Anda di halaman 1dari 5

NAMA : FERENSA YULINDA RASTRA PUTRI

NIM : 1401470057

 KERACUNAN

Keracunan makanan merupakan penyakit yang disebabkan oleh makanan,


keracunan makanan salah satu penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Keracunan
makanan disebabkan bahan kimia yang beracun seperti tanaman, hewan, metabolit mikroba
dan kontaminasi kimia mikroba pathogen dan non bakteri seperti parasite, jamur, virus,
ganggang yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan tersebut. Makanan dapat kita
ketahui sebagai jalur penyebaran pathogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba
pathogen. Mikroorganisme yang ada didalam bahan makanan atau pangan dapat bersifat
menguntungkan atau merugikan. Ada yang bersifat memperbaiki kandungan gizi, daya guna
maupun daya simpan makanan, selain dapat mengakibatkan rusaknya susunan fisik atau
kimia juga dapat menghasilkan racun atau toksin. Keracunan makanan dari proses
intoksikasi dan infeksi bakteri terjadi karena sanitasi atau hygiene yang kurang dan
penyimpanan yang kurang baik. Keracunan makanan dapat menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB). Peristiwa keracuan makanan yang sering terjadi biasanya pada
penyelenggaraan makanan untuk orang banyak, seperti dihotel, catering, pesta, perusahaan
atau pun lainnya.

Data peristiwa keracunan makanan dari Direktorat Jenderal Pemberantasan


Penyakit Menular menunjukkan bahwa 30,0% dari kasus-kasus keracunan di Indonesia
disebabkan oleh makanan yang dihasilkan oleh jasa catering. Sebagai contoh pada studi
kasus di SD 3 Sangeh Kabupaten Badung yang di teliti oleh I Made Suarjana, A. A. Gde
Agung dengan topic kejadian luar biasa keracunan makanan pada tanggal 09 mei 2011 di
SD3 Sangeh Kabupaten Badung beberapa orang siswa dilaporkan mengalami pusing, mual,
muntah, nyeri perut, maupun diare setelah mengkonsumsi makanan yang dibeli dikantin
sekolahnya. Populasi dipenyelidikan ini adalah seluruh siswa di SD 3 Sangeh yang membeli
makanan di kantin sekolahnya. Sampel kasus adalah siswa yang mengalami gejala mual,
muntah, sakit kepala, sakit perut, dan diare setelah mengkonsumsi makanan dari kantin
tersebut, sedangkan sampel control adalah siswa yang ikut mengkonsumsi makanan di
kantin sekolah tetapi tidak mengalami gejala sakit. Sampel kasus yang di jadikan adalah
semua penderita yang berjumlah 33 orang, sedangkan control berjumlah 37 orang.
Lama paparan yang menggambarkan perjalanan suatu penyakit dari seseorang yang
rentan terhadap penyakit dan diserang oleh agen patogenik sampai menimbulkan gejala
penyakit. Masa inkubasi keracunan makanan di SD 3 Sangeh berlangsung singkat. Siswa
mulai mengkonsumsi makanan di kantin sekolah pada pukul 07.00 Wita. Gejala keracunan
makanan mulai dirasakan pada pukul 09.00 Wita. Dengan jumlah kasus yang paling banyak
terjadi pada pukul 13.00 Wita. Berdasarkan dari masa inkubasi 2 sampai dengan 6 jam
bakteri yang paling memungkinkan sebagai penyebab keracunan adalah Bacillus cereus
atau Staphylococcus aureus. Sedangkan dari gejala klinis kemungkinan di sebabkan oleh
Staphilococcus aureus. Gejala klinis paling dominan di rasakan oleh hampir semua
penderita kejadian luar biasa keracunan makanan ini adalah rasa mual (87,9%), muntah
(66,7%), sakit perut (42,4%), sakit kepala (45,5%), diare (27,3%), dan demam (45,50%).
Kejadian luar biasa berasal dari satu sumber penularan yang muncul sangat cepat, secara
bersamaan dirasakan oleh orang yang terpapar tetapi dengan cepat mengalami penurunan.
Penderita keracunan makanan adalah siswa yang mengkonsumsi makanan yang di beli di
kantin sekolah. Penderita menurut jenis kelamin diketahui jenis kelamin perempuan 22
orang (66,7%) dan jenis kelamin laki-laki 11 orang (33,3%). Sedangkan umur 9-10 (54,5%)
tahun merupakan kelompok umur terbanyak yang emngalami keracunan.

Faktor risiko dari berbagai jenis makanan di duga sebagai penyebab kejadian luar
biasa keracunan : berdasarkan dari hasil uji bivariat di ketahui hampir semua jenis makanan
berpengaruh terhadap terjadinya kejadian luar biasa keracunan makanan. Dari berbagai
jenis makanan yang terbukti dalam uji bivariat sebagai sumber penularan keracunan
makanan diketahui bahwa nasi kuning paling bermakna sebagai factor risiko penyebab
kejadian luar biasa keracunan makanan (p<0.05). kemungkinan terjadi kontaminasi silang
dimana makanan yang sudah matang bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan
yang terkontaminasi. Penanganan dan penyimpanan yang tidak benar dapat menyebabkan
bakteri berkembang biak dan menghasilkan toxic. Hygiene serta sanitasi pengolahan
makanan sangat diperlukan untuk menghasilkan makanan yang sehat. Sebaiknya tidak
menyentuh makanan secara langsung, dan penggunaan alat masak seperti alat untuk
mengambil dan menghidangkan makanan akan menghindari kontak anggota tubuh dengan
makanan. Penjamah makanan harus terbebas dan harus sehat dari berbagai penyakit
menular.

Keracunan timbal telah banyak di laporkan pada manusia dan hewan, tanpa disadari
beraktivitas sehari-hari timbal dapat mengkontaminasi tubuh melalui udara yang terhirup,
kontak langsung, minuman dan makanan yang tercemar, serta ketidaksengajaan tertelan
dari peralatan. Keracunan timbal yang dapat disebabkan oleh pekerjaan dapat terjadi dalam
industry baterai, cat, percetakan, pembuatan tembikar, dan proses peleburan timbal (Mugahi
et al., 2003). Tanpa disadari, timbal timbal dapat mengkontaminasi tubuh melalui udara
tercemar, timbal yang terhirup, berkontak dengan kulit, makanan dan minuman yang
tercemar, serta benda-benda mengandung timbal yang tertelan (Verheijet al., 2008; Sears
2013: From et al., 1999). Akumulasi timbal dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan akut
dan kronis, bahkan juga kematian. Efek dari keracunan timbal secara akut dan subakut
sangat khas berkaitan dengan paparan dosis yang relatif tinggi, waktu paparan yang relatif
singkat, baik dalam hitungan hari maupun hitungan bulan. Efek dari keracunan timbal secara
akut dapat terjadi secara dramatis, kematian yang tiba-tiba, kram perut yang parah, anemia,
perubahan perilaku, dan kehilangan nafsu makan. Sedangankan efek keracunan timbal
secara kronis terjadi sebagai akibat paparan timbal yang sedikit demi sedikit dalam jangka
waktu yang lama, dapat terjadi dalam kurun waktu bulanan hingga tahunan. Efek keracunan
timbal secara kronis biasanya menimbulkan gejala yang tidak spesifik pada hampir semua
system tubuh. Efek negative keracunan timbal secara kronis pada tubuh manusia menurut
laporan penelitian Pokras dan Kneeland (2009) terdiri atas penurunan libido dan kesuburan
(jantan dan betina) , keguguran dan kelahiran premature, masalah kecerdasan, hipertensi,
penyakit kardiovaskuler, lebih agresif, serta gangguan fungsi ginjal.

Agen kelasi mampu mengikat ion logam berat dari dalam sel dan luar sel,
membentuk struktur kompleks dan mudah dieksresikan keluar tubuh (Flora dan Pachauri
2010). Agen kelasi tersebut dapat diberikan melalui pembuluh darah, otot, inhalasi, ataupun
oral, tergantung jenis obatnya. Terdapat berbagai macam agen kelasi yang dapat terbukti
efektivitasnya. Agen kelasi utama yang sering digunakan di rumah sakit biasanya diberikan
melalui parenteral (tidak diberikan secara oral) dengan penanganan ahli. Sementara itu,
agen kelasi oral dapat digunakan tanpa peralatan dan penanganan khusus tetapi harus
diperhatikan dosis pemakaiannya. Berdasarkan dari kendala yang telah dipaparkan tersebut
membuat manusia dan hewan yang mengalami keracunan timbal, tidak dapat ditangani
secara cepat dan tepat. Penundaan terapi keracunan timbal beresiko meningkatkan
absorpsi dan akumulasi timbal didalam tubuh sehingga dapat berakibat fatal bahkan sampai
terjadi kematian (Hernberg 2000). Salah satu sumber protein alami yang potensial untuk
dijadikan sebagai agen kelasi logam berat adalah telur ungags. Putih telur unggas
dilaporkan memiliki kandungan protein tinggi (Jalaludeen dan Churcil, 2006). Selain itu, telur
unggas juga sudah biasa dikonsumsi dan digemari masyarakat dengan harga yang relatif
terjangkau.

Pada studi kasus di Unit Pengelola Hewan Laboratorium, Bagian Farmakologi dan
Toksikologi, Bagian kKlinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor selama bulan januari sampai dengan bulan februari 2014 yang di teliti oleh
Aulia Andi Mustika, Andriyanto, Ietje Wientarsih, Meilisa Lidya Margarita dengan topik
Kemampuan Berbagai Putih Telur Unggas Sebagai Kelator dalam Mengatasi Keracunan
Logam Berat Timbal. Pembuatan timbal asetat 1000 ppm dibuat dengan mengencerkan 1g
Kristal timbal asetat (Pb(CH3COO)2) dalam 1000 mL aquades. Kristal dan timbal asetat dan
aquades di campur dalam tabung labu yang sudah ditera, kemudian di aduk hingga larutan
homogen.

Telur bebek di pilih berdasarkan sifat fisiknya seperti keutuhan, bentuk, warna,
kebersihan, dan usia telur. Telur harus utuh agar tidak ada jalan terjadinya kontaminasi dari
luar. Bentuk telur harus normal terdapat bagian tajam dan tumpul. Warna tergantung dari
spesies dan harus merata pada seluruh permukaan telur. Usia telur yang digunakan untuk
penelitian sekitar 1-2 hari. Kualitas telur juga diperiksakan setelah telur dipecahkan. Telur
yang baik memiliki konsistensi putih dan kuning telur kental. Bagian putih telur yang mencair
menunjukkan adanya kerusakan telur. Warna putih telur yang baik bening kekuningan,
bagian kuning telur yang baik berwarna kuning hingga jingga. Telur yang baik memiliki
aroma telur yang segar dan amis yang khas namun tidak berbau busuk.

Konsentrasi putih telur unggas yang terdiri dari putih telur ayam buras, ayam ras
petelur, bebek mojokerto, dan bebek peking, dibagi menjadi empat konsentrasi yang
berbeda, yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%. Putih telur 25% dibuat dengan mencampurkan
25% putih telur dengan 75% aquades. Putih telur 50% dibuat dengan mencampurkan 50%
putih telur dengan 50% aquades. Putih telur 75% dibuat dengan mencampurkan 75% putih
telur dengan 25% aquades. Putih telur 100% merupakan putih telur utuh tanpa
pencampuran aquades. kontrol menggunakan aquades yang akan dicampur dengan timbal
asetat.

Didalam penelitian studi kasus di Unit Pengelola Hewan Laboratorium, Bagian


Farmakologi dan Toksikologi, Bagian kKlinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor selama bulan januari sampai dengan bulan februari 2014
yang di teliti oleh Aulia Andi Mustika, Andriyanto, Ietje Wientarsih, Meilisa Lidya Margarita
dengan topik Kemampuan Berbagai Putih Telur Unggas Sebagai Kelator dalam Mengatasi
Keracunan Logam Berat Timbal menggunakan Pengujian In Vitro dibagi menjadi lima
kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok diberi campuran putih telur dan timbal asetat
dengan perbandingan 1:1. Kelompok 1 merupakan campuran timbal asetat dan aquades.
Kelompok 2 merupakan campuran timbal asetat dan putih telur 25%. Kelompok 3
merupakan campuran timbal asetat dan putih telur 50%. Kelompok 4 merupakan campuran
timbal asetat dan putih telur 75%. Kelompok 5 merupakan campuran timbal asetat dan putih
telur 100%. Timbal asetat dimasukkan terlebih dahulu kedalam tabung reaksi diikuti putih
telur bebek.
DAFTAR PUSTAKA

Ability, T. H. E., Various, O. F., Egg, A., As, A., & To, A. C. (2014). Kemampuan Berbagai
Putih Telur Unggas Sebagai Kelator dalam Mengatasi Keracunan Logam Berat Timbal,
15(3), 406–410.

Kasus, S., Kabupaten, S., Suarjana, I. M., Agung, A. A. G., & Pembahasan, H. (2011).
Kejadian luar biasa keracunan makanan (, 1–5.

Anda mungkin juga menyukai