recall :
Tabel 4.4 Menu Makan Pagi An. SS
Jenis URT Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat
makanan (g) (kkal) (g) (g) (g)
ASI 8,33 5,16 0,12 0,27 0,58
Total 5,16 0,12 0,27 0,58
Sumber: Hasil wawancara dengan Ny. SR
Kesimpulan : Berdasarkan evaluasi gizi dari makanan yang dikonsumsi pasien sehari-
hari, asupan kalori, lemak, dan karbohidrat kurang dari kebutuhan yang seharusnya.
Level Pertama
o Human biology : Tidak ada masalah
o Family : An. SS tinggal bersama seorang ayah, ibu dan kakak perempuan dan
kakak laki-laki
o Personal behavior
o An. SS makan sepiring dengan ibunya dan hanya sekitar 3 sendok teh
nasi dengan sedikit lauk
o An. SS bermain didalam rumah bersama kakaknya dan teman-teman
disekitar lingkungan tempat tinggalnya
o Psycho-sosio-economic environment
Lingkungan psikososial:
o Ibu memberi makanan kepada An. SS jika An. SS meminta
o An. SS bermain dengan teman-teman sekitar tempat tinggal yang datang
kerumah
Lingkungan sosial ekonomi:
o Status ekonomi keluarga dari An. SS termasuk golongan pendapatan
tinggi karena pendapatan rata-rata antara Rp 2.500.000,00 s/d Rp
3.500.000,00 per bulan.
o Physical environment
o Rumah tempat tinggal An. SS kurang terjaga kebersihannya
o Ventilasi rumah An. SS tidak baik
o Pencahayaan rumah An. SS kurang baik
Level 3
Community : tidak ada masalah
Human made environment : tidak ada masalah
Culture : tidak ada masalah
Biosphere : global warming
Community :
Tidak ada masalah
Lifestyle :
An. SS menyukai makanan berkuah dan bertekstur lunak.
An. SS memakan makanan yang bervariasi mengikuti makanan yang ibunya
makan. An. SS suka makan cemilan berupa makanan ringan, sosis dan minuman
kemasan.
Personal Behaviour :
Family : An. SS tinggal bersama seorang ayah, Psycho-social economy environment :
ibu, kakak perempuan dan kakak laki-laki
Lingkungan Psikososial:
An. SS makan sepiring dengan ibunya dan
Ibu memberi makanan kepada An. SS
hanya sekitar 3 sendok teh nasi dengan Spirit :
jika An. SS meminta. An. SS hanya
sedikit lauk. An. SS bermain didalam Tidak diketahui
bermain dengan teman-teman sekitar
rumah bersama kakaknya dan teman-teman
tempat tinggal yang datang kerumah
disekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Lingkungan sosial ekonomi:
golongan tinggi
Body :
Mind :
Sick Care System : An. SS, 2 tahun 4 bulan, Work :
TB 75,5 cm, BB 8,2 kg, Tidak diketahui
Jarak ke Puskesmas yang cukup status gizi sangat kurang An. SS tidak bekerja.
jauh yaitu sekitar 6 km dapat dengan perawakan pendek,
furunkulosis, pectus
dijangkau dengan menggunakan carinatum, caries dentis
sepeda motor atau kendaran
umum.
Kurangnya pemantauan gizi dan Physical Environment :
edukasi oleh petugas terhadap Rumah tempat tinggal An. SS kurang terjaga
Human Made Environment : kebersihannya. Ventilasi rumah pasien tidak baik.
masalah gizi yang diderita An. SS.
Tidak ada masalah Pencahayaan rumah pasien kurang baik.
Human Biology :
Tidak ada masalah.
Biosphere :
Global warming.
- status generalis :
kepala : rambut coklat kemerahan terdistribusi merata, terdapat pustule di
temporal sinistra dengan warna eritema ukuran nummular dan dengan
jumlah soliter
gigi dan mulut : caries dentis (+)
Fungsi holistik kurang baik, An. SS memiliki kelainan bentuk dada sejak lahir (pectus
carinatum), tergolong gizi sangat kurang dengan perawakan pendek untuk seusianya
dan memiliki keterlambatan dalam perkembangannya, fungsi psikologis belum dapat
dinilai, sosial ekonomi tergolong tinggi
b. Fisiologi
c. Patologis
- Social : Interaksi dengan orang tua dan anak tetangga lain baik
- Culture : Keluarga An. SS menghormati dan menghargai budaya,
tatakrama, dan memiliki perhatian terhadap sopan santun dalam bermasyarakat.
- Religious : An. SS beragama Islam seperti orang tua dan kakak-kakaknya
- Education : An. SS belum mulai bersekolah
- Economic : Status ekonomi keluarga An. SS adalah tergolong tinggi
- Medical : Keluarga An. SS berobat umum ke posyandu atau puskesmas
1. Tahap perkawinan
2. Tahap keluarga dengan bayi
3. Tahap keluarga dengan anak usia
pra sekolah
1
2 4. Tahap keluarga dengan anak
8 3 usia sekolah
5. Tahap keluarga dengan anak
4
usia remaja
7 5 6. Tahap keluarga dengan anak-anak
meninggalkan keluarga
6
7. Tahap orang tua usia menengah
8. Tahap keluarga jompo
Coping Score keluarga An. SS adalah 2, dimana orang tua anak mengetahui bahwa
anaknya memiliki masalah pertumbuhan dan perkembangan, dan juga sudah sempat
berobat di posyandu dan puskesmas, namun kedua orang tua An. SS tidak mengetahui
bagaimana caranya untuk menindak lanjuti masalah yang dialami oleh anaknya.
Kunjungan ke rumah keluarga An. SS dilakukan pada tanggal 8 Maret 2019 – 21 Maret
2019. Setiap kunjungan tersebut dilakukan anamnesis, pemeriksaan sesuai dengan
penyakit yang di derita An. SS, intervensi dan follow – up keluhan dari An. SS terkait
masalah gizi pasien. Intervensi dilakukan pada tanggal 8 Maret, 11 Maret, 13 Maret, 16
Maret, 18 Maret, 21 Maret, 25 Maret 2019.
Terapi farmakologis :
Mengedukasi ibu agar lebih telaten dalam memberi makanan pada anak dan
untuk memberikan makanan lebih banyak dengan jenis yang bervariasi dan juga
makanan yang lembek atau lunak
Mengedukasi ibu untuk kontrol anak ke puskesmas atau posyandu setiap bulan,
agar dapat diperhatikan ketat perkembangan berat badan pasien sehingga dapat
dicegah terjadinya penurunan status gizi menjadi gizi buruk
Mengedukasi ibu untuk meningkatkan hygiene terutama hygiene mulut dan
untuk kontrol ke dokter gigi
Tanggal 8 Maret 2019 : Anak masih makanan dengan porsi sedikit dan masih
belum gosok gigi
Tanggal 11 Maret 2019 : Anak sudah diberikan makanan dengan porsi sendiri
dengan porsi lebih banyak dari biasanya dan habis
Tanggal 13 Maret 2019 : Anak sudah berkurang makan makanan ringan, dan
bisul di dahi sudah mulai mengecil. Dan anak sudah mulai aktif
Tanggal 16 Maret 2019 : Anak sudah lebih mudah untuk menghabiskan
makanannya dan bisul sudah lebih mengecil
Tanggal 18 Maret 2019 : Cara makan An.SS sudah baik
Tanggal 21 Maret 2019 : Porsi makan An. SS bertambah
Tanggal 25 Maret 2019 : Peningkatan berat badan
Pemeriksaan Fisik
TB : 75,5 cm
BB : 8,2 kg
IMT : 14,57 kg/m2
11 Maret 2019
Anak sudah diberikan makanan dengan porsi sendiri dengan porsi lebih banyak
dari biasanya dan habis
Diare -, mual muntah -.
13 Maret 2019
Anak sudah berkurang makan makanan ringan, dan bisul di dahi sudah mulai
mengecil , dan anak sudah mulai aktif
Diare -, mual muntah -.
Pemeriksaan Fisik
TB : 75,5 cm
BB : 8,4 kg
IMT : 14,93 kg/m2
16 Maret 2019
Anak sudah lebih mudah untuk menghabiskan makanannya dan bisul sudah
lebih mengecil
Diare -, mual muntah -.
Pemeriksaan Fisik
TB : 75,5 cm
BB : 8,5 kg
IMT : 15,11 kg/m2
18 Maret 2019
Cara makan An.SS sudah baik
Diare -, mual muntah -.
Pemeriksaan Fisik
TB : 75,5 cm
BB : 8,5 kg
IMT : 15,11 kg/m2
25 Maret 2019
Peningkatan berat badan
Diare -, mual muntah -.
Pemeriksaan Fisik
TB : 75,5 cm
BB : 8,7 kg
IMT : 15,46 kg/m2
Tabel 7.7 Kurva Kenaikan Berat Badan Menurut Tinggi Badan An. SS
Hasil Intervensi
Tatalaksana farmakologis
13 Maret
Bisul di dahi sudah mulai mengecil
- Gentamicin salep kulit
16 Maret 2019
Bisul di dahi sudah tampak mengecil dari sebelumnya
- Gentamicin salep kulit
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 18 Februari – 29 Maret 2019 63
Tatalaksana non-farmakologis
Mengedukasi ibu agar anak menjaga kebersihan mulutnya dangan cara menyikat
gigi
Mengedukasi ibu untuk menjaga kebersihan dengan mandi minimal 2 kali sehari
Mengedukasi kepada ibu untuk memberikan An. SS makanan yang lunak agar
mudah di cerna oleh An. SS
Hasil Intervensi
An. SS sudah mulai mudah untuk menghabiskan makanannya
An. SS masih sulit untuk di gosok giginya
An. SS sudah rutin belajar berjalan
Hasil Intervensi
Ny.SR sekarang mengetahui mengenai gizi buruk dan gizi kurang serta dampak
apa yang dapat terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan anaknya, sehingga
ingin untuk memperbaiki status gizi An. SS
Ny.SR sekarang memberikan makanan pada An. SS dengan konsistensi lunak
dan jenis makanan yang disukai oleh An. SS dan bervariasi.
Ny.SR sudah mengurangi pemberian makanan ringan terdapat An. SS dan sudah
memulai membuat jajanan sendiri dirumah seperti kue pisang, kolak, kacang
hijau, atau bubur sumsum
Ny.SR mengerti mengenai pentingnya perkembangan anak pada masa
pertumbuhan.
Ny.SR mengerti dan mengetahui target perkembangan anak yang seharusnya
telah dicapai.
Ny.SR mulai rutin mengajari An. SS untuk berjalan
7.6 Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia
2.3. Kesimpulan
Dari kunjungan kasus kedokteran keluarga yang dilakukan pada An. SS maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gizi kurang pada An. SS:
a. Kebiasaan makan pasien
b. Kebersihan diri pasien
c. Kurangnya pengetahuan orangtua
2. Faktor internal dan eksternal:
a. Faktor-faktor internal yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya gizi kurang
pada An.SS:
An. SS menyukai jajanan diluar rumah
An. SS tidak pernah mengosok gigi yang menyebabkan gigi rusak
sehingga An. SS hanya mau makan makanan lunak.
An. SS tidak pernah menghabiskan makanan yang disediakan satu porsi
untuk sendiri.
b. Faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya gizi kurang
pada An.SS:
Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap kekurangan gizi yang diderita
pasien merupakan penyakit yang dapat mengganggu tumbuh kembang
pasien.
Kurangnya ketelatenan ibu dalam pemberian makanan terhadap An.SS.
Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pentingnya kesehatan gigi
3. Alternatif jalan keluar untuk memperbaiki status gizi An. SS:
a. Faktor internal:
Memberikan jenis makanan yang disukai anak
2.4. Saran
1. Saran bagi An. SS dan keluarga
Menyarankan ibu untuk mengurangi jajan di luar rumah dengan
mengganti jajanan yang dibuat sendiri di rumah
Menyarankan keluarga untuk selalu memperhatikan pola makan An. SS
Menyarankan keluarga untuk selalu mengosok gigi sebelum tidur dan
sesudah makan.
Memberikan edukasi kepada orang tua untuk rutin kontrol gizi ke Puskesmas Cikupa
setiap 1 – 2 minggu