Anda di halaman 1dari 20

1.

URAIKAN PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA :

A. MASA AWAL KEMERDEKAAN

1.Kekacauan Perekonomian 1945-1950

Pada periode 1945 tingkat perekonomian indonesia berada pada titik terendah. Sebab-sebab yang

melatarbelakanginya yaitu :

FAKTOR PENYEBAB KACAUNYA PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 1945-

1950

Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut .

1. Terjadi Inflasi yang sangat tinggi

Inflasi tersebut disebabakan karena :

• Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan

Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang

beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).

• Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank yang

berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yanh jumlahnya mencapai 2,3 milyar.

• Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat

menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.

Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab petani merupakan

produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat

dijual, sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah.

Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan

peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai
penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3

mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu:

• Mata uang De Javasche Bank

• Mata uang pemerintah Hindia Belanda

• Mata uang pendudukan Jepang.

2. Kekosongan kas Negara

Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnyasangat berkurang

sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung

kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah Indonesia

masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

B. MASA PEMERINTAHAN Ir. SOEKARNO / ORDE LAMA

Indonesia sebagai negara yang baru merdeka dituntut untuk mampu menghidupi negaranya

sendiri dalam berbagai aspek kehidupan, terutama aspek ekonomi. Perkembangan ekonomi

Indonesia mengalami perkembangan mulai masa pemerintahan Presiden Soekarno yang dikenal

dengan zaman Orde Lama. Kemudian mengalami perkembangan pada masa pemerintahan

Presiden Soeharto yang dikenal dengan zaman Orde Baru. Hingga zaman reformasi yang

mengalami perubahan besar-besaran dalam aspek ekonomi. Periode kekuasaan di Indonesia yaitu

Orde Lama, Orde Baru dan reformasi memiliki ciri khas masing-masing yang pada akhirnya juga

membawa dampak yang berbeda-beda bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Orientasi

pembangunan yang dimaksud adalah orientasi pembangunan keluar, yakni pembangunan dengan

melakukan stabilisasi ekonomi negeri dengan memanfaatkan sumber luar negeri dan
pembangunan berorientasi ke dalam, yang merupakan usaha stablisasi ekonomi dengan

memperkuat usaha-usaha dalam negeri (Mas’oed, 1989:95).

Orde Lama dibawah pimpinan Soekarno bersikap anti batuan asing dan berorientasi ke dalam.

Soekarno menyatakan bahwa nilai kemerdekaan yang paling tinggi adalah berdiri di atas kaki

sendiri atau yang biasa disebut “berdikari” (Mas’oed, 1989:76). Soekarno tidak menghendaki

adanya bantuan luar negeri dalam membangun perekonomian Indonesia. Pembangunan ekonomi

Indonesia haruslah dilakukan oleh Indonesia sendiri. Bahkan Soekarno melakukan kampanye

Ganyang Malaysia yang semakin memperkuat posisinya sebagai oposisi bantuan asing.

Semangat nasionalisme Soekarno menjadi pemicu sikapnya yang tidak menginginkan pihak

asing ikut campur dalam pembangungan ekonomi Indonesia. Padahal saat itu di awal

kemerdekaannya Indonesia membutuhkan pondasi yang kuat dalam pilar ekonomi. Sikap

Soekarno yang anti bantuan asing pada akhirnya membawa konsekuensi tersendiri yaitu

terjadinya kekacauan ekonomi di Indonesia. Soekarno cenderung mengabaikan permasalahan

mengenai ekonomi negara, pengeluaran besar-besaran yang terjadi bukan ditujukan terhadap

pembangunan, melainkan untuk kebutuhan militer, proyek mercusuar, dan dana-dana politik

lainnya. Soekarno juga cenderung menutup Indonesia terhadap dunia luar terutama negara-

negara barat. Hal itu diperkeruh dengan terjadinya inflasi hingga 600% per tahun pada 1966

yang pada akhirnya mengakibatkan kekacauan ekonomi bagi Indonesia. Kepercayaan

masyarakat pada era Orde Lama kemudian menurun karena rakyat tidak mendapatkan

kesejahteraan dalam bidang ekonomi.


B. KONDISI PEREKONOMIAN ORDE LAMA

Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia

bergantian menggunakan sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Hampir seluruh

program ekonomi pemerintahan Soekarno kandas di tengah jalan. Penyebabnya adalah :

1. Situasi politik yang diwarnai manuver dan sabotase, terutama dari kelompok-kelompok kanan

(masyumi, PSI, dan tentara-AD) yang tidak menghendaki kemandirian ekonomi nasional.

2. Pertarungan kekuasaan antar elit politik di tingkat nasional -yang berakibat jatuh-bangunnya

cabinet - tidak memberikan kesempatan kepada Soekarno dan kabinetnya untuk teguh

menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.

3) Yang paling pokok: borjuasi dalam negeri (pribumi) yang diharapkan menjadi kekuatan pokok

dalam mendorong industrialisasi dan kegiatan perekonomian justru tidak memiliki basis borjuis

yang tangguh.

Kendati berkali-kali mengalami kegagalan, Soekarno kemudian menekankan bahwa haluan

ekonomi baru ini hanya akan berhasil dengan dukungan masyarakyat. Dalam usaha memasifkan

dukungan rakyat, Soekarno berpropaganda tentang Trisakti:

● Berdikari di bidang ekonomi;

● Berdaulat di bidang politik; dan

● Berkepribadian dalam budaya

C. MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO / ORDE BARU

Kemudian fase baru dimulai dalam perkembangan Indonesia, yakni masa Orde Baru di bawah

pimpinan Soeharto. Di era Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto, slogan “Politik sebagai

Panglima” berubah menjadi “Ekonomi sebagai Panglima”. Karena pada masa ini, pembangunan
ekonomi merupakan keutamaan, buktinya, kebijakan-kebijakan Soeharto berorientasi kepada

pembangunan ekonomi. Kepemimpinan era Soeharto juga berbanding terbalik dengan

kepemimpinan era Soekarno. Jika kebijakan Soekarno cenderung menutup diri dari negara-

negara barat, Soeharto malah berusaha menarik modal dari negara-negara barat itu.

Perekonomian pada masa Soeharto juga ditandai dengan adanya perbaikan di berbagai sector dan

pengiriman delegasi untuk mendapatkan pinjaman-pinjaman dari negara-negara barat dan juga

IMF. Jenis bantuan asing ini sangat berarti dalam menstabilkan harga-harga melalui “injeksi”

bahan impor ke pasar. Orde Baru berpandangan bahwa Indonesia memerlukan dukungan baik

dari pemerintah negara kapitalis asing maupun dari masyarakat bisnis internasional pada

umumnya, yakni para banker dan perusahaan-perusahaan multinasional (Mochtar 1989,67). Orde

Baru cenderung berorientasi keluar dalam membangun ekonomi. Langkah Soeharto dibagi

menjadi tiga tahap. Pertama, tahap penyelamatan yang bertujuan untuk mencegah agar

kemerosotan ekonomi tidak menjadi lebih buruk lagi. Kedua, stabilisasi dan rehabilitasi

ekonomi, yang mengendalikan inflasi dan memperbaiki infrastruktur ekonmi. Ketiga,

pembangunan ekonomi. Hubungan Indonesia dengan negara lain dipererat melalui berbagai

kerjasama, Indonesia juga aktif dalam organisasi internasional, terutama PBB, dan penyelesaian

konflik dengan Malaysia. Awalnya bantuan asing sulit diperoleh karena mereka telah

dikecewakan oleh Soekarno, namun dnegan berbagai usaha dan pendekatan yang dilakukan

kucuran dana asing tersebut akhirnya diterima Indonesia. Ekonomi Indonesia mulai bangkit

bahkan akhirnya menjadi begitu kuat.


D. MASA REFORMASI

A. PEREKONOMIAN DI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN REFORMASI

Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru kemudian

disusul dengan era Reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini

tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi.

Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna

menyesuaikan dengan keadaan.

1. Masa Kepemimpinan B.J. Habibie

Pada awal pemerintahan reformasi, masyarakat umum dan kalangan pengusaha dan investor,

termasuk investor asing, menaruh pengharapan besar terhadap kemampuan dan kesungguhan

pemerintah untuk membangkitkan kembali perekonomian nasional dan menuntaskan semua

permasalahan yang ada di dalam negeri warisan rezim orde baru, seperti korupsi, kolusi dan

nepotisme (KKN); supremasi hukum; hak asasi manusia (HAM); Tragedi Trisakti dan Semanggi

I dan II; peranan ABRI di dalam politik; masalah disintegrasi; dan lainnya.

Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter

Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga

melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.

Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar

antara Rp 10.000 – Rp 15.000.

2. Masa Kepemimpinan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 1999 kondisi perekonomian

Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif walaupun

tidak jauh dari 0% dan pada tahun 2000 proses pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih
baik lagi dengan laju pertumbuhan hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi

dan tingkat suku bunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan bahwa kondisi moneter di dalam

negeri sudah mulai stabil.

3. Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri

Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengalami masalah-masalah yang mendesak

untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum.

4. Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid I (Era SBY- JK) = (2004-2009)

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial yaitu

mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar

belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor

pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

E. MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia,

atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada

rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau

masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana

pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang

Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang

sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk

menyelesaikan kasus Bank Century ini.


Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat

baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi

dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6

persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek

ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.

Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor

eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-

2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut

pada Januari 2010.

Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan

pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang

Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang

signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain

masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh

lapisan masyarakat secara menyeluruh.

F. MASA PEMERINTAHAN JOKO WIDODO

Menko Darmin Nasution menegaskan, ekonomi Indonesia terus menunjukkan perbaikan yang

menggembirakan. Hal itu ditunjukkan dari berbagai indikator ekonomi, antara lain: kemiskinan

yang menurun, per tumbuh ekonomi yang stabil, inflasi terkendali, ketimpangan pendapatan

menurun dan pengangguran yang juga menurun.


“Untuk inflasi, tiga tahun terakhir selalu di bawah persen,” kata Darmin Nasution dalam paparan

tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo- Wakil Presiden Jusuf Kalla di Bina Graha,

Selasa, 17 Oktober 2017.

Dalam konferensi pers yang diinisiasi Kantor Staf Kepresidenan bersama Kementerian

Komunikasi dan Informatika, Menko Darmin didampingi Menteri Pariwisata Arief Yahya,

Kepala BKPM Thomas Lembong, dan Kepala Bekraf Triawan Munaf. Acara dipandu Staf

Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi.

Menurut Darmin, pertumbuhan ekonomi yang tadinya melambat, kini berbalik lebih cepat lagi.

"Kita beharap bergerak ke 5,2 persen. Syukur-syukur lebih sedikit,” katanya.

Pondasi ekonomi kita, lanjut Darmin, sangat bagus. Ini jadi modal dasar bagi perekonomian

kedepan. Terlebih dari sisi infrakstruktur, kini sudah merata di seluruh Indonesia.
2. KEBIJAKAN APA SAJA YANG TELAH DILAKUKAM UNTUK

MENGATASI PERMASALAHAN EKONOMI PADA MASA :

A. MASA AWAL KEMERDEKAAN

Pada awal kemerdekaan, kehidupan ekonomi Indonesia masih sangat kacau. Terjadi inflasi yang

parah yang disebabkan oleh beredarnya mata uang Jepang yang tidak terkendali. Selain itu,

adanya blokade dari pihak Belanda semakin menyulitkan ekonomi Indonesia. Dengan adanya

blokade tersebut, barang-barang dari RI tidak dapat diekspor. Belanda berharap terjadi

kegelisahan sosial, inflasi yang tinggi, dan kelangkaan bahan-bahan kebutuhan rakyat.

Pemerintah RI berusaha untuk menebus blokade Belanda tersebut. Upaya politis yang dilakukan

adalah pemberian bantuan beras kepada India sebanyak 5000 ton karena negara tersebut sedang

ditimpa bahaya kelaparan. Sebagai imbalannya, pemerintah Indonesia akan menerima bahan

pakaian yang dibutuhkan oleh rakyat. Pemberian bantuan beras ini menunjukkan adanya

solidaritas antara sesama bangsa Asia yang pernah dijajah oleh bangsa asing. Antara Indonesia

dan India kemudian tumbuh sikap saling membantu. Negara India terlibat secara aktif dalam

perjuangan diplomasi Indonesia dalam forum internasional.

Penyelenggaraan Konferensi Ekonomi Indonesia

Dalam menanggulangi masalah ekonomi perintah RI juga menempuh tindakan yang bersifat

konseptual. Usaha-usaha tersebut direalisasikan oleh pemerintah pada bulan Februari 1946

dengan diselenggarakannya Konferensi Ekonomi Indonesia yang pertama. Adapun tujuan

konferensi tersebut adalah untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-

masalah ekonomi negara yang bersifat yang mendesak yang antara lain masalah produksi dan
distribusi makanan, masalah sandang, serta masalah status dan administrasi pengelolaan

perkebunan-perkebunan. Konferensi Ekonomi ke-2 diselenggarakan di Kota Solo pada tanggal 6

Mei 1946. Konferensi ini memiliki ruang lingkup lebih luas. Masalah yang dibahas adalah

program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan

alokasi tenaga kerja.

Pembentukan Badan Perancang Ekonomi

Setelah diadakannya konferensi ekonomi ke-2, pemerintah tetap berusaha memecahkan masalah

ekonomi nasional. Atas inisiatif Menteri Kemakmuran, A.K. Gani maka tanggal 19 Januari 1917

dibentuk Badan Perancang Ekonomi. Badan ini merupakan badan yang bertugas membuat

rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun. Selain itu, badan ini juga

bertugas untuk mengkoordinasi dan merestrukturisasi semua cabang produksi dalam bentuk

badan hukum seperti yang dilakukan pada BPPGN dan PPN. Sesudah Badan Perancang

Ekonomi bersidang, Menteri A.K. Gani kemudian mengumumkan rancangan pemerintahan

tentang Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun.

Pelaksanaan Rencana Kasimo

Karena perekonomian Indonesia sangat bergantung pada produksi pertanian, maka bidang ini

dijalankan kembali. Oleh Menteri Urusan Bahan Makanan Kasimo diturunkan Rencana Produksi

Tiga Tahun (1948-1950), yang lebih terkenal dengan nama Kasimo Plan. Kasimo Plan adalah

usaha swasembada pangan dengan petunjuk pelaksanaan yang prkatis. Isi dari Kasimo Plan

antara lain:

 Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 287.277 hektare.

 Melakukan intensifikasi pertanian di Jawa dengan menanam bibit unggul.


 Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.

 Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit.

B. MASA PEMERINTAHAN Ir. SOEKARNO / ORDE LAMA

1. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan

oleh :

a. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak

terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang

yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia

Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima

AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya

uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI

juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti

uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi

kenaikan tingkat harga.

b. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu

perdagangan luar negeri RI.

c. Kas negara kosong.

d. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :

a.Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan

persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.


b.Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan

perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke

Singapura dan Malaysia.

c.Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat

dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan

distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.

d.Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947

Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas

angkatan perang ke bidang-bidang produktif.

e.Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk

pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan

membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).

2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan

prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik

yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan

belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya

sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :

a)Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk

mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

b)Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan

mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan
membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi

serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi

dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi

yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.

c)Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU

no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

d)Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak

Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi.

Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan

pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak

berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya

dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

e)Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni

Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya

sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan

tersebut.

3. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi

terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur

oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan

persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (mengikuti Mazhab Sosialisme).


C. MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO / ORDE BARU

Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami perubahan

terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa itu pemerintah sukses menghadirkan

suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas ekonomi. Karena hal itulah

maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-perubahan kebijakan terutama dalam hal

anggaran negara.

Pada masa pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan

ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh

pemerintah. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan

Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan

pemerataan pembangunan.

Hal ini berhasil karena selama lebih dari 30 tahun, pemerintahan mengalami stabilitas politik

sehingga menunjang stabilitas ekonomi. Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa itu dituangkan

pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), yang pada akhirnya selalu

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk disahkan menjadi APBN.

APBN pada masa pemerintahan Orde Baru, disusun berdasarkan asumsi-asumsi perhitungan

dasar. Yaitu laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, harga ekspor minyak mentah Indonesia,

serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Asumsi-asumsi dasar tersebut dijadikan sebagai

ukuran fundamental ekonomi nasional. Padahal sesungguhnya, fundamental ekonomi nasional

tidak didasarkan pada perhitungan hal-hal makro. Akan tetapi, lebih kearah yang bersifat mikro-

ekonomi.
D.MASA REFORMASI

Pada masa krisis ekonomi,ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru kemudian

disusul dengan era reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini

tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi.

Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna

menyesuaikan dengan keadaan.

Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan manuver-

manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk

mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun,

belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal,

ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah

KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian

inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang

menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh

presiden Megawati.

Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengalami masalah-masalah yang mendesak

untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang

ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :

a)Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-

3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.

b)Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode

krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan

mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang

diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.

Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum

ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat

banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu

jalannya pembangunan nasional.

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial yaitu

mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar

belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor

pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

E. MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG SUHODYONO

Susilo Bambang Yudhoyono dilantik sebagai presiden ke-6 Republik Indonesia pada tanggal 20

Oktober 2004. Beberapa kondisi dan kebijakan yang ditempuh pada masa pemerintahan SBY

adalah sebagai berikut :

1. Ketika dilantik sebagai presiden, ekspor hingga Oktober 2004 mencapai US $ 58.5 milyar atau

naik 15.08 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2003. Impor hingga

Oktober 2004 mencapai US $ 37.8 milyar atau naik tajam 40.7 % bila dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun 2003, yaitu US $ 26.87 milyar.


2. Kebijakan soal Aceh ditunjukkan presiden dengan memperpanjang status darurat sipil. Pada

hari ke-26 memerintah, presiden mengunjungi Aceh. Kunjungan selama empat jam tersebut

dijaga ketat. Presiden mengajak GAM untuk mengakhiri separatisme yang diimplementasikan

pada tanggal 28 Januari 2005.

Hal ini diwujudkan dengan mengadakan perundingan dengan GAM di Helsinki, Finlandia

melalui Crisis Management Initiative pimpinan Martti Ahtisaari. Perundingan tersebut berhasil

membuahkan kesepakatan perdamaian antara Indonesia dan GAM (Gerakan Aceh Merdeka).

3. Pelunasan utang terhadap IMF pada bulan Oktober 2006. Pelunasan tersebut dilaksanakan

dalam dua tahap, yaitu : tahap pertama pada Juni 2006 dengan nominal US $ 3,7 milyar. Dan

tahap kedua pada bulan Oktober 2006 sebanyak US $ 3,2. Pelunasan utang yang lebih cepat

merupakan komitmen untuk melepaskan negara dari ketergantungan terhadap IMF.

Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, harga BBM dinaikkan sebanyak 3 kali.

Kebijakan ini ditempuh sebagai akibat melambungnya harga minyak di pasaran dunia, sehingga

menekan APEN. Namun, kemudian seiring dengan penurunan harga minyak dunia, pemerintah

pun mengambil kebijakan untuk menurunkan harga BBM. Dalam satu bulan pemerintah

menurunkan harga minyak sebanyak 2 kali, yaitu : pada tanggal 1 dan 15 Desember 2008. Pada

tanggal 15 Januari 2009 BBM pun kembali diturunkan untuk yang ketiga kalinya.

4. Kebijakan menaikkan BBM dilakukan guna mengurangi subsidi BBM. Pemerintah menilai

subsidi BBM dinilai belum dapat dinikmati oleh rakyat kecil dan hanya menguntungkan kelas
menengah ke atas. Pemerintah pun mengalihkan subsidi dalam bentuk Program Dana

Kompensasi Sosial. Bentuk dari program ini antara lain pemberian Bantuan Langsung Tunai

(BLT), penyediaan beras murah, dan pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin.

5. Pemerintah mengalokasikan dana 20 persen sebagai anggaran pendidikan untuk memenuhi

kewajiban 20 persen alokasi dari APBN sebagaimana yang telah diputuskan oleh Mahkamah

Konstitusi. Dewan Perwakilan Rakyat memberikan respon positif atas keputusan tersebut.

F. MASA PEMERINTAHAN JOKO WIDODO

BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan mendapatkan perhatian dari badan pemerhati jaminan sosial dunia yang

tergabung dalam International Social Security Association (ISSA), Organization of Economic

Co-operation and Development (OECD) serta Kementerian Tenaga Kerja Jerman. BPJS

Ketenagakerjaan jadi sorotan lantaran pelaksanaan program perlindungan bagi pekerja rentan

melalui Gerakan Nasional Peduli perlindungan Pekerja Rentan (GN Lingkaran) dan pekerja ojek

online.
Agus Susanto, Dirut BPJS menyebutkan jika GN Lingkaran menjadi pemberi perlindungan bagi

pekerja rentan dengan jumah yang cukup tinggi di Indonesia. Dan sampai saat ini sudah

mencapai 300.000 orang di seluruh Indonesia. Dan saat ini setidaknya sudah lebih dari 20.000

ojek online terlindungi BPJS Ketenagakerjaan.

DAFTAR PUSAKA

http://www.suratkabar.id/42454/news/wow-inilah-4-kebijakan-pemerintah-jokowi-yang-jadi-
sorotan-dunia

https://www.sejarah-negara.com/2016/03/5-kebijakan-susilo-bambang-yudhoyono.html

http://www.gurusejarah.com/2016/07/kebijakan-pemerintah-indonesia-pada.html

http://pendidikansertapembelajaran.blogspot.co.id/2016/10/perkembangan-ekonomi-pada-masa-
reformasi.html

http://www.donisetyawan.com/category/sejarah-indonesia/masa-awal-kemerdekaan/

Anda mungkin juga menyukai