DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perikehidupan Populasi Hama ”
dengan sebaik−baiknya. Dalam makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak−pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada :
1. Ibu Ir. Chimayatus Solichah, MP. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Dasar Perlindungan Tanaman.
2. Semua pihak yang telah memebantu menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Perikehidupan Populasi Hama ” dengan sebaik−baiknya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Faktor Internal................................................................................................. 1
2. Faktor Eksternal.............................................................................................. 1
4. Pertanaman Monokultur.......................................................................................
7. Jarak Tanam............................................................….…………….....................
8. Masa Tanam.........................................................................................…………
C. DAFTAR PUSTAKA……........................................................................................
2. Filum Mollusca
Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah dari klas
Gastropoda. Klas Gastropoda memiliki tubuh yang lunak, kepala dan
kakinya yang berbentuk spiral, kaki yang terletak dibagian ventral untuk
merayap, dan dilengkapi dengan gigi parut (radula) pada bagian mulutnya.
3. Filum Arthropoda
Memiliki ciri tubuh dan kaki yang beruas-ruas, tubuhnya terbagi atas 2
atau 3 bagian dan memiliki alat tambahan berupa antena, sayap, kaki yang
berpasangan. Filum ini dibagi menjadi dua klas antara lain :
a. Klas Archanida
Anggota klas ini yang berperan sebagai hama memiliki kaki empat
pasang pada fase dewasa, dan 3 pasang pada fase pra dewasa. Selain itu,
tubuhnya dibagi atas 2 bagian serta tidak memiliki sayap. Contohnya
laba – laba.
b. Klas Insekta
Anggota kelas ini yang paling banyak berperan sebagai hama tanaman.
Dengan ciri memiliki sayap, tubuhnya terbagi atas 3 bagian dan
mempunyai satu pasang antena. Beberapa ordo sebagai hama tanaman
pada tabel di bawah ini.
4. Gastropoda
Anggota yang paling banyak berperan adalah klas Mamalia, diantaranya
tupai, bajing, tikus, babi hutan, dll. Memiliki ciri tubuh yang dilapisi
dengan rambut – rambut halus, memiliki kelenjar air susu, dan
temperatur tubuhnya tidak dipangaruhi makanan dan lingkungan.
Meningkatnya populasi hama dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam dan faktor
luar. Faktor luar yang mempengaruhi yaitu iklim/cuaca (antar lain suhu, kelembaban,
curah hujan dan angin); keadaan pertanaman padi (varietas, cara budidaya);
penggunaan insektisida dan populasi musuh alaminya. Sedangkan faktor dalam yaitu
sifat biologi hama itu sendiri(antara lain, keperidian, perbandingan jantan: betina,
migrasi dan mortalitas). Serangan hama dapat diantisipasi jika keadaan hama dan
lingkungannya stabil, tetapi jika terjadi perubahan pada ligkungan akan
menimbulkan masalah. Kejadian seperti pelepasan varietas unggul baru yang
ditanam secara luas dan terus menerus menyebabkan suatu populasi wereng dapat
beradaptasi dan berkembang biak dengan cepat dan suatu saat akan mengalami patah
ketahanannya (Baehaki, 2005).
1. Faktor Internal
Kemampuan berkembang biak serangga hama akan menentukan tinggi rendahnya
suatu populasi hama. Hal ini berkaitan dengan kecepatan berkembang biak dan
perbandingan jenis kelamin serangga hama. Kecepatan berkembang biak ditentukan
oleh keperidian dan jangka waktu perkembangan.
2. Faktor Eksternal
Merupakan faktor yang ada di lingkungan habitat serangga hama. Terdapat tiga
faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan hama, yaitu faktor abiotik, biotik,
dan makanan.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban dilihat sebagai keadaan lingkungan hidup serangga dan
dibutuhkan organisme untuk melangsungkan proses fisiologis dalam
tubuh. Serangga yang hidup di lingkungan yang kering mempunyai cara tersendiri
untuk mengenfisienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat
pada feces yang akan dibuang dan menggunakan kembali air metabolik tersebut,
contohnya serangga rayap. Serangga akan selalu mengkonsumsi air dari
lingkungannya dan sebaliknya secara terus menerus akan melepaskan air tubuhnya
melalui proses penguapan dan ekskresi. Dalam hal ini kebutuhan air bagi serangga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya terutama kelembaban udara. Cuaca
yang lembab merangsang pertumbuhan populasi, sedang cuaca yang sangat kering
atau keadaan yang banyak hujan menghambat pertumbuhan tersebut. Kebanyakan
air, seperti banjir dan hujan lebat merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis
serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta
dapat menghanyutkan larva yang baru menetas.
4. Angin
Angin berpengaruh terhadap kelembaban dan proses penguapan badan
serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat
yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil,
dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer
(Natawigena, 1990).
1. Parasitoid
Parasitoid berukuran kecil dan mempunyai waktu perkembangan lebih pendek
dari inangnya dengan cara menumpang hidup atau di dalam tubuh serangga hama.
Dalam tubuh host/inang tersebut, parasitoid mengisap cairan tubuh atau memakan
jaringan bagian dalam tubuh inang.
2. Predator
Predator adalah serangga atau hewan lain yang memakan serangga hama
secara langsung. Untuk perkembangan larva menjadi dewasa dibutuhkan banyak
mangsa. Predator yang monophagous (mempunyai satu inang) menggunakan
serangga hama sebagai makanan utamanya. Predator seperti ini biasanya efektif
tetapi mempunyai kelemahan, yaitu apabila populasi hama yang rnenjadi hama
mangsanya berkurang, biasanya predator tidak dapat bertahan hidup lama.
b) Faktor Makanan
4. Pertanaman Monokultur
Dalam suatu sistem pertanian dapat ditemukan populasi serangga hama di
suatu lahan pertanian yang hanya ditanami satu jenis tanaman dan dalam jangka
waktu yang panjang. Penanaman terus-menerus di suatu lahan produksi akan
mengakibatkan meledaknya populasi hama terutama karena makanan untuk hama
tersedia sepanjang waktu. Keadaan ini sangat kurang stabil karena seiringnya
waktu dapat menciptakan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan hama, sehingga
populasi hama menjadi meningkat.
7. Jarak Tanam
Jarak tanam perlu diperhatikan saat masa penanaman karena jika terlalu
renggang atau terlalu rapat keduanya dapat menimbulkan dampak yang dapat
merugikan. Jika jarak tanam terlalu renggang, maka hasil produksi suatu tanaman
kurang maksimal, kualitasnya juga akan berkurang terutama
karena berkaitan dengan hama yang menyerang tanamantersebut. Apabila jarak ta
naman terlalu rapat mengakibatkanperkembangbiakan dan perpindahan hama dari
satu tanamanke tanaman yang lain semakin cepat.
8. Masa Tanam
Asosiasi antara tanaman dan hama dapat terjadi antara tanaman inang dan
hama. Tanaman inang adalah tanaman yang menjadi makanan dan tempat tinggal
organisme hama. Bila tanaman yang disukai tedapat dalam jumlah banyak,
populasi hama meningkat cepat. Sebaliknya bila makanan kurang populasi hama
akan menurun.
Baehaki SE. 2005. Keganasan dan penentuan biotipe wereng coklat Jawa tengah
(Kasus Pati dan Demak) terhadap varietas padi yang dilepas. Prosiding er.
R16-17 Sept: 726-731.
Matnawy, Hudi. 1989. Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.