Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH AGAMA ASLI NUSANTARA

DISUSUN OLEH :

Nurotun Afifah

Yogi Aryo Dwiyanto

M Andi S

Fasda Qun Aqidah

Suci Rohmah Ayu

SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 3

2. Rumusan Masalah 4

3. Tujuan Penulisan 4

4. Manfaat Penulisan Makalah 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Asal-usul Penduduk Nusantara 5
B. Perkembangan Agama Asli Nusantara 6
C. Mitologi Alam dan keilahian Tuhan 7
D. Paham Deisme 8
E. Animisme dan Manisme 8
F. Paham Sinkretisme 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
C. Daftar pustaka 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Sebelum mengenal Agama-agama yang kini sudah mendarah daging di


Nusantara, setiap wilayah mempunyai agama asli. Dengan istilah agama Asli
dimaksudkan kerohanian khas dari satuan bangsa atau dari suku bangsa, sejauh itu
berasal dan dikembangkan di tengah-tengah bangsa itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh
kerohanian bangsa lain atau menirunya. Kerohanian itu timbul dan tumbuh secara
spontan bersama(suku) bangsa itu sendiri. Dia murni dan tidak bercampur tangan
kerohanian agama lain dan pada hakikatnya hanya terdapat pada masyarakat yang
tertutup terhadap pergaulan anatar(suku) bangsa. Karenya agama yang mewadahi
kerohanian semacam itu juga disebut agama etnis, agama suku, agama pleriterate,
agama sederhana.1

Kerohanian asli tersebut biasanya tidak diketahui secara reflektif tidak pula
dinyatakan dalam ajaran sistematis. Kerohanian itu dihayati dalam sikap batin terhadap
Zat Tertinggi yang diberi nama apa saja yang sifat hakikatnya mengatasi manusia. Dan
dingkapkan dalam kepercayaan, kesusilaan, adat, nilai, upacara serta perayaan aneka
warna. Melalui ungkapan lahir itu pokok batin dapat disadari , dapat ditentukan, dan
diperinci lebih lanjut.2

Manusia menurut kodratnya menyadari bahwa ia lemah dan terbatas . ia


mengalami juga , bahwa jiwanya terarah kepada alam lain yang mengatasi kelemahan
dan keterbatasanya. Alam rohani itu dipikirkan olehnya sebagai wujud cita-citanya,

1
. Rahmat Subagyo. Agama Asli Indonesia. (Jakarta: Gotong Royong Sinar Harapan, 1981). Hlm 1.
2
. Ibid., Hlm 2.

3
sebagai sesuatu yang utuh, sempurna dan membahagiakan manusia memikirkan alam
rohani menurut pengalamannya terhadap alam jasmani. Perangai, keyakinan dan kaidah
nilai suatu bangsa dipengaruhi dan dibentuk dalam kondisi dan situasi tempat. Agama
asli menjiwai hasyrat seseorang serta hasyrat sosial dan budaya yang berkembang dalam
masyarakat tertentu dan menuju kepada kesempurnaan sifat-sifat dan nilai setempat.3

2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, akan diurauikan beberapa Rumusan Masalah :
a. Dari mana asal-usul penduduk di Nusantara ?
b. Bagaimana perkembangan agama Asli di Nusantara ?

3. TUJUAN PENULISAN
a. Memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Agama-agama
b. Mengetahui Asal-usul penduduk Nusantara
c. Mengetahui pengaruh tempat terhadap adanya agama
d. Memahami perkembangan agama Asli di Nusantara

4. Manfaat Penulisan Makalah


a. Mengetahui sejarah agama asli di Nusantara
b. Menambah wawasan keagamaan kita

3
Ibid., hlm 4.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Asal-usul Penduduk Nusantara


Dalam kajian antropologi ragawi, bangsa Nusantara memiliki Sejarah yang sangat
panjang. Penghuni bumi Nusantara saat ini adalah percampuran dari ras proto Melayu
dan Deutro Melayu disamping ras Melanisai.
Ras Melanesia lebih dulu tinggal di Nusantara. Ras Melanesia yang tersebar
dalam berbagai varian suku-suku, sejak 70,000 tahun SM sudah menghuni Papua,
Nugini, Australia, dan pulau-pulau di Pasifik seperti Bismarck, Solomon, New
Caledonia, dan Fiji. Pada masa lampau, nenek moyang suku Melanesia menghuni Pulau
Jawa, yakni Ras Proto Melanesia yang disebut Homo Wajakensis. Akibat mengalami
pembaruan dengan pendatang-pendatang baruyang terus mendesak wilayah hunian
keturunan Ras purba ini, sebagian mengugsi ke arah Timur dan sebagian yang lain
membaur dengan ras pendatang baru hingga identitas Melanesia mereka hilang.
Sementara itu, mereka yang mengungsi ke Timur dan belum sempat Papua, terkejar east
drift ras Austronesia(Melayu), dan dicampur kawini. Keturunan mereka yang berdarah
campuran Melanesia-Austronesia (Melayu) inilah yang menghuni pulau-pulau di Nusa
Tenggara Timur, Timur Leste dan Maluku. Kepulauan Nusantara secara umum dihuni
oleh populasi dua ras utama: ras Austronesia dan ras Melanesia. Namun dalam
perkembangannya ras Astraloid yang juga disebut Mongoloid Selatan berkembang lebih
cepat dengan penyebaran lebih luas dibanding ras Melanesia.
Terjadinya perkawinan antara ras Australo atau Mongoloid Selatan dengan ras
Melanesia yang melahirkan ras baru Australo-Melanesia. Ras Australo-Melanesia di
kawasan Asia Tenggara kemudian sering disebut Proto Melayu. Ras Proto Melayu
semula adalah orang-orang pegunungan yang suka mengasingkan diri dan cenderung
menolak hubungan dengan dunia luar. Namun, akibat serbuan orang-orang Mongoloid
Utara dan kemudian Suku Shan, orang-orang Proto Melayu ini terdesak sampai ke Pantai

5
. karena tidak terbiasa hidup di pantai, kemudian melakukan migrasi dengan menyebrangi
laut mencari hunian baru.4
Persebaran suku-suku dan ras tersebut mempengaruhi kebudayaan serta adat pada
suatu tempat, sehingga dimungkinkan akan terjadi berbagai bentukkeyakinan sesuai yang
biasa dilakukan dimasyarakat setempat.

2. Perkembangan Agama Asli Nusantara

Dalam berbagai penggalian ilmiah terkait etnis Penghuni Nusantara, diketahui


semenjak Kala Pleistosen Akhir Penghuni Kuno Kepulauan Nusantara sudah mengenal
peradaban yang berkaitan dengan agama. Dari berbagai jenis hasil budaya batu perba
seperti Menhir5, Dolmen6, Yupa7, Sarcopagus8, dan Punden Berundak9 diketahui sejak
era Paleolithikum yang berlanjut pada era Messolithikum, Neilithikum, dan
Megalithikum penghuni Kuno Nusantara sudah mengenal berbagai ritual pemujaan.

Pada setiap tempat, nama pemujaan sekaligus jenis benda pemujaan selalu
berbeda. Misalnya di Sumatera orang Batak memakai nama Ompu Mula Jadi Na Bolon,
Debata, dan Mahatala. Di Nias ada nama Lowangi. Di pulau Jawa, nama Ketuhanan yang
paling asli adalah Hyang. Nama itu digabungkan dengan karya Tuhan sebagai Pencipta:
Hyang Murbeng Dumadi, Hyang Wenang datan winenang, Hyang Widdi, Hyang
Suksma, Sang Purwa(Madya) Wisesa, Ingkang Paring Gesang, Sang Among Tuwuh,
Sang Murbeng Jagad, Sangkan paraning dumadi, sing Nitahake, Ingkang Samarabumi,
Sang Jagadnata, Hyang Guru Jagad, Sang Murbeng Rat dan lain-lain.

Di Bali dikenal nama Sang Hyang Tunggal, tetapi hanya untuk menyebut salah
satu dari banyak dewa. Di samping nama-nama untuk Tiga Kayangan dan Sahyang
Trilokacasana juga dipakai: Bhatara Paduka Sang Hyang Widhi Wasesa dan Ida
Sanghyang Widhi Wasa.

4
Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo. (Jawa Barat : Pustaka Iiman dan Lesmana PBNU). Hlm. 10.
5
Menhir:adalah sebuah tugu batu yang tegak sebagai tempat pemujaan terhadap arwah leluhur.
6
Dolmen: adalah meja batu tempat meletakan sesaji yang akan dipersembahkan kepada arwah nenek moyang.
7
Yupa:
8
Sarcopagus: adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat(batu tunggal)
9
Punden Berundak: adalah sebuah bangunan/tempat suci sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang
yang dibuat dalam bentuk bertingkat-tingkat atau berundak-undak.

6
Di Kalimantan di antara suku-suku Dayak, disamping nama-nama Tuhan yang
jelas berasal dari luar seperti Sangiang, Bathara, Pohatara,Iswara, Mahatala dan Alatala,
terdapat nama asli juga. Misalnya, Raja Kulung Rahun, Datu Kumahing Langit, Raja
Tantaling langit, Ile Kahiangan, Tuhan Nguasa Alaktala Ngaburiat, Raja Tontong
Matanandan, Kanarohan Tambing Kabanteran Bulan, Tiang, Datu Tantaya, Tame Tinge,
Tahtala Ju’us Tuha, Lalun-nganing Singkor Olo, Tata Manah Tuah Wuka dan lain-lain.

Di Sulawesi Tuhan disebut Puang Matua dan To Kaubanan(Toraja); Ratu Langi,


Londong di Langi, La’lang Langi, dan Kalangi Manimporok (Minahasa); Batara Palinge,
Deata, Allah Tungala, dan I’lai. Dan di Indonesia Timur dengan gugusan pulau-pulau
yang begitu banyak dan berbeda, nama Tuhan tak terbilang jumlahnya.

3. Paham Deisme

Kata Deisme berasal dari bahasa Latin deus yang artinya Tuhan. Deisme diartikan
kepercayaan Tuhan yang jauh dari manusia; yang tidak campur tangan dalam urusan
duniawi; yang tidak menjalankan inayat pada manusia, yang bebas dari tugas setelah
menciptakan dunia. Ia disebut Deus Otiosus, artinya, “Tuhan yang Menganggur”. Pada-
Nya tidak diucapkan doa, tidak didirikan makdis. Akhirnya Tuhan seperti itu dianggap
tidak mungkin diketahui hakekat-Nya sampai menyebut namanya-Nya dicap tabu. Setiap
perbandingan pasti keliru.10

Deisme tersebar luas di Indonesia. Orang jawa memakai ungkapan tentang Tuhan:
Tan keno kinayat apa(gaib), tan keno winirasa, yaitu yang tak dapat direka-rekakan oleh
pikiran manusia. Bahkan didaerah Sikka pengucapan nama Tuhan dilarang. Di Pulau
Sumba dikatakan tentang Tuhan Ndappa TeKI Tamo, Numa Ngara(yang tak dapat
disebut namanya dan diucap gelarnya). Di Daerah Toraja, nama Tuhan diucapkan dalam
bahasa rahasia; berbuat lain dianggap terlalu berani.

Aliran ini yang kemudian melahirkan menjelmaan tiruan(pseodoinkarnasi) tuhan


melaui berbagai bentuk, seperti berhala, titisan, pendewaan alam, ngelmu tokid, bahkan
pendewaan seks.

10
Rahmat Subagyo, Agama Asli Indonesia ..., Hlm. 69.

7
4. Mitologi Alam dan keilahian Tuhan
Di Indonesia terdapat paling kurang tiga jalan pemikiran yang didalamnya ketuhanan
diganti dan dinomorduakan oleh lambang alam.
a. Mengganti Tuhan Pencipta dengan Ciptaan Tuhan, yaitu tata alam tak berpribadi
yang menaungi isi dunia. Tata alam itu tidak disapa dan dimohoni; lazimnya
disamakan dengan Cakrawala, angkasa atau Falak.
b. Mencanda tertib abadi sebagai pribadi(personifikasi, dewa kosmis). Melahirkan
adanya kepercayaan dewa-dewa.
c. Campuran dari pemikiran pertama dan kedua.

5. Animisme dan Manisme


Pemikiran antara Deisme dan metologi ketuhanan menciptakan jarak antara
manusia dengan Tuhan, sehingga diperlukan sesuatu yang menjembatani keduanya
semacam sesuatu ragam makhluk rohani, paham tersebut disebut animisme. Animisme
adalah bentuk kepercayaan kepada roh dan nenek moyang. Mereka dapat dibagi tiga ;
Raja atau dewa-dewi perantara, roh-roh baik dan jahat, arwah para leluhur. 11
Manisme adalah konsep metafisika dan teologi bahwa hanya ada satu substansi
dalam alam. Manisme bertentangan dengan dualisme dan pluralisme.

6. Paham Sinkretisme
Sinkretisme menurut KBBI adalah paham(aliran) baru yang merupakan
perpaduan dari beberapa paham(aliran) yang berbeda untuk mencari keserasian,
keseimbangan dan sebagainya. Dalam zaman kemerosostan agama sudah tidak
diperbedakan lagi antara sekian banyak dewa, roh dan makhluk sakti lain. Mereka
semuanya disejajarkan dan disembah bersama-sama.

11
Ibid., Hlm. 78

8
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Peresebaran penduduk serta perbedaan ras dan suku bangsa melahirkan berbagai
macam corak agama yang pernah lahir di tanah Nusantara. Setiap tempat dan setiap suku
mempunyai nama tersendiri bagi sesuatu yang didewakan atau Tuhannya. Bahkan
sebelum adanya percampuran keyakinan kerohanian dari bangsa lain yang nantinya akan
melahirkan agama-agama yang kini diakui sebagai agama resmi Indonesia seperti Islam,
Kristen, Hindu, Budha, Katolik, dan Kong Hu Chu. Yaitu agama yang berkembang asli di
Nusantara.

2. Saran
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat memberi manfaat kepada pembaca.
Dengan kita mengetahui keragaman yang melatarbelakangi lahirnya berbagai agama di
Nusantara diharapkan pembaca lebih mampu menjaga toleransi sehingga tidak ada
perpecahan di tanah Nusantara sebab perbedaan keyakinan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Subagyo, Rohmat. Agama Asli Indonesia. (Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan Cipta
Loka Caraka), 1981.

Sunyoto, Agus. Atlas Wali Songo. (Jawa Barat: Pustaka Ilman). 2016.

10

Anda mungkin juga menyukai