OLEH :
1
KARYA AKHIR
Kepada
2
3
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya akhir/tesis yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan tersebut.
Makassar, 2018
Yang menyatakan
4
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhannahu Wa Ta’ala, karena atas
izin-Nya karya akhir ini dapat diselesaikan sebagai syarat dalam Program Pendidikan
Dokter Spesialis I Ilmu Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
Penulis menyadari banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam
penyusunan karya akhir ini namun atas bantuan yang tulus serta semangat yang diberikan
oleh para pembimbing yaitu dr. Haryasena, Sp.B(K)Onk dan Dr. dr. Arifin Seweng, MPH,
sehingga tahap penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan hasil
penelitian hingga penulisan karya akhir ini dapat terlaksana
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Syamsul Bachri, SH., MS selaku
Direktur Program Pasca Sarjana Unhas, Dr. dr. Andi Mardiah Tahir, Sp.OG(K) selaku Ketua
Program Studi Biomedik Ilmu Kedokteran Pasca Sarjana Unhas serta Prof. Dr. dr. Andi
Asadul Islam, Sp.BS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Unhas yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Dr. dr. Warsinggih, Sp.B(K)BD selaku Ketua Departemen Ilmu Bedah, Dr.dr.William
Hamdani, Sp.B(K)Onk selaku Ketua Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin yang banyak memberikan dukungan moril dalam mendidik,
membimbing dan menanamkan rasa percaya diri yang kuat dalam diri penulis selama
mengikuti pendidikan.
Para Guru Besar dan Staf Dosen Bagian Ilmu Bedah yang tiada hentinya mendidik
dan membimbing penulis dengan sabar dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
Terima kasih kepada para teman sejawat Residen Bedah atas bantuan dan
dorongan moril selama pendidikan, khususnya dalam penyusunan proposal, pelaksanaan
penelitian, dan penulisan laporan hasil penelitian ini.
Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang besar kepada orangtua
tercinta ibunda Yasniati dan ayahanda Jemma P. atas dukungan dan do’a yang diberikan
atas terselesaikannya penelitian ini.
Terima kasih kepada saudaraku dan seluruh keluarga besar atas do’a dan
dukungannya baik moril maupun materil yang tak ternilai selama penulis menjalani proses
pendidikan.
5
Terima kasih kepada istriku tercinta Andi Nurrissa Ramdhani serta buah hatiku
Muhammad Ghaisan Ghinan atas dukungan dan semangat yang diberikan selama
menjalani proses pendidikan.
Terima kasih kepada seluruh pegawai dan karyawan Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar yang tak dapat disebutkan satu persatu dan
semua pihak yang telah banyak membantu tanpa mengenal waktu.
Terima kasih pula penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
namun tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalaskan kebaikan yang telah diberikan selama pendidikan, penelitian, hingga
penyelesaian karya akhir ini.
6
Abstrak
Kanker payudara merupakan jenis kanker yang sering ditemukan pada wanita dan menjadi
penyebab paling umum kematian akibat kanker. Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan ekspresi COX-2 terhadap disease free survival dan overall survival pada pasien
kanker payudara. Penelitian ini bersifat observasional. Desain yang digunakan adalah
kohort/longitudinal dengan periode follow up selama 24 bulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekspresi COX-2 ditemukan pada 21 sampel (42%) dari 50 pasien
kanker payudara. Selama follow up 24 bulan DFS pada COX-2 negatif (20,1 bulan) lebih
lama dibandingkan pada COX-2 positif (14,0 bulan) dan menunjukkan hubungan yang
signifikan (p < 0,01). OS pada COX-2 negatif (22,6 bulan) lebih lama dibandingkan pada
COX-2 positif (17,8 bulan) yang juga menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,01).
Kata Kunci : cyclooxygenase-2, disease free survival, overall survival, kanker payudara
7
Abstract
Breast cancer is a type of cancer that is commonly found in women and is the most common
cause of cancer deaths. The research aimed to investigate the relationship between COX-2
expression and the disease free survival and overall survival on the breast cancer patients.
This was the observational research using the Cohort/longitudinal design with the follow-
up period for 24 months. The research result indicates that COX-2 expression is found in 21
samples (42%) out of 50 breast cancer patients. During 24 months follow up, DFS on the
negative COX-2 (20.1 months) is longer than the positive COX-2 (14.0 months and indicates
the significant relationship (p<0.01). OS on the negative COX-2 (22.6 months) is longer
than the positive COX-2 (17.8 months)which also indicates the significant relationship
(p<0.01).
8
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL/JUDUL ................................................................................................................. i
PRAKATA .......................................................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................................ vi
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 58
10
DAFTAR TABEL
11
DAFTAR GAMBAR
12
DAFTAR GRAFIK
13
DAFTAR SINGKATAN
1. COX Cyclooxygenase
4. OS Overall Survival
5. IHC Immunohistochemistry
8. PG Prostaglandin
9. AA Asam Arakhidonat
12. TX Thromboksan
14
DAFTAR LAMPIRAN
15
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi penyebab paling umum kematian akibat kanker, dengan insiden yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun, baik secara global maupun nasional. Berdasarkan Globocan tahun 2012,
insidensi kanker yang tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara dengan jumlah 48998 kasus
(30,5%), diikuti kanker serviks dengan kejadian 20928 kasus (13,0%) (Sinaga, 2015, Sampepajung,
2010). Data dari Surveillance Epidemiology and End Resulys (SEER) tahun 2007, di Amerika
Serikat diperkirakan 62.030 dengan kanker in situ, 178.480 wanita didiagnosis menderita KPD
invasif dan lebih dari 40.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut. Angka kematian ini dapat
ditekan jika terdapat cara untuk memprediksi perjalanan KPD dan hasil/ respon terhadap terapi.(
Data di Sulawesi Selatan dalam periode 2008-2012, KPD menempati urutan pertama angka
kejadian kanker. Data dari RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, penderita KPD yang datang berobat
dari tahun 2008-2012 adalah 1497 pasien, dengan rata-rata 299 pasien per tahunnya, dengan
frekuensi usia 40-49 tahun sebesar 39,4%. (Sampepajung D & Yulianto R, 2013)
Patomekanisme KPD, sebagaimana kanker pada umumnya, disebabkan oleh interaksi antara
faktor genetik dan faktor lingkungan. Kanker terjadi akibat adanya abnormalitas pertumbuhan sel,
Proses kejadian kanker atau karsinogenesis merupakan serentetan peristiwa yang berlangsung
melalui beberapa tahap (multisteps), dimulai dari tahap inisiasi, promosi, progresi, sampai
metastasis.(Beckmann MW, 1997) Penyebab KPD adalah suatu proses multifaktorial, dan tidak ada
faktor yang dominan, tetapi ada faktor resiko untuk terjadinya KPD antara lain: usia, usia menarche,
usia menopause, usia saat hamil pertama, riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga,
16
riwayat tumor jinak payudara, radiasi, hormonal, dan diet.(Chung & Bland, 2001; McPherson, Steel,
Banyak bukti genetik dan bukti famarkologis yang menunjukkan keterlibatan COX-2 dalam
neoplasia. Kontribusi jelas dari COX-2 terhadap pertumbuhan neoplastis belum diketahui. Akan
tetapi, ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa COX-2 bisa menimbulkan respon apoptotik
pada sel-sel tumor. Dengan cara ini, COX-2 memegang peranan langsung dalam pertumbuhan sel
tumor. Selain itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa COX-2 menginduksi angiogenesis (in vitro),
dan bisa mengurangi fungsi sel-T NK; dengan demikian, COX-2 dalam bagian stroma bisa
berperan terhadap kanker, baik karsinogenesis pertumbuhan kanker maupun metastasisnya serta
resisten terhadap radiasi, yang berdampak pada buruknya prognosis. Peranan patogenesis COX-
2 terhadap pertumbuhan tumor belum jelas dan dapat dilihat dari korelasi perubahan ekspresi
COX-2 dengan tingkat proliferasi dan apoptosis serta pertumbuhan tumor. Perubahan ini
Salah satu faktor prediktif pada KPD yang sedang banyak diteliti saat ini adalah protein
COX-2. Ekspresi COX-2 pada human karsinogenesis masih kontroversi. (S.C. Lester, 2010; Shim et
al., 2003) COX-2 terlibat dalam karsinogenesis dan perkembangan tumor pada kanker. Baru-baru
ini, telah dilaporkan bahwa pada KPD mengekspresikan COX-2, dan meningkatnya COX-2 pada
jaringan dimungkinkan memiliki nilai prognostik. Pasien dengan tingginya COX-2 dapat
menyebabkan kekambuhan lokal, dan mengurangi terbebasnya dari penyakit yang berhubungan
Ristimaki et al pada tahun 2002, melakukan penelitian pada 1576 pasien karsinoma
payudara, mendapatkan ekspresi berlebihan COX-2 berhubungan dengan prognosis buruk, yaitu
penurunan harapan hidup pasien.(Miglietta et al., 2010; Visscher et al., 2008) Johanna et al
melaporkan dari analisis univariat bahwa pasien yang diberikan terapi lokal, didapatkan ekspresi
17
COX-2 yang tinggi berefek pada angka Disease Free Survival (DFS) yang buruk dan tingginya angka
kematian sedang pada analisis multivariat tidak membuktikan adanya informasi prognostik baik dari
Disease Free Survival (DFS) maupun Overall Survival (OS).(Nes et al., 2010) Holmes et al
menyebutkan angka 5 year DFS pada penderita KPD dengan COX-2 negatif sebesar 83% dan 73%
pada penderita KPD dengan COX-2 positif. Walaupun kebanyakan penelitian telah mengkonfirmasi
hubungan ekspresi COX-2 dengan angka survival yang buruk pada penderita KPD, namun terdapat
juga yang tidak menemukan adanya hubungan dengan angka survival.(Holmes et al., 2011) Denkert
et al pada tahun 2003 berdasarkan analisis univariat menemukan adanya hubungan yang signifikan
antara ekspresi COX-2 dengan Disease Free Survival dan Overall Survival.(Denkert et al., 2003)
Dengan melihat protein COX-2 yang berperan pada tumorogenesis KPD di level molekuler,
maka adalah hal yang penting data pemeriksaan IHC COX-2 dalam strategi penatalaksanaan serta
mengetahui prognosis penderita KPD. Saat ini penelitian ekspresi COX-2 pada berbagai parameter
KPD masih menjadi kontroversi dan data penelitian COX-2 yang dihubungkan dengan Disease Free
Survival (DFS) dan Overall Survival (OS) pada penderita KPD di Makassar belum ada, oleh karena
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
• Apakah ada hubungan ekspresi COX-2 dengan Disease Free Survival pada penderita
kanker payudara?
• Apakah ada hubungan ekspresi COX-2 dengan Overall Survival pada penderita kanker
payudara?
Menilai hubungan ekspresi COX-2 dengan Disease Free Survival dan Overall Survival
18
1.3.2 Tujuan Khusus
4. Menilai hubungan ekspresi COX-2 dengan Disease Free Survival pada penderita
kanker payudara
5. Menilai hubungan ekspresi COX-2 dengan Overall Survival pada penderita kanker
payudara.
1.4.1.1 Memperoleh data dasar ekspresi COX-2 yang dihubungkan dengan faktor
penderita KPD.
1.4.1.3 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dan acuan bagi
penelitian selanjutnya.
baik.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Kanker Payudara adalah suatu keganasan pada payudara yang dapat terjadi pada
sistem duktal dan sistem lobular payudara, serta dapat menyebar secara infiltratif, melalui
aliran limfe maupun melalui aliran darah.(Desen, 2011) Gambaran histopatologis dari KPD
dibedakan menjadi 21 type dengan beberapa subtype (WHO, 2003). Kebanyakan KPD
adalah adenokarsinoma, diantara yang paling sering adalah type Invasif ductal (80%),
Invasif lobuler (5-10%), Tubuler (2%), Meduller (5-7%) dan Musinosum (3%). Sifat dan
2010)
2.1.2 Epidemiologi
Kanker payudara (KPD) merupakan jenis kanker yang sering ditemukan pada wanita
dan menjadi penyebab paling umum kematian akibat kanker, dengan insiden yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, baik secara global maupun nasional. Berdasarkan Globocan
tahun 2012, insidensi kanker yang tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara dengan
jumlah 48998 kasus (30,5%), diikuti kanker serviks dengan kejadian 20928 kasus (13,0%)
(Sinaga, 2015).
8.327 kasus (19,64%) dan tahun 2007 menjadi 8.227 kasus (16,85%), sedangkan menurut
estimasi insiden KPD adalah 26 per 100.000 perempuan (Gusti, 2010). Di Makassar pada
tahun 2009 kasus KPD dilaporkan sebanyak 852 subyek dengan umur antara 36 sampai 65
20
tahun (Data Dinkes Makassar). Di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama tahun
1991-1993 dilaporkan 104 kasus KPD, dimana puncak frekuensi KPD pada umur 35-45
tahun sebanyak 55,73%. Selanjutnya di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo selama 5 tahun
(2005-2009) ditemukan 768 kasus 9 KPD dimana stadium III dan IV sebanyak 67,71 %
dengan puncak frekuensi umur 30-45 tahun sebanyak 67,98 %.(Sampepajung, 2010)
Kanker Payudara merupakan masalah yang dihadapi oleh negara berkembang dan
negara maju. Di Amerika Serikat KPD merupakan merupakan kanker yang sering dialami
oleh wanita dan merupakan penyebab kematian nomor dua, di Indonesia merupakan kanker
Pada tahun 2007 diperkirakan 178.480 wanita didiagnosis menderita KPD invasif,
62.030 dengan KPD in situ, dan lebih dari 40.000 wanita meninggal karena penyakit
tersebut.(Lester, 2010) Setelah beberapa tahun konstan, insiden KPD kembali meningkat
mammografi adalah ditemukannya KPD pada stadium I, bahkan yang masih in situ, dan
berkurangnya insiden KPD stadium II sampai IV, terutama di negara-negara maju. Sejak
tahun 1994 angka kematian akibat KPD secara perlahan mulai menurun, meskipun angka
kejadiannya tetap konstan. Penurunan angka kematian ini disebabkan oleh ditemukannya
KPD dalam stadium yang curable karena manfaat skrining, demikian pula karena modalitas
terapi yang semakin baik dan efektif.(Ellis MJ et al., 2004, Lester et al., 2010, Manuaba,
2010)
Kanker Payudara lebih sering terjadi pada wanita dengan usia yang lebih dengan puncak
insiden pada usia 75-80 tahun. Umur rata-rata saat diagnosa adalah 61 tahun pada wanita
kulit putih, 56 tahun pada Hispanik, dan 46 tahun pada wanita Afrika-Amerika. KPD sangat
21
Di Indonesia penderita KPD yang dilaporkan dari beberapa rumah sakit pada
umumnya datang berobat pada stadium lanjut (stadium III dan IV). Siregar KB dari RS
Pringadi Medan melaporkan KPD stadium III dan IV sebanyak 76,9% dengan puncak
frekuensi umur 31-50 tahun sebanyak 58.5%. Azamris di RS M. Jamil Padang menemukan
57.9% pada stadium III dan IV. Tjindarbumi dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta
melaporkan stadium III dan IV sebesar 70%, Sedangkan Manuaba TW dari RS Sanglah
Denpasar melaporkan KPD stadium III dan IV sebanyak 71% dengan frekuensi 35-50 tahun
sebanyak 68%. KPD di RS Dharmais Jakarta dilaporkan terus meningkat dari 221 kasus
tahun 2003 dan menjadi 657 kasus pada tahun 2008 dimana 70% datang pada stadium III
Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000
penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat
peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit (Desen
Wan, 2011). Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2005, KPD menduduki peringkat
pertama penyakit keganasan berdasarkan data statistik rumah sakit Indonesia (Pane, 2007).
2.1.3 Etiologi
Hasil penelitian dari berbagai tempat di seluruh dunia membuktikan adanya beberapa
faktor risiko KPD, diantaranya: jenis kelamin, usia mulai menstruasi, usia partus pertama,
jumlah paritas, usia menopause alami, obesitas, penggunaan kontrasepsi hormonal oral dan
22
Useof oralcontraceptives No Yes 50
Age at birth of first child(y) <20 >30 100
Breast-feeding (y) >1 0 50
Parity >4 0 50
Age at natural menopause(y) <45 >54 50
Hormone Therapy Never Current 50
Postmenopausal body mass Index <23 >30 60
Family history of breast cancer No Yes 160
Endogenous serum estradiol Lowest Highest 80-400
Breast density on mammography 0 >/> 430
Usia mulai menstruasi yang lebih dini (kurang dari 11 tahun) dan menopause alami
yang lebih lanjut (lebih 55 tahun) meningkatkan paparan payudara terhadap hormon
ovarium, dengan demikian dapat meningkatkan risiko KPD. Semakin lanjut usia pada waktu
kehamilan (partus pertama) lebih dari 30 tahun juga akan meningkatkan risiko KPD. Selama
kehamilan, terjadi proliferasi yang pesat pada duktus, alveoli dan lobus jaringan payudara,
dan diferensiasi sel puncak pada duktus terminal dan lobus. Induksi diferensiasi sel puncak
juga mempunyai efek protektif terhadap karsinogenesis, sehingga wanita dengan nulliparitas
mempunyai faktor risiko yang lebih tinggi untuk mendapat KPD (Hulka, 1997). Obesitas
sebagai faktor risiko KPD diduga disebabkan terjadinya peningkatan produksi estrogen oleh
aktivitas aromatase pada jaringan lemak payudara (Hulka, 1997; Yager dkk,2006).
Angka kejadian KPD meningkat pesat pada wanita usia di bawah 50 tahun. Hal ini
mungkin disebabkan pada usia di bawah 50 tahun aktivitas ovarium masih tinggi dalam
memproduksi hormon seks steroid yang memicu proliferasi sel payudara selama siklus
menstruasi. Penggunaan kontrasepsi oral terutama lebih dari 4 tahun dari kehamilan pertama
Etiologi KPD sampai saat ini masih belum jelas, tapi data menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara lingkungan, agen penyebab, dan penderita itu sendiri, yang
23
mungkin merupakan satu atau beberapa faktor resiko sekaligus. Kurang lebih 5% kasus
KPD diturunkan secara herediter.(Neal and Hoskin, 2009, Kresno, 2011) 10-20% KPD
mempunyai riwayat keluarga yang menderita KPD, dan pada wanita Yahudi suku Askhenazi
terdapat mutasi genetik sebesar 25%.(Sihto et al., 2011), ada sekitar 50% penderita KPD
tidak diketahui faktor resikonya. (Hamdani, 2004) Kanker disebabkan adanya genom
abnormal, yang terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan
deferensiasi sel. Gen pengatur ini disebut protoonkogen dan suppresor gen. Terdapat pada
semua kromosom dan banyak jumlahnya, protoonkogen yang telah berubah dan
menyebabkan kanker disebut onkogen. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan
gen ini. Sehingga kanker dapat disebabkan oleh kelainan kongenital atau konstitusi genetika.
1. Karsinogen
2. Lingkungan hidup
beberapa dekade terakhir ini telah banyak menarik perhatian para ahli, terbukti dengan
banyaknya penelitian yang mengarah ke biologi sel dan genetik. Secara makroskopis,
kebanyakan KPD terjadi pada kuadran lateral atas dari payudara dan biasanya tunggal, tapi
dapat juga timbul kanker multifokal pada salah satu payudara atau keduanya (Neal, A.J.,
2003).
Kanker Payudara dapat saja terbatas atau infiltrasi secara difus, permukaan dan
teksturnya dapat sangat bervariasi bergantung pada jenis kankernya, misalnya kanker jenis
Scirrhous mempunyai tekstur yang berpasir dengan permukaan yang berwarna abu-abu atau
putih, sedangkan kanker jenis Colloid mempunyai tekstur yang lebih gelatinous. Kanker
tipe Lobular dengan infiltrasi yang difus, tidak dapat dibedakan secara makroskopis
(Neal,A.J., 2003).
24
2.1.4 Karsinogenesis dan Antikarsinogenesis
Kanker adalah salah satu kondisi patologis seluler dengan karakteristik adanya
pembelahan sel yang tidak terkontrol. Pembelahan sel diatur melalui proses daur sel secara
terprogram. Dalam satu siklus daur sel terdapat 4 (empat) fase yang dilalui, yakni fase G-1
(Gap pertama), fase S (sintesis DNA), fase G-2 (Gap kedua), dan fase M (mitosis). Pada sel
normal, peristiwa pada setiap fase tersebut diatur oleh seperangkat protein regulator yang
diaktivasi dan disediakan (diekspresi) secara ketat. Adanya perubahan dalam sistem aktivasi
atau ekspresi protein pengatur akan mengakibatkan gangguan dalam perjalanan daur sel. Sel
yang demikian inilah yang dinamakan sel yang telah mengalami perubahan (transformasi)
fisiologi dan dapat mengakibatkan rusaknya kontrol secara normal. Sel ini akan dapat
berkembang dengan lebih cepat daripada sel normal dan membentuk komunitas sel dengan
diferensiasi yang rendah. Dengan dasar adanya ketidaknormalan dalam sistem regulasi daur
sel, maka banyak obat antikanker dikembangkan dengan sasaran (target) pada modulasi daur
sel. Obat-obat antikanker tersebut memiliki sejarah yang unik dalam penemuan dan
Kanker adalah penyakit yang memiliki masa laten yang relatif panjang. Kanker
terjadi karena ada kerusakan atau transformasi protoonkogen dan supressor gen sehingga
terjadi perubahan dalam cetakan protein dari yang telah diprogramkan semula yang
interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Kanker terjadi akibat adanya
penurunan apoptosis (Deshayes dkk, 2005). Proses kejadian kanker atau karsinogenesis
25
dimulai dari tahap inisiasi, promosi, progresi, sampai metastasis (Imaida dkk,1996;
Kanker payudara terjadi sedikit lebih sering pada payudara kiri dibandingkan
payudara kanan dengan perbandingan 1,07:1. Lokasi tersering adalah pada kuadran lateral
atas (40-50%), kemudian secara berturut-turut diikuti oleh area sentral, kuadran medial atas,
kuadran lateral bawah, dan kuadran medial bawah.(Sjamsuhidajat, 2005, Ellis et al., 2003)
Gejala dan tanda klinik yang paling sering ditemukan adalah adanya massa padat,
berbatas tidak tegas, terfiksir, dengan atau tanpa nyeri. Tanda lain yang bisa ditemukan,
antara lain gambaran peau d’ orange pada kulit, ulkus, keluar cairan dari puting susu dan
pemeriksaan fisik, radiologi (mammografi dan ultrasonografi) dan sampel jaringan (baik
dengan biopsi aspirasi jarum halus, needle core biopsy maupun biopsi terbuka).
Pemeriksaan radiologi harus menggunakan mammografi, kecuali pada wanita kurang dari
berbatas tegas, massa berbatas tidak tegas, spiculate mass, deformitas parenkim dan
kalsifikasi. Sebagian besar gambaran KPD pada mammografi berupa massa tumor tanpa
Lebih dari 95% keganasan payudara adalah suatu adenokarsinoma, yang dibagi
menjadi karsinoma in situ dan karsinoma invasif. Karsinoma in situ adalah proliferasi sel-
sel anaplastik yang terbatas pada duktus dan lobulus, dibatasi oleh membran basal. Pada
membran basal dan invasif ke stroma jaringan ikat sekitarnya. Sel-sel invasif tersebut
26
memiliki potensi untuk mencapai pembuluh limfe dan pembuluh darah yang kemudian
bermetastasis ke kelenjar getah bening regional dan bermetastasis jauh.(Lester, 2010, Sihto
et al., 2011)
Tipe Histopatologi
In situ carcinoma
NOS ( no otherwise specified )
Intraductal
27
Paget’s disease and intraductal
Invasive Carcinomas
NOS
Ductal
Inflammatory
Medulary , NOS
Medullary with lymphoid stroma
Mucinous
Papillary ( predominantly micropapillary pattern )
Tubular
Lobular
Paget’s disease and infiltrating
Undifferentiated
Squamous cell
Adenoid cystic
Secretory
Cribriform
G : Gradasi Histologis
Seluruh KPD kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi histologisnya. Sistem gradasi
Kanker payudara dengan diferensiasi baik mempunyai prognosis yang lebih baik
dibandingkan yang berdiferensiasi buruk. Gradasi histologi ini penting untuk menentukan
Secara mikroskopis, KPD diklasifikasikan menjadi tipe lobular dan tipe duktal. Tipe
lobular jika kanker tumbuh didalam lobulus payudara, tipe duktal jika kanker tumbuh dari
sistem duktus payudara. Carsinoma In Situ di diagnosa jika, semua sel-sel ganas terletak
28
pada lumen dari duktus atau lobulus dan tidak merusak membrana basalis. Sedangkan pada
kanker yang invasif, sel-sel kanker telah merusak membrana basalis. Kebanyakan tipe KPD
secara mikroskopis adalah tipe Duktal carsinoma.(Neal and Hoskin, 2009) Umumnya KPD
yang invasif secara histologis adalah heterogen, dan kebanyakan adalah Adenocarsinoma,
dan terdapat 5 tipe yang paling sering secara histologis. (Zager Jonathan S, 2006) :
kelenjar getah bening dan adanya metastasis ke tempat jauh. Faktor prognostik lokal yang
buruk adalah invasif ke dinding dada, ulserasi kulit dan gambaran klinis KPD dengan
kedalam kelompok prognostik demi kepentingan pengobatan, konseling dan uji klinis.
Harapan hidup 5 tahun bagi penderita KPD berkisar dari 92% untuk stadium 0 hingga 13%
untuk stadium IV. Stadium KPD penting ditentukan setelah diagnosis ditegakkan. Stadium
akan mempengaruhi prognosis dan modalitas pengobatan yang digunakan. Sistem penentuan
stadium tersering dalam klasifikasi stadium TNM yang digunakan adalah sistem dirancang
oleh American Joint Committee on Cancer Staging (AJCC) dan International Union Contra
Le Cancer (IUCC), sebagai berikut. (Manuaba TW, 2010, Lester et al., 2010)
Ukuran T dibuat berdasarkan ukuran klinis diameter tumor terpanjang dalam “cm”, ataupun
radiologis (MRI) yang lebih akurat dalam menilai volume tumor. Nilai T dalam cm, nilai
M : Metastasis jauh
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
Group stadium :
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1* N0 M0
Stadium IIA : T0 N1 M0
T1* N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB : T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIC : tiap T N3 M0
32
Stadium IV : tiap T tiap N M1
Catatan : T1 : termasuk T1 mic
Zager et al, 2006 mengelompokkan KPD menjadi EBC (early stage breast cancer /
T1, T2, N0, N1) yaitu AJCC stadium 1 – IIB ; LABC ( Locally advanced breast cancer) yaitu
AJCC stadium III, dan MBC (Metastatic breast cancer) yaitu AJCC stadium IV.
2.1.8 Prognosis
Prognosis pada wanita penderita KPD sangat bervariasi. Banyak wanita penderita
KPD dengan perkiraan harapan hidup yang normal, dimana yang lainnya hanya mempunyai
harapan hidup 5 tahun sebesar 10%. Pengecualian pada wanita penderita KPD dengan
metastasis jauh (<10%) atau dengan inflammatory carcinoma (<5%) ( dimana prognosisnya
jelek, tanpa memperhatikan temuan klinis lainnya), prognosis ditentukan oleh pemeriksaan
patologi dari kanker primer dan kelenjar getah bening axilla. Informasi prognostik penting
dalam konseling pasien berkaitan dengan outcome penyakit, penentuan pilihan terapi dan
Pasien dengan karsinoma duktal invasif memiliki prognosis yang sedikit lebih buruk
keseluruhan dimana memiliki 10- years - overall survival sebesar 55%.(Ellis et al., 2003)
Sedangkan pasien- pasien dengan metastasis jauh memiliki prognosis yang lebih buruk lagi,
Terdapat berbagai faktor prognostik pada KPD, terdiri dari faktor prognostik mayor
dan faktor prognostik minor. Faktor prognostik mayor merupakan prediktor paling kuat
untuk memprediksi kematian penderita KPD, dimasukkan kedalam sistem AJCC dibagi
dalam 5 stadium yang berhubungan dengan harapan hidup pasien. Prognosis mayor tersebut
adalah sebagai berikut: adanya tidaknya KPD invasif; metastasis jauh; metastass ke kelenjar
getah bening; ukuran tumor; locally advances disease; dan ada tidaknya inflammatory
33
carcinoma. Sementara itu faktor prognostik minor atau faktor prediktif, yaitu faktor-faktor
yang dinilai dalam memprediksi respon terapi, diantaranya: subtipe histologi, derajat
histologi, status ER, PR, HER-2, COX-2, invasi limfatik dan vaskuler, tingkat proliferasi,
kandungan DNA, respon terhadap terapi neoadjuvant dan profil ekspresi gen. (Roses et al.,
endoplasma dan membran inti, COX-2 konsentrasinya lebih tinggi pada membran
Tahun 1991, hanya 1 bentuk COX yang ditemukan. Saat ini diketahui ada 3 family
enzim ini yaitu COX-1, COX-2, dan yang terbaru diidentifikasi adalah Cyclooxygenase-3
(COX-3), yang memiliki kesamaan aktivitas enzimatik tetapi memiliki fungsi dan pola
ekspresi yang berbeda. COX-1 dan COX-2 merupakan produk dari 2 gen yang berbeda,
COX-1 pada manusia berlokasi pada kromosom 9 dan COX-2 pada kromosom 1. Gen COX-
1 memiliki panjang 22kb dengan 11 exon dan ditranskripsi menjadi 2,8 kb messenger
Ribonucleic Acid (mRNA). Gen COX-2 panjang 8 kb dengan 10 ekson dan ditranskripsi
menjadi 4,6 kb mRNA. COX-1 dan COX-2 memiliki 60% stuktur urutan asam amino yang
identik. COX-1 dan COX-2 mempunyai perbedaan dalam kemampuannya untuk memakai
sumber asam arakhidonat endogen, baik pada sel fibroblast maupun pada sel immune.
COX-2 dapat memanfaatkan asam arakhidonat endogen dan COX-1 tidak. Hal yang paling
penting membedakan antara COX-1 dan COX-2 adalah perbedaan regulasi dari ekspresi dan
34
distribusinya pada jaringan. COX-3 merupakan varian dari COX-1, mRNA COX-3 pada
manusia memiliki panjang 5,2 kb. COX-1, COX-2, dan COX-3 memiliki persamaan yaitu
responnya tergantung dari rangsangan hormon, faktor pertumbuhan, pharbol ester, faktor
darah dan memelihara fungsi fisiologis jaringan ini. COX-2 terdapat sedikit sekali pada
jaringan yang normal dan meskipun waktu aktifnya singkat sebagai intermediate-early
respon gen yang akan meningkatkan ekspresi 20 kali lipat terhadap faktor pertumbuhan,
sitokin, tumor promoter dan onkogenik mutasi. COX-2 tidak ditemukan secara signifikan
jika tidak terdapat rangsangan atau stimulasi dan COX-3 banyak ditemukan pada korteks
Peningkatan ekspresi COX-2 dapat menyebabkan peningkatan ekspresi protein Bcl-2 yang
2 dapat bermakna preventif sekaligus kuratif pada penyakit kanker. Celecoxib menghambat
sel karsinoma lambung melalui jalur COX-2-dependent dengan menurunkan ekspresi Bcl-
2, dan jalur COX-2-independent dengan meningkatkan ekspresi p27 dan p21. Melalui
kedua jalur tersebut, Celecoxib dan Sulindac menginduksi apoptosis, menekan proliferasi,
prostaglandin H2 (PGH2). PGG2 dan PGH2 merupakan metabolit intermediet dengan waktu
35
paruh yang singkat. PGH2 kemudian diubah oleh isomer spesifik jaringan menjadi;
Metabolit asam arachidonat memiliki peran penting untuk berbagai proses biologis,
Asam arachidonat merupakan sebuah asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari 20
karbon, yang tersebar dalam dua lapis lipid sel, dan biasanya mengalami esterifikasi pada
posisi SN-2 pada fosfolipid. Enzim-enzim fosfolipase memecah membran yang mengikat
satu dari tiga jalur utama, yaitu: (1) jalur siklooksigenase: (2) jalur lipoksigenase; atau (3)
jalur sitokrom P-450 monooksigenase. Selain itu, peroksidasi radikal bebas bisa
(Christoper, 1999)
Pada keadaan istirahat, asam arakidonat disimpan dalam bentuk ester gliserol pada
phospholipase A2 (PLA2), sebagai respon terhadap trauma lokal atau aktivasi dari G-Protein
Couple Reseptor oleh faktor pertumbuhan atau sitokin. Asam arakhidonat bebas akan
dimetabolisme menjadi substansi bioaktif eikosanoid oleh tiga enzim dengan mekanisme
yang berbeda yaitu COX dan lipooksigenase. Eikosanoid terdiri dari asam lemak dengan 20
rantai karbon, termasuk prostanoid dan leukotrin. Prostanoid merupakan bagian dari
eikosanoid yang dihasilkan oleh aktivitas, termasuk prostaglandin (PG), PGI2, dan TXA2.
Leukotrin merupakan family dari derivat hidroperoksi yang merupakan hasil dari
Berikut ini efek biologi prostanoid terhadap saluran cerna, sistem kardiovaskular,
sistem saraf pusat dan perifer, ginjal dan organ reproduksi.(Claria J, 2003)
37
Tabel 2.3 Efek biologi dari produk cyclooxygenase.
karsinogenesis terjadi melalui peningkatan siklus proliferasi sel. Proliferasi sel yang
berlebihan akan memicu peningkatan proses desak antar sel. Proses desak antar sel yang
arakhidonat (AA). AA ini dipengaruhi oleh COX-2 akan diubah menjadi prostaglandin yang
akan menyebabkan sekresi angiopoitin 2. Hal ini akan menyebabkan aktivasi yang
terjadinya COX-2 yang meningkat. Peneliti lain menyatakan bahwa peningkatan ekspresi
COX-2 akan meningkatkan aktivitas dan sintesis prostaglandin, kemudian akan memicu
Hampir 40% KPD mengekspresikan COX-2 secara berlebihan, hal ini berhubungan
38
terbukti mampu menghambat proliferasi sel-sel tersebut. Prostaglandin mampu
mengungkapkan bahwa inhibisi COX-2 oleh celecoxib dalam Burkitt’s lymphoma cell lines
RAJI, BjAB (negatif virus Epstein-Barr) dan BL41 dapat mengurangi proliferasi sel. NS-
398 dan celecoxib mampu mengurangi proliferasi sel-sel kanker pankreatik, Panc-1, secara
dose-dependent. Pengobatan dengan celecoxib pada sel-sel tumor yang ditanamkan dalam
tikus nude dapat mengurangi volume tumor. Penelitian lain menunjukkan bahwa celecoxib
mampu mengurangi proliferasi sel K562 dalam leukemia mieloid kronis (CML), yang
mengekspresikan COX-2 pada mRNA dan proteinnya. Efek tersebut disertai dengan
akumulasi sel dalam G0/G1. Inhibisi proliferasi sel berkorelasi dengan penurunan siklin D1,
siklin E, dan pRb serta peningkatan p16 dan p27.(Sobolewski et al., 2010)
Family COX adalah enzim yang terdiri dari 2 anggota, COX-1 adalah enzim yang
terekspresi di banyak organ dan COX-2 hanya terekspresi pada jaringan tertentu saja,
termasuk plasenta, otak dan ginjal. Dimana COX-2 ekspresinya meningkat oleh sejumlah
al., 2005)
Kedua enzim COX ini mengkatalisis asam arakidonat menjadi PGG2 dan sesudah
itu menjadi PGH2, yang berperan sebagai substrat untuk isomerisasi multipel yang secara
sendirinya berespon untuk generasi untuk menghasilkan eikosanoid, termasuk PGE2, PGI2
dan TXA2. Prostaglandin terutama PGE2 akan memodulasi terbentuknya tumor. Misalnya
PGE2 berikatan secara spesifik dengan reseptor protein G-couple reseptor pada permukaan
sel epitel, dan akan menstimulasi rangkaian sinyal pertumbuhan dan motilitas. Didalam sel-
39
sel epitel PGE2 akan menekan apoptosis dengan meningkatkan ekspresi BCL2 dan juga
meningkatkan migrasi sel atau lebih invasif dan mengaktivasi Epidermal Growth Factor
prostaglandin intermediat PGG2, dan kemudian menjadi PGH2. Berikutnya tahapan enzim
Thromboksan (TX) A2 dan prostasiklin (PGI2), produksi platelet dan endotel, dimana
keduanya berperan dalam biologi pembuluh darah. Yang terpenting adalah hubunganya
dengan tumorgenesis sel epitel, PGE2 secara umum berasal dari PGH2 melalui aksi dari
sintesis PGE2. Signal PGE2 berikutnya diinisiasi melalui interksi PGE2 dengan PGE2
reseptor EP1, dengan asal yang sama menjadi EP4. Signal PGE2 bisa dihentikan melalui
Peningkatan konsentrasi PGE2 pada jaringan sel ganas akibat dari ekspresi berlebihan dari
enzim COX-2, modulasi sintesis PGE dan atau hilangnya ekspresi 15-PGDH .(Howe et al.,
Studi terbaru menunjukkan bahwa level enzim COX-2 meningkat pada beberapa
kanker, seperti karsinoma kolorektal, karsinoma sel skuamous kepala dan leher, serta
beberapa kanker paru-paru dan payudara. Faktor yang kemungkinan berperan dalam
peningkatan ekspresi COX-2 adalah sitokin, faktor pertumbuhan, mediator inflamasi, agen
perusak DNA dan agen oksidasi. Pada manusia dan model binatang level COX-2 ditemukan
lebih tinggi pada adenokarsinoma tipe intestinal dibandingkan pada lesi prakanker seperti
40
famylial adenomatous polyposis . Mirip pada beberapa karsinoma sel skuamous kepala dan
leher, level COX-2, PG, seperti PG2α, PGE2 dan metabolisnya ditemukan lebih tinggi
knocked out, tumbuh menjadi polip adenomatous pada penelitian dengan tikus yang sama,
ketika ditumbuhkan dengan COX-2 knock out, tikus tersebut menunjukkan penurunan
metabolismenya diketahui mengatur proses seluler seperti mitosis, proliferasi sel dan adhesi
epitel mengandung kadar PGE2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan yang
normal. Terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa kurangnya imunitas anti tumor
dihasilkan oleh efek immunosupresif dari PGE2. Penelitian yang dilakukan dengan
pemberian inhibitor COX-2 pada Murine Lewis karsinoma paru terbukti dapat
(IL-10) dan meningkatkan Interleukin-12 (IL-12). IL-10 dan IL-12 merupakan komponen
Pada sel yang normal, apoptosis bertujuan untuk mencegah proliferasi yang tidak
kerusakan molekuler. Fungsi ini sangat penting terutama pada sel–sel epitel yang terus
sel tumor memiliki waktu survive lebih lama dan terjadi akumulasi genetic eror. Terjadinya
gangguan pada program kematian sel juga berkontribusi terhadap resistensi terhadap terapi,
menyebabkan sel tumor lebih sulit untuk dibunuh dengan radiasi atau kemoterapi.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa COX-2 dan PGE2 merupakan faktor yang
penting pada mekanisme apoptosis sel epitel. Beragam studi in vitro menunjukkan bahwa
COX-2 meningkatkan proliferasi sel maupun resistensi terhadap apoptosis, dan supresi
2009)
Limfangiogenesis
merupakan proses pembentukan pembuluh darah baru dari sel-sel endotel pembuluh darah
yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan karsinoma payudara setelah mencapai ukuran 2
mm, jika tidak terdapat angiogenesis akan terjadi kematian sel akibat hipoksia dan
kekurangan nutrisi. Oleh karena itu diperlukan angiogenesis agar pertumbuhan karsinoma
COX-2 dan PG (misalnya PGE2 dan PGI2) merupakan faktor potensial yang penting
penting dan terlibat dalam selular adesi, pertumbuhan dan diferensiasi sel. COX-2 secara
konsisten terekspresi dalam pembentukan pembuluh darah baru dalam tumor dan pembuluh
darah disekitar tumor payudara, paru, pankreas, prostat, kandung kemih dan kolon. Efek pro-
angiogenik dari COX-2 dapat meningkatkan ekspresi dari Vascular Endothelial Growth
meningkatkan VEGF-c, yang konsisten terekspresi pada tumor paru, leukemia dan kanker
2.2.4.4 Peranan COX-2 terhadap Migrasi, Invasi Sel Ganas dan Kerusakan DNA
langsung mengaktivasi pertahanan dan migrasi sel. Mekanisme sinyal COX-2 dan EGFR
menunjukkan hubungan sangat erat. COX-2 dapat mempengaruhi invasi sel secara langsung
bahwa COX-2 memicu invasi sel tumor melalui Nuclear Factor of Activated T Cell (NFAT)-
Binding Site pada COX-2 promoter. NFAT merupakan family dari faktor transkripsi yang
diidentifikasi pertama kali dari sel-sel hematopoetik. Aktivitasnya memicu invasi sel pada
tumor payudara, sarcoma kapossi dan kanker kolon. Sequen NFAT berdekatan dengan Ap-
1 binding site yang terletak pada COX-2 promoter. Dimana penelitian terdahulu
menunjukkan sequen ini sangat penting untuk aktivasi transkripsi COX-2. Aktivasi NFAT
akan meningkatkan ekspresi COX-2, PGE2 dan memicu invasi sel-sel tumor.(Bertagnolli,
Meskipun prinsip efek tumorigenik dari COX-2 termasuk memicu PGE2, COX-2
juga memiliki aktivitas peroksidase dan hasilnya dapat berpotensi terbentuknya mutagen
DNA pada jaringan yang beresiko. Isomerisasi produk COX-2 yaitu PGH2, memicu
frame shift DNA dan substitusi pasangan basa. Tergantung dari lingkungan jaringan,
karsinogen dapat terbentuk melalui aktivitas peroksidase dari COX-2 yang berasal dari
polisiklik.(Bertagnolli, 2007)
43
2.2.5 Peranan COX-2 dan Ekspresi COX-2 pada Kanker Payudara
pertumbuhan tumor. Pada karsinoma payudara COX-2 berperan dalam berbagai proses yaitu
; menekan apoptosis, oleh induksi PGE2, dimana berakibat terjadi peningkatan protein
antiapoptosis BCL2, menekan ekspresi protein proapoptosis BAX dan melemahkan sinyal
Nitrit Oksida (NO), meningkatkan angiogenesis melalui peningkatan level PGE2, yang
diikuti oleh peningkatan VEGF, endothelin-1 dan produksi PDGF. Peningkatan kemampuan
invasi sel tumor melalui ekspresi berlebihan CD44 serta peningkatan pertumbuhan sel tumor
Pada sel epitel kelenjar payudara normal maupun ganas estrogen akan berikatan
dengan reseptor estrogen yang terdapat pada permukaan inti untuk membentuk komplek
estrogen dan ER. Komplek ini kemudian berikatan pada tempat yang spesifik pada DNA sel,
dan ikatan ini akan memacu transkripsi kedalam mRNA untuk terbentuknya protein. Protein
ini kemudian menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan pada sel epitel payudara
ukuran tumor, tingkat proliferasi, metastase pada kelenjar axilla, histopatologi jaringan,
HER-2 dan penurunan disease free survival rate pada KPD. Ekspresi COX-2 juga ditemukan
pada KPD invasive dan insitu serta pada carsinoma dengan diferensiasi yang jelek.(Divvela
et al., 2010)
Disamping itu COX-2 juga menghasilkan bahan mutagen melalui metabolisme asam
40% pada karsinoma payudara invasif, dimana pada beberapa studi didapatkan rentanganya
antara 17% sampai 84%. Ekspresi berlebihan COX-2 ditemukan pada proses karsinogensis
KPD manusia dari stadium pre-invasif sampai metastasis. Hampir semua sel epitel
karsinoma payudara manusia mengandung mRNA COX-2, protein COX-2 atau keduanya.
Pada penelitian yang dilakukan pada manusia ditemukan bahwa peningkatan mRNA COX-
2 terjadi 50 kali lipat, peningkatan kadar proteinnya 40% pada premalignant adenoma dan
80 – 90% pada karsinoma kolorektal. Protein COX-2 lebih sering ditemukan pada sel epitel
tumor dan jarang terekspresi pada sel epitel normal. Regulasi berlebihan COX-2 juga
ditemukan pada tumor payudara tikus, dimana protein COX-2 juga ditemukan pada tumor
↑CD 44
Pada beberapa keadaan sel seperti hipoksia, cytokine (IL-6), oncogen (ras dan scr),
VEGF menyebabkan peningkatan COX-2. Pada tingkat sel, tingginya aktivitas COX-2
45
Gambar 3. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan ekspresi COX-2.(Divvela et al., 2010)
parameter yang menandakan agresivitas KPD seperti, ukuran tumor yang lebih besar, derajat
diferensiasi yang tinggi, proliferasi tinggi, status ER negatif dan ekspresi berlebihan HER-
2. Ristimaki et al, menemukan hubungan timbal balik antara level protein COX-2 dan
metastasisnya serta resisten terhadap radiasi, yang berdampak pada buruknya prognosis.
Peranan dan juga patogenesis COX-2 dalam pertumbuhan tumor belum jelas benar dan
dapat dilihat dari korelasi perubahan ekspresi COX-2 dengan tingkat proliferasi dan
46
Gambar 4: Mekanisme di mana COX-2 dan PGE2 bisa mengatur perkembangan tumor payudara.
(Mazhar et al., 2006)
pada sitoplasma sel epitel, terwarnai sedikit pada beberapa sel stroma seperti sel endotel
vaskular, fibroblast dan sel mononuklear pada karsinoma kolorektal. Protein COX-2
umumnya tidak terdeteksi pada jaringan normal dan pada kondisi basal. Pada proses
inflamasi dan kondisi-kondisi patologik COX-2 diinduksi oleh faktor pertumbuhan, sitokin,
promotor tumor dan onkogen selanjutnya akan diekspresikan pada berbagai jenis sel seperti
makrofag, epitelial, sel endotelial, fibroblast yang akan berperan pada peningkatan sintesis
pertumbuhan sel, proliferasi dan survival. Kondisi hipoxia akan menginduksi factor
transkripsi hypoxia-inducible factor (HIF-1) yang akan meningkatkan ekspresi COX-2 dan
47
produksi PGE2 sehingga mengaktifkan Ras-MAPK pathway dan menimbulkan efek positif
feeback terhadap pro-survival COX-2/ PGE2. Sinyal anti proliferasi seperti transforming
growth factorbeta (TGF-β) dapat menghambat proliferasi dengan mencegah sel masuk ke
fase G1 dari siklus sel sehingga sel tetap berada di fase G0. Ekspresi COX-2/ PGE2
reseptor TGF-β tipe II. COX-2 mempromosi vaskularisasi karsinoma dengan menghasilkan
PGE2 dan prostaglandin I2 yang akan menginduksi proliferasi dan migrasi sel endotel
melalui aktivasi integrin. PGE2 dapat meningkatkan VEGF dan bFGF yang penting untuk
induksi NFκB yang merupakan faktor transkripsi penting dalam peningkatan transkripsi
protein anti apoptosis seperti Bcl-2 melalui aktivasi dari Ras-MAPK/ERK signalling
pathways dan meningkatkan resistensi terhadap butyrate- induced apoptosis. Ekspresi COX-
apoptosis) yang berhubungan dengan jalur apoptosis ekstrinsik. Peningkatan kadar PGE2
rangsangan sitokin yang dihasilkan oleh sel dendrit terhadap sel CD4+/Th1 sehingga
NSAID adalah kelompok obat yang banyak tersedia dan murah. Efek Salisilat sebagai
analgesik, antiinflamasi, antipiretik dan antitrombotik telah dikenal sejak periode mesir dan
yunani kuno. Sejak abad ke -19 telah dieksplorasi dan digunakan sebagai analgesik
bahwa NSAID menurunkan resiko kanker kolorektal hingga ½ kali.(Mazhar D; Ang, 2006.
48
Pemberian selekoksib sebagai penghambat COX-2 selektif ternyata tidak saja
berhubungan dengan penurunan sangat bermakna tingkat ekspresi COX-2 akan tetapi
terdapat juga penurunan sangat bermakna tingkat ekspresi Ki-67 sebagai marka proliferasi
serta peningkatan tingkat ekspresi kaspase-3 sebagai marka apoptosis yang kemudian
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa sinyal pertumbuhan sel memicu aktivasi Ras
yang selanjutnya akan meningkatkan proliferasi dan menghambat apoptosis melalui jalur
Akt). Sementara itu jalur Ras-MAPK memicu COX-2 yang memberi umpan balik positif
bagi aktivasi jalur COX-2-PGE2, jalur Ras-MAPK, dan PI3K-Akt, sehingga jalur COX-2-
PGE2 ini dapat dianggap roda penggerak yang mempertahankan aktivitas kedua jalur
tersebut. Keadaan ini akan meningkatkan proliferasi dan menghambat apoptosis. Makin
tinggi tingkat ekspresi COX-2 makin tinggi pula tingkat ekspresi Ki-67 sebagai marker
proliferasi, makin besar ukuran tumor dan makin rendah tingkat ekspresi kaspase-3. Keadaan
ini merupakan bukti bahwa COX-2 sebagai bagian dari jalur COX-2-PGE2 yang berperan
bergantung pada antara lain selisih tingkat proliferasi dengan tingkat apoptosis, sehingga
semakin besar selisihnya, semakin besar pula pertumbuhan tumor. Ternyata penurunan
tingkat ekspresi COX-2 menurunkan selisih tingkat proliferasi dan apoptosis, yang berarti
kembali jalur Ras-MAPK, sehingga tampak bahwa jalur COX-2 ini mempertahankan dan
49
meningkatkan aktivitas jalur Ras-MAPK yang berujung dengan peningkatan proliferasi.
Aktivasi COX-2 ini ternyata menghambat apoptosis dengan aktivasi jalur PI3K-Akt,
baik melalui aktivasi Ras maupun EGFR. Dapat disimpulkan bahwa COX-2 berperan
dalam mempertahankan aktivitas proliferasi yang ditandai oleh tingkat ekspresi Ki-67,
serta menghambat apoptosis yang ditandai oleh penurunan tingkat ekspresi kaspase-3,
50
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
Sitokin
Mediator Inflamasi
NSAID, COX2 Tumor Promotor
COX-2 Oxidizing Agen
Selective
Inhibitor Agen perusak DNA
PGE2
Faktor pertumbuhan
Aktivasi ER Imunosupresi
DNA repair
Kompleks E-ER
Apoptosis Proliferasi sel
Survival
51
3.2. KERANGKA KONSEP
VGEF ↑ Angiogenesis ↑
Bax ↓
DFS
CD44 ↑ Invasivitas ↑
COX- 2
Variabel Bebas
Variabel Tergantung
Variabel Antara
3.3. HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara overekspresi COX-2 dengan Disease Free Survival Survival
2. Ada hubungan antara overekspresi COX-2 dengan Overall Survival pada penderita
KPD
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
4. 1. Desain Penelitian
longitudinal.
Penelitian ini dilakukan di divisi Bedah Onkologi Rumah Sakit Dr. Wahidin
4. 3. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah wanita penderita KPD yang dirawat di divisi Bedah
penelitian, diperoleh berdasarkan urutan masuknya di rumah sakit dan setuju untuk
dilakukan pemeriksaan status COX-2 dan penilaian DFS serta OS selama kurun waktu
penelitian.
Sampel penelitian diambil dari jaringan tumor pada wanita penderita KPD yang
telah didiagnosis sebagai kanker payudara (sesuai pemeriksaan klinis dan histopatologi).
53
4. 5. Perkiraan Besar Sampel
NZ2PQ
n=
d2(N-1)+Z2PQ
Keterangan:
Z : SD normal (1,96)
Q =1–P
4. Penderita KPD dengan atau tanpa infeksi yang bersedia dilakukan pemeriksaan
COX-2.
54
4.6.2. Kriteria eksklusi
1. Menilai hubungan antara ekspresi COX-2 dengan Disease Free Survival dan
Subyek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi yang menjalani operasi
1. Penderita KPD yang memenuhi kriteria inklusi dicatat umur, tanda vital (frekuensi
nadi, pernapasan, tekanan darah, suhu dan tingkat kesadaran), gejala klinik, faktor
3. Sampel adalah jaringan yang diambil dari jaringan kanker penderita, dengan
ukuran yang disesuaikan dengan stadium klinis wanita penderita KPD kemudian
55
4. Follow up dilakukan selama 2 tahun setelah operasi dengan menilai angka
Jaringan Tumor
Pemeriksaan COX-2
1. KPD adalah keganasan yang terjadi pada epitel kelenjar dan saluran payudara,
56
prostaglandin (PGH2) yang akan meningkatkan proliferasi sel kanker .(Meiyanto
3. Disease Free Survival adalah persentase jumlah penderita kanker payudara yang
bertahan hidup dalam jangka waktu setelah terapi utama terhadap kanker payudara
4. Overall Survival adalah persentase jumlah penderita kanker payudara yang masih
bertahan hidup selama jangka waktu 2 tahun setelah didiagnosa atau diberikan terapi
(Immunohistochemistry) menjadi :
cahaya binokuler merk Olympus tipe CX 21, mulai dari pembesaran lemah (4x)
dilakukan pada seluruh sel tumor dimulai dari bagian tumor dengan ekspresi COX-
2 terkuat ke bagian yang lebih lemah. Interpretasi ekspresi COX-2 dilakukan oleh
peneliti dan seorang spesialis Patologi Anatomi. Sel yang mengekspresikan COX-2
akan tampak berwarna coklat pada sitoplasma. Penilaian ekspresi COX-2 dibuat
berdasarkan analisis persentase sel tumor yang positif dan intensitas pewarnaan.
Ekspresi COX-2 diberi skor 0 (< 6%), +1 (6-25%), +2 (26-50%), dan +3 (51-75%),
dan +4 (76-100%) dari seluruh sel-sel tumor. Intensitas pengecatan di beri skor 0
(negatif), 1 ( lemah), 2 (sedang), dan 3 (kuat). Jumlah skor dari sel tumor yang tercat
57
dan intensitas warna pengecatan antara 0-7. Untuk menyimpulkan hasil dari
pengecatan IHC Cox-2 yaitu skor dengan jumlah lebih dari atau sama dengan 3 (≥3)
Penelitian akan dilaksanakan dengan cara pengumpulan data deskriptif penderita dari
Maret 2015 serta pengumpulan data penderita KPD yang sementara dirawat di perawatan
bedah Onkologi atau yang kontrol di poliklinik rawat jalan bedah Onkologi hingga jumlah
Data yang diperoleh dicatat dan dikelompokkan berdasarkan tujuan dan jenis data.
Kemudian dipilih metode statistik yang sesuai, yaitu dilakukan analisis dengan
Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis diskriptif (mean, standar deviasi dan
sebaran frekuensi) dan uji statistik Kaplan-Meier untuk membandingkan DFS dan OS
berdasarkan ekspresi COX-2. Hasil uji statistik signifikan jika nilai p<0,05. Hasil analisis
58
BAB V
HASIL PENELITIAN
didapatkan 50 sampel yang memenuhi kriteria. Pasien dengan umur kurang dari 50
tahun lebih banyak yaitu 27 pasien (54%), dengan grading histopatologi terbanyak
adalah moderate grade 22 pasien (44%), stadium lokal lanjut lebih banyak yaitu 31
59
Tabel 5.2. Statistik Diskriptif Umur, Lama DFS dan OS (n=50)
1
DFS = Disease Free Survival
2
OS = Overall Survival
Tabel 5.2 menunjukkan umur subyek yang diteliti adalah antara 32-81 tahun,
dengan mean (rerata) 50±10 tahun. Secara umum, pada akhir follow-up 24 bulan
didapatkan lama DFS semua subyek antara 1-24 bulan dengan mean 17,5±7,7 bulan.
Sedangkan lama OS juga bervariasi antara 1-24 bulan dengan mean 20,6±6,5 bulan.
Variabel Kategori n %
Positif 21 42,0
DFS1 Ya 24 48,0
Tidak 26 52,0
OS2 Ya 35 70,0
Tidak 15 30,0
1
Status DFS pada akhir follow-up 24 bulan
2
Status OS pada akhir follow-up 24 bulan
60
Tabel 5.3 Menunjukkan sebagian besar subyek berumur 40-49 tahun
negatif (48,0%). Berdasarkan status DFS dan OS pada akhir follow-up, didapatkan
Mean
Chi-Square df p
Tabel 5.4 menunjukkan perbandingan rerata lama DFS antara COX-2 negatif
dengan positif, dimana terlihat rerata lama DFS pada COX-2 negatif (20,1 bulan)
lebih lama dibandingkan pada COX-2 positif (14,0 bulan). Berdasarkan hasil uji
statistik pada Tabel 5.5 didapatkan bahwa perbedaan tersebut signifikan (p<0,01).
Hal ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara COX-2 positif dengan lama
negatif lebih tinggi dibandingkan dengan COX-2 positif, yang berarti kemungkinan
DFS pada subyek dengan COX-2 negatif lebih tinggi dibandingkan subyek dengan
COX-2 positif.
Mean
62
Tabel 5.7. Hasil Uji Mean Survival Time OS
Chi-Square df p
dengan positif, dimana terlihat rerata lama OS pada COX-2 negatif (22,6 bulan) lebih
lama dibandingkan pada COX-2 positif (17,8 bulan). Berdasarkan hasil uji statistik
pada Tabel 5.7 didapatkan bahwa perbedaan tersebut signifikan (p<0,01). Hal ini
negatif lebih tinggi dibandingkan dengan COX-2 positif, yang berarti kemungkinan
OS pada subyek dengan COX-2 negatif lebih tinggi dibandingkan subyek dengan
COX-2 positif.
63
BAB VI
PEMBAHASAN
Angka kejadian KPD meningkat pesat pada wanita usia di bawah 50 tahun. Umur
rata-rata pasien saat diagnosis adalah 61 tahun pada perempuan kulit putih, 56 tahun pada
Hispanik, dan 46 tahun pada perempuan Afrika-Amerika. KPD invasif sangat jarang terjadi
sebelum umur 25 tahun (Lester, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Suchak K dkk (2014)
menemukan persentase COX-2 secara signifikan lebih tinggi pada kelompok pasien usia >50
tahun. Umur subjek penelitian tidak berpengaruh terhadap ekspresi COX-2 pada KPD baik
analisis secara bivariat maupun multivariat dilihat dari distribusi penyebaran kasus. Pada
penelitian ini dari semua kasus, umur penderita KPD terbanyak adalah pada kelompok umur
<50 tahun dengan jumlah 27 kasus (54%) dengan usia minimun 32 tahun dan maksimal 81
tahun dengan rata-rata umur pasien adalah 50,34 tahun. Umur penderita pada penelitian ini
relatif lebih muda apabila dibandingkan dengan umur penderita KPD invasif di negara-
negara barat, dimana 80-90% penderitanya adalah berumur diatas 60 tahun (Lester, 2010).
Pada jaringan payudara ekspresi COX-2 dapat dijumpai pada sel epitel, makrofag yang
teraktivasi dan sel tumor. Ekspresi COX-2 pada KPD berperan dalam berbagai proses
Jalur COX-2 pada mekanisme karsinogenesis KPD invasif melalui empat jalur. Jalur
pertama melalui peningkatan ekspresi PGE2. Dimana peningkatan jumlah PGE2 akan
peningkatan kemampuan pembentukan pembuluh darah baru dan metastasis sel ganas.
64
Disamping itu peningkatan jumlah PGE2 menyebabkan peningkatan ekspresi protein anti
apoptosis yaitu BCL2, menyebabkan penekanan terhadap protein pro apoptosis yaitu BAX
dan melemahkan signal NO. Sebagai akibatnya kematian sel tidak terjadi dan sel ganas terus
akan menyebabkan stimulasi terhadap CD44. Dimana CD44 ini dapat mengaktifkan enzim
MMP2, yang berakibat matrix ekstraseluler akan terdegradasi, sehingga sel ganas akan lebih
mudah untuk melakukan invasi ke jaringan sekitar. Jalur ketiga, peningkatan ekspresi COX-
2 akan mengaktivasi ER, yang akan meningkatkan komplek estrogen dan ER. Komplek ini
kemudian berikatan pada tempat yang spesifik pada DNA sel, dan ikatan ini akan memacu
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sel epitel payudara normal maupun ganas
Beberapa penelitian saat ini melaporkan bahwa peningkatan level ekspresi COX-2
berhubungan dengan meningkatnya resiko relaps dan kematian pada penderita kanker
payudara berdasarkan analisa univariat (Nes,2011). Pada penelitian ini didapatkan rerata
lama DFS dan OS pada COX-2 negatif lebih lama dibandingkan dengan COX-2 positif
dengan nilai masing-masing p<0,01 yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara
COX-2 positif dengan lama DFS dan OS yang lebih singkat dibandingkan COX-2 negatif.
Hasil ini menunjukkan bahwa ekspresi COX-2 yang meningkat menghasilkan angka
Hasil penelitian yang mirip didapatkan oleh Van Nes et al dengan analisis univariat
mendapatkan ekspresi yang tinggi dari COX-2 menghasilkan DFS yang buruk (p=0,02) dan
65
lebih banyak kematian (p=0,016) (Nes,2011). Ristimaki et al melaporkan bahwa ekspresi
COX-2 merupakan faktor survival negatif untuk distant disease free survival, yang mana
mereka defenisikan sebagai waktu antara diagnosis dan kemunculan dari metastase diluar
analisa survival univariat oleh Denkert et al menemukan bahwa pengaruh prognostik dari
ekspresi COX-2 sangat kuat terhadap DFS (p=0,0007) dan OS (p=0,02). Hasil yang
independen untuk hasil yang tidak baik pada pasien dengan kanker payudara (Denkert,2003).
Peningkatan ekspresi protein COX-2 lebih sering pada kanker payudara yang menunjukkan
marker untuk prognosis yang jelek dan berhubungan secara signifikan dengan penurunan
difollow up selama 24 bulan menemukan bahwa pasien kanker payudara dengan tumor
positif COX-2 memiliki angka DFS lebih pendek yang signifikan (p=0,0325) (Costa,2002).
Park et al dalam penelitiannya terhadap 178 pasien kanker payudara selama periode
median follow up 56 bulan menemukan bahwa DFS dan OS pada pasien dengan tumor yang
dengan tumor COX-2 negatif (p=0,009 pada DFS, p=0,011 pada OS). Penurunan angka
survival pada pasien dengan tumor yang mengekspresikan COX-2 sepertinya berhubungan
dengan produksi PGE2. Peningkatan produksi PGE2 dihubungkan dengan proses inflamasi
penelitian secara longitudinal yang menggunakan sampel dengan jumlah yang masih sedikit
sehingga kurang dapat dipakai untuk melihat hubungan sebab akibat. Waktu follow up yang
66
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
7.1.1 Ekspresi COX-2 memiliki hubungan yang signifikan dengan Disease Free
Survival pada pasien kanker payudara (p < 0,01) selama follow up 24 bulan.
7.1.2 Ekspresi COX-2 memiliki hubungan yang signifikan dengan Overall Survival
7.2 SARAN
7.3.2 Dari penelitian ini disarankan pemanfaatan anti COX-2 sebagai terapi preventif
7.3.3 Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan ekspresi COX-2 terhadap
67
DAFTAR PUSTAKA
Abeloff MD, W. A., Weber BL. 2006. Cancer of the Breast In: Abeloff’s Clinical Oncology,
Churchill Living Stone press.
Albar, Z., Tjindarbumi, D., Ramli, M., Lukitto, P., Reksoprawiro, S., Handojo, D., Darwis,
I., Suardi, D. & Achmad, D. 2004. Protokol peraboi 2003. Perhimpunan Ahli Bedah
Onkologi Indonesia.
Beckmann MW, N. D., Schnürch, Gusterson BA, 1997. Multistep carcinogenesis of breast
cancer and tumour heterogeneity. J Mol Med, 75, 429-439.
Bertagnolli, MM, Viner, J. L. & Hawk, E. T. 2008. Cyclooxygenase-2 as a Target for Cancer
Prevention and Treatment. Molecular Targeting in Oncology. Springer.
Bertagnolli, MM. 2007. Cox-2 and cancer chemoprevention: picking up the pieces. Cancer
Prevention. Springer.
Christoper WS, Mann Moss & N, D. R. 1999. The role of Cyclooxygenases in inflamation,
cancer, and development. Departement of medicine, The vanderbilt cancer center,
Nashville, Tennessee.
Denkert C, Winzer KJ, Muller BM, Weichert W, Pest S, Kobel M, Kristiansen G, Reles A,
Siegert A, Guski H, Hauptmann S. 2003. Elevated Expression of Cyclooxygenase-2
is A Negative Prognostic Factor for Disease Free Survival and Overall Survival in
Patients with Breast Carcinoma. Cancer 97 : 2978-2987.
Desen, W. 2011. Buku ajar onkologi klinis. Edisi ke-2. diterjemahkan oleh: Japaries, W.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
68
Ellis MJ, Hayes DF, Lippman ME, In Haris JR, Lipman ME, Morrow M & CK(ED), O.
2004. Treatment of Metastatic Breast Cancer. Disease of The Breast, Philadelphia,
Lippincott Williams & Wilkins.
Gandamihardja S., Wirakusumah K., Shahib N., Sastramihardja, H. & Aziz, M. 2010. Role
of Cyclooxygenase on Cervical Cancer Growth. MKB.
Greenhough, A., Smartt, H. J., Moore, A. E., Roberts, H. R., Williams, A. C., Paraskeva, C.
& Kaidi, A. 2009. The COX-2/PGE2 pathway: key roles in the hallmarks of cancer
and adaptation to the tumour microenvironment. Carcinogenesis, 30, 377-386.
Guntersah T., Irianiwati & Harijadi 2010. TAMs, VEGF dan MDV pada Karsinoma Duktal
Invasif Payudara serta Hubungannya dengan Derajat Histologik, Ukuran Tumor,
Status Kelenjar Getah Bening dan Ketahanan HIdup. Majalah Patologi, 19, 33-5.
Gusti Gondhowiarjo S. 2010. Proliferasi sel dan Keganasan. Maj Kedokt Indon.54(7):289-
299.
Hamdani, W. 2004. Profil Gen HER-2/NEU pada Penderita Kanker Payudara di Makassar.
Karya Akhir Pendidikan Spesialisasi Bedah Onkologi FK UNHAS Makassar.
Holmes MD, Chen WY, Schnitt SJ, Collins L, Colditz GA, Hankinson SE, Tamimi RM.
2011. COX-2 Expression Predicts Worse Breast Cancer Prognosis and Does Not
Modify the Association with Aspirin. Breast Cancer Res Treat 130: 657-662
Hulka B. 1997. Etiology of Breast and Gynecological Cancers: Proceedings of the Ninth
International Conference on Carcinogenesis and Risk Assessment, New York:
Wiley-Liss.
Kresno, S. 2011. Tumor Supresor Gen. Ilmu dasar onkologi. Edisi Kedua. Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
69
Kulkarni, S., Patil, D. B., Diaz, L. K., Wiley, E. L., Morrow, M. & Khan, S. A. 2008. COX-
2 and PPARγ expression are potential markers of recurrence risk in mammary duct
carcinoma in-situ. BMC cancer, 8, 36.
Lester, S. C. 2010. Acute and Cronic Inflamation. in: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster
JC, eds. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, Professional Edition:
Expert Consult-Online. Philadelphia: Saunders Elsevier
Lester, S. C., Bae, J. W., Woo, S. U., Kim, H. & Kim, C. H. 2010. The Breast. in: Kumar V,
Abbas AK, Fausto N, Aster JC, eds. Robbin and Cotran’s Pathology Basic of
Diseases. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2005; 1129-1151
Manuaba TW. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid. PERABOI. Sagung Seto.
Masdalina, P. 2007. Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara. EGC:
Jakarta.
Mazhar, D., Ang, R. & Waxman, J. 2006. Cox Inhibitors and breast cancer. British journal
of cancer, 94, 346-350.
Mcpherson, K., Steel, C. & Dixon, J. 2000. ABC of breast diseases: breast cancer
epidemiology, risk factors, and genetics. BMJ: British Medical Journal, 321, 624.
Miglietta, A., Toselli, M., Ravarino, N., Vencia, W., Chiecchio, A., Bozzo, F., Motta, M.,
Torchio, B. & Bocca, C. 2010. COX-2 expression in human breast carcinomas:
correlation with clinicopathological features and prognostic molecular markers.
Expert opinion on therapeutic targets, 14, 655-664.
Neal, A. J. & Hoskin, P. J. 2009. Clinical Oncology Fourth Edition: Basic Principles and
Practice, CRC Press.
Nes JG, Kruijf EM, Faratian D, Velde CJ, Putter H, Falconer C, Smit VT, Kay C, Vijver MJ,
Kuppen PJ, Bartlett JM. 2011. COX2 Expression in Prognosis and in Prediction to
Endocrine Therapy in Early Breast Cancer Patients. Breast Cancer Res Treat 125:
671-685
Ogino S, Kirkner GJ, Nosho K, Irahara N, Kure S, Shima K, et al. 2008. Cyclooxygenase-2
expression is an independent predictor of poor prognosisin colon cancer. Clin Cancer
Res. 14: 8221-7.
70
Pane, M; 2007. Tinjauan pustaka: Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker
Payudara. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Jakarta.
Park K, Han S, Shin E, Kim HJ, Kim JY. 2006. Cox-2 expression on tissue microarray of
breast cancer. Eur J Surg Oncol 32(10): 1093-1096.
Rigas, B. & Kashfi, K. 2005. Cancer prevention: a new era beyond cyclooxygenase-2.
Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, 314, 1-8.
Ristimäki, A., Sivula, A., Lundin, J., Lundin, M., Salminen, T., Haglund, C., Joensuu, H. &
Isola, J. 2002. Prognostic significance of elevated cyclooxygenase-2 expression in
breast cancer. Cancer Research, 62, 632-635.
Roses, R. E., Paulson, E. C., Sharma, A., Schueller, J. E., Nisenbaum, H., Weinstein, S.,
Fox, K. R., Zhang, P. J. & Czerniecki, B. J. 2009. HER-2/neu overexpression as a
predictor for the transition from in situ to invasive breast cancer. Cancer
Epidemiology Biomarkers & Prevention, 18, 1386-1389.
Sampepajung D., Yulianto R. 2013. Korelasi Kadar Her-2 Serum dengan status Her-2
jaringan pada penderita kanker payudara stadium lanjut lokal dan stadium metastasis
di Makassar.
Sinaga E.S. 2015. Analisis Ketahanan Hidup 5 Tahun pada Penderita Kanker Payudara di
RS Sardjito Propinsi Yogyakarta-Indonesia. Program Pascasarjana Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Shim, V., Gauthier, M. L., Sudilovsky, D., Mantei, K., Chew, K. L., Moore, D. H., Cha, I.,
Tisty, T. D. & Esserman, L. J. 2003. Cyclooxygenase-2 expression is related to
nuclear grade in ductal carcinoma in situ and is increased in its normal adjacent
epithelium. Cancer Research, 63, 2347-2350.
Sihto, H., Lundin, J., Lundin, M., Lehtimaki, T., Ristimaki, A., Holli, K., Sailas, L., Kataja,
V., Turpeenniemi-Hujanen, T. & Isola, J. 2011. Breast cancer biological subtypes
and protein expression predict for the preferential distant metastasis sites: a
nationwide cohort study. Breast Cancer Res, 13, R87.
71
Sjamsuhidajat, R. & De Jong, W. 2005. Dinding Thoraks, pleura dan Payudara. Buku ajar
ilmu bedah. Edisi revisi ed.: EGC Jakarta
Sobolewski, C., Cerella, C., Dictato, M., Ghibelli, L. & Diederich, M. 2010. The role of
cyclooxygenase-2 in cell proliferation and cell death in human malignancies.
International journal of cell biology, 2010.
Stasinopouloa, I., Mori, N. & Bhujwalla, Z. M. 2008. The malignant phenotype of breast
cancer cells is reduced by COX-2 silencing. Neoplasia, 10, 1163-1169.
Suyatno & Pasaribu, E. T. 2014. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi, Jakarta, CV. Sagung
Seto.
Surowiak, P., Materna, V., Matkowski, R., Szczuraszek, K., Kornafel, J., Wojnar, A.,
Pudelko, M., Dietel, M., Denkert, C. & Zabel, M. 2005. Relationship between the
expression of cyclooxygenase 2 and MDR1/P-glycoprotein in invasive breast cancers
and their prognostic significance. Breast Cancer Res, 7, R862-870.
Takeshita, E., Osanai, T., Higuchi, T., Soumaoro, L. T. & Sugihara, K. 2005. Elevated
cyclooxygenase-2 expression is associated with histological grade in invasive ductal
breast carcinoma. Journal of medical and dental sciences, 52, 189.
Visscher, D. W., Pankratz, V. S., Santisteban, M., Reynolds, C., Ristimäki, A., Vierkant, R.
A., Lingle, W. L., Frost, M. H. & Hartmann, L. C. 2008. Association between
cyclooxygenase-2 expression in atypical hyperplasia and risk of breast cancer.
Journal of the National Cancer Institute, 100, 421-427.
Zhao, Y.-S., Zhu, S., Li, X.-W., Wang, F., Hu, F.-L., Li, D.-D., Zhang, W.-C. & Li, X.
2009. Association between NSAIDs use and breast cancer risk: a systematic review
and meta-analysis. Breast cancer research and treatment, 117, 141-150.
72
LAMPIRAN 1.
Nama Umur Rek. Medis IHC COX-2 Tanggal Operasi Tanggal Kambuh
Bijawan 49 685075 2 03-2015 12-2015
Sitti 43 696751 2 03-2015 06-2015
Siti Ama 71 669122 2 03-2015 --
Ratnawati 44 701533 2 03-2015 --
Yulin Lili 56 709873 1 03-2015 --
Hajrah 41 697688 1 03-2015 --
Maria 58 688849 2 03-2015 --
Siti Saerah 69 697006 1 04-2015 --
Suriana 45 697866 3 04-2015 --
Harsiah Makke 65 697129 3 06-2015 --
Bertha Lili 42 707531 3 05-2015 --
Rosdiana 48 707327 2 03-2015 --
Hj. Haisa 59 692614 3 03-2015 --
Arafah 44 240047 3 05-2015 --
Nursiah 50 691816 3 02-2015 09-2016
Surianti 55 705438 3 05-2015 08-2016
Rabiah 41 700956 2 03-2015 --
Siti Ramlah 50 698596 3 02-2015 07-2016
Leni Lukman 63 707278 2 06-2015 --
Suarni 81 712687 3 03-2015 --
Sumiati 45 709687 1 02-2015 10-2015
A. Sumirna 54 716365 2 06-2015 03-2016
Sinar 32 715333 2 06-2015 --
Sumiana 54 714008 2 04-2015 --
Mariani 41 701105 2 03-2015 --
Murni Razak 69 235333 2 05-2015 --
A. Makke 32 692672 2 04-2015 --
Nelce 54 699071 2 03-2015 --
A. Kasriah 46 718502 3 03-2015 12-2016
Nenny
Damayanti 49 695029 3 06-2015 --
Wa Hiti 54 718502 2 06-2015 --
Rukiah 65 712354 3 04-2015 --
Hasna 53 716245 3 03-2015 10-2015
becce 42 687423 3 03-2015 01-2016
Darmawati 47 654231 2 02-2015 06-2016
Dina 48 671253 3 03-2015 --
Kasse 52 715234 2 05-2015 --
Betti 55 745214 1 04-2015 --
Diana 36 681253 1 04-2015 12-2016
Kacilli 45 715278 1 03-2015 --
73
Aminah 56 711452 2 03-2015 --
Samsani 47 690256 2 04-2015 08-2016
Fitri 46 690276 3 04-2015 09-2016
Mirna 38 690121 3 03-2015 12-2016
Sari 59 670987 3 03-2015 --
Vina 40 790273 3 04-2015 10-2015
Masnah 46 872766 3 04-2015 09-2015
A. Melda 51 765245 2 03-2015 --
Adel 45 690544 1 04-2015 --
Rita 42 690299 3 03-2015 01-2016
74
24 masih hidup 24 7 2 2
24 masih hidup 24 8 1 1
7 Des-16 19 11 3 3
10 Feb-16 21 13 2 3
16 masih hidup 24 8 2 2
7 Okt-15 7 10 3 1
24 masih hidup 24 6 2 2
24 masih hidup 24 6 1 2
20 masih hidup 24 8 2 2
24 masih hidup 24 7 2 3
24 masih hidup 24 7 2 3
16 masih hidup 24 9 2 3
17 Des-16 20 14 3 2
21 masih hidup 24 13 3 2
5 Agu-15 5 11 2 2
6 masih hidup 24 13 2 1
5 Okt-15 6 14 3 2
24 masih hidup 24 9 2 3
24 masih hidup 24 7 2 1
10 masih hidup 24 12 2 2
KETERANGAN :
1. Nilai COX-2 : 1 dan 2 (negatif), 3 (positif)
2. Stadium : 1 (dini), 2 (lokal advance), 3 (lanjut)
3. Grading : 1 (low grade), 2 (moderate), 3 (high grade)
75
LAMPIRAN 2.
Metode Analisis
Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 22. Analisis statistik
yang dilakukan adalah analisis diskriptif (mean, standar deviasi dan sebaran
frekuensi) dan uji statistik Kaplan-Meier untuk membandingkan DFS dan OS
berdasarkan ekspresi COX-2. Hasil uji statistik signifikan jika nilai p<0,05. Hasil
analisis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Hasil Analisis
1
DFS = Disease Free Survival
2
OS = Overall Survival
Tabel 1 menunjukkan umur subyek yang diteliti adalah antara 32-81 tahun, dengan
mean (rerata) 50±10 tahun. Secara umum, pada akhir follow-up 24 bulan
didapatkan lama DFS semua subyek antara 1-24 bulan dengan mean 17,5±7,7
bulan. Sedangkan lama OS juga bervariasi antara 1-24 bulan dengan mean 20,6±6,5
bulan
76
Variabel Kategori n %
Positif 21 42,0
DFS1 Ya 24 48,0
Tidak 26 52,0
OS2 Ya 35 70,0
Tidak 15 30,0
1
Status DFS pada akhir follow-up 24 bulan
2
Status OS pada akhir follow-up 24 bulan
77
Gambar 1. Sebaran Umur
78
Gambar 3. Sebaran Disease Free Survival
79
5.5 Analisis Disease Free Survival
Mean
Chi-Square df p
80
Gambar 5. Perbandingan Proporsi DFS menurut COX-2
4 28 0,97
8 28 0,86
12 25 0,79
16 23 0,69
20 20 0,66
24 19 0,66
81
Positif 0 21 0,90
4 19 0,67
8 14 0,57
12 12 0,48
16 10 0,33
20 7 0,24
24 5 0,24
Mean
Chi-Square df p
82
Tabel 7 didapatkan bahwa perbedaan tersebut signifikan (p<0,01). Hal ini
menunjukkan adanya hubungan signifikan antara COX-2 positif dengan lama OS
yang lebih singkat (sekitar 4,8 bulan) dibandingkan COX-2 negatif.
83
Tabel 8. Life Table OS
4 29 1,00
8 29 0,97
12 28 0,90
16 26 0,86
20 25 0,86
24 25 0,86
Positif 0 21 0,90
4 19 0,76
8 16 0,76
12 16 0,71
16 15 0,67
20 14 0,48
24 10 0,48
Kesimpulan:
• Disesase free survival subyek dengan COX-2 negatif signifikan lebih bagus
dibandingkan dengan subyek COX-2 positif pada follow-up selama 24 bulan
• Overall survival subyek dengan COX-2 negatif signifikan lebih bagus
dibandingkan dengan subyek COX-2 positif pada follow-up selama 24 bulan
84
LAMPIRAN 3.
85
LAMPIRAN 4.
COX negatif
COX positif
86