Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua yang terjadi pada

wanita dan pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Secara

global, diperkirakan bahwa ada sekitar setengah juta kasus baru kanker serviks

setiap tahunnya, dan sekitar 275.000 kematian yang dikaitkan dengan penyakit

kanker serviks ini. Di Asia Tenggara, epidemiologi kanker serviks ini berbeda

antara negara satu dengan negara yang lainnya, tapi secara keseluruhan beban

dari penyakit kanker serviks itu sendiri cukup tinggi. Berdasarkan estimasi

Globocan, International Agency for Research an Cancer (IARC) tahun 2012,

ada sekitar 200.000 kasus baru dan lebih dari 100.000 kematian akibat

kanker serviks di tahun 2008 (WHO : 2013).

Kanker serviks merupakan kanker kedua di dunia yang paling banyak diderita

wanita setelah kanker payudara terutama di Negara Berkembang seperti Indonesia.

IARC (International Agency For Research On Cancer) pada tahun 2012

menyebutkan prevalensi kanker leher rahim / serviks sebesar 26 per 100.000 wanita.

Angka prevalensi kejadian untuk kanker servik tahun 2012 ada 528.000 kasus

dengan angka kematian 266.000 kasus. Riset Kesehatan Dasar Indonesia

mengungkapkan, pada tahun 2013 jumlah kasus kanker serviks di Indonesia

meningkat menjadi 98.692 penderita sdan kasus di Jawa Tengah ada 19.734 penderita

(DEPKES, 2015).
Berdasarkan data GLOBOCAN, Internasional Agency for Research

on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894

kasus baru kanker dan angka kematian akibat kanker leher rahim, dan kanker

paru. Kanker serviks menduduki urutan ke 7 di seluruh dunia dengan

presentasi 6,8%. Kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang.

Angka penderita kanker akan diperkirakan kanker akan diperkirakan

meningkat setiap tahunnya dan diperkirakan mencapai 23,6 juta kasus baru

per tahun pada 2030 (Kemenkes RI, 2016).

Deteksi Dini kanker pada perempuan di Indonesia yang telah

dicanangkan oleh Ibu Negara pada tanggal 21 April 2015 yang lalu,

mewajibkan setiap puskesmas emiliki fasilitas pemeriksaan IVA. Gerakan ini

akan berlangsung selama 5 tahun. Adanya metode IVA dengan harga yang

lebih terjangkau bahkan gratis untuk pemeriksaan di puskesmas setempat,

diharapkan pada tahun 2019 jumlah WUS yang melakukan deteksi dini

mencapai 50% (Pusat Data dan Informasi Kememtrian Kesehatan RI, 2016).

Di jawa tengah jumlah WUS yang melakukan pemeriksaan untuk

deteksi dini kanker leher rahim/ serviks tahun 2017 yang dilaporkan sebanyak

1.584 WUS atau 1% dari perempuan usia 30-50 tahun. Presentase WUS ini

masih sangat jauh dari target yang di tetapkan sebesar 10 %. Data yang

diperoleh dari profil kabupaten semarang bahwa pemeriksaan IVA sudah di

lakukan di beberapa wilayah kerja kabupaten semarang dengan laporan

terakhir didapatkan tahun 2017 di puskesmas pabelan cakupan IVA yaitu

jumlah WUS 4011 dan di lakukan pemeriksaan IVA hanya 78 WUS dengan
hasil wus 11WUS IVA positif (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang,

2017 ).

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan leher rahim

atau serviks dengan cara melihat langsung dengan mata telanjang setelah

memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 % IVA merupakan cara

sederhana untuk mendeteksi kanker sleher rahim sedini mungkin. IVA

merupakan pemeriksaan screening alternative dari Pap Smear karena

biayanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan

sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter

ginekologi (Mandang, 2016).

Ikatan Bidan Indonesia (IBI), telah menyelenggarakan berbagai

rangkaian kegiatan bakti sosial (baksos) berupa pelayanan kesehatan gratis

dan juga meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan oleh

Bidan melalui pemeriksaan IVA gratis serentak di seluruh Indonesia.

Kegiatan pemeriksaan IVA ini dilakukan kepada 91.349 perempuan di

seluruh Indonesia. (IBI, 2017).

Peran pemerintah dalam penanggulangan kanker serviks dalam

PERMENKES No.34 Tahun 2015 tentang penanggulangan kanker meliputi

kegiatan yang bersifat promotif dan preventif khususnya deteksi dini kanker

leher rahim dengan metoda IVA ( Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).

Penanggulangan dilakukan melalui pendekatan pelayanan kesehatan

masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan. Peran pemerintah juga

dengan menunjuk satuan kerja atau unit pengelola program yang bertugas
untuk melaksanakan penanggulangan secara terencana, terarah, efektif,

efisien dan berkesinambungan sesuai dengan aturan undang-undang.

(Permenkes, 2015)

Peran bidan sebagai tenaga kesehatan dalam upaya pencegahan kanker

serviks adalah dengan melakukan kegiatan yang bersifat preventif meliputi

kegiatan penapisan atau skrining massal , penemuan dini massal dan tindak

lanjut dini lanjut yang dilakukan pada masyarakat dengan berkolaborasi

dengan dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama atau umum yang

memadai. Bidan juga berperan dalam upaya penanggulangan yang bersifat

kuratif , Rehabilitative dan paliatif yaitu dengan melakukan komunikasi

pemberian informasi dan edukasi dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain dalam melakukan diagnosis, terapi, prognosis, dan pelayanan paliatif.

(Permenkes, 2015)

Peran serta masyarakat dalam upaya penangulangan kanker serviks

adalah dapat melalui kegiatan memfasilitasi berupa penyediaan maupun

bantuan sarana maupun prasarana, pemberian bantuan financial melakukan

pendampingan, membantu tenaga kesehatan dalam melakukan sosialisasi,

pemberian bimbingan, penyuluhan, dan penyebaran informasi maupun

kegiatan lain yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pandangan masyarakat terkait dengan deteksi dini

kanker serviks dengan metode IVA masih masih sangat minim.Peran

masyarakat dalam pencegahan kanker serviks adalah dengan mendukung

program pemerintah dengan ikut serta dalam mensosialisasikan program


pemerintah tentang deteksi dini kanker serviks. Peran masyarakat juga dapat

dilakukan dengan mempelajari tentang kanker serviks guna mengetahui lebih

dalam tentang kanker serviks. (Permenkes, 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi WUS dalam melakukan deteksi

dini kanker serviks di pendidikan WUS, Pengetahuan Wus, minat Wus dan

dukungan keluarga. Jika seorang wanita memiliki respon terhadap keempat

komponen tadi kurang, terkait pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, maka

prilaku yang ditimbulkan menjadi tidak baik, yang memungkinkan wanita

masih banyak yang enggan dalam melakukan pemeriksaan IVA (Rahma A,

Prabandari F, 2017).

Menurut Wawan A dan Dewi (2010, dalam Putri 2017)

mengemukakan bahwa rendahnya pengetahuan ibu tentang IVA test

menyebabkan mereka kurang mengetahui manfaat dari tindakan tersebut dan

hal itu berdampak pada rendahnya partisipasi ibu dalam melakukan deteksi

dini kanker serviks sehingga temuan kanker serviks di daerah tersebut rendah.

Faktor-faktor Yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari pendidikan,

pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan informasi (Mubarak, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Juwita Marta Situmorang, et al (2015).

dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku

Deteksi Dini Pada Penderita Kanker Serviks Di RSUP Dr.Kariadi Semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dengan desain studi

cross sectional. Populasi penelitian adalah perkiraan penderita kanker serviks

yang pernah dirawat inap di RSUP dr.Kariadi selama tahun 2015 yaitu
sebanyak 417 penderita. Sampel penelitian berjumlah 81 penderita sampel

yang diperoleh dari sistem consecutive sampling. Analisis bivariat dilakukan

dengan menggunakan uji chi square.Alat ukur yang digunakan adalah

koesioner dan menggunakan teknik wawancara. Hasil analisis univariat

menunjukkan bahwa persentase penderita terbanyak yaitu berumur 45-54

tahun (40,7%) dengan tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak tamat SD

(30,9%) dan tamatSD (37,9%), pengetahuan baik (54,3%) dan sikap

mendukung (48,1%). Hasil uji square menunjukan tidak adanya hubungan

antara sikap dan perilaku ibu dalam deteksi dini dengan hasil p value

pengetahuan (p=0.054) dan sikap (p=0.061).

Berdasarkan angka kejadian tersebut penulis tertarik melakukan studi

di puskesmas pabelan semarang, penulis mendapatkan data bahwa di

puskesmas pabelan adalah angka terendah yeng melakukan pemeriksaan IVA

test. Wawancara yang saya lakukan pada hari sabtu 23 maret 2019 ,disana

saya menemui salah satu pemegang program IVA, saya melakukan

wawancara dengan beliau bahwa di sana di ketahui rendahnya minat WUS

dalam melakukan IVA test. Penulis menanyakan dengan beliau tentang

kunjungan IVA test yang menunjukkan jumlah 31 wanita usia subur yang

melakukan pemeriksaan IVA test pada tahun 2018. Presentase WUS ini masih

sangat jauh dari target yang di tetapkan sebesar 10%. Hasil pemeriksaann

menunjukkan negative (-) dari hasil IVA test. Pemeriksaan di lakukan setiap

hari rabu dipuskesmas Pabelan. Program IVA sendiri sudah berjalan mulai

bulan September 2016 sampai saat ini. Menurut pemegang program di


puskesmas, rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat khusunya wanita usia

subur menjadi faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran untuk

melakukan pemeriksaan IVA test dalam upaya deteksi dini kanker leher

rahim. Walaupun Petugas sudah memberikan sosialisasi tentang deteksi dini

kanker serviks melalui posyandu, pertemuan kader namun masih sedikit

wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA tets.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 maret 2019 di

puskesmas pabelan Didapatkan hasil wawancara kepada 10 wanita usia subur

sudah mengetahui apa itu kanker serviks tetapi dari 7 wanita usia subur belum

berminat untuk melakukan pemeriksaan IVA test. Sedangkan 3 orang Wus

sudah melakukan pemeriksaan IVA test.

Melihat latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “ Hubungan pengetahuan ibu tentang kanker serviks

dengan minat ibu melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Pabelan”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap kanker

serviks dengan minat ibu dalam melakukan pemerikaan IVA di

Puskesmas Pabelan.
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap kanker serviks

dengan minat ibu dalam melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas

Pabelan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks

di puskesmas pabelan.

b. Mengetahui gambaran minat ibu terhadap pemeriksaan IVA di

Puskesmas Pabelan.

c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang kanker serviks

dengan minat ibu dilakukan pemeriksaan IVA di Puskemas Pabelan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap kanker serviks dengan

perilaku Ibu dalam melakukan pemeriksaan IVA .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan

responden tentang kanker serviks dan bertambahnya minat responden

untuk melakukan pemeriksaan IVA .


b. Bagi Puskesmas Pabelan

Penelitian ini diharapkan nantinya dapat menjadi bahan masukan dalam

perencanaan kegiatan yang berkaitan dalam menigkatkan cakupan

deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.

c. Bagi Intitusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, serta dapat dijadikan

bahan kepustakaan mahasiswa kebidanan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

penerapan ilmu kebidanan yang telah didapatkan selama kuliah dan

menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian yang terkait dengan hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang

kanker serviks dengan minat ibu dalam melakukan pemeriksaan IVA .

Anda mungkin juga menyukai