Anda di halaman 1dari 8

Alergi Makanan pada Anak

www.pediatrik.com

Alergi makanan merupakan suatu reaksi klinis yang tidak diinginkan terhadap makanan
secara imunologis. Berbagai jenis manifestasi klinik reaksi hipersensitivitas tipe I menurut
Gell dan Coomb diantaranya adalah disebabkan reaksi alergi terhadap makanan.

Alergi makanan merupakan salah satu masalah alergi yang penting pada anak karena
makanan merupakan suatu zat yang mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak. Bila
anak mempunyai alergi terhadap bahan makanan utama yang sangat diperlukan pada proses
tumbuh kembangnya, maka keadaan ini akan merugikan tumbuh kembangnya di kemudian
hari

Sekitar 20% anak usia 1 tahun pertama pernah mengalami reaksi terhadap makanan yang
diberikan (adverse reactions), termasuk yang disebabkan oleh reaksi alergi. Sebetulnya semua
makanan dapat menimbulkan reaksi alergi, akan tetapi antara satu makanan dengan makanan
lain, mempunyai derajat alergenitas yang berbeda.

Saat ini dikembangkan cara moderen dalam mengatasi penyakit alergi yaitu dengan cara
pendekatan nutrisi yang dapat mencegah atau menekan reaksi inflamasi. Seperti misalnya,
pemberian fraksi peptida dari protein spesifik yang ditoleransi usus, serta pengunaan
komponen spesifik makanan sehari-hari seperti asam lemak dan antioksidan.

Probiotik merupakan contoh komponen imunomodulator yang diberikan pada pasien alergi.

Angka Kejadian

Angka kejadian alergi makanan ini, banyak diteliti dan dilaporkan dengan hasil yang
bervariasi. Departemen Pertanian Amerika Serikat melaporkan sekitar 15% populasi
mempunyai alergi terhadap makanan atau ingredient makanan tertentu. Di Poliklinik Alergi
Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, dari hasil uji kulit terhadap 69
penderita asma alergik didapatkan 45.31% positif terhadap kepiting, 37.53% terhadap udang
kecil, dan 26.56% terhadap cokelat sedangkan dari seluruh penderita alergi anak sekitar 2.4%
adalah alergi terhadap susu sapi.

Prevalensi alergi makanan dalam dekade terakhir ini tampaknya meningkat. Spektrum alergi
makanan dalam dekade terakhir relatif tidak berubah. Susu sapi, telur, kacang tanah, kedelai,
gandum, kacang polong, ikan dan kerang masih merupakan alergen utama pada masa anak.

Definisi

Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan melalui mekanisme alergi yang
murni (reaksi hipersensitivitas tipe I). Akan tetapi banyak pasien maupun dokter
menggunakan istilah "Alergi Makanan" untuk semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap
makanan, baik yang imunologik maupun non imunologik. Karena itu oleh The American
Academy of Allergy and Immunology dan The National Institute of Allergy and Infections
Disease dibuat batasan yaitu:

1. Adverse food reactions

Suatu istilah umum untuk suatu reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan.
Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap food allergy (hipersensitivitas) atau
food intolerance (Intoleransi makanan).

2. Food Allergy

Istilah untuk suatu hasil reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini
melalui reaksi hipersensitifitas tipe I (Gell & Coombs) yang diperani oleh IgE.

3. Food intolerance

Istilah umum untuk semua respons fisiologis yang abnormal terhadap makanan/aditif
makanan yang ditelan. Reaksi ini merupakan reaksi non imunologik dan merupakan sebagian
besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini mungkin
disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan seperti kontaminasi toksik (misalnya,
histamin pada keracunan ikan, toksin yang disekresi oleh salmonella, shigela, dan
campylobacter), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan (misalnya, kafein pada
kopi, tiramin pada keju) atau karena kelainan pada pejamu sendiri, seperti gangguan
metabolisme (misalnya, defisiensi laktase) maupun suatu respons idiosinkrasi pada pejamu.

Mekanisme pertahanan saluran cerna dalam reaksi alergi

Fungsi utama saluran cerna ialah memproses makanan yang dicerna menjadi bentuk yang
dapat di serap dan digunakan untuk energi dan pertumbuhan sel. Selama proses ini,
mekanisme imunologik dan non imunologik berperan dalam pencegahan masuknya antigen
asing (bakteri, virus, parasit, protein makanan) kedalam tubuh melalui saluran gastro
intestinal.

1. Mekanisme Imunologik

Pencegahan penetrasi antigen yang ditelan :

 IgA sekretorik spesifik dalam lumen usus


Eliminasi antigen yang lolos masuk kedalam tubuh melalui saluran gastro intestinal
 IgA dan IgG spesifik serum

 Sistim retikulo endotelial


2. Mekanisme non Imunologik/fisiologik

Pemecahan antigen yang ditelan

 Asam lambung dan pepsin


 Enzim intestinal

 Aktifitas lisosom sel epitel usus

Pencegahan penetrasi antigen yang ditelan :

 Lapisan mukus intestinal


 Komposisi membran mikrovilus intestinal

 Peristaltik usus

Imaturitas mekanisme pertahanan saluran cerna dapat menerangkan mengapa alergi makanan
mudah terjadi pada pemberian makanan dengan alergenitas yang tinggi pada bayi usia dini.

Beberapa jenis makanan yang dapat menimbulkan alergi makanan pada anak

Beberapa jenis makanan yang dapat menimbulkan alergi pada anak dapat digolongkan
menurut kekerapannya sebagai berikut:

1. Golongan makanan yang paling sering menimbulkan alergi.

Makanan yang termasuk golongan ini antara lain susu sapi/kambing, telur, kacang-kacangan,
ikan laut, kedelai serta gandum.

Protein susu sapi merupakan protein asing yang pertama kali dikenal oleh bayi. Susu sapi
mengandung sedikitnya 20 komponen protein yang dapat merangsang pembentukan antibodi
pada manusia. Fraksi protein susu sapi terdiri dari protein casein dan whey. Beberapa protein
whey dapat di denaturasi dengan pemanasan yang ekstensif. Akan tetapi pada tindakan
pasteurisasi rutin, tidak cukup untuk menimbulkan denaturasi protein ini dan bahkan dapat
sifat alergenitas beberapa jenis protein susu sapi seperti beta lacto globulin. Gejala awal yang
timbul biasanya gejala pada saluran cerna seperti diare dan muntah. Protein susu sapi dapat
menimbulkan alergi baik dalam bentuk susu murni atau bentuk lain seperti es krim, keju dan
kue . Anak yang mempunya alergi terhadap susu sapi tidak selalu alergi terhadap daging sapi
atau bulu sapi.

Telur ayam juga merupakan alergen yang penting pada anak terutama anak yang menderita
dermatitis atopik. Kuning telur dianggap kurang alergenik dari pada putih telur. Putih telur
mengandung sekitar 23 glikoprotein dan yang merupakan alergen utama adalah ovalbumin,
ovomucoid, dan ovotransferrin. Anak yang mempunyai alergi terhadap telur ini belum tentu
mempunyai alergi terhadap daging ayam maupun bulu ayam, akan tetapi dapat timbul reaksi
alergi bila diberikan vaksin yang ditanam pada kuning telur seperti misalnya vaksin campak.
Antibodi IgE spesifik terhadap putih telur ayam dibuktikan juga mempunyai reaksi silang
dengan protein telur jenis unggas yang lain.
Kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang mede dan sejenisnya dapat menyebabkan
reaksi akan tetapi biasanya bersifat ringan.

Gejalanya biasanya berupa gatal gatal ditenggorokan. Walaupun demikian, di Amerika


Serikat alergi terhadap kacang dilaporkan sebagai penyebab kematian tersering karena reaksi
anafilaksis. Protein kacang kacangan terdiri dari albumin (yang larut dalam air) dan globulin
(yang tidak larut dalam air) yang terdiri dari fraksi arachin dan conarachin.

Ikan merupakan alergen yang kuat terutama ikan laut. Bentuk reaksi alergi yang sering
berupa urtikaria, atau asma. Pada anak yang sangat sensitif, dengan hanya mencium bau ikan
yang sedang dimasak dapat juga menimbulkan sesak nafas atau bersin. Jenis hidangan laut
lain (sea food) yang sering menimbulkan alergi adalah udang kecil, udang besar (lobster)
serta kepiting, gejala yang sering timbul adalah urtikaria serta angioedema. Alergi terhadap
ikan laut. Dengan proses pemasakan (pemanasan) sebagian besar dapat menghancurkan
alergen utama yang ada dalam hidangan laut ini.

Kacang kedele dilaporkan banyak menimbulkan reaksi hipersensitivitas pada bayi dan anak,
walaupun belum banyak ditemukan di Indonesia. Karena harganya murah, kacang kedele ini
banyak dikonsumsi. Kurang lebih 10% protein yang terkandung adalah albumin yang larut
dalam air, dan sisanya adalah globulin yang larut dalam garam. Sifat alergenitas kacang
kedele akan berkurang pada pemanasan. Kacang kedele ini banyak digunakan sebagai bahan
pengganti susu sapi pada penderita alergi susu sapi.

Gandum biasanya dapat menimbulkan reaksi alergi dalam bentuk tepung bila dihirup (baker΄s
asthma). Bila dimakan, tidak selalu menimbulkan alergi karena gandum dicernakan oleh
enzim pencernaan di lambung.

2. Golongan Makanan Yang Relatif Jarang Menimbulkan Alergi.

Makanan yang termasuk golongan ini antara lain daging ayam, daging babi, daging sapi,
kentang, coklat, jagung (nasi), jeruk serta bahan bahan aditif makanan. Reaksi terhadap buah
buahan seperti jeruk, tomat, apel relatif sering dilaporkan, tetapi sebagian besar melalui
timbul pada usia 15 bulan, dengan gejala yang berlangsung agak lama. Gejala alergi terhadap
buah buahan ini umumnya berupa gatal gatal di mulut. Jeruk sering dapat menyebabkan gatal
serta kemerahan pada kulit bayi.

Sifat alergenitas buah dan sayur dapat berkurang bila disimpan dalam freezer selama 2
minggu atau dimasak selama 2 menit.
Sampai sekarang belum ada data yang menunjukkan bahwa reaksi terhadap buah buahan ini
murni karena alergi yang diperani oleh IgE.

3. Bahan aditif pada makanan


Selain golongan makanan yang telah disebutkan di atas, beberapa jenis bahan yang
ditambahkan pada makanan juga dapat menimbulkan reaksi alergi sehingga sering salah duga
dengan bahan makanan aslinya sebagai penyebab alergi. Bahan aditif dapat berupa bahan
alami seperti bumbu atau dapat juga berupa bahan sintetis misalnya bahan pengawet,
pewarna serta penyedap makanan misalnya vetsin. Biasanya bahan aditif alami lebih aman
dibandingkan dengan bahan sintetis. Menurut fungsinya, bahan aditif ini dapat dibagi
beberapa kelompok yaitu bahan pewarna, bahan pengawet, bahan penambah rasa serta bahan
emulsi dan stabilisator makanan. Bahan pewarna yang sering menimbulkan reaksi alergi
adalah tartrazine, bahan pengawet asam benzoat sedangkan bahan penambah rasa yang sering
menimbulkan reaksi alergi adalah monosodium glutamat yang terkenal dengan gejala
Chinese Restaurant syndrome.

Gejala klinis

Sebagian besar gejala alergi makanan mengenai saluran cerna karena saluran cerna
merupakan organ yang pertama kali kontak dengan makanan. Gejala dapat berupa bengkak
dan gatal di bibir sampai lidah serta orofarings. Kontak selanjutnya antara makanan/alergen
dengan esofagus, lambung serta usus dapat menyebabkan gejala nyeri dan kejang perut, serta
muntah sampai diare berat dengan tinja berdarah.
Alergen makanan dapat melewati seluran cerna masuk ke dalam sirkulasi, selanjutnya dapat
mencetuskan reaksi pada sistim organ yang lain. Manifestasi kulit seperti urtikaria akut dan
angioedema sering terlihat pada alergi makanan. Hipersensitif terhadap makanan ini
diperkirakan merupakan penyebab sekitar sepertiga penderita dermatitis atopik.

Asma dan rinitis juga dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap makanan, terutama pada
masa bayi dan anak usia muda.

Reaksi anafilaksis sistemik terhadap makanan yang umumnya melalui reaksi hipersensitifitas
tipe 1 kadang kadang dapat membahayakan jiwa. Biasanya gejala timbul satu jam setelah
makan alergen, dimulai dengan gejala flushing, urtikaria dan angioedema kemudian
dilanjutkan dengan gejala nyeri perut, diare, bronkospasm, hipotensi dan syok.

Diagnosis

Seperti juga pada sebagian besar penyakit lain, diagnosis alergi makanan dimulai dengan
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang teliti kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
laboratorium seperti yang tertera di bawah ini.

Riwayat penyakit
Catatan harian diet
Uji eliminasi dan provokasi
Uji kulit
IgE spesifik dengan RAST (Radio Allergy Sorbent Test)
Basofil Histamin Release Assay (BHR)
Intestinal Mast Cell Histamine Release (IMCHR)
Provokasi intra gastral melalui endoskopi
Double Blind-Blood Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFE)
Biopsi usus setelah eliminasi alergen dan pemberian makanan

Yang paling sering dikerjakan adalah pemeriksaan no. 1 sampai 5.


Uji eliminasi dan provokasi dilakukan terhadap makanan tersangka yang didapat dari
anamnesis, catatan harian diet penderita, uji kulit serta pemeriksaan IgE spesifik dengan
RAST positif pemeriksaan ini ialah:

Seperti uji kulit , penderita harus bebas obat anti alergi/anti histamin minimal 3 hari

Semua makanan tersangka dihindari selama 2 minggu.

Dilakukan pencatatan pasien apakah gejala menghilang atau berkurang.

Bila gejala menghilang atau berkurang dilanjutkan dengan memberikan makanan tersangka
satu persatu dengan jumlah paling sedikit 7 hari atau 2 jenis makanan yang berbeda dan
dicatat gejala yang timbul.

Beberapa keadaan dapat menyulitkan diagnosis alergi makanan, misalnya adanya reaktivitas
silang antara satu makanan dengan makanan yang lain. Walaupun tiap jenis makanan
mempunyai protein yang berbeda, kadang kadang mempunyai epitop yang sama sehingga
timbul reaktivitas silang, misalnya kacang tanah dengan kacang kedele.

Kadang kadang timbulnya reaksi alergi bukan terhadap bahan makanan yang bersangkutan,
akan tetapi reaksi terhadap zat aditif atau zat lain yang terkandung dalam makanan tersebut.
Misalnya seorang anak yang timbul gejala alergi setelah minum susu sapi, setelah diteliti
ternyata susu tersebut mengandung penisilin (trace) yang diberikan pada sapi yang
bersangkutan. Bila diagnosis alergi makanan ini meragukan, uji provokasi makanan dapat
diulang.

Pengobatan dan pencegahan alergi makanan

Pengobatan yang paling penting pada alergi makanan ialah eliminasi terhadap makanan yang
bersifat alergen. Terapi eliminasi ini seperti umumnya pengobatan lain mempunyai efek
samping. Eliminasi yang ketat pada sejumlah besar jenis makanan, dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan malnutrisi atau kesulitan makan pada anak.

Umumnya alergi makanan akan menghilang dalam jangka waktu tertentu kecuali alergi
terhadap kacang tanah dan sejenisnya serta hidangan laut. Dilaporkan bahwa anak yang
menderita alergi makanan akan mengalami perbaikan dengan kehilangan reaktivitas terhadap
makanan sekitar 25%, sedangkan pada usia dewasa akan mengalami perbaikan dengan
kehilangan reaktivitas terhadap makanan selamanya. Dengan terapi diet yang ketat terhadap
makanan alergen dalam beberapa tahun, alergi makanan dapat saja menghilang, akan tetapi
bukan tidak mungkin akan timbul masalah malnutrisi atau gangguan makan yang lain. Oleh
karena itu di upayakan untuk memberi makanan pengganti yang tepat.

Beberapa terhadap makanan seperti antihistamin, H1 dan H2, ketotifen, kortikosteroid serta
inhibitor sistetase prostaglandin. Secara keseluruhan, pemberian obat obat ini dapat
mengendalikan gejala, akan tetapi umumnya mempunyai efisiensi yang rendah. Penggunaan
natrium kromoglikat peroral banyak diteliti, tetapi hasilnya masih bertentangan. Pemberian
imunoterapi pada alergi makanan belum jelas hasilnya. Sampai sekarang belum ada studi
yang memadai untuk membuktikan hasil imunoterapi pada alergi makanan.

Secara umum, ada 3 tahap pencegahan terjadinya penyakit alergi yaitu pencegahan primer
(sebelum terjadi sensitisasi), pencegahan sekunder (sudah terjadi sensitisasi tetapi belum
terjadi penyakit alergi) serta pencegahan tersier (sudah terjadi penyakit alergi misalnya
dermatitis, tetapi belum terjadi penyakit alergi lain misalnya asma). Pencegahan primer
dilakukan dengan diet penghindaran makanan hiperalergenik sejak trimester kehamilan.
Sayangnya pada pencegahan primer ini belum ada cara yang tepat untuk menilai
keberhasilannya. Pencegahan sekunder dilakukan dengan penentuan dan penghindaran jenis
makanan yang menyebabkan penyakit alergi. Pencegahan tersier biasanya ditambah dengan
penggunaan obat seperti misalnya pemberian setirizin pada dermatitis atopik untuk mencegah
terjadinya asma di kemudian hari.

Pemberian ASI ekslusif dilaporkan, dapat mencegah penyakit atopik serta alergi makanan.
Akan tetapi para ahli alergi masih memperdebatkan efektifitasnya. Walaupun demikian
sebagian besar peneliti berpendapat bahwa dengan melakukan penghindaran makanan alergen
pada ibu hamil dan menyusui serta pada bayi usia dini dengan resiko tinggi terjadinya
penyakit atopik, ternyata dapat bermanfaat mencegah terjadinya alergi makanan/penyakit
atopik dikemudian hari. Pendekatan moderen secara nutrisi misalnya dengan pemberian
fraksi peptida dari protein spesifik yang ditoleransi usus misalnya pemberian formula susu
hipoalergenik atau penggunaan komponen spesifik makanan sehari-hari seperti asam lemak
dan antioksidan untuk mencegah terjadinya sensitisasi pada anak yang mempunyai risiko
alergi. Pemberian probiotik dapat diberikan sebagai imunomodulator untuk merangsang sel
limfosit Th1 pada anak yang mempunyai bakat alergi.

Kesimpulan

Alergi makanan merupakan penyebab tersering penyakit alergi pada anak usia dini. Alergi
makanan mempunyai aspek yang penting pada tumbuh kembang anak terutama dalam
penatalaksanaan diet penghindaran makanan alergen yang mungkin diperlukan untuk tumbuh
kembangnya. Pada dasarnya semua makanan mempunyai potensi untuk menimbulkan alergi
tetapi mempunyai derajat alergenitas yang berbeda. Umumnya sebagian besar penderita
alergi makanan akan kehilangan reaktivitas terhadap beberapa jenis makanan sejalan
bertambahnya usia. Berbagai cara diusahakan untuk mencegah serta mengobatai alergi
makanan, diantaranya adalah dengan penghindaran makanan hiperalergenik sejak trimester
kehamilan, pendekatan nutrisi misalnya dengan pemberian fraksi peptida yang dapat
ditoleransi usus atau dengan pemberian probiotik untuk mencegah atau menekan reaksi
inflamasi.

Anda mungkin juga menyukai