Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau

suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap

hari. Sarapan dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10

jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan

kemampuan fisik (Martianto, 2006). Oleh karena itu untuk meningkatkan

konsentrasi belajar dan kemampuan fisik pada saat sarapan pagi harus

diperhatikan pemilihan menu serta kandungan gizi yang baik untuk pemenuhan

zat-zat gizi pada pagi hari.

Sarapan hanya memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pada pagi hari saja

dengan pemenuhan asupan zat gizi 25% dari kebutuhan sehari-hari. Anak usia

sekolah mengalami peningkatan kebutuhan zat gizi. Disamping untuk

pertumbuhan, zat gizi juga diperlukan untuk menjalankan aktivitas yang

umumnya meningkat. Pertumbuhan anak usia sekolah dasar berlangsung secara

terus menerus, bersamaan dengan peningkatan asupan makanan secara

konstan (Mahan & Escott-Stump, 2004). Agar stamina anak akan tetap terjaga

selama mengikuti kegiatan disekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler, maka

anak perlu ditunjang dengan pangan yang bergizi dan berkualitas.

Sarana utama dari segi gizi untuk memenuhi kebutuhan energi anak

sekolah adalah sarapan pagi. Tanpa sarapan pagi, akan terjadi kekosongan

lambung sehingga kadar glukosa akan menurun. Glukosa darah merupakan

1
2

sumber energi utama bagi otak, sehingga anak akan kesulitan menerima

pelajaran dengan baik (Khomsan, 2004).

Hasil penelitian pada anak sekolah dasar di Yogyakarta menunjukkan ada

hubungan yang nyata antara asupan energi makan pagi dengan kemampuan

konsentrasi di sekolah menggunakan uji digit simbol (Kurniasari, 2005) . Kim, dkk

(2005) menunjukkan bahwa tingginya frekuensi melewatkan makan (terutama

sarapan) dan frekuensi ngemil yang tinggi atau mengambil makanan yang tidak

teratur dan asupan makanan hewani dan buah-buahan rendah, ini akan

mengakibatkan pertumbuhan dan prestasi akademis yang buruk. Anak yang

memiliki kebiasaan sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik

daripada anak yang tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi.

Kebiasaan sarapan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok

manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan pagi yang meliputi sikap,

kepercayaan, dan pemilihan terhadap makanan. Kebiasaan ini meliputi sikap

terhadap makanan yaitu kecenderungan bertingkah laku terhadap makanan

yang didalamnya terkandung unsur suka atau tidak suka terhadap makanan,

kepercayaan terhadap makanan, diterima atau tidak untuk dilakukan dan

biasanya berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan agama serta pemilihan

terhadap makanan yaitu macam makanan yang biasa dikonsumsi meliputi

susunan menu dan porsi untuk sarapan pagi (Khumaidi, 1994).

Menurut berbagai kajian, kebiasaan makanan yang baik adalah tiga kali

dalam sehari. Menurut Suhardjo (2003), bahwa secara kuantitas dan kualitas

bila hanya satu atau dua kali makan setiap hari, mungkin sekali akan terjadi

kekurangan. Namun masih banyak anak sekolah yang frekuensi makananya


3

kurang dari tiga kali sehari dan waktu makan yang sering ditinggalkan adalah

sarapan.

Penelitian Kurniasari (2005) menemukan sebesar 25% anak sekolah

dasar di Yogyakarta jarang mempunyai kebiasaan sarapan. Menurut penelitian

Djusmaidar (1991), sebanyak 18,8% anak sekolah dasar (SD) tidak melakukan

sarapan sebelum berangkat sekolah. Beberapa faktor yang menyebabkannya

antara lain : faktor sosiologis (55,6%), faktor waktu (33,3%), dan faktor kesehatan

(11,1%). Rohayati pada penelitiannya di Kudus, Jawa Tengah tahun 2003

mendapatkan beberapa faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan

siswa salah satunya peran ibu.

Peran orang tua terutama ibu memiliki pengaruh besar dalam membentuk

kebiasaan sarapan anak. Anak usia sekolah dasar memerlukan bimbingan orang

tua dalam membentuk kebiasaan mereka. Sarapan pada anak usia ini

memerlukan seseorang yang lebih dewasa untuk menyiapkan dan pada

umumnya adalah tugas ibu. Diharapkan seorang ibu menganjurkan anak makan

pagi dirumah sebelum memuali aktivitas. Selain berperan dalam membentuk

kebiasaan sarapan, ibu juga berperan dalam menentukan menu sarapan yang

baik untuk anak. Pendidikan dan pengetahuan gizi ibu dapat mempengaruhi

dalam mendorong dan membiasakan anak untuk sarapan dan mempengaruhi

dalam menentukan menu sarapan pagi. Seorang ibu yang pendidikannya tinggi

dan pengetahuannya baik diharapkan dapat memotivasi anak untuk sarapan

pagi dan menyiapkan sarapan pagi yang cukup mengandung energi dan protein

serta zat gizi lainnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pola menu sarapan dan
4

kebiasaan sarapan pagi pada anak sekolah dasar di SD Muhammadiyah

Karangkajen. Pemilihan lokasi ini berdasarkan survey pendahuluan bahwa

42,9% siswa di SD Muhammadiyah Karangkajen tidak biasa sarapan pagi.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan pola

menu sarapan?

2. Adakah hubungan antara pola menu sarapan dengan kebiasaan sarapan

pada anak sekolah dasar?

3. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kebiasaan

sarapan pada anak sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

pengetahuan ibu dengan pola menu sarapan dan kebiasaan sarapan

pada anak sekolah dasar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu.

b. Mengetahui pola menu sarapan.

c. Mengetahui kebiasaan sarapan anak sekolah dasar.

d. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pola

menu sarapan.

e. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan

kebiasaan sarapan anak sekolah dasar.

f. Mengetahui hubungan antara pola menu sarapan dengan kebiasaan

sarapan anak sekolah dasar.


5

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Ibu

Memberikan informasi tentang pentingnya sarapan pagi untuk usia anak

sekolah serta memperhatikan menu sarapan dan membiasakan anak

untuk sarapan pagi.

2. Bagi Siswa

Memberikan informasi tentang pentingnya sarapan pagi, sehingga ada

kesadaran untuk menyempatkan sarapan pagi agar memenuhi kebutuhan

gizi sebelum memulai aktifitas.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan masukan untuk memperkaya bahan pustaka yang

berguna untuk pembaca secara keseluruhan dan penelitian selanjutnya.

Serta dapat dijadikan motivasi untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi atau sumber data untuk penelitian sejenis

berikutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan

metode dan variabel yang lebih kompleks.


6

E. Keaslian Penelitian

1. Soepardi soedibyo dan Henry Gunawan (2009), dengan judul penelitian

Kebiasaan Sarapan di Kalangan Anak Usia Sekolah Dasar di Poliklinik

Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Metode dalam

mpenelitian ini adalah deskriptif potong lintang dengan pengambilan

sampel dilakukan secara konsekutif melalui kuesioner. Data diolah denga

SPSS 17.0. Hasil penelitian ini menyatakan proporsi anak yang memiliki

kebiasaan sarapan setiap hari 77,6%, sedangkan yang memiliki

kebiasaan tidak sarapan sebesar 22,4%. Alasan yang melatar-belakangi

kebiasaan sarapan sebagian besar adalah keinginan untuk membantu

kecerdasan anak (77,2%) sedangkan alasan tidak sarapan sebagian

besar (52,4%) adalah faktor selera makan anak (anak tidak mau makan).

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian dan

variabel yang digunakan.

2. Ana Lisdiana (2012), dengan judul penelitian Fungsi Kognitif Siswa

Sekolah Dasar Ditinjau Dari Kebiasaan Sarapan. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan disain Ex Post

Facto. Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan

after the fact. Artinya, penelitian dilakukan setelah suatu kejadian itu

terjadi. Disebut juga sebagai restropective study. Data dikumpulkan

dengan metode consecutive sampling. Hasil dari penelitian ini

menyatakan anak-anak yang selalu sarapan memiliki atensi yang lebih

baik dibandingkan anak-anak yang suka melewatkan sarapan. Anak-anak

yang selalu sarapan memiliki memori jangka pendek yang lebih baik
7

dibandingkan anak-anak yang suka melewatkan sarapan. Dengan

demikian, fungsi kognitif anak-anak yang selalu sarapan lebih baik

dibandingkan anak-anak yang suka melewatkan sarapan. Perbedaan

dengan penelitian ini terletak pada lokasi tempat penelitian, metode, uji

statistik yang digunakan dan variabel. Dan penelitian ini lebih terfokus

pengetahuan ibu.

3. Sulasminingsih (2006), dengan judul penelitian Kebiasaan Sarapan Pagi,

Status Gizi, dan Prestasi Belajar Siswa di SDN Koroulon I Bimomartani

Ngemplak Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode

observasional pendekatan crossectional. Hasil analisa data dengan

menggunakan uji statistik t-test. Hasil penelitian ini menyatakan ada

hubungan kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar. Perbedaan

dengan penelitian ini terletak pada lokasi tempat penelitian, variabel dan

uji statistik yang digunakan.

4. Ina Rohayati (2003), dengan judul penelitian Beberapa Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kebiasaan Sarapan Dan Prestasi Belajar Siswa

SD 2 Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Jenis penelitian

adalah penelitian kualitatif, Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara mendalam (indepth interview) kepada siswa, orang tua, guru

dan kepala sekolah serta observasi (pengamatan) terhadap sarana dan

prasarana belajar yang dimiliki oleh SD 2 Jepang. Hasil penelitian ini

menemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan

siswa yaitu peranan ibu, tingkah laku orang terdekat (keluarga) dan selera

makan pada anak. Faktor-faktor internal yang berhubungan dengan

prestasi belajar yaitu motivasi yang terdiri dari keinginan untuk mencapai
8

cita-cita dan menaikkan martabat atau mendapatkan pekerjaan yang lebih

baik. Faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan prestasi belajar

siswa yaitu kualitas guru, kualitas sarana belajar di sekolah dan di rumah,

disiplin sekolah yang terdiri dari reward dan hukuman, bimbingan dan

perhatian orang tua kepada anak, peran saudara sebagai orang tua

kedua dan guru sebagai inspirator bagi siswanya. Perbedaan dengan

penelitian ini terletak pada lokasi tempat penelitian, uji statistik yang

digunakan dan variabel penelitian.

Anda mungkin juga menyukai