Anda di halaman 1dari 10

Journal of Borneo Holistic Health, Volume 1 No.

1 Juni 2018 hal 62-72


P ISSN 2621-9530 e ISSN 2621-9514

PERBANDINGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DI RUMAH SAKIT


DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI JAWA BARAT
Susanti1
1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan
*Email: shantie.alfarisi@gmail.com

Abstrak

Pre eklamsia merupakan penyebab kematian ibu terbanyak disamping perdarahan dan infeksi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian pre eklamsia daerah pantai dan pegunungan di Jawa Barat.
Penelitian bersifat deskrptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil adalah ibu –
ibu dengan kasus preeklamsia yang melahirkan di RSUD Gunung Jati Cirebon dan RSKIA Kota Bandung
dengan teknik pengambilan sampel secara acak sistematik (Systematic Sampling) yang dilakukan pada tanggan
17 Juli 2008 sampai dengan 13 Agustus 2008. Data sekunder diperoleh dari catatan rekam medik pasien rawat
inap. Terdapat 1748 jumlah populasi dengan kasus preeklamsia paling banyak terjadi di daerah pantai (13,43%)
dan paling banyak terjadi pada umur > 35 tahun (34,2%). Jumlah paritas yang paling banyak terjadi preeklamsia
0 – 1. Kasus preeklamsia yang terjadi pada usia kehamilan 33 – 37 minggu paling banyak terjadi di daerah
pantai (92,6%), sedangkan di pegunungan paling banyak terjadi pada usia kehamilan > 37 minggu (16%). Cara
persalinan yang paling sering dilakukan adalah pervaginam, sedangkan komplikasi yang paling banyak terjadi
adalah BBLR dan paling banyak ditemui di daerah pegunungan yaitu 74 kasus (26,5%).

Kata kunci : pantai, pegunungan, preeklamsia

Abstract

Comparison of Pre Eklamsia-Events In Mountains And Coastal Hospital In West Java. Pre-eclampsia is the
leading cause of maternal death beside the bleeding and infection. This study aims to determine the comparison
of pre-eclampsia events coastal areas and mountains in West Java. The research was descriptive using cross
sectional approach. Samples taken were mothers with cases of preeclampsia that gave birth at RSUD
GunungJati Cirebon and RSKIA Bandung with systematic sampling technique (Systematic Sampling)
conducted on July 17, 2008 until August 13, 2008. Secondary data obtained from the record medical records of
inpatients. There are 1748 population with most cases of preeclampsia in coastal area (13,43%) and most occur
at age> 35 years (34,2%). the number of parity most common happened pre-eclampsia 0 - 1. Cases of
preeclampsia that occur at 33-37 weeks of pregnancy most common in coastal area (92,6%), while in mountains
most happened at gestation> 37 weeks (16%). The most common mode of delivery is vaginal, while the most
frequent complications are LBW and most commonly found in mountainous areas is 74 cases (26.5%).

Keywords : coastal shore, mountain range, pre-eclamsia


Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

Pendahuluan morbiditas pada wanita hamil dan


bersalin adalah masalah besar baik di
Berdasarkan data SDKI tahun
negara berkembang maupun di negara
2002, AKI adalah 307 per 100.000
miskin, di negara berkembang lebih dari
kelahiran hidup. Angka ini merupakan
50% kematian ibu sebenarnya dapat
tertinggi di ASEAN. Angka kematian
dicegah dengan teknologi yang ada serta
ibu di Indonesia ini bahkan lebih jelek
biaya yang relatif rendah, sedangkan di
dari negara Vietnam. Angka kematian
negara miskin sekitar 2550% kematian
ibu di Negara tetangga itu pada tahun
wanita usia subur yang disebabkan
2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran
karena hal lain yang berkaitan dengan
hidup. Di negara Malaysia tercatat 30
kehamilan, persalinan, dan nifas.
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan
Angka kematian ibu di provinsi
Singapura 9 per 100.000 kelahiran hidup
Jawa Timur juga masih tinggi.
(0,13%).
Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota
Di Indonesia kejadian penyakit ini
pada tahun 2013 didapat angka sebesar
sangat bervariasi. Provinsi DKI Jakarta
107/100.000 kelahiran hidup. Penyebab
yang letak daerahnya sangat rendah yaitu
kematian adalah perdarahan 23,19%,
sekitar 7 meter di atas permukaan laut
eklamsi sebesar 39,38%, infeksi sebesar
tercatat kejadian preeklamsia di salah
6,17% dan lain-lain sebesar 31,26%.
satu rumah sakit yaitu RSPAD Gatot
Di Banjarmasin, Kalimantan
Soebroto periode 1 Januari sampai
Selatan yang secara topografi sebagian
dengan 31 Desember 2004 sebanyak 4
besar daerahnya datar/rata dan
kasus preeklamsia ringan (1,04%) dan
cenderung rawa dan rawan banjir dengan
33 kasus (8,62%) preeklamsia berat dari
ketinggian 0,16 meter di atas permukaan
383 jumlah ibu yang bersalin.
laut, angka kejadian preeklamsia dari
Berdasarkan SDKI tahun 2012,
tahun 1998 sampai 2000 sekitar 11,4%
rata-rata angka kematian ibu (AKI)
dari 5165 persalinan.
tercatat sampai 359 per 100.000
Penelitian yang dilakukan oleh
kelahiran hidup. Hal ini mengungkapkan
Puslitbangkes Depkes RI Surabaya di
bahwa angka kematian ibu (AKI)
beberapa daerah datar dan pesisir pantai,
mengalami peningkatan dari tahun 2007
data yang didapatkan dari RSUD Padang
yang mencapai 228 per 100.000
Pariaman RSUD Sikka, NTT dengan
kelahiran hidup. Mortalitas dan
rata – rata ketinggian antara 2 – 35 meter
63
Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

di atas permukaan laut dengan daerah daripada di daerah pegunungan, maka


lautan lebih luas dibanding dengan dilakukan penelitian terhadap daerah di
daratan, kejadian preeklamsia sebanyak wilayah pegunungan dan pantai di
8,33% di tahun 2005. propinsi Jawa Barat. Namun, karena
Di Jawa Barat, Bandung sebagai keterbatasan peneliti, maka penelitian ini
ibukota propinsi yang berada di hanya dilakukan di Kabupaten Cirebon
ketinggian 768 m di atas permukaan air dan Kota Bandung yang masing–masing
laut yang sebagian besar daerahnya mewakili daerah pantai dan pegunungan
dikelilingi oleh pegunungan walaupun di Jawa Barat. Untuk itu penelit ingin
ada beberapa tempat yang rendah dan mengetahui perbandingan kejadian
rata, kejadian preeklamsia ini juga masih preeklamsia diantara daerah–daerah
menjadi penyebab nomor satu kematian tersebut secara terpisah antara kawasan
ibu dan merupakan kasus yang paling sekitar pegunungan dan tepi pantai
banyak ditemukan. Dari data yang (pesisir). Selain itu, belum adanya
didapat dari Rumah Sakit Hasan Sadikin penelitian yang dilakukan sebelumnya
tahun 2001 – 2002 tercatat 353 kasus untuk membandingkan besarnya
preeklamsia (10,3%) dari 3417 kejadian preeklamsia antara daerah
persalinan. Pada tahun 2003 – 2004 pantai dan pegunungan.
sebanyak 281 kasus (11,36%) dari 2473
persalinan. Kemudian di tahun 2005 Metode
terdapat sebanyak 105 kasus preeklamsia Penelitian ini bersifat retrospektif
(5,36%) dari 1958 persalinan. dengan pendekatan cross-sectional dan
Sama halnya dengan di Kabupaten dilakukan pada periode tahun 2005
Subang yang di sebagian besar wilayah sampai dengan tahun 2007 di RSUD
terdiri dari pegunungan, bukit – Gunung Jati Cirebon yang berada di
bukit/bergelombang dan dataran ketinggian 25 – 100 m di atas permukaan
rendah/pantai di daerah Subang bagian laut sehingga termasuk daerah dataran
utara. Angka kejadian preeklamsia di rendah/pantai dan RSKIA Kota Bandung
daerah ini juga masih menjadi yang berada pada ketinggian 768m di
primadona yaitu tahun 2004 tercatat 280 atas permukaan laut yang termasuk
kasus (12,97%) dari 2159 persalinan. daerah dataran tinggi/pegunungan.
Dari uraian singkat di atas kejadian Populasi penelitian adalah seluruh ibu –
preeklamsia di daerah pantai lebih tinggi ibu yang pernah melahirkan dengan
64
Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

kasus preeklamsia di daerah pantai dan kelompok paritas 0 – 1 sebanyak 148


pegunungan dalam rentang waktu tiga orang (45,5%), kelompok 2 – 4 sebanyak
tahun terakhir yaitu antara tahun 2005 120 pasien (36,9%) dan 57 kejadian pada
sampai dengan tahun 2007 di RSUD kelompok paritas > 4 (17,5%).
Gunung Jati Cirebon dan RSKIA Kota Sedangkan di RSKIA Bandung kejadian
Bandung yang berjumlah 1748 kasus preeklamsia pada kelompok paritas 0 – 1
yang terdiri dari 914 kasus di daerah sebanyak 174 orang (53,5%), kelompok
pantai dan 834 kasus di daerah paritas 2 – 4 sebanyak 135 (41,5%) dan
pegunungan. Dengan demikian besarnya 4,9% pada kelompok paritas > 4.
sampel penelitian adalah 325 penderita Usia Kehamilan
preeklamsia untuk daerah pantai dan Hasil penelitian kejadian
pegunungan. preeklamsia menurut usia kehamilan di
RSUD Gunung Jati pada kelompok 28 –
Hasil 32 minggu sebanyak 16 pasien (4,9%),

Umur usia kehamilan 33 – 37 minggu

Hasil penelitian kejadian sebanyak 301 (92,6%), dan usia

preeklamsia menurut umur pasien saat kehamilan >37 minggu sebanyak 8 orang

dirawat di RSUD Gunung Jati pada (2,5%). Sedangkan kejadian preeklamsia

kelompok umur 18 – 23 tahun sebanyak di RSKIA Bandung pada usia kehamilan

41 (12,6%), kelompok umur 24 – 29 28 – 32 minggu sebanyak 18 orang

tahun 80 (24,6%), kelompok umur 30 – (5,5%), usia kehamilan 33 – 37 minggu

35 tahun sebanyak 93 orang (28,6%), sebanyak 255 orang (78,5%) dan pada

dan kelompok umur >35 tahun sebanyak usia kehamilan > 37 minggu terjadi 52

111 (34,2%). Di RSKIA Bandung pada kasus preeklamsia (16%).

kelompok umur 18 – 23 tahun sebanyak Cara Persalinan

55 orang (16,9%), kelompok umur 24 – Hasil penelitian menurut cara

29 tahun 87 orang (26,8%), umur 30 – persalinan di RSUD Gunung Jati

35 tahun sebanyak 93 orang (28,6%) dan sebanyak 290 (89,2%) dengan cara

kelompok umur >35 tahun sebanyak 90 pervaginam dan sebanyak 35 (10,8%)

orang (27,7%). perabdominal. Sedangkan di RSKIA

Paritas Bandung sebanyak 259 dengan

Kejadian preeklamsia menurut persalinan pervaginam (79,7%) dan

paritas di RSUD Gunung Jati pada 20,3% dengan cara perabdominal.


65
Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

Komplikasi Usia kehamilan <20 tahun


Hasil penelitian menurut memiliki keadaan alat reproduksi yang
komplikasi di RSUD Gunung Jati IUFD belum siap untuk menerima kehamilan
7,7%, BBLR 13,5%, Dekompensasi sehingga meningkatkan terjadinya
kordis 0,9%, lain – lain 77,8% keracunan kehamilan berupa
sedangkan di RSKIA Kota Bandung preeklamsia. Sedangkan Usia kehamilan
1,5% solusio plasenta, IUFD 6,8%, >35 tahun berisiko untuk terjadinya
BBLR 22,8%, dekompensasi kordis preeklamsia karena pada usia ini terjadi
0,6% plasenta previa 1,2% dan lain – peningkatan kerusakan endotel vaskular
lain 32,9%. karena proses penuaan dan terjadinya
obstruksi pada lumen arteriolar oleh

Pembahasan aterosis.
Menurut penelitian yang dilakukan
Umur
Hinda (2016) bahwa ada pengaruh yang
Usia pasien sangat mempengaruhi
signifikan antara faktor usia dengan
terjadinya peningkatan kasus
resiko terjadinya preeklampsia, hal
preeklamsia. Usia 20–35 tahun
tersebut dimungkinkan sebagian
merupakan usia yang optimum bagi ibu–
besarumur ibu adalah usia reproduksi
ibu untuk melahirkan. Dalam berbagai
(20-35 tahun). Ibu berumur antara 20-29
penelitian kejadian preeklamsia memang
merupakan umur terendah penyumbang
terbanyak ditemukan pada usia 20 – 35
kematian ibu dan bayi, sementara ibu
tahun dan risiko meningkatnya kejadian
yang lebih muda atau lebih tua
preeklamsia pada ibu – ibu yang berusia
mempunyai resiko yang besar,
<20 tahun dan >35 tahun.
kehamilan ibu dengan umur 16 tahun
Hasil penelitian Novida juga
terjadi peningkatan resiko terjadi
didapatkan bahwa sebagian besar
preeklampsi, umur >35 berada pada
responden yang mengalami pre eklamsia
resiko tinggi dan >40 mempunyai resiko
dengan umur lebih dari 35 tahun, karena
sangat tinggi.
umur tersebut memiliki kecenderungan
Paritas
pada kejadian preeklamsia dibandingkan
Paritas 1–4 merupakan paritas
dengan responden dengan umur antara
yang paling aman ditinjau dari sudut
20 – 35 tahun.
kematian maternal dan neonatal.
Primigravida merupakan faktor risiko
66
Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

yang paling besar terhadap preeklamsia primigravida memiliki risiko 3 kali


dan eklamsia. Menurut Zuspan (1991) untuk terkena preeklamsia/eklamsia. Hal
sebanyak 85% preeklamsia terjadi pada ini didukung oleh penelitian Baktiyani
kehamilan pertama. Penelitian yang dkk (2005) di Rumah Sakit Saiful Anwar
dilakukan Hiett dkk (2001) menyatakan Malang bahwa pada tahun 1997 ibu
bahwa kejadian preeklamsia paling hamil primigravida dengan
banyak terjadi pada primigravida yaitu preeklamsia/eklamsia sebesar 3,6% dan
sebanyak 62%. meningkat pada tahun 1999 menjadi
Seorang primigravida sering 29% pada primigravida yang berumur
mengalami stress dalam menghadapi kurang dari 35 tahun dan lebih dari 19
kehamilan. Strees tersebut merupakan tahun. Artinya bahwa dari 100 kasus
akibat dari ibu tidak bisa beradaptasi preeklamsia 29 kasus terjadi pada
terhadap kehamilan yang dapat primigravida.
disebabkan oleh beberapa faktor antara Penelitian Hinda (2016)
lain gangguan body image akibat didapatkan ada pengaruh yang signifikan
perubahan bentuk tubuh selama antara paritas dengan kejadian
kehamilan, ibu belum siap menghadapi preeklamsia, ibu hamil paritas
kehamilannya, serta kurangnya primigravida dan grandemultigravida
informasi tentang proses kehamilan. mempunyai peluang 2.117 kali
Selain itu, emosi yang terjadi pada mengalami kejadian preeklampsia
primigravida menyebabkan peningkatan dibandingkan dengan ibu hamil
pelepasan corticotropic-releasing multigravida.
hormone (CHG) oleh hipotalamus, yang Preeklamsia eklamsia lebih sering
kemudian menyebabkan peningkatan terjadi pada nullipara diduga karena
kortisol. Efek kortisol yaitu adanya suatu mekanisme imunologik
mempersiapkan tubuh untuk berespons disamping endokrin dan genetik, pada
terhadap semua stressor dengan kehamilan pertama pembentukan
meningkatkan respons simpatis, blocking antibodies terhadap antigen
termasuk respons yang ditujukan untuk plasenta belum sempurna, yang makin
meningkatkan curah jantung dan sempurna pada kehamilan berikutnya.
mempertahankan tekanan darah. Dalam New England Journal of
Menurut Putri Dyah (2008) Medicine disebutkan persalinan kedua
menyatakan bahwa ibu hamil dan ketiga adalah persalinan yang aman,
67
Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

tercatat bahwa kehamilan pertama pemeliharaan janin dilakukan apabila


berisiko terjadi preeklampsia 3,9%; janin masih kurang bulan, tetapi jika
kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan kondisi maternal tidak memungkinkan
ketiga 1,8%. untuk dilakukan pemeliharaan janin,
Usia Kehamilan maka dilakukan terminasi demi
Barton dkk (1994) menangani 594 kesejahteraan ibu dan neonatus.
wanita yang mengalami hipertensi Secara fisiologi kehamilan normal,
ringan. Usia kehamilan para wanita arteria spiralis yang terdapat pada
tersebut antara 24 sampai dengan 36 desidua mengalami pergantian sel
minggu dan seperempatnya mengalami dengan trofoblas endovaskuler yang
proteinuria. Preeklamsia pada hipertensi akan menjamin tetap terbukanya lumen
kronik biasanya muncul pada usia untuk memberikan aliran darah tetap,
kehamilan dini dibandingkan pada nutrisi cukup dan O2 seimbang. Proses
preeklamsia murni. pergantian sel ini seharusnya pada
Penelitian yang dilakukan trimester pertama, yaitu minggu ke-16
Lestariningsih (2018) bahwa usia dengan perkiraan pembentukan plasenta
kehamilan >37 minggu berpengaruh telah berakhir. Invasi endovaskuler
signifikan terhadap risiko preeklamsi- trofoblas terus berlangsung pada
eklamsi pada kehamilan. Makin tua trimester kedua dan masuk ke dalam
umur kehamilan, makin tinggi frekuensi arteria miometrium. Hal ini
terjadinya preeklampsi-eklamsi. menyebabkan pelebaran dan tetap
Penelitian oleh Kishwara di terbukanya arteri sehingga kelangsungan
Bangladesh tahun 2005-2006 aliran darah, nutrisi dan O2 tetap
menunjukkan bahwa rerata usia gestasi terjamin. Hal tersebut dibutuhkan janin
pada pasien preeklamsia adalah 36,9 ± dalam rahim. Invasi trimester kedua
1,03 dan rerata usia gestasi pada pasien pada preeklampsi-eklampsi tidak terjadi
hamil normal adalah 38,27 ± 1,26 sehingga terjadi hambatan pada saat
minggu.13 Preeklamsia-eklamsia memerlukan tambahan aliran darah
meningkatkan risiko terjadinya untuk memberikan nutrisi dan O2 dan
prematuritas pada neonatus. Prematuritas menimbulkan situasi ”iskemia region
pada neonatus yang terjadi berhubungan uteroplasenter” pada sekitar minggu ke-
dengan tingkat keparahan preeklamsia 20. keadaan ini dapat menerangkan
pada maternal. Upaya untuk
68
Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

bahwa preeklampsi–eklampsi baru akan aterm tapi jika umur kehamilan >37
terjadi mulai minggu ke-20 kehamilan. minggu persalinan ditunggu sampai
Cara Persalinan timbul onset persalinan atau
Kala II harus dipersingkat dalam dipertimbangkan untuk melakukan
24 jam dengan ekstraksi vakum atau induksi persalinan pada taksiran tanggal
forceps, jadi ibu dilarang mengedan persalinan dan tidak menutup
(dilakukan oleh dokter ahli kandungan), kemungkinan dapat dilakukan persalinan
jangan berikan methergin postpartum, secara spontan.
kecuali bila terjadi perdarahan yang Komplikasi
disebabkan atonia uteri; pemberian Penelitian yang dilakukan Kun Ika
MgSO4 kalu tidak ada kontraindikasi, menyatakan bahwa ada hubungan antara
kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr pre eklampsia dengan bayi berat lahir
setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum. rendah (BBLR) yang dilaksanakan di
Pengelolaan persalinan pada kasus RSUD Gambiran Kota Kediri.
preeklamsia berat diupayakan persalinan Komplikasi pada kasus–kasus
dalam 24 jam. Bedah sesar dilakukan preeklamsia dimungkinkan karena
bila tidak ada koagulopati dan tersedia pemakaian obat anti hipertensi sebagai
anestesi umum. Jika tidak tersedia upaya memperlama kehamilan. Sibai
anastesi umum, janin mati atau BBLR dkk (1987) menyatakan bayi dengan
lakukan persalinan pervaginam. hambatan pertumbuhan dua kali lebih
Sedangkan jika terjadi pematangan sering dijumpai pada wanita yang
serviks baik lakukan induksi persalinan. mendapatkan labetolol dibandingkan
Resiko persalinan pada ibu dengan dengan yang hanya rawat inap.
preeklampsia berat sangatlah tinggi Pasien preeklamsia-eklamsia
karena dapat mengancam keselamatan ternyata ditemukan bahwa rerata
ibu dan janin, bahkan dapat menjadi diameter arteriol spiralis miometrium
eklampsia, maka perlu dilakukan upaya lebih kecil dibandingkan dengan wanita
yang optimal untuk menurunkan hamil normal. Brosens dkk melaporkan
kejadian tersebut yaitu mengakhiri dari 50 wanita hamil normal, rerata
kehamilan dengan persalinan tindakan diameter arteriol spiralis miometrium
Pada umur kehamilan <37 minggu adalah 500 µm dan pada 36 wanita
bila tanda dan gejala tidak memburuk, dengan eklamsia, rerata diameter arteriol
kehamilan dapat dipertahankan sampai spiralis miometrium adalah 300 µm. Hal
69
Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

ini menyebabkan nutrisi dan oksigenasi berupa glukosa, oksigen, asam amino,
neonatus menjadi berkurang sehingga dan faktor pertumbuhan untuk janin
menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang berakibat pada berkurangnya
pada neonatus, spasme arteriola spiralis pertumbuhan janin yang meliputi
desidua yang menyebabkan menurunnya jaringan subkutan, rangka aksial, dan
aliran darah ke plasenta yang akan organ vital.
mengakibatkan hipoksia pada plasenta
yang kemudian akan membebaskan zat- Kesimpulan Saran
zat toksik dan radikal bebas yang akan
Kejadian preeklamsia lebih banyak
merangsang terjadinya kerusakan sel
terjadi di daerah pantai (RSUD Gunung
endotel pembuluh darah dan
Jati Cirebon). Dari segi umur, insiden
menyebabkan stres oksidatif. Perfusi
preeklamsia paling banyak terjadi pada
yang menurun akan mengakibatkan
usia > 35 tahun, pada paritas 0 – 1
nutrisi ke janin terhambat, hal inilah
(primigravida), dengan usia kehamilan
yang menyebabkan terjadinya mortalitas
yang paling banyak mengalami
dan morbiditas pada neonatus.
preeklamsia 33 – 37 minggu. Cara
Bayi Berat Lahir Rendah salah
persalinan yang paling sering dilakukan
satunya dapat disebabkan oleh gangguan
perabdominal pada pasien preeklamsia
pertumbuhan janin di dalam uterus yang
di daerah pantai dengan komplikasi
dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Pada
paling sering terjadi adalah Berat Badan
preeklamsia atau eklamsia terjadi
Lahir Rendah (BBLR).
abnormalitas plasenta yang berakhir
Sedangkan di daerah pegunungan
pada vasospasme dan cedera endotelial.
(RSKIA Kota Bandung) kejadian
Kegagalan invasi trofoblas gelombang
preeklamsia lebih banyak terjadi pada
kedua pada arteri spiralis menyebabkan
usia 30 – 35 tahun, pada paritas > 4, di
kegagalan remodelling arteri spiralis
usia kehamilan > 37 minggu.
yang mengakibatkan aliran darah
Komplikasi yang paling banyak terjadi
uteroplasenta menurun. Hal tersebut
adalah BBLR. Diperlukan penelitian
dapat menyebabkan terjadinya hipoksia
lebih lanjut mengenai kejadian
dan iskemia plasenta dan sering berakhir
preeklamsia serta fakta – fakta yang
pada pertumbuhan janin terhambat.
berhubungan baik di daerah pantai
Gangguan aliran darah uteroplasenta
maupun pegunungan dengan populasi
menyebabkan penurunan suplai nutrien
70
Susanti, Perbandingan Kejadian Pre Eklamsia Di Rumah Sakit Daerah Pantai Dan
Pegunungan Di Jawa Barat

dan subjek studi yang lebih besar Budiarto, E. (2004). Biostatistik untuk
sehingga dapat dianalisis secara statistik. Kedokteran dan Kesehatan
Ucapan Terima Kasih Masyarakat. Jakarta : EGC

1. Prof. dr. Hidayat Widjajanegara, Foster G M, Anderson B, G. (2006).

SpOG(K) Antropologi Kesehatan. Jakarta :

2. dr. Ruswana Anwar, SpOG(K) Universitas Indonesia Press.


Saunders W, B. (2001). High Risk
Pregnancy. Hart Court Publishers.
Referensi
Riris, P. (2012). Gambaran Luaran Hasil
Wiludjeng, R (2005). Gambaran
Persalinan Pada Pasien
penyebab kematian maternal di
Preeklamsia – Eklamsia Di RSUD
Rumah Sakit (RSUD pesisir
dr. Soedarso.Pontianak. FK
selatan, RSUD Padang Pariaman,
Universitas Tanjung Pura.
RSUD Sikka, RSUD Larantuka
Diperoleh dari
dan RSUD Serang). Puslitbang
http//:media.neliti.com
sistem dan kebijakan kesehatan
Depkes RI. Diperoleh dari
http://www.portalkalbe.com
Cunningham F, G. (2006). Obstetri
William. Jakarta : EGC.
Sukandarrumidi. (2006). Geologi Medis.
Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Handayani PT, Mose JC. (2002).
Pengaruh Faktor Umur, Paritas,
dan Umur Kehamilan Terhadap
Kejadian Preeklamsia Berat dan
Eklamsia serta Hubungannya
Terhadap Outcome Ibu dan Bayi
Periode Januari 2001 – Desember
2002. Bandung : Bagian Obstetri
dan Gynekologi FKUP RSHS
Bandung.

71

Anda mungkin juga menyukai