PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam menopang
pembangunaan juga sebagai sumber mata pencaharian masyarakatnya. Sektor pertanian sendiri
sebagai penyedia pangan bagi sebagian besar penduduk di negara berkembang termasuk
Indonesia, juga sebagai lapangan kerja yang tersedia secara luas bagi hampir seluruh angkatan
kerja. Sektor pertanian juga sebagai penyedia bahan baku bagi sektor industry yang kini sedang
berkembang pesat dan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan PDRB, sehingga sektor ini
dianggap sangat dominan peranannya bagi perekonomian Indonesia.
Peran utama pertanian saat ini hanya dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-
bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor industri yang dinobatkan sebagai “sektor
unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Perlahan mulai
disadari bahwa daerah pedesaan pada umumnya dan sektor pertanian pada khususnya ternyata
tidak bersifat pasif, tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang ekonomi secara keseluruhan
(Todaro dan Smith, 2003). Sektor pertanian berperan sebagai penyokong bahan baku sektor
industri. Jika mampu dikembangkan lebih lanjut produksi sektor pertanian dapat mencapai
jumlah maksimal, juga dapat menghasilkan barang konsumsi lain yang bernilai lebih dibanding
hanya sebagai penunjang sektor lainnya.
1
lainnya. Kelima, besarnya sumbangan sektor pertanian bagi pengembangan sektor industry
(penyedia bahan baku, penyedia tenaga kerja murah, penyedia modal maupun konsumen
produknya) terutama di awal pembangunan sektor industry (Kartasasmita, 1996).
Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang industrual tidak dengan
sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya.Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan
studi Bank Dunia menunjukan,bahwa sukses perkembangan sektor industri di suatu negara selalu
diiringi dengan perbaikan produktifitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian.Selain
menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian
juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasil devisa.
I. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut:
2
1. Untuk Mengetahui apa definisi pertanian
3
BAB II
ISI
Menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian sebagai sejenis proses produksi khas
yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di
dalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah
penting.
Sedangkan Mubyarto (1989; 16-17) membagi definisi pertanian dalam arti luas dan
pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup: pertanian rakyat atau disebut
sebagai pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau
perkebunan besar), kehutanan, peternakan.
Pertanian yang dimaksud dalam konsep pendapatan nasional adalah pertanian dalam arti luas. Di
Indonesia, ada 5 subsektor pertanian yaitu sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan.
Sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan
berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia
menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah
produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena
semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani.Perkembangan penduduk yang
semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung
kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian
beririgasi teknis semakin berkurang.
4
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian,
namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial
sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor -
sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas
ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.Berdasarkan data BPS tahun 2002,
bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk
meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto, begitu pula
yang ada di Indonesia.
juga tertuang dalam Program Repelita VI era Presiden Soeharto dahulu. Peranan sektor
Mensejahterakan petani
5
Sebagai wahana pemerataan pembangunan
Pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik pembangunan
infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.
Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri
Dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengonsumsi nabati alami setiap
saat, dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka peranan agroindustri akan
dominan.
Menghasilkan devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu subsektor
andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet, kopi, teh, kakao, dan
minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-komoditas tersebut adalah untuk
diekspor.
Menyediakan lapangan pekerjaan
Sebagaimana diterangkan di awal, sektor pertanian memiliki peran penting dalam menyerap
tenaga kerja. Di tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa angkatan kerja pada tahun itu
diserap oleh subsektor pertanian primer. Lalu subsektor perkebunan memberikan kontribusinya
dalam pembangunan nasional. Sampai tahun 2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh
subsektor ini diperkirakan mencapai 17 juta jiwa. Dengan demikian, selain menyediakan
lapangan kerja subsektor perkebunan ikut mengurangi arus urbanisasi.
Peningkatan pendapatan nasional
Berdasarkan data yang diperoleh, subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang
mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari
kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi nilai absolut berdasarkan harga
yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2000
menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2003, atau meningkat dengan laju sekitar 11,7% per
tahun.
Mempertahankan kelestarian sumber daya
Tidak ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya akan beraneka ragam sumber
daya pertanian secara alami (endowment factor). Maka dari itu, diharapkan dalam
penggunaannya sumber daya ini digunakan secara optimal dan tetap memperhatikan aspek
kelestarian sumber daya pertanian.
6
b) Kendala dalam Pengembangan Sektor Pertanian di Indonesia
Dalam pengembangan sektor pertanian masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam
pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri. Kendala yang
dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain:
7
tani sudah terbukti menjadi wadah penggerak pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini
dapat dilihat dari manfaat kelompok tani dalam hal memudahkan koordinasi, penyuluhan dan
pemberian paket teknologi.
5. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.
Petani merupakan sumberdaya manusia yang memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan suatu kegiatan usaha tani, karena petani merupakan pekerja dan sekaligus manajer
dalam usaha tani itu sendiri. Ada dua hal yang dapat dilihat berkaitan dengan sumberdaya
manusia ini, yaitu jumlah yang tersedia dan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri. Kedua hal
ini sering dijadikan sebagai indikator dalam menilai permasalahan yang ada pada kegiatan
pertanian.
C. Subsektor Pertanian
1. Subsektor Tanaman Pangan
Subsektor tanaman pangan sering juga disebut sebagai subsektor pertanian rakyat. Hal ini karena
biasanya rakyatlah yang mengusahakan sektor tanaman pangan, bukan perusahaan atau
pemerintah.Sektor ini mencakup komoditas-komoditas bahan makanan seperti: padi, jagung,
ketela pohon, kacang tanah, kedelai, serta sayur dan buah-buahan.
Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat
penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah,
pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa, serta menjadi penarik
bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan untuk industri hilir yang
memberikan kontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan tanaman
pangan telah terbukti secara empiris, baik dikala kondisi ekonomi normal maupun saat
menghadapi krisis.
2. Subsektor Perkebunan
Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling
konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Secara keseluruhan, areal perkebunan
meningkat dengan laju 2.6% per tahun pada periode tahun 2000-2003, dengan total areal pada
tahun 2003 mencapai 16.3 juta ha. Dari beberapa komoditas perkebunan yang penting di
Indonesia (karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu), kelapa sawit, karet dan kakao
tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya dengan laju pertumbuhan
diatas 5% per tahun. Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas tersebut pada umumnya
8
berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusahaan komoditas tersebut relatif lebih baik dan juga
kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut.
3. Subsektor perhutanan
Subsektor kehutanan secara kelembagaan ada dibawah naungan departemen kehutanan, berbeda
dengan subsektor lain yang ada di bawah naungan departemen pertanian.Dalam kedudukannya
sebagai bagian dari sektor pertanian, hasil utama subsektor kehutanan adalah kayu.Hasil hutan
lainnya disebut sebagai hasil ikutan.Nilai akhir dari hasil-hasil hutan yang belum diolah inilah
yang termasuk ke dalam nilai produk sektor pertanian dalam perhitungan psoduk domestik
bruto.Sedangkan nilai tambah hasil-hasil hutan yang sudah diolah terutama kayu olahan dalam
perhitungan PDB dimasukan sebagai nilai produk sektor industri.
Berdasarkan tata gunanya hutan di Indonesia dibedakan menjadi hutan lindung, hutan suaka
alam, dan hutan wisata, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang
dapat dikonversi.
Hutan yang diusahakan untuk diambil hasilnya adalah hutan yang dapat atau boleh dikonversi
diantaranya berupa areal hutan tanaman industri.Pengelolaan hutan produksi dijalankan oleh
perusahaan-perusahaan berdasarkan hak pengusahaan.
4. Subsektor peternakan
Sembilan puluh persen sektor peternakan diusahakan oleh rakyat, sekitar persentase itu pula
produksi telur dan daging berasal dari usaha peternakan rakyat, hanya sebesar sepuluh persen
yang diusahakan oleh perusahaan-perusahaan.Peternakan rakyat memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Skala usaha kecil
b. Teknologi sederhana
c. Bersifat padat karya dan berbasis keluarga serumah
d. Produktibitas dan mutu produk rendah
Produk subsektor peternakan meliputi daging, telur, dan susu.
5. Subsektor perikanan
Subsektor perikanan berbeda dengan keempat subsektor lainnya. Tanaman pangan dan
peternakan bersifat substitusi impor, sedangkan perkebunan dan kehutanan cenderung
diprioritaskan untuk memenuhi keperluan dalam negeri. Namun subsektor perikanan disamping
9
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga sebagai komoditas ekspor. Dilihat dari tempat
budidayanya, subsektor ini dibedakan menjadi perikanan darat dan perikanan laut.
Subsektor perikanan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini bersumber pada dua
faktor yang mempengaruhinya, yaitu pertambahan jumlah rumah tangga perikanan serta
produktivitas jumlah rumah tangga perikanan yang berkembang.
Produktivitas perikanan di Indonesia sebenarnya masih bisa lebih bagus lagi mengingat
Indonesia sebagai negara perairan.Penyebabnya adalah perikanan laut yang 75 % menguasai
sektor perikanan terhambat produksinya karena sarana yang kurang memadai.Banyak penangkap
ikan yang hanya terdiri dari kapal-kapal kecil dan menengah.Penyebab kedua, rendahnya
pertumbuhan subsektor perikanan ialah menurunnya nilai produksi ikan akibat adanya larangan
mengoperasikan pukat harimau.Apabila kapal-kapal penangkap ikan junis pukat harimau
diijinkan beroperasi maka hal tersebut akan menurunkan hasil produktivitas perikanan kecil.
Ketiga, sering terjadinya pencurian ikan secra besar-besaran oleh kapal-kapal asing yang lolos
dari patroli pantai perairan.Keempat berkaitan dengan perikanan darat, khususnya produksi
udang yakni rendahnya produktivitas lahan udang.Sampai tahun 1990 produktivitas tambak
udang di Indonesia rata-rata hanya 0,5 ton per hektar padahal beberapa negara tetangga
produksinya mencapai 5 ton per hektar.
Subsektor ini tidak terlalu mendapat perhatian serius dari pemerintah, khususnya bila
dibandingkan dengan subsektor tanaman pangan.Hal ini karena tanaman pangan yang lebih
dominan penting dibanding dengan perikanan.
D. Industrialisasi Berbasis Pertanian
Tidak dapat diingkari bahwa krisis ekonomi yang dialami Indonesia selama periode
1997-1999, salah satu penyebabnya adalah karena kesalahan strategi industrialisasi selama
pemerintahan orde baru yang tidak berbasis pada sektor yang mana Indonesia mamiliki
keunggulan komparatif yang sangat besar, yaitu pertanian. Selama krisis terbukti bahwa sektor
pertanian masih mampu memiliki laju pertumbuhan yang positif, walaupun dalam persentase
yang kecil. Sedangkan sektor industri manufaktur mengalami laju pertumbuhan yang negatif di
atas satu digit.
Ada beberapa alasan kenapa pembangunan sektor pertanian yang kuat esensial dalam
proses industrialisasi di Negara seperti Indonesia, yakni sebagai berikut:
10
1. Sektor pertanian yang kuat, berarti ketahanan pangan terjamin. Hal ini merupakan salah
satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan
ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat
pendapatan riil perkapita di sektor tersebut tinggi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah sumber input bagi sektor industri
manufaktur yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Dalam perkataan
lain, lewat keterkaitan produksi, pertumbuhan produktivitas atau output di sektor
pertanian bisa menjadi sumber pertumbuhan output di sektor industri manufaktur.
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengertian sektor pertanian menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan pertanian
sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman
dan hewan dan menurut Mubyarto (1989; 16-17) adalah pertanian rakyat atau disebut
sebagai pertanian dalam arti sempit, perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan
rakyat atau perkebunan besar), kehutanan, peternakan. Sedangkan pengertian sektor
industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam
penggunaannya.
2. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di
Indonesia.
3. Peranan sektor pertanian bagi Indonesia diantaranya mensejahterakan petani,
menyediakan pangan, sebagai wahana pemerataan pembangunan, sebagai pasar input
bagi pengembangan agroindustri, menghasilkan devisa, menyediakan lapangan
pekerjaan, peningkatan pendapatan nasional, dan mempertahankan kelestarian sumber
daya. Sedangkan peranan sektor industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari
kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan
tenaga kerja, perolehan devisa neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah serta
sumbangan terhadap pajak bagi negara.
4. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil
diantaranya lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan,
ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah, terbatasnya kemampuan dalam
penguasaan teknologi, lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani, dan kurangnya
kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.
12
DAFTAR PUSTAKA
13