Pertanyaan Tugas 1
Disusun
Oleh
1. Untuk pengolahan limbah padat yang tidak bisa didaur ulang itu diapain?
Untuk pengolahan limbah padat yang tidak bias didaur ulang sebaiknya budayakan gaya hidup Reduce, Reuse.
Biasakan untuk mengurangi pemakaian plastik atau bahan-bahan lain yang sulit terurai. Kemudian jangan lupa
memanfaatkan barang bekas agar bisa digunakan kembali. Seperti memanfaatkan botol plastik bekas untuk
dijadikan pot tanaman. Itu hanya salah satu contoh saja. Masih banyak lagi barang bekas yang bisa digunakan
kembali dengan ide kreatif.
2. Apa dampak yang terjadi jika pengolahan limbah dilakukan secara asal-asalan?
Dampak limbah terhadap kesehatan manusia
Berbagai jenis penyakit dapat ditimbulkan karena tidak adanya penangan atau pengelolaan limbah yang
benar. Mulai dari penyakit ringan seperti sakit perut/diare hingga penyakit yang mematikan seperti
keracunan akut dapat disebabkan oleh adanya limbah. Berikut ini beberapa contoh jenis penyakit yang
dapat menyerang manusia akibat adanya limbah:
Gangguan pencernaan seperti diare
Tifus
Keracunan akut dan keracunan kronis
Jamur pada kulit
Sesak napas
Gangguan saraf
Dampak limbah terhadap lingkungan
Selain berdampak negatif bagi manusia, limbah juga berdampak negatif bagi lingkungan. Dampak negatif
yang paling terlihat jelas adalah rusaknya lingkungan sehingga menurunkan nilai estetika lingkungan atau
dengan kata lain lingkungan menjadi tidak enak dipandang. Limbah berupa cairan yang masuk ke dalam
sistem drainase atau sungai akan mengakibatkan pencemaran air. Apabila hal ini sudah terjadi maka akan
banyak organisme seperti ikan akan mati keracunan. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi perubahaan
ekosistem perairan yang menjebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Limbah
padat yang dibuang ke sungai dalam jumlah yang banyak dapat menyumbat aliran air sungai dan
menyebabkan banjir. Selain pencemaran air, pencemaran udara oleh limbah juga akan terjadi seperti bau
tidak sedap yang ditimbulkan karena pembusukan sampah organik. Asap yang ditimbulkan dari kendaran
bermotor, pembakaran sampah maupun industri-industri besar juga dapat menimbulkan pencemaran udara.
Pembakaran sampah berbahan plastik tertentu bahkan dapat bersifat karsinogenik dan menimbulkan
kanker apabila dihirup manusia.
Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks
struktur yang besar
Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus
secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
Precipitation
Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui
mekanisme adsorpsi.
Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat
Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat
toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing.
Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995
dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah.
Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya
hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.
Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa
kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang
dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil. Aspek penting dalam sistem
insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam
mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi
yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk
membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber,
multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut,
rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara
simultan.
b. Kelompok 9
1. Metode pengolahan limbah B3 secara fisika, kimia, dan bio itu bagaimana?
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan limbah B3
secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/solidifikasi adalah
proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi
tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah,
sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur
(CaOH2), dan bahan termoplastik. Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil
volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil
pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini dikenal dengan istilah
bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk
mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk
mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam
mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode
Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi
merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3,
terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat
membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
c. Kelompok 10
1. Kan ada 3 jenis limbah, nah mana yang paling susah untuk diolah kembali atau didaur ulang?
Limbah padat anorganik, misalnya plastik atau botol-botol yang sulit sekali didaur ulang karena sulit terurai
oleh mikroorganisme dalam tanah. Kalaupun bisa membutuhkan waktu yang sangat lama.
2. Pada pengolahan limbah industri, bagaimana cara pengolahan limbah lumpur?
Sasaran upaya penanganan limbah lumpur adalah menghasilkan lumpur dengan kandungan padatan setinggi-
tingginya, atau volume yang sekecil-kecilnya dan stabil serta tidak memiliki dampak lingkungan yang lebih
buruk. Peningkatan kandungan padatan (%SS) atau pengurangan kadar air dapat dilakukan melalui beberapa
cara. Umumnya upaya pengelolaan terhadap lumpur meliputi tahap-tahap pengerjaan:
Pengentalan atau pemekatan lumpur (sludge thickening)
Stabilisasi lumpur (sludge stabilization)
Pengeluaran air (sludge dewatering)
Pengeringan lumpur (sludge drying)
3. Pada pengolahan limbah padat. Pengolahan secara sekundernya menggunakan mikroorganisme. Nah
mikroorganismenya itu apa saja?
Contoh limbah yang dihasilkan dari area fermentasi PT. Indoacidatama Tbk sebagian dialirkan melalui kanal
ke bak netralisasi (bak kontrol) dan sebagian dialirkan ke unit evaporator plant. Di bak netralisasi, luther
water dan stillage yang pH awalnya 4,8 – 4,9 diinjeksi dengan larutan kapur jenuh untuk menetralkan limbah
hingga dicapai pH yang cukup netral. Agar tercapai homogenitas yang optimum digunakan mixer. Dari bak
kontrol, limbah yang sudah dinetralkan dimasukkan ke bak anaerob I, dimana limbah yang masih
merupakan senyawa berantai panjang mengalami degradasi secara biologis dan biochemist oleh bakteri-
bakteri anaerob sehingga menghasilkan gas H2S dan CH4 yang berbau serta penurunan BOD/COD.
Bakteri yang digunakan merupakan bakteri dari golongan Methanobacter. Bakteri-bakteri tersebut
membutuhkan nutrien agar tetap dapat aktif yaitu dengan penambahan urea dan asam phospat sebagai gugus
penyumbang unsur N dan P yang dibutukan oleh bakteri. Urea yang dibutuhkan sebanyak 600-800 kg/hari,
sedangkan TSP yang dibutuhkan sebanyak 100 kg/hari. pH dijaga dalam kondisi optimum sekitar 7. Proses
anaerobic ini akan menghasilkan bau. Bau yang ditimbulkan dapat dikurangi dengan cara membersihkan
buih yaitu dengan menjala buih tersebut ke bagian tepi dengan serok. Waktu tinggal dalam bak anaerob I
selama 35 hari.
Penambahan limbah ke dalam bak anaerob I terjadi secara terus-menerus sehingga terjadi aliran secara
overflow menuju bak anaerob II. Di dalam bak anaerob II terjadi proses yang sama dengan bak anaerob I,
tetapi waktu tinggalnya 20 hari. Dari dalam bak anaerob II, limbah dialirkan secara overflow ke bak anaerob
III dengan waktu tinggal 20 hari. Bakteri Methanobacter dari bak akan menghasilkan biogas atau gas
3
metan (CH4). Biogas yang dihasilkan oleh tiap bak adalah ± 28.800 m /hari yang kemudian digunakan
sebagai bahan bakar untuk boiler. Setelah terjadi overflow pada bak III, limbah masuk clarifier I. Clarifier
berfungsi untuk memisahkan padatan dengan cairan. Padatan yang telah dipisahkan dari clarifier akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos sedangkan cairan dari clarifier akan diproses lebih
lanjut. Dari clarifier I cairan dialirkan menuju bak aerob I. Pada bak aerob, kondisi operasi treatment
membutuhkan udara, maka desain bak aerob berupa bak terbuka agar limbah kontak langsung dengan udara.
Pada kondisi operasi aerob maka akan tumbuh bakteri nitrocobacter yang berfungsi mengikat N2 bebas.
Dari bak aerob I kemudian dialirkan ke clarifier II kemudian dialirkan ke bak aerob II, clarifier III, sand filter,
dan terakhir di alirkan ke carbon filter lalu di buang ke badan sungai. Di dalam clarifier I, II, III dilakukan
pengadukan dan flokulasi. Pada clarifier III diberi penambahan bahan kimia seperti DCA, polimer dan
kaustik. Penambahan DCA dan polimer adalah untuk memudarkan warna, sedangkan penambahan kaustik
untuk menetralkan pH agar pada saat di buang ke badan sungai di dapat pH netral sekitar 7. Pada bak
aerob I dan II, cairan akan mengalami oksidasi dengan bantuan udara dan bakteri Nitroccobacter. Aerator
pada bak aerob I berjumlah 1 buah, sedangkan pada bak aerob II berjumlah 2 buah.
d. Kelompok 11
1. Lebih bahaya mana antar limbah organik dan anorganik? Lebih bahaya limbah anorganik yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme di dalam tanah hingga menyebabkan proses penghancuran yang berlangsung
sangat lama. Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong enularan infeksi;
timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus; menurunnya kualitas lingkungan;
menurunnya estetika lingkungan; timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan
lingkungan tidak indah untuk dipandang mata.
2. Pada limbah b3. Ada tiga jenis pengolahan, nah jelaskan cara pengolahan atau pembuangan tersebut!
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3
untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran
ion dan pirolisa.
Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponen-komponen
spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.
Proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3
dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat
penimbunan akhir.
Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat khusus insinerator
dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3
ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg
atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses dipilih berdasarkan cara
terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.
3. Apakah hasil pengolahan dari limbah cair itu dapat digunakan atau dikonsumsi?
Ada juga sistem pengolahan air limbah yang bertujuan untuk memurnikan air agar air dapat dikonsumsi
kembali oleh manusia. Akan tetapi, proses ini sangat beresiko, karena belum tentu semua zat berbahaya dapat
dihilangkan. Meskipun jumlahnya kecil, bila dikonsumsi terus menerus, maka akan dapat terakumulasi dan
menimbulkan penyakit. Sistem pengolahan air limbah jenis ini biasanya dilakukan pada daerah-daerah yang
benar-benar kekurangan air. Namun, di Indonesia proses pemurnian air limbah untuk kebutuhan air minum
tidak dilakukan.
e. Kelompok 12
1. Pada limbah organik kan pengolahan nya ditimbun. Kalau untuk non organik itu bagaimana cara
pengolahannya?
Beberapa orang beranggapan bahwa membakar sampah dapat merusak ozon karena asap yang dihasilkan
olehnya. Memang hal ini benar adanya. Akan tetapi terdapat beberapa cara untuk mengurangi bahaya
kerusakan lingkungan dari membakar sampah.Salah satunya adalah dengan dibakar dalam insinerator. Namun
sebaiknya sampah-sampah yang dibakar merupakan sampah-sampah yang tidak berbahaya yaitu salah satunya
adalah plastik.Salah satu manfaat pembakaran sampah adalah panasnya bisa digunakan untuk kegiatan industri
sebagai tenaga panas. Beberapa industri memanfaatkan pembakaran sampah untuk sumber energi seperti
pembangkit uap, listrik, bahkan air panas.Setiap proses pengolahan limbah anorganik sebaiknya diolah
menurut jenis-jenisnya. Berbeda dengan sampah organik yang bisa dicampur, sampah anorganik hanya bisa
diolah jika jenisnya sama.Jika anda tidak bisa atau tidak mampu untuk mengolah sampah anorganik anda, anda
tetap bisa berkontribusi untuk dalam proses pengolahan limbah.Salah satu caranya adalah dengan memilah
sampah menurut jenisnya. Kemudian menjadikan bank sampah yang disalurkan ke pengrajin-pengrajin yang
memang membutuhkan bahan baku sampah.Hindari mencampur sampah anorganik dan sampah organik karena
bisa mempersulit pengolahannya.
f. Kelompok 1
1. Pada pemilihan jenis limbah padat dan gas, karakteristik jenis pengolahannya itu gimana untuk menentukan
metode teknologi yang cocok.
Limbah memiliki 3 karakteristik atau sifat yang harus kita ketahui, karakteristik atau sifat tersebut adalah
karakteristik fisik, karakteristik kimia dan karakteristik bakteriologis. Ketiga karakteristik tersebut adalah
sebagai berikut:
Karakteristik Fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air
limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang
mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan sebagainya.
Karakteristik Kimiawi
Biasaya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta
bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab
itu pada umumnya bersifat basa pada waktu masih baru dan cenderung ke asam apabila sudah mulai
membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 gabungan, yakni:
Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine dan asam amino.
Gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun dan karbohidrat, termasuk selulosa.
Karakteristik Bakteriologis
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung
darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan. Sesuai dengan
zat-zat yang terkandung didalam air limbah, maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:
Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kolera, typhus abdominalis,
disentri basiler.
Menjadi media berkembang-biak mikroorganisme patogen.
Menjadi tempat-tempat berkembangbiak nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.
Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya.
Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tindak nyaman dan sebagainya.
Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut di atas diperlukan kondisi, persyaratan, dan
upaya-upaya sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut:
Tidak mengkontaminasi sumber air minum.
Tidak mengakibatkan pencemaran permukaan tanah.
Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi.
Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai
bibit penyakit dan vektor.
Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat dicapai oleh anak-anak.
Baunya tidak mengganggu.
2. Pada pengolahan limbah padat organik, itu kan ditimbun. Nah keuntungan positifnya itu kan dapat
menimbulkan zat hara. Dampak negatif nya itu apa dari pengolahan tersebut?
Limbah organik yang dibuang dan ditimbun di tanah akan mengalami proses pembusukan atau dekomposisi.
Air sampah apabila tidak diolah dapat mencemari tanah secara langsung. Selain mencemari kualitas tanah, air
lindi secara langsung juga mencemari kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah. Dimana senyawa
organik di dalam air lindi memiliki konsentrasi yang sangat tinggi, hal ini berdampak pada turunnya kadar
oksigen terlarut dalam air. Sehingga air dengan kualitas seperti ini menjadi tidak layak untuk dipergunakan
manusia dan dapat mematikan binatang air. Kualitas air akan semakin menurun, bahkan menjadi berbahaya
apabila tercemar senyawa logam berat. Selain dari air lindi, potensi pencemaran tanah yang lebih berbahaya
berasal dari senyawa logam berat yang bersifat racun (toxic) dan penyebab kanker (carsinogen) seperti
merkuri, timbal, dan cadmiun.
3. Apakah limbah organik bisa menjadi potensi sumberdaya alam atau sumber daya terbarukan?
Bisa, contoh sampah organik yang bisa menjadi sumber energi terbarukan untuk PLTS
g. Kelompok 2
h. Kelompok 3
2. Pada pengolahan limbah kenapa harus dengan cara penimbunan terbuka? Kenapa kalau penimbunan tertutup?
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping)
dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja
dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini
merupakan metode kuno yang sebenarnya tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan penimbunan
terbuka, berbagai hama dan kurnan penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan
oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah
terbakar.
Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama
rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Berbagai
permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan dikembangkan metode penimbunan
sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang
yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah
yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari.Hal ini akan mencegah
tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik – lempung – plastik –
lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses
pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Di sebagian besar
negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah banyak digantikan oleh metode sanitary
landfill. Namun, di Indonesia, tempat penimbunan sampah yang menggunakan metode sanitary landfill masih
jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang melakukan penimbunan terbuka (open dumping).
Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara ini menghabiskan lahan. Sampah
akan terus terproduksi sementara lahan untuk penimbunan akan semakin berkurang. Sampah yang ditimbun
sebagian besar sulit terdegradasi sehingga akan tetap berada di area penimbunan untuk waktu yang sangat
lama. Selain itu, meskipun telah menggunakan sanitary landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran
lapisan sehingga zat-zat berbahaya dapat erembes dan mencemari tanah serta air. Gas metan yang terbentuk
dalam timbunan mungkin saja mengalami akumulasi dan beresiko meledak.
i. Kelompok 4
3. Biasanya industri limbah gas itu di flat. Nah bisa atau tidak dimanfaatkan untuk boiler? Alasannya apa? Bisa
j. Kelompok 5
1. Pengolahan limbah padat kan ada yang dibuat lubang. Nah gambaran mekanisme nya itu seperti apa?
3. Limbah organik itu ditimbun dalam waktu berapa dan organisme pengurai nya apa saja?
Pada hakekatnya sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik yang bernilai
ekonomis. Proses pembuatan pupuk organik secara konservatif membutuhkan waktu 8 – 12 minggu, sedang
apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan
hasilnya lebih baik. Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik tersebut ternyata terletak pada
metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran hewan, dan cacing). Cara ini biasanya memerlukanwaktu
relatif lebih singkat sehingga lebih efisien. Pembuatan pupuk organik (kompos) dengan cara baru, telah diuji
cobakan pada tanaman hortikultura, dan hasilnya lebih baik dibanding dengan menggunakan pupuk organik
hasil pemrosesan secara konservatif. Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan
effective microorganisme yang disingkat EM. EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari
Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4 nya. Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus microorganisme
fermentor. Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan
organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp,
Streptomycetes sp, Ragi (yeast), Actinomycetes.
k. Kelompok 6
2. Pada limbah cair kan bersifat khusus, desinfeksi maksudnya apa dan contohnya apa saja?
Metode desinfeksi adalah metode yang menggunakan desinfektan yang dapat membunuh kuman-kuman atau
mengurangi mikroorganisme patogen (penyebab penyakit) yang ada dalam limbah cair/ air limbah. Desifektan
dapat berupa zat senyawa/ zat tertentu, atau dengan peralakuan fisik. Proses disinfeksi pada limbah cair
biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder, atau
tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan. Agar penggunaan desinfektan tepat guna, tidak mencemari
lingkungan, dan tidak membuat mikrooganisme menjadi resistan (kebal) terhadap suatu zat desinfektan, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan desinfektan, antara lain:
Daya racun zat
Waktu kontak yang diperlukan
Efektivitas zat
Kadar dosis yang digunakan
Tidak boleh bersifat toksik (racun) terhadap manusia dan hewan
Tahan terhadap air
Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan sinar
ultraviolet (UV), atau dengan ozon (O3)