Anda di halaman 1dari 63

KIE PASIEN DAN KELUARGA :

GIZI

UPTD. RUMAH SAKIT PRATAMA GEMA SANTI


NUSA PENIDA
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji - syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Tim Penyusun dapat menyelesaikan
panduan yang berjudul ”Panduan Kie Pasien Dan KeluargaUPTD. Rumah Sakit
Pratama Gema Santi Nusa Penida”.

Penyusunan panduan ini bertujuan sebagai bahan acuan dan standar


dalam memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga pasien di UPTD. Rumah
Sakit Pratama Gema Santi Nusa Penida. Dalam penyusunan panduan ini, penulis
banyak mendapatkan masukan - masukan dari semua pihak, untuk itu kami Tim
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih.

Dalam penyusunan panduan ini, Tim Penyusun menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu Tim penyusun membuka diri untuk segala kritik dan saran
yang membangun.

Akhir kata, semoga Panduan KIE pasien dan keluarga ini dapat
bermanfaat bagi jajaran di UPTD. Rumah Sakit Pratama Gema Santi Nusa Penida
maupun pihak luar rumah sakit.

Ped, Januari 2019

dr. I Ketut Rai Sutapa


NIP 19790401 200604 1 002

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................iii

ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD. RUMAH SAKIT PRATAMA GEMA SANTI
NUSA PENIDA NOMOR 107 TAHUN 2019 TENTANG PANDUAN KOMUNIKASI,
INFORMASI DAN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA SAAT PELAYANAN
GIZI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH RUMAH SAKIT PRATAMA
GEMA SANTI NUSA PENIDA ................................................................................. 1

BAB I DEFINISI PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PADA


PASIEN DAN KELUARGA .....................................................................4
BAB II RUANG LINGKUP PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
PADA PASIEN DAN KELUARGA...........................................................5
BAB III TATALAKSANA PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PADA
PASIEN DAN KELUARGA .....................................................................6
A. Assesment/Pengkajian Kebutuhan Komunikasi/Pendidikan dan
Pengajaran........................................................................................6
B. Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan Keluarga di
Rawat Inap ........................................................................................6
C. Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan Keluarga di
Rawat Jalan ......................................................................................7
D. Petugas/Edukator Pemberian Informasi dan Edukasi .......................7
E. Metode Pemberian Informasi dan Edukasi .......................................7
F. Media Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan
Keluarga............................................................................................7
BAB IV DOKUMENTASI .....................................................................................8
A. Pendokumentasian Dicatat pada Form Rekam Medis .....................8
B. Monitoring dan Evaluasi Pemberian Informasi dan Edukasi
pada Pasien dan Keluarga ...............................................................8
LAMPIRAN I MATERI EDUKASI .............................................................................9
A. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi........................................................10
B. Diet Garam Rendah ...........................................................................12
C. Diet Pada Tindakan Bedah ................................................................15
D. Diet Penyakit Diabetes Melitus ..........................................................21
E. Diet Penyakit Ginjal Dan Saluran Kemih ............................................26
F. Diet Penyakit Gout Artritis ..................................................................33
G. Diet Penyakit Hati Dan Penyakit Kandung Empedu ..........................35
H. Diet Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah .....................................40
I. Diet Penyakit Saluran Cerna ..............................................................49
J. Diet Sisa Rendah ................................................................................54

iii
iv
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS KESEHATAN
UPTD. RUMAH SAKIT PRATAMA
GEMA SANTI NUSA PENIDA
Alamat : Jl. Pendidikkan Br. Nyuh, Desa Ped, Kec. Nusa Penida
Telp : (0366) 5581160 E-mail : rspratama.gemasanti@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD. RUMAH SAKIT PRATAMA


GEMA SANTI NUSA PENIDA
NOMOR 107 TAHUN 2019
TENTANG
PANDUAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
SAAT PELAYANAN GIZI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH RUMAH SAKIT
PRATAMA GEMA SANTI NUSA PENIDA

DIREKTUR UPTD. RUMAH SAKIT PRATAMA GEMA SANTI NUSA PENIDA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan


perorangan secara paripurna meliputi promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif perlu adanya pemberian informasi dan edukasi
selama proses asuhan.;

b. bahwa dalam pelaksanaan pemberian informasi dan edukasi


pasien dan keluarga saat pelayanan gizi perlu adanya panduan
sebagai acuan dalam pelaksanaan pemberian edukasi dan
informasi pada pasien dan keluarga pasien saat pelayanan gizi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Direktur
UPTD. Rumah Sakit Pratama Gema Santi Nusa Penida
Tentang Panduan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Pasien
Dan Keluarga Saat Pelayanan Gizi Di Unit Pelaksana Teknis
Daerah Rumah Sakit Pratama Gema Santi Nusa Penida;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagai mana telah diubah beberapa kali, dan
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktek


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 144, Tambahan

1
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063 );

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 153, Tambahan
Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5072 );

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2014 Tentang


Rumah Sakit Kelas D Pratama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 751);

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang


Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 308);

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2018 Tentang


Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1297);

8. Peraturan Bupati Klungkung Nomor 21 Tahun 2017 Tentang


Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Daerah Rumah Sakit Pratama Gema Santi Nusa Penida
Kabupaten Klungkung (Berita Daerah Kabupaten Klungkung
Tahun 2017 Nomor 22);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD. RUMAH SAKIT PRATAMA


GEMA SANTI NUSA PENIDA TENTANG PANDUAN
KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI PASIEN DAN
KELUARGA SAAT PELAYANAN GIZI DI UNIT PELAKSANA
TEKNIS DAERAH RUMAH SAKIT PRATAMA GEMA SANTI
NUSA PENIDA.

Kedua : Panduan komunikasi, informasi dan edukasi pasien dan keluarga


pada pasien saat pelayanan gizi di UPTD. Rumah Sakit Pratama
Gema Santi Nusa Penida sebagaimana tercantum dalam
Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.
Ketiga : Panduan komunikasi, informasi dan edukasi pasien dan keluarga
saat pelayanan gizi sebagai mana dimaksud pada diktum kedua
agar digunakan sebagai acuan dalam memberikan informasi dan
edukasi pasien dan keluarga saat pelayanan gizi di rumah sakit.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

2
Ditetapkan di Ped
Pada tanggal 29 Januari 2019
DIREKTUR UPTD. RS PRATAMA
GEMA SANTI NUSA PENIDA

dr. I KETUT RAI SUTAPA


NIP 19790401 200604 1 002

Tembusan disampaikan kepada Yth :


1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung;
2. Para Ketua Komite di lingkungan UPTD RS. Pratama Gema Santi Nusa
Penida;
3. Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Para Kepala Seksi di lingkungan UPTD.
RS Pratama Gema Santi Nusa Penida;
4. Kepala Instalasi/Unit di lingkungan UPTD. Rumah Sakit Pratama Gema Santi
Nusa Penida.
5. Arsip.

3
LAMPIRAN KEPUTUSAN
DIREKTUR UPTD. RUMAH SAKIT
GEMA SANTI NUSA PENIDA
NOMOR 107 TAHUN 2019
TENTANG : PANDUAN
KOMUNIKASI, INFORMASI DAN
EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
SAAT PELAYANAN GIZI DI UNIT
PELAKSANA TEKNIS DAERAH
RUMAH SAKIT GEMA SANTI NUSA
PENIDA

PANDUAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA


SAAT PELAYANAN GIZI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
RUMAH SAKIT PRATAMA GEMA SANTI NUSA PENIDA

BAB I
DEFINISI PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
PADA PASIEN DAN KELUARGA

Pemberian informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga adalah upaya-upaya
yang dilaksanakan dalam rangka memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan
kepada pasien atau keluarga agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta
mampu menghadapi masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara
mencegahnya dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi
dengan cara menanganinya dengan cara efektif dan efisien. Diharapkan masyarakat
mampu berperilaku hidup sehat dan mampu memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam) yang dilakukan
secara mandiri dan sesuai dengan sosial ekonomi, dan budaya yang dimilikinya.
Pemberian informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga diberikan ketika
pasien berinteraksi dengan dokter, perawat, gizi, farmasi, dan lain sebagainya.
Masing-masing memberikan penyuluhan/pendidikan secara spesifik mulai dari pasien
baru masuk, dalam proses perawatan/pelaksanaan terapi dan persiapan pasien
pulang.

4
BAB II
RUANG LINGKUP PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
PADA PASIEN DAN KELUARGA

Sasaran dari pemberian informasi dan edukasi adalah pasien dan keluarga
pasien sebagai berikut:
1. Pasien yang melakukan perawatan di UPTD. RS Pratama Gema Santi Nusa
Penida(baik di ruang rawat jalan maupun ruang rawat inap), sejak pasien
tersebut masuk RS sampai dengan keluar RS.
2. Keluarga pasien yang sedang mendampingi pasien, terutama keluarga pasien
anak-anak atau keluarga pasien usia lanjut maupun pasien dengan keterbatasan
fisik maupun mental.

5
BAB III
TATALAKSANA PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
PADA PASIEN DAN KELUARGA

Tatalaksana pemberian informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga adalah
sebagai berikut:
A. Assesment/Pengkajian Kebutuhan Komunikasi/Pendidikan dan Pengajaran
1. Kebutuhan pemberian informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga
diidentifikasi pada saat pengkajian awal.
2. Pemberian informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga direncanakan
dengan melakukan assesment kebutuhan komunikasi/pendidikan dan
pengajaran meliputi penilaian tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut
pasien dan keluarganya, kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan bahasa,
hambatan emosional, dan motivasi serta kemampuan pasien untuk menerima
informasi yang diberikan.
3. Proses assesment di UPTD. RS Pratama Gema Santi Nusa
Penidadilaksanakan dengan efektif sehingga dapat menghasilkan keputusan
tentang pengobatan pasien yang harus segera dilakukan, kebutuhan
pengobatan lanjutan,emergency,elektif, atau pelayanan terencana, bahkan
ketika kondisi pasien berubah.
4. Proses assesment pada pasien dilakukan secara terus menerus dan
digunakan pada unit kerja rawat inap dan rawat jalan di UPTD. RS Pratama
Gema Santi Nusa Penidadan dicatat pada Catatan Informasi dan Edukasi
Terintegrasi(FORM: 08/FORM/RM/2018).
B. Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan Keluarga di Rawat Inap
1. Pasien dan keluarga saat baru masuk RS berhak mendapat informasi
mengenai peraturan RS,fasilitas dan penggunaannya, penyakitnya,
pemeriksaan,terapi,perawatan,keamanan,pencegahan infeksi, dan pelayanan
lain yang diperlukan.
2. Pasien dan keluarga mendapat edukasi mengenai perkembangan penyakit,
prognosa, pemeriksaan lanjutan, tindakan medis,perubahan terapi,dan
pelayanan lanjutan kesehatan lain yang diperlukan oleh pasien.
3. Pasien dan keluarga berhak mendapatkan informasi dan edukasi mengenai
kondisi penyakit pasien saat pulang,terapi yang akan dilanjutkan dirumah,
data-data yang dibawa pulang dan kegunaannya,jadwal kontrol selanjutnya,
dan kebutuhan home visit jika diperlukan.
4. Informasi dan edukasi pada anak dan pasien pada penurunan kesadaran
diberikan kepada orang tua pasien, keluarga atau penanggung jawab.
6
5. Support psikologis diberikan pada pasien yang berpenyakit kronis dan
terminal, pasien dalam kegawatan/intensif.
5. Dokumentasi dicatat pada Catatan Informasi dan Edukasi
Terintegrasi(FORM: 08/FORM/RM/2018).
C. Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan Keluarga di Rawat Jalan
1. Pasien dan keluarga yang rawat jalan mendapatkan informasi dan edukasi
tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit sesuai dengan penyakitnya.
2. Setiap pasien dan keluarga mendapatkan penjelasan mengenai terapinya,
tindakan medis, pengobatan, dan diet sesuai dengan penyakitnya.
3. Dokumentasi pemberian edukasi di rawat jalan dicatat pada Catatan
Informasi dan Edukasi Terintegrasi(FORM: 08/FORM/RM/2018).
D. Petugas/Edukator Pemberian Informasi dan Edukasi
1. Petugas yang memberikan informasi dan edukasi memiliki pengetahuan
tentang materi sesuai dengan kebutuhan pasien, keterampilan komunikasi
yang baik dan diberikan secara kolaboratif oleh multidisiplin ilmu yang terlibat
dalam perawatan pasien.
2. Informasi dan edukasi pendidikan diberikan oleh dokter umum, dokter
spesialis, perawat,bidan,ahli gizi, apoteker.
E. Metode Pemberian Informasi dan Edukasi
1. Ceramah
2. Observasi
3. Simulasi
4. Diskusi
5. Demonstrasi
6. Praktek langsung
F. Media Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan Keluarga
1. Leaflet
2. Alat peraga

7
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pendokumentasian Dicatat pada Form Rekam Medis


Pemberian informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga dicatat secara
terintegrasi oleh semua petugas PPKdan disimpan dalam rekam medis. Form
terintegrasi yang terkait dengan pemberian informasidan edukasi pada pasien
dan keluarga dan dicatat pada Catatan Informasi dan Edukasi Terintegrasi
(FORM: 08/FORM/RM/2018).
B. Monitoring dan Evaluasi Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan
Keluarga
1. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh Kepala Ruangan masing-masing
dan berkoordinasi dengan tim PPK.
2. Waktu monitoring dan evaluasi dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
3. Form monitoring dan evaluasi berupa form evaluasi dan monitoring edukasi
pasien dan keluarga.

DIREKTUR UPTD. RS PRATAMA


GEMA SANTI NUSA PENIDA

dr. I KETUT RAI SUTAPA


NIP 19790401 200604 1 002

8
LAMPIRAN

MATERI EDUKASI

9
LAMPIRAN I KEPUTUSAN
DIREKTUR UPTD. RUMAH SAKIT
GEMA SANTI NUSA PENIDA
NOMOR 107 TAHUN 2019
TENTANG : PANDUAN
KOMUNIKASI, INFORMASI DAN
EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
SAAT PELAYANAN GIZI DI UNIT
PELAKSANA TEKNIS DAERAH
RUMAH SAKIT GEMA SANTI NUSA
PENIDA

A. DIET ENERGI TINGGI PROTEIN TINGGI


1. Gambaran Umum
Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) adalah diet yang mengandung
energi dan protein diatas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu,
telur dan daging atau dalam bentuk minuman enteral energi tinggi protein tinggi.
Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan dapat
menerima makanan lengkap.
2. Tujuan Diet
Tujuan Diet Energi Tinggi Protein Tinggi adalah untuk :
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan dan jaringan tubuh
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal
3. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Energi Tinggi Protein Tinggi adalah:
1. Energi tinggi yaitu 40-45 kkal/kg BB
2. Protein tinggi yaitu 2-2,25 g/kg BB
3. Lemak cukup yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Diet Energi Tinggi Protein Tinggi diberikan kepada pasien :
1. Kurang Energi Protein (KEP)
2. Sebelum dan sesudah operasi tertentu, multi trauma serta selama radioterapi
dan kemoterapi
3. Luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi
4. Hipertiroid, hamil dan post-partum dimana kebutuhan energi dan protein
meningkat

10
Menurut keadaan, pasien dapat diberikan salah satu dari dua macam Diet
Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) seperti dibawah ini :
1. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi I (ETPT I)
Energi : 2600 kkal, Protein :100 g (2 g/kg BB)
2. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi II (ETPT II)
Energi : 3000 kkal, Protein :125 g (2,5 g/kg BB)
Bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan:
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber Karbohidrat Nasi; roti, mi, makaroni dan -
hasil oalahan tepunt-tepungan
lain, seperti cake, tarcis,
pudding dan
pastry;dodol;ubi;karbohidrat
sederhanan seperti gula pasir
Sumber Protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, Dimasak dengan banyak
Hewani susu dan hasil olahannya minyak atau kelapa/santa
seperti keju dan yoghurt kental
custard dan es krim
Sumber Protein Semua jenis kacang-kacangan Dimasak dengan banyak
Nabati dan hasil olahannnya, seperti minyak atau kelapa/santa
tempe, tahu dan pindakas kental
Sayuran Semua jenis sayuran, terutama Dimasak dengan banyak
jenis B, seperti bayam, buncis, minyak atau kelapa/santa
daun singkong, kacang kental
panjang, labu siam dan wortel
direbus, dikukus dan ditumis
Buah-buahan Semua jenis buah segar, buah -
kaleng, buah kering dan jus
buah
Lemak dan Minyak Minyak goreng, mentega, Santan kental
margarine, santan encer, salad
dressing
Minuman Soft drink, madu,sirup, t e h Minuman rendah energi
dan kopi encer
Bumbu Bumbu tidak tajam, seperti Bumbu yang tajam seperti
bawang merah, bawang putih, cabe dan merica
laos, salam dan kecap

11
B. DIET GARAM RENDAH
1. Gambaran Umum
Yang dimaksud dengan garam dalam Diet Garam Rendah adalah garam
natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHCOз),
baking powder, natrium benzoate dan vetsin (mono sodium glutamat). Natrium
adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang mempunyai fungsi
menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam
transisi saraf dan kontraksi otot. Asupan makanan sehari-hari umumnya
mengandung lebih banyak natrium daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam
keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urine sama
dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan.
Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan,
sehingga tidak ada penyerapan kebutuhan natrium sehari. WHO (1990)
menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari
(ekivalen dengan 2400 mg natrium).
Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida,
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga
menyebabkan edema atau ascites dan/atau hipertensi. Penyakit-penyakit tertentu
seperti sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, dekompensasio kordis, toksemia pada
kehamilan dan hipertensi esensial dapat menyebabkan gejala edema atau
ascites dan/atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan garam natrium
perlu dibatasi.
2. Tujuan Diet
Tujuan Diet Garam Rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam
atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet garam rendah adalah :
1. Cukup energi, protein, mineral dan vitamin
2. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan pasien
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hiperetensi
4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau ascites
dan/atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis,
sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan dan hipertensi
esensial.

12
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit
dapat diberikan berbagai tingkat diet garam rendah:
1. Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien edema, ascites dan/atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam
dapur.
2. Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet Garam Rendah II diberikan kepada pasien edema, ascites dan atau
hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet
garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan stengah
sendok teh garam dapur (2 gram). Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
3. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam
rendah I. Pada pengolahannya boleh menggunakan satu sendok teh (4 gram)
garam dapur.
Bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan:
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber Karbohidrat Beras, kentang, singkong, Roti, biskuit dan kue-kue
terigu, tapioka, hunkwe, gula, yang dimasak dengan
bahan makanan yang diolah garam dapur dan/atau
dari makanan tersebut diatas baking powder dan soda
tanpa garam dapur dan soda
seperti makaroni, mie, bihun,
roti, biskuit dan kue kering.
Sumber Protein Daging dan ikan maksimal 100 Otak, ginjal, lidah, sarden,
Hewani gram sehari, telur maksimal 1 daging, ikan, susu dan
butir sehari. telur yang diawet dengan
garam dapur seperti
daging asap, ham, bacon,
dendeng, abon, keju, ikan
asin, ikan kaleng, korned,
ebi, udang kering, telur
asin dan telur pindang.
Sumber Protein Semua jenis kacang-kacangan Keju kacang tanah dan
Nabati dan hasilnya yang diolah dan semua kacang-kacangan
dimasak tanpa garam dapur dan hasilnya yang

13
dimasak dengan garam
dapur.
Sayuran Semua sayuran segar dan Sayuran yang dimasak
sayuran yang diawet tanpa dan diawet dengan garam
garam dapur dan natrium dapur dan lain ikatan
benzoat. natrium, seperti sayuran
dalam kaleng, sawi asin,
asinan dan acar.
Buah-buahan Semua buah-buahan segar, Buah-buaahan yang
buah yang diawet tanpa garam diawet dengan garam
dapur dan natrium benzoat dapau dan lain ikatan
natrium, seperti buah
dalam kaleng
Lemak dan Minyak Minyak goreng, margarine dan Margarine dan mentega
mentega tanpa garam biasa
Minuman Teh dan kopi Minuman ringan
Bumbu Semua bumbu-bumbu kering Garam dapur untuk diaet
yang tidak mengandung garam garam rendah I, baking
dapur dan lain ikatan natrium. powder, soda kue, vetsin
Garam dapur sesuai dengan dan bumbu-bumbu yang
ketentuan untuk diet garam mengandung garam
rendah II dan III dapur seperti kecap,
terasi, magie, tomato
ketchup, petis dan taoco

14
C. DIET PADA TINDAKAN BEDAH
1.Gambaran Umum
Pengaruh pembedahan pada metabolisme pasca bedah tergantung berat
ringannya pembedahan, keadaan gizi pasien pra-bedah, dan pengaruh
pembedahan terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi
zat-zat gizi. Stetelah pembedahan sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen
dan natrium yang dapat berlangsung selama 5 atau sampai 7 hari atau lebih
pasca bedah.peningkatan ekskresi kalsium terjadi pada pasca operasi besar,
trauma kerangka tubuh atau setelah lamam tidak bergerak (imobilisasi). Demam
meningkatkan kebutuhan energi sedangkan luka dan pendarahan meningkatkan
kebutuhan protein , zat besi dan vitamin C.
2. Diet Pra-Bedah
1. Definisi
Diet pra-bedah adalah pengaturan makan yang diberikan kepada pasien
yang akan mengalami pembedahan. Pemberian diet pra-bedah tergantung
pada:
a. Keadaan umum pasien, apakah normal atau tidak dalam hal status gizi,
gula darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal dan
suhu tubuh.
b. Macam pembedahan:
1) Bedah minor atau bedah kecil seperti tindakan insisi, ekstriptasi dan
sirkumsisi atau khitan.
2) Bedah mayor atau bedah besar, yang dibedakan dalam bedah
saluran cerna (lambung, usus halus dan usus besar) dan bedah
diluar saluran cerna (jantung, ginjal, paru, saluran kemih, tulang dan
sebagainya.
c. Sifat operasi
1) Segera dalam keadaan darurat atau cito, sehingga pasien tidak
sempat diberi diet pra-bedah.
2) Berencana atau elektif. Pasien disiapkan dengan diet pra-bedah
dengan pemberian diet pra-bedah sesuai dengan status gizi dan
macam pembedahan.
d. Macam penyakit
1) Penyakit utama yang membutuhkan pembedahan adalah penyakit
dengan saluran cerna, jantung, ginjal, saluran pernafasan dan tulang.
2) Penyakit penyerta yamng dialami, misalnya penyakit diabetes
melitus, jantung dan hipertensi.
2. Tujuan Diet Pra-bedah

15
Tujuan diet pra-bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi
apsien dalam kaeadaan optimal pada saat pembedahan, sehingga tersedia
cadangan untuk mengatasi stres dan penyembuhan luka.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Pra-bedah adalah:
a. Energi
1) Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45
kkal/kg BB
2) Bagi pasien dengan status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25 % di
bawah kebutuhan normal
3) Bagi pasien dengan status gizi baik diberikan sesuai dengan
kebutuhan energi normal ditambah faktor stress sebesar 15 % dar
AMB (Angka Metabolisme Basal)
4) Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan
penyakitnya.
b. Protein
1) Bagi pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (<2,5
mg/dl) diberikan protein tinggi 1,5 – 2 g/kg BB.
2) Bagi pasien dengan stauts gizi baik atau kegemukan diberikan
protein normal 0,9 – 1 g/kg BB
3) Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan
penyakitnya
c. Lemak cukup, yaitu 15-25 % dari kebutuhan energi total. Bagi pasien
dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.
d. Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk
menghindari hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu,
karbohidrat diberikan sesuai dengan penyakitnya
e. Vitamin cukup, terutama vitamin B,C dan K. Bila perlu ditambah dalam
bentuk suplemen.
f. Mineral cukup. Bila perlu ditambah dalam bentuk suplemen
g. Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau
klisma, sehingga tidak menggangu proses pembedahan (tidak buang air
besar atau kecil dimeja operasi)
4. Jenis, Indikasi dan Lama Pemberian Diet
Sesuai dengan jenis dan sifat pembedahan, diet pra-bedah diberikan
dengan indikasi sebagai berikut:
a. Pra-bedah Darurat atau cito
Sebelum pembedahan tidak diberikan diet tertentu.

16
b. Pra-bedah Berencana atau Elektif
1) Pra-bedah minor atau kecil elektif, seperti tonsilektomi tidak
membutuhkan diet khusus. Pasien dipuasakan 4 – 5 jam sebelum
pembedahan. Sedangkan pada pasien yang akan menjalani
apendiktomi, herniatomi, hemoroidektomi dan sebagainya diberikan
diet sisa rendah sehari sebelumnya
2) Pra-bedah mayor atau besar elektif seperti :
a) Pra-bedah besar saluran cerna diberikan diet sisa rendah selama
4 – 5 hari dengan tahapan:
(1) Hari ke-4 sebelum pembedahan diberikan makanan lunak
(2) Hari ke-3 sebelum pembedahan diberikan makanan saring
(3) Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberikan Formula
Enteral Sisa Rendah
b) Pra-bedah besar diluar saluran cerna diberi Formula Enteral Sisa
Rendah selama 2 – 3 hari. Pemberian makanan terakhir pra-
bedah besar dilakukan 12 - 18 jam sebelum pembedahan,
sedangkan minum terakhir 8 jam sebelumnya
5. Definisi Jenis Diet Pra-Bedah
a. Makanan Sisa Rendah
Makanan sisa rendah adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan
rendah serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dimaksud
dengan sisa adalah bagian-bagian makanan yang tidak dapat diserap
seperti yang terdapat di dalam susu dan produk susu serta serat daging
yang berserat kasar (liat). Disamping itu, makanan lain yang merangsang
saluran cerna harus dibatasi
b. Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah
dikunyah, ditelan dan dicerna dibandingkan makanan biasa. Makanan ini
mengandung cukup zat-zat gizi, asalkan pasien mampu mengkonsumsi
makanan dalam jumlah cukup
c. Makanan Saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur
lebih halus daripada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan
dicerna.
d. Makanan Cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga
kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan
menunyah, menelan dan mencerna makanan yang disebabkan oleh

17
menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah, pasca
perdarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan dapat
diberikan secara oral atau parenteral.
3. Diet Pasca Bedah
1. Definisi
Diet Pasca-Bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien
setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan
tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
2. Tujuan Diet Pasca-Bedah
Tujuan diet pasca-bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi
pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
a. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
b. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi dan zat gizi lain
c. Memperbaiki ketidakseimbanagn elektrolit dan cairan
3. Syarat Diet Pasca-Bedah
Syarat diet pasca-bedah adalah memberikan makanan secara bertahap
mulai dari bentuk cair, saring, lunak dan biasa. Pemberian makanan dari
tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien
seperti :
a. Pasca-bedah kecil
Makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal
b. Pasca-bedah besar
Makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan
pasien untuk menerimanya.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
a. Diet Pasca-Bedah I
Diet ini diberikan kepada semua pasien pasca-bedah :
1) Pasca-bedah kecil : setelah sadar atau rasa mual hilang
2) Pasca-bedah besar : setelah sadar dan ras amual hilang serta ada
tanda-tanda usus sudah mulai bekerja.
Cara memberikan makanan
Selama 6 jam sesudah pembedahan, makanan yang diberikan berupa air
putih, teh manis, atau cairan lain seperti makanan cair jernih. Makanan ini
diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua
zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.
b. Diet Pasca-Bedah II

18
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pasca-bedah besar saluran
cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah I.
Cara Memberikan Makanan
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup,
sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 hari sekali selama pasien
tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi
pasien. Selain itu dapat diberikan makanan parentral bila diperlukan. Diet
ini diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.
Makanan yang Tidak Diperbolehkan
Makanan yang tidak diperbolehkan pada diet ini adalah air jeruk dan
minuman yang mengandung karbondioksida.
c. Diet Pasca-Bedah III
Diet pasca-bedah III diberikan kepada kepada pasien pasca-bedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.
Cara Memberikan Makanan
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan
biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat
diberikan makanan parentral bila diperlukan.
Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Makanan yang tidak dianjurkan pada diet pasca-bedah III adalah
makanan dengan bumbu tajam dan minnuman yang mengandung
karbondioksida.
d. Diet Pasca-Bedah IV
Diet pasca-bredah IV diberikan kepada :
1) Pasien pasca-bedah kecil, setelah diet pasca-bedah I
2) Pasien pasca-bedah besar, setelah diet pasca-bedah III
Cara Memberikan Makanan
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali
makanan lengkap dan satu kali makanan selingan.
Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam
dan minuman yang mengandung karbondioksida.
e. Diet Pasca-Bedah Lewat Pipa Lambung
Diet pasca-bedah lewat pipa lambung adalah pemberian makanan bagi
pasien dalam keadaan khusus seperti koma, terbakar, ganguan psikis,
dimana makanan harus diberikan lewat pipa lambung atau enteral atau
Naso Gastrict Tube (NGT).
Cara Memberikan Makanan

19
Makanan diberikan sebagai makanan cair kental penuh, 1 kkal /ml,
sebanyak 250 ml tiap 3 jam bila tidak tidur. Makanan diharapkan dapat
merangsang peristaltik lambung.

20
D. DIET PENYAKIT DIABETES MELITUS
1. Diet Penyakit Diabetes Melitus Tanpa Komplikasi
1. Gambaran Umum
Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yamg timbul pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan hormone insulin secara absolut atau relative. Pelaksanaan diet
hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan prilaku tentang
makanan.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit Diabetes Melitus adalah, membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolic yang lebih baik, dengan cara:
a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat penurun
glukosa oral dan aktivitas fisik.
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipide serum normal.
c. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal.
d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama
serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit diabetes melitus
a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambahn
kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya ada
tidaknyakomplikasi. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan
pagi, siang dan sore serta 2–3 porsi kecil untuk makanan selingan.
b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10 – 16 % dari kebutuhan energi total
c. Kebutuhan lemak sedang yaitu 20 – 25 % dari kebutuhan energi total
d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total yaitu 60 –
7- %
e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar

21
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni
sampai 5% dari kebutuhan energi total.
f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah
bahan pemanis selain sukrosa. Ada dua gula alternatif yaitu yang bergizi
dan tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol
berupa sorbitol, manitol dan silitol sedangkan gula alternatif yang tidak
bergizi adalah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif
hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20 % dari
kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL,
sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh
laksatif.
g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata
memenuhi kebutuhan serat sehari.
h. Cukup vitamin dan mineral
i. Asupan serta dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serta larut air
yang terdapat didalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-ratat
memenuhi kebutuhan serat sehari.
j. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu 3000
mg/hari
4. Jenis, Indikasi dan Lama Pemberian Diet
Diet yang digunakan sebagai bagian penatalaksanaan diabetes melitus
dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat.
Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet Diabetes melitus. Penetapan diet
ditentukan oleh keadaan pasien, jenis diabetes melitus dan program
pengobatan secara keseluruhan.
Tabel berikut menunjukkan jenis diet diabetes melitus menurut
kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat
Jenis diet Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gram) (gram) (gram)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51.5 36.5 235
IV 1700 55.5 36.5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369

22
VIII 2500 80 62 396

5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan


Bahan makanan yang dianjurkan dan yang ridak dianjurkan pada pasien
anak dan dewasa adalah sama yaitu:
a. Bahan Makanan yang Dianjurkan :
1) Sumber karbohidrat kompleks: contohnya nasi, roti, mie, kentang,
singkong, ubi, dan sagu
2) Sumber protein rendah lemak: contohnya ikan, ayam tanpa kulit,
susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang
sudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang,
dikukus, distup, direbus dan dibakar.
b. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan (Dibatasi atau Dihindari)
1) Mengandung banyak gula sederhana seperti:
a) Gula pasir, gula jawa
b) Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu
kental manis, minuman botol ringan dan es cream.
c) Kue-kue manis, dodol, cake, tarcis.
2) Mengandung banyak lemak contohnya : cake, makanan cepat saji
(fast food), goreng-gorengan
3) Mengandung banyak natrium contohnya: ikan asin, telur asin,
makanan yang diawetkan.
2. Diet Penyakit Diabetes Melitus Dengan Nefropati
1. Gambaran Umum
Diabetes Melitus (DM) jika tidak ditangani dengan baik dapet
mengakibatkan timbulnya berbagai komplikasi pada berbagai organ tubuh,
diantaranya ginjal. Manifestasi lanjut dari kelainan ginjal pada diabetes
melitus adalah Nefropati Diabetes.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit diabetes melitus dengan nefopati adalah untuk
mencapai dan memepertahankan status gizi optimal serta menghambat laju
kerusakan ginjal dengan cara:
a. Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah
b. Mencegah menurunnya fungsi ginjal
c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Syarat Diet
Syarat- syarat diet penyakit diabetes mellitus dengan nefrofati adalah :

23
a. Energi adekuat, yaitu 25 – 30 kkal/ kg BB ideal
b. Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8 g/kg BB.
Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung pada kondisi
pasien. Sebanyak 65% protein berasal dari sumber protein bernilai
biologik tinggi.
c. Karbohidrat sedang, yaitu 55 – 60% dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah.
Gunakan karbohidrat komplek sebagai sumber karbohidrat utama.
Pemberian karbohidrat sederhana berupa gula murni dalam jumlah
terbatas sebaiknya dilakukan bersama makanan utama dan bukan
diantara waktu makan.
d. Lemak normal, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total. Utamakan
asam lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan asam lemak jenuh
hendaknya < 10% asupan energy total. Kolesterol < 300 mg.
e. Natrium: 1000 – 3000 mg, tergantung pada tekanan darah, adanya
edema dan ekskresi natrium
f. Kalium dibatasi, fosfor dan kalsium tinggi
g. Vitamin tinggi, bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin b
kompleks, asam folat dan piridoksin, serta vitamin C.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Ada 8 jenis diet diabetes mellitus rendah protein (DMRP) menurut nilai
energi 1100 – 2500 kkal yang masing-masing dibagi lagi menurut protein,
yaitu 30 gr, 40 gr dan 50 gr. Protein 50 gr sehari hanya ditetapkan untuk diet
DMRP 2100 kkal, 2300 kkal, dan 2500 kkal. Diet diberikan sesuai dengan
kebutuhan energi dan kemampuan fungsi ginjal pasien.
5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Makanan
Sumber Beras, ubi, singkong,kentang, Sumber karbohidrat tinggi
karbohidrat roti tawar, tepung terigu, sagu, natrium, seperti : cake, biscuit,
dan tepung singkong. dan krakers
Sumber protein Daging sapi, ayam, ikan, telur, Daging dan ikan yang
hewani susu dan hasil olahannya. diawetkan, seperti ikan asin,
dendeng, sarden dan corneed
beef.
Sumber protein - Semua jenis kacang-kacangan
nabati dan hasilnya yang merupakan
sumber protein bernilai biologic

24
rendah
Sayuran Rendah kalium, seperti caisim, Tinggi kalium, seperti :
kangkung, sawi, wortel dan tomat,kol, bayam,bit, daun
terong bawang, taoge, kacang hijau,
kacang buncis, kembang kol,
waluh dan pisang
Buah-buahan Rendah kalium, seperti : jambu, Tinggi kalium, seperti : anggur,
kedondong, mangga, markisa, arbei, belimbing, duku, jambu
melon, semangka, pir, salak, biji, jeruk, pepaya dan pisang
sawo
Minuman - Berbagai minuman bersoda
dan beralkohol
Bumbu Semua jenis bumbu selain gula Semua jenis gula, madu.

25
E. DIET PENYAKIT GINJAL DAN SALURAN KEMIH
1. Gambaran Umum
Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homoeostatik cairan,
elektrolit, dan bahan-bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses
filtrasi, reabsorpsi dan sekresi. Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrin
penting, seperti sintesis hormone erittroprotein serta sekresi rennin dan
aldosteron, mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif, dan degradasi berbagai
jenis hormon.
Diet khusus diperlukan bila fungsi ginjal terganggu, yaitu pada penyakit-
penyakit: (1) Sindroma Nefrotik; (2) Gagal Ginjal Akut; (3) Penyakit Ginjal Kronik
dengan penurunan fungsi ginjal ringan sampai berat; (4) Penyakit Ginjal tahap
akhir yang memerlukan dialisis; dan (5) Batu ginjal. Diet pada penyakit ginjal
ditekankan pada pengontrolan asupan energi, protein, cairan, elektrolit, natrium,
kalium, kalsium dan fosfor.
2. Diet Sindroma Nefrotik
1. Gambaran Umum
Sindroma nefrotik atau nefrosis adalah kumpulan manifestasi penyakit
yang ditandai oleh ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan
nitrogen sebagai akibat meningkatnya permeabilitas membran kapiler
glomerulus. Kehilangan protein melalui urin yang ditandai oleh proteinuria
massif (> 3,5 g protein/24 jam) menyebabkan hipoalbuminemia yang diikuti
oleh edema, hipertensi, hiperlipidemia, anoreksia, dan rasa lemah.
2. Tujuan Diet
Tujuan Diet sindroma nefrotik adalah untuk :
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
c. Memonitor hiperkolesterolimia dan penumpukan trigliserida
d. Mengontrol hipertensi
e. Mengatasi anoreksia.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet sindroma nefrotik adalah:
a. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif,
yaitu 35 Kkal/kg berat badan
b. Protein sedang, yaitu 1 atau 0,8 g/kg berat badan ditambah jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein
bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15- 20% dari kebutuhan energi total

26
d. Karbohidrat sebagai sisa dari kebutuhan energi. Utamakan penggunaan
karbohidrat kompleks
e. Natrium dibatasi, yaitu 1 – 4 g sehari, tergantung berat ringannya edema
f. Kolesterol dibatasi < 300 mg, begitu pula gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan
pernapasan.
3. Diet Gagal Ginjal Akut
1. Gambaran Umum
Gagal ginjal akut terjadi karena menurunnya fungsi ginjal secara
mendadak yang terlihat pada penurunan Glomerulo Fitration Rate (GFR) atau
Tes Kliren Kreatinin (TKK) dan terganggunya kemampuan ginjal untuk
mengeluarkanproduk-produk sisa metabolisme. Penyakit ini disertai oliguria
(urin < 500 ml/24 jam) sampai anuria. Penyebabnya bermacam-macam,
seperti kekurangan cairan tubuh secara berlebihan akibat diare dan/ atau
muntah, perdarahan hebat atau trauma pada ginjal akibat kecelakaan,
keracunan obat, dan luka bakar. Pada gagal ginjal akut terjadi katabolisme
protein yang berlebihan (hiperkatabolisme) yang dipengaruhi oleh:
a. Berat ringannya penyakit
b. Gangguan fungsi ginjal
c. Status gizi pasien
d. Jenis terapi yang diberikan
Pemberian diet disesuaikan dengan keempat hal tersebut di atas. Gejala
penyakit dapat disertai anoreksia, nausea, rasa lelah, gatal, mengantuk,
pusing dan sesak nafas.Dalam keadaan katabolic sedang dan berat, pasien
memerlukan dialysis. Apabila faktor penyebab dapat diatasi, penyakit dapat
disembuhkan, yang berarti fungsi ginjal kembali normal.
2. Tujuan Diet
Tujuan Diet penyakit gagal ginjal akut adalah untuk:
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal
b. Menurunkan kadar ureum darah
c. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan
3. Syarat Diet
a. Syarat-syarat diet penyakit gagal ginjal akut adalah :
b. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu : 25-35 kkal/kgBB

27
c. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB.
Pada katabolik ringan kebutuhan protein 0,6-1 g/kg BB, katabolik sedang
0,8-1,2 g/kg BB, dan katabolik berat 1 – 1,5 g/kgBB.
d. Lemak sedang, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5-
1,5 g/kg BB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8-1,5 g/kg BB
e. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah
energi yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat
hipertrigliseridimia, batasi penggunaan karbohidrat sederhana atau gula
murni
f. Natrium dan kalium dibatasi bila ada anuria
g. Cairan sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan
urin + 500 ml
h. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk
formula enteral atau parenteral
4. Diet Penyakit Ginjal Kronik
1. Gambaran Umum
Penyakit Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana
terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan
(menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat
progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). Gejala
penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu mkaan, mual, muntah-muntah,
pusing, sesak nafas, rasa lelah, edema pada kakidan tangan, serta uremia.
Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK)
< 25 ml/menit, diberikan diet protein rendah.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit ginjal kronik adalah untuk:
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
b. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).
c. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan
memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit ginjal kronik adalah:
a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg berat badan
b. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg berat badan. Sebagian harus bernilai
biologik tinggi.
c. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total.

28
d. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang
berasal dari protein dan lemak.
e. Natrium dibatasibila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.
Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 gr.
f. Kalium dibatasi apabila ada hiperkalemia, oliguria, atau anuria.
g. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran
cairan melalui keringat dan pernapasan (500 ml).
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
a. Diet Protein Rendah I : 30 gr protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 50 kg.
b. Diet Protein Rendah II : 35 gr protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 60 kg.
c. Diet Protein Rendah III : 40 gr protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 65 kg.
Karena kebutuhan gizi penyakit ginjal kronik sangat bergantung pada
keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan
dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar.
5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
BahanMakanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Nasi, bihun, jagung, -
Karbohidrat kentang, makaroni, mie,
tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai, madu,
permen.
Sumber Telur, daging, ikan, ayam, Kacang-kacangan dan
Protein susu hasil olahannya, seperti
tempe dan tahu.
Sumber Minyak jagung, minyak Kelapa, santan, minyak
Lemak kacang tanah, minyak kelapa, margarine,
kelapa sawit, minyak mentega biasa dan lemak
kedelai, margarine dan hewan.
mentega rendah garam.
Sumber vitamin dan Semua sayuran dan buah Sayuran dan buah tinggi
mineral kecuali pasien dengan kalium pada pasien
hiperkalemia dianjurkan dengan hiperkalemia.
yang mengandung kalium Seperti: singkong, ikan
rendah/ sedang. sardin, kacang hijau,

29
kacang kedelai, kacang
kedelai kuning, bayam,
daun pepaya muda,
peterseli, avocad, pisang,
cokelat, susu asam bubuk,
susu penuh bubuk.

5. Diet Gagal Ginjal Dengan Dialisis


1. Gambaran Umum
Dialisis dilakukan terhadap pasien dengan penurunan fungsi ginjal berat,
dimana ginjal tidak mampu lagi mengeluarkan produk-produk sisa
metabolisme, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta
memproduksi hormon-hormon. Ketidakmampuan ginjal mengeluarkan
produk-produk sisa metabolisme menimbulkan gejala uremia. Dialisis
dilakukan bila hasil tes kliren kreatinin < 15 ml/menit. Anjuran diet didasarkan
pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran tubuh. Karena nafsu
makan pasien umumnya rendah, perlu diperhatikan makanan kesukaan
pasien dalam batas-batas diet yang ditetapkan.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet gagal ginjal dengan dialisis adalah untuk:
a. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status
gizi, agar pasien dapat melakukan aktifitas normal.
b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Menjaga agar akumulasi produk metabolisme tidak berlebihan.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet gagal ginjal dengan dialisis adalah :
a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg berat badan ideal/hari pada pasien
hemodialisis (HD) maupun Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis
(CAPD).
b. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan
mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu 1-1,2 g/kg
berat badan ideal/hari pada HD dan 1,3 kg/kg berat badan ideal/hari pada
CAPD
c. Karbohidrat cukup, yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total
d. Lemak normal, yaitu 15-30 % dari kebutuhan energi total
e. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu 1
g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk setiap ½ liter

30
urin. 1 – 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk
tiap ½ liter urin (CAPD).
f. Kalium sesuai dengan urin yamg keluar/24 jam, yaitu 2 g + penyesuaian
menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap 1 liter urin (HD). 3 g +
penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap 1 liter urin
(CAPD)
g. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari
h. Fosfor dibatasi, yaitu <17 mg/kg berat badan ideal/hari
i. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500-750 ml.
j. Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang mengandung
energi dan protein tinggi.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet pada dialysis bergantung pada frekuensi dialysis, sisa fungsi ginjal
dan ukuran badan pasien. Diet untuk pasien dengan dialysis biasanya harus
direncanakan perorangan. Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet
dialysis :
a. Diet dialysis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan
± 50 kg
b. Diet dialysis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ± 60 kg
c. Diet dialysis III, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat
badan ± 65 kg
6. Diet Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
1. Gambaran Umum
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi mineral atau garam dalam urin
mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknyaa kristal, yanag akan
mengendap pada tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi
garam-garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh
lingkungan. Sebagaian besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat
serta asam urat. Batu ginjal lebih banyak ditemukan pada orang dewasa laki-
laki daripada orang dewasa perempuan. Hiperkalsiuria, hiperurikosuria,
hiperoksalouria, rendahnya volume dan pH urin merupakan faktor resiko
terjadinya batu ginjal. Asupan cairan yang tinggi (2,5-3 liter/hari) dapat
menghasilkan paling kurang 2 liter utin/hari, dapat mencegah terbentuknya
berbagai jenis batu ginjal. Kebutuhan cairan bertambah dengan adanya
kenaikan suhu pada lingkungan dan peningkatan aktivitas. Separo cairan
hendaknya adalah air putih.
2. Tujuan Diet

31
Tujuan diet batu ginjal adalah :
a. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal
b. Meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan
urin melalui peningkatan asupan cairan
c. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet batu ginjal adalah :
a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan
b. Protein sedang, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total
c. Lemak sedang, yaitu 15-25 % dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energfi total
e. Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hati, separonya berasal dari air putih
f. Pembatasan makanan sesuai dengan jenis batu

32
F. DIET PENYAKIT GOUT ARTRITIS
1. Gambaran Umum
Gout adalah penyakit artritis yang disebabkan oleh metabolisme abnormal
purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini
diikuti dengan terbentuknya timbunan kristal berupa asam urat di persendian
yang menyebabkan peradangan sendi lutut dan/atau jari.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet gout artritis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit gout artritis adalah:
1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih atau
kegemukan, asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak 500-
1000 kkal dari kebutuhan energi normal hingga tercapai berat badan normal.
2. Protein cukup, yaitu 1,0-1,2 kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >
150 mg/100 g.
4. Lemak sedang, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total, lemak berlebih
dapat menghambat pengeluaran asam urat atau purin melalui urin.
5. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak, yaitu 65-75% dari kebutuhan
energi total. Karena kebanyakan pasien gout artritis mempunyai berat badan
lebih, maka dianjurkan untuk menggunakan sumber karbohidrat kompleks.
6. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
7. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Rata-rata
asupan cairanyang dianjurkan adalah 2-2 ½ liter/hari.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet gout artritis diberikan kepada pasien dengan gout dan/atau batu asam
urat dengan kadar asam urat >7,5 mg/dl.
Diet ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Diet Purin Rendah I /DPR I (1500 kkal)
b. Diet Purin Rendah II /DPR II (1700 kkal)
5. Pengelompokan Bahan Makanan menurut Kadar Purin dan Anjuran Makan
1. Kelompok 1
Kandungan purin tinggi (100-1000 mg purin/100 g bahan makanan)
sebaiknya dihindari: Otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak daging/kaldu,
buillion, bebek, ikan sardin, makarel, remis, kerang.
2. Kelompok 2

33
Kandungan purin sedang (9-100 mg purin/ 100 g bahan makanan) dibatasi:
maksimal 50-75 g (1-1 ½ ptg) daging, ikan atau unggas atau 1 mangkok (100
g) sayuran sehari. Daging sapi dan ikan (kecualiyang terdapat dalam
kelompok I) ayam, udang, kacang kering dan hasil olahannya, seperti tahu
dan tahu, asparagus, bayam, daun singkong, kangkung, daun dan biji
melinjo.
3. Kelompok 3
Kandungan purin rendah (dapat diabaikan), dapat dimakan setiap hari.
Seperti : nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mie, bihun, tepung beras, cake, kue
kering, pudding, susu, keju, telur, lemak dan minyak, gula, sayuran dan buah-
buahan (kecuali sayuran dalam kelompok 2).

34
G. DIET PENYAKIT HATI DAN PENYAKIT KANDUNG EMPEDU
1. Penyakit Hati
1. Gambaran Umum
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian besar hasil
pencernaan setelah diabsorpsi, langsung dibawa ke hati untuk disimpan atau
diubah menjadi bentuk lain dan diangkut ke bagian tubuh yang
membutuhkan. Hati merupakan tempat penyimpanan mineral berupa zat besi
dan tembaga yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta
vitamin-vitamin larut lemak A, D, E, dan K. Hati mengatur volume dan
sirkulasi darah serta berperan dalam detoksifikasi obat-obatan dan racun-
racun. Dengan demikian, kelainan atau kerusakan pada hati berpengaruh
terhadap fungsi saluran cerna dan penggunaan makanan dalam tubuh
sehingga sering menyebabkan gangguan gizi.
Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah hepatitis dan
sirosis hati. Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh
keracunan toksin tertentu atau infeksi karena virus. Penyakit ini disertai
anoreksia, demam, rasa mual dan muntah, serta jaundice (kuning). Hepatitis
dapat bersifat akut atau kronis.
Sirosis hati adalah kerusakan hati yang menetap, disebabkan oleh
hepatitis kronis, alkohol, penyumbatan saluran empedu, dan berbagai
kelainan metabolisme. Jaringan hati secara merata rusak akibat pengerutan
dan pengerasan (fibrotik) sehingga fungsinya terganggu. Gejalanya yaitu
kelelahan, kehilangan berat badan, penurunan daya tahan tubuh, gangguan
pencernaan, dan jaundice. Dalam keadaan berat disertai asites, hipertensi
portal, dan hematemesis-melena yang dapat berakhir dengan koma hepatik.
2. Tujuan Diet
Tujuan Diet Penyakit Hati dan Kandungan Empedu adalah untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan
fungsi hati, dengan cara :
a. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dan/atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
b. Mencegah katabolisme protein.
c. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila
kurang.
d. Mencegah atau mengurangi asites, varises esophagus, dan hipertensi
portal.
e. Mencegah koma hepatik.

35
3. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Penyakit Hati dan Kandung Empedu adalah :
a. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan
bertahap sesuai kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/kg BB.
b. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami
steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang. Pemberian
lemak sebanyak 45 gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses
sintesis lemak.
c. Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme
perotein. Pada kasus Hepetitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak didalam darah,
pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak
30-40 gram/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein diberikan
sebanyak 1,25 gram/Kg BB. Asupan minimal protein hendaknya 0,8-1
g/Kg BB. Protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan
serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses.
Namun, sering timbul keluhan berupa rasa kembung dan penuh. Diet ini
dapat mengurangi status ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki
keseimbangan nitrogen.
d. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu,
diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan
zat besi bila ada anemia.
e. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila
pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
f. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
g. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan
biasa sesuai kemampuan saluran cerna.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
a. Diet Hati I
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma
sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan.
Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau
lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam
bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai
cabang (Branched Chain Amino Acid/BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan
valin dapat digunakan. Bila ada asites dan dieresis belum sempurna,
pemberian cairan maksimal 1 liter/hari. Makanan ini rendah energi,

36
protein, kalsium, zat besi, dan tiamin, karena itu sebaiknya diberikan
beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai Diet Hati I Rendah Garam. Bila ada asites hebat dan
tanda-tanda dieresis belum membaik, diberikan Diet Rendah Garam I.
Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga
diberikan makanan panentral berupa cairan glukosa.
b. Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I
kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuklunak atau biasa. Protein diberikan 1
g/kg BB dan lemak sedang (20-25 % dari kebutuhan energi total) dalam
bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat
besi, vitamin A dan C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut
beratnya retensi garam atau air,makanan diberikan sebagai Diet Hati II
rendah Garam. Bila asites hebat dan dieresis belum baik, diet mengikuti
pola Diet rendah Garam I.
c. Diet Hati III
Diet hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II atau
kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis infeksiosa/A dan Hepatitis Seru/B)
dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima
protein dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif. Menurut
kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bnetuk lunak atau biasa.
Makanan ini cukup mengandung enrgi, protein, lemak, mineral, dan
vitamin tapi tinggikarbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.
5. Bahan Makanan yang Dibatasi
Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II, dan III adalah dari
sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak mengandung
lemak dan santan serta bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi,
kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian, dan nangka.
6. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hati I, II, dan III adalah
makanan yang mengandung alkohol, teh, kopi kental.
2. Penyakit Kandung Empedu
1. Gambaran Umum
Fungsi utama kandung empedu adalah unutk mengkonsentrasikan dan
menyimpan empeduyang diproduksi oleh hati. Cairan empedu mengandung
garam empedu dan kolesterol. Empedu membantu pencernaan serta

37
absorpsi lemak dan vitamin larut lemak A, D, E, K, mineral besi, dan kalsium.
Penyakit kandung empedu yang membutuhkan diet khusus adalah kolelitiasis
dan Kolesistitis.
2. Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah terbentuknya batu empedu yang bila masuk ke saluran
empedu menimbulkan penyumbatan dan kram. Penyaluran empedu ke
duodenum terganggu sehingga mengganggu absorpsi lemak. Ada dua jenis
batu empedu, yaitu batu kolesterol dan batu pigmen yang terdiri dari polimer
bilirubin dqan garam kalsium.
Faktor resiko terjadinya batu kolesterol antara lain adalah gender
perempuan, kegemukan, faktor etnik, obat-obatan dan penyakit saluran
cerna, sedangkan faktor risiko batu pigmen antara lain adalah berat badan
kurang, asupan lemak dan protein kurang, serta sirosis hati.
3. Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu. Penyebab utamanya
adalah batu empedu yang menyumbat saluran empedu. Penyakit ini dapat
disertai jaundice (ikterius), karena cairan empedu yang tidak bisa masuk
kesaluran cerna berubah warna menjadi bilirubin yang berwarna kuning dan
masuk keperedaran darah.
4. Tujjuan Diet
Tujuan diet penyakit kandung empedu adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal dan memberi istirahat pada
kandung empedu, dengan cara:
a. Menurunkan berat badan bila kegemukan, yang dilakukan secara
bertahap.
b. Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri abdomen.
c. Mengatasi melabsorpsi lemak.
5. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Penyakit Kandung Empedu adalah:
a. Energi sesuai dengan kebutuhan. Bila kegemukan diberikan Diet Rendah
Energi. Hindari penurunan berat badan yang terlalu cepat.
b. Protein agak tinggi, yaitu 1-1,25 g/kg BB.
c. Pada keadaan akut, lemak tidak diperbolehkan sampai keadaan akutnya
mereda, sedangkan pada keadaan kronis dapat diberikan 20-25% dari
kebutuhan energi total. Bila ada steatorea dimana lemak feses > 25 g/24
jam, lemak dapat diberikan dalam bentuk asam lemak rantai sedang
(MCT) yang mungkin dapat mengurangi lemak feses dan mencegah
kehilangan vitamin dan mmineral.

38
d. Bila perlu diberikan suplemen vitamin A, D, E dan K.
e. Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat kelebihan
asam empedu dalam saluran cerna.
f. Hindari bahan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung dan
tidak nyaman.
6. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
a. Diet Lemak Rendah I
Diet Lemak Rendah I diberikan kepada pasien kolesistitis dan kolelitiasis
dengan kolik akut. Makanan yang diberikan berupa buah-buahan dan
minuman manis. Makanan ini rendah energi dan semua zat gizi kecuali
vitamin A dan C. Sebaiknya diberikan selama 1-2 hari saja.
b. Diet Lemak Rendah II
Diet Lemak Rendah II diberikan secara berangsur bila keadaan akut
sudah dapat diatasi dan perasaan mual sudah berkurang atau kepada
pasien penyakit saluran empedu kronis yang terlalu gemuk. Menurut
keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang, lunak, atau
biasa. Makanan ini rendah energi, kalsium, dan tiamin.
c. Diet Lemak Rendah III
Diet Lemak Rendah III diberikan bila pasien gemuk dan kepada pasien
penyakit kandung empedu yang tidak gemuk dan cukup mempunyai
nafsu makan. Menurut keadaan pasien makanan diberikan dalam bentuk
lunak atau biasa. Makanan ini cukup energi dan zat gizi.
7. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet penyakit kandung
empedu adalah semua makanan dan daging yang mengandung lemak,
gorengan, dan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah,
kol, sawi, lobak, ketimun, durian, dan nangka.

39
H. DIET PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
1. Diet Dislipedimia
1. Gambaran Umum
Dislipedimia adalah kelainan metabolismelipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total. Kolesterol Low Density
Lipoprotein (LDL), dan triglesirida serta penurunan kadar kolesterol High
Density Lipoprotein (HDL). Peningkatan kadar kolesterol, terutama LDL atau
trigliserida darah perlu mendapat perhatian karena merupakan predisposisi
terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. HDL mempunyai pengaruh
sebaliknya. Peningkatan kadar HDL plasma menurunkan resiko terhadap
penyakit jantung koroner. Rendahnya HDL dihubungkan dengan
hipertrigliseridimia. Pengobatan dilipedimia berdasarkan asumsi bahwa
normalisasi nilai lipid darah mengurangi resiko terhadap paterogenesis dan
penyakit kardivaskuler. Kolesterol terutama disintesis dalam hati dari hasil
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Penyebab utama peningkatan
kolesterol dalam darah adalah faktor keturunan dan asupan lemak tinggi.
Asupan lemak total beruhubungan dengan kegemukan yang merupakan
faktor resiko utama terserang aterosklerosis. Pengaruh lemak makanan pada
penyakit jantung koroner berhubungan dengan pengaruh komponen asam
lemak dan kolesterol terhadap kolesterol darah, terutama kolesterol LDL.
Asam lemak tidak jenuh ganda dan asam lemak tidak jenuh tunggal, serat
larut air, karbohidrat komplek dan diet vegetarian mempunyai pengaruh baik
terhadap kadar lipid darah, sedangkan asam lemak jenuh, kolesterol dan
kegemukan mempunyai pengaruh kurang baik terhadap kadar lipid darah
yang berkaitan dengan resiko penyakit jantung koroner. Pilar utama
pengelolaan dislippedimia adalah upaya nonfarmalogis yang meliputi
modifikasi diet, latihan jasmani, dan pengelolaan berat badan. Trigliserida
dalam tubuh berasal dari lemak makanan atau dari hasil perubahan unsur-
unsur energi yang berlebihan di dalam tubuh. Trigliserida diangkut oleh Very
Low Density Lipoprotein (VLDL) atau kilomikron kejaringan tubuh sabagai
sumber energi atau kejaringan lemak untuk disimpan. Penyebab utama
peningkatan trigliserida darah adalah faktor genetik, kegemukan, alkohol,
hormon estrogen, obat-obatan , diabetes melitus tidak terkontrol, penyakit
ginjal kronik, penyakit hati serta karbohidrat sederhana berlebih.
2. Tujuan Diet
a. Menurunkan berat badan bila kegemukan.
b. Mengubah jenis dan asupan lemak makanan.

40
c. Menurunkan asupan kolesterol makanan.
d. Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan
karbohidrat sederhana.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet Dislipedimia adalah :
a. Energi yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat badan dan aktivitas
fisik. Bila kegemukan, penurunan berat badan dapat dicapai dengan
asupan energi rendah dan meningkatkan aktivitas fisik. Penurunan
asupan energi serta penurunan berat badan biasanya menghasilkan
penurunan kadar trigliserida darah yang cepat.
b. Lemak sedang <30% dari kebutuhan energi total.
c. Protein cukup, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total.
e. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras
tumbuk atau beras merah, havermout dan kacang-kacangan.
f. Vitamin dan mineral cukup.
4. Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian
Ada 2 jenis diet dilipedimia tahap I dan tahap II. Diet Dilipedimia tahap I
mengandung kolesterol dan lemak jenuh lebih tinggi daripada diet dilipedimia
tahap II. Bagi yang kegemukan, lebih dahulu dilakukan pengkajian terhadap
riwayat berat badan, usaha penurunan berat badan, dan sikap yang
berhubungan dengan makanan. Penilaian ini diperlukan untuk menentukan
apakah harus dimulai dengan tahap I atau langsung diberikan tahap II.
Keberhasilan diet dinilai dengan mengukur kadar kolesterol darah setelah 4-6
minggu dan 3 bulan. Jika tujuan terapi diet tidak tercapai setelah 3 bulan
dengan diet tahap I perlu dinilai penerimaan dan kepatuhan pasien terhadap
diet ini. Jika tujuan tidak tercapai meskipun patuh pasien harus pindah ke diet
tahap II.
5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Beras, terutama beras Produk makanan jadi:
Karbohidrat tumbuk atau beras merah, biskuit, krakers berlemak
pasta, makaroni, roti tinggi dan kue-kue berlemak
serat, ubi, kentang, kue lainnya.
buatan sendiri dengan
menggunakan sedikit
minyak, atau lemak tak
jenis.

41
Sumber Protein Hewani Ikan, unggas tanpa kulit, Daging gemuk, daging
daging kurus, putih telur, kambing, daging babi,
susu skim, yoghurt rendah jeroan, otak, sosis,
lemak dan keju rendah sarden, kuning telur
lemak. (batasi hingga 3 butir
perminggu), susu kental
manis, krim, keju, eskrim.
Sumber Protein Nabati Tempe, tahu, dan kacang- Dimasak dengan santan
kacangan. dan digoreng dengan
minyak jenuh, seperti
kelapa dan kelapa sawit.
Sayuran Semua sayuran dalam Sayuran yang dimasak
bentuk segar, direbus, dengan mentega, minyak
dikukus, distup, ditumis kelapa atau minyak kelapa
dengan menggunakan sawit dan santan kental.
minyak jagung, minyak
kedelai, margarine tanpa
garam yang dibuat dari
minyak tidak jenuh ganda,
dimasak dengan santan
encer.
Buah Semua buah dalam Buah yang diawet dengan
keadaan segar atau gula, seperti buah kaleng
bentuk jus. dan buah kering.
Sumber lemak Minyak jagung, kedelai, Minyak kelapa dan kelapa
kacang tanah, bunga sawit, mentega,
matahari dan wijen, margarine, kelapa, santan,
margarine tanpa garam krim, lemak babi.
yang dibuat dari minyak
tidak jenuh ganda.

2. Diet Penyakit Jantung


1. Gambaran Umum
Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, dimana jantung
secara berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara
normal. Pada awal penyakit, jantung mampu mengkonpensasi
ketidakefisianan fungsinya dan mempertahankan sirkulasi darah normal
melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi (Compensated Heart

42
Disease). Dalam keadaan tidak terkompensasi, sirkulasi darah yang tidak
normal menyebabkan sesak nafas, rasa lelah, dan rasa sakit di daerah
jantung. Berkurangnya aliran darah dapat menyebabkan kelainan pada fungsi
ginjal, hati, otak serta tekanan darah, yang berakibat terjadinya resorpsi
natrium. Hal ini akhirnya menimbulkan edema. Penyakit jantung menjadi akut
bila disertai infeksi, gagal jantung, setelah myocard infarct, dan setelah
operasi jantung.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit jantung adalah untuk:
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.
b. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.
c. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet gagal ginjal dengan dialisis adalah:
a. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
b. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg berat badan.
c. Lemak sedang yaitu 25-30 % dari kebutuhan energi total.
d. Kolesterol rendah terutama jika disertai dislipidemia
e. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalium,
kalsium dan magnesium jika tidak dibutuhkan
f. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema
g. Makana mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
h. Serta cukup untuk menghindari konstipasi
i. Cairan cukup ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
j. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam
porsi kecil
k. Bila kebutuhan gizi tidak terpenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
a. Diet Jantung I
Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti
Myocard Infarct (MCI) atau Dekompensasio Kordis berat. Diet diberikan
berupa 1 - 1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat
menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan semua zat gizi, sehingga
sebaiknya hanya diberikan selama 1 - 3 hari.
b. Diet Jantung II
Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I atau setelah fase akut

43
dapat diatasi. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai
diet jantung II garam rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium dan
tiamin
c. Diet Jantung III
Diet jantung III diberikan dalama bentuk makanan lunak atau biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien
jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi
dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung III garam rendah. Diet ini
rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain.
d. Diet Jantung IV
Diet Jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung
pada keadaan ringan. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan
sebagai diet jantung IV garam rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi
lain, kecuali kalsium.
5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan
a. Bahan Makanan yang Dianjurkan
1) Sumber karbohidrat : beras ditim atau disaring, roti, mi, kentang,
makaroni, biskuit, tepung beras/terigu/aren/sagu ambon, kentang,
gula pasir, gula merah, madu dan sirup.
2) Sumber protein hewani : daging sapi, ayam dengan lemak rendah,
ikan, telur, susu rendah lemak dalam jumlah telah yang telah
ditentukan.
3) Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering seperti kacang
kedelai dan hasil olahannya yaitu tahu dan tempe
4) Sayuran : sayuran yang tidak mengandung gas, seperti baya,
kangkung, kacang buncis, kacang panjang, wortel, tomat, labu siam
dan taoge.
5) Buah-buahan : semua buah-buahan segar seperti pisang, pepaya,
jeruk, apel, melon, semangka dan sawo.
6) Lemak: mminyak jagung, minyak kedelai, margarine, mentega dalam
jumlah terbatas dan tidak untuk menggoreng tapi menumis, kelapa
atau santan encer dalam jumlah terbatas.
7) Minuman: teh encer, coklat, sirup.
8) Bumbu : semua bumbu selain bumbu tajam dalam jumlah terbatas.
b. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan
1) Sumber karbohidrat : makanan yang mengandung gas atau alkohol
seperti ubi, singkong, tape singkong dan tape ketan.

44
2) Sumber protein hewani : daging sapi dan ayam yang berlemak, gajih,
sosis, ham, hati, limpa, babat, otak, kepiting dan kerang-kerangan;
keju dan susu penuh
3) Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering yang mengandung
lemak cukup tinggi seperti kacang tanah, kacang mete dan kacang
bogor.
4) Sayuran : semua sayuran yang mengandung gas, seperti : kol,
kembang kol, lobak, sawi, dan nangka muda.
5) Buah-buahan: buah-buahan segar yang mengandung alkohol atau
gas seperti : durian dan nangka muda.
6) Lemak : minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, santan kental.
7) Minuman : teh atau kopi kental, minuman yang mengandung soda
dan alkohol, seperti bir dan wishki.
8) Bumbu : lombok, cabe rawit dan bumbu-bumbu lain yang tajam.
3. Diet Penyakit Stroke
1. Gambaran Umum
Stroke atau penyakit peredaran darah otak adalah kerusakan pada
bagian otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan
zat-zat gizi kebagian otak tersumbat atau pecah. Akibatnya, dapat terjadi
beberapap kelainan yang berhubungan dengan kemampuan makan
pasienyang pada akhirnya berakibat penurunan status gizi. Untuk mengatasi
keadaan tersebut diperlukan diet khusus.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet stroke adalah untuk :
a. Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi
pasien dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit.
b. Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia, kelainan
ginjal, dan dekubitus.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Stroke adalah :
a. Energi cukup, yaitu 25- 45 kalori/kg berat badan. Pada fase akut energi
diberikan 1100 – 1500 kkal/hari.
b. Protein cukup, yaitu 0,8 – 1 g/kg berat badan, apabila pasien berada
dalam keadaan gizi kurang, protein diberikan 1,2 – 1,5 g/kg berat badan.
Apabila penyakit disertai gagal ginjal kronik (GGK), protein diberikan
rendah yaitu 0,6 g/kg berat badan.

45
c. Lemak cukup, yaitu 20 -25 % dari kebutuhan energi total, kolesterol
dibatasi.
d. Karbohidrat cukup, yaitu 60-70 % dari kebutuhan energi total. Untuk
pasien dengan diabetes melitus diutamakan karbohidrat kompleks.
e. Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, B6, asam folat, B12, C dan
E.
f. Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium. Penggunaan
natrium dibatasi dengan memberikan garam dapur maksimal 1 sendok
teh sehari atau (setara dengan ± 5 g garam dapur atau 2 g natrium).
g. Serat cukup untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan
mencegah konstipasi.
h. Cairan cukup, yaitu 6 – 8 gelas perhari, kecuali pada keadaan edema dan
ascites, cairan dibatasi. Minuman hendaknya diberikan setelah makan
agar porsi makanan dapat dihabiskan.
i. Bnetuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
j. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Berdasarkan tahapannya diet stroke dibagi menjadi dua fase yaitu:
a. Fase akut
Fase akut adalah keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran menurun.
Pada fase ini diberikan makanan parenteral dan dilanjutkan dengan
makanan enteral. Pemberian makanan parenteral perlu dimonitor dengan
baik. Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema serebral.
b. Fase pemulihan
Fase pemulihan adalah fase dimana pasien sudah sadar dan tidak
mengalami gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan per
oral secara bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring,
makanan lunak, dan makanan biasa.
Sesuai dengan fase penyakit, diberikan diet stroke I atau II
a. Diet Stroke I
Diet stroke I diberikan kepada pasien dalam fase akut ada bila ada
gangguan fungsi menelan. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental
atau kombinasi cair jernih dan cair kental yang diberikan secara oral atau
NGT sesuai dengan keadaan penyakit. Makanan diberikan dalam porsi
kecil tiap 2-3 jam. Lama pemberian makanan disesuaikan dengan
keadaan pasien.
Bahan Makanan Yang Dianjurkan
Sumber karbohidrat : maizena, tepung beras, tepung hunkwe, dan sagu.

46
Sumber protein hewani: susu whole dan skim, telur ayam 3-4 btr/minggu.
Sumber protein nabati : susu kedelai, sari kacanghijau, dan susu tempe.
Sumber lemak : margarine, minyak jagung
Buah : sari buah yang dibuat dari jeruk, pepaya, tomat, sirsak dan apel.
Minuman : teh encer, sirup, air gula, madu dan kaldu.
b. Diet Stroke II
Diet stroke II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet stroke I
atau kepada pasien pada fase pemulihan. Bentuk makanan merupakan
kombinasi cair jernih dan cair kental, saring, lunak, dan biasa. Pemberian
diet pada pasien stroke disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Diet
stroke II dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1) Diet stroke II A : makanan cair + bubur saring 1700 kkal
2) Diet stroke II B : lunak 1900 kkal
3) Diet stroke II C : biasa 2100 kkal
5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan
a. Bahan makanan yang dianjurkan
1) Sumber karbohidrat : beras, kentang, singkong, terigu, tapioka,
hunkwe, gula, madu serta produk olahan yang dibuat tanpa garam
dapur, soda/baking powder seperti: makaroni, mie, bihun, roti, biskuit,
kue kering.
2) Sumber protein hewani : daging sapi dan ayam tak berlemak, ikan,
telur ayam, susu skim, dan susu jumlah terbatas.
3) Sumber protein nabati : semua kacang-kacangan dan hasilnya yang
diolah dan dimasak tanpa garam dapur, dalam jumlah terbatas.
4) Sayuran: sayuran berserat sedang dimasak, seperti bayam,
kangkung, kacang panjang, labu siam, tomat, tauge, dan wortel.
5) Buah-buahan : buah segar, dibuat jus atau distup, seperti pisang,
pepaya, jeruk, mangga, nenas, dan jambu biji (tanpa bahan
pengawet).
b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan
1) Sumber karbohidrat : produk olahan yang dibuat dengan garam
dapur, soda/baking powder, kue-kue yang terlalu manis dan gurih.
2) Sumber protein hewani : otak, ginjal, lidah, sarden :daging ikan, susu,
dan telur yang diawet dengan garam dapur seperti daging asap, ham,
bacon, dendeng, abon, keju, ikan asin, dan telur pindang.
3) Sumber protein nabati : keju, kacang tanah, dan semua kacang-
kacangan dan hasilnyayang dimasak dengan garam dapur.

47
4) Sayuran : sayuran yang menimbulkan gas, seperti sawi, kol,
kembang kol, dan lobak : sayuran yang berserat tinggi, seperti daun
singkong, daun katuk, daun melinjo, dan pare; sayuran mentah.
5) Buah-buahan ;buah yang menimbulkan gas, seperti nangka, dan
durian ;buah yang diawet dengan garam natrium, seperti buah dalam
kaleng dan asinan.
6) Sumber lemak : minyak kelapa dan minyak kelapa sawit; margarine
dan mentega biasa; santal kental, krim, dan produk gorengan.
7) Minuman : teh, kopi, coklat dalam jumlah terbatas dan kental,
minuman bersoda dan alkohol.
8) Bumbu : bumbu yang tajam, seperti cabe, merica dan cuka; yang
mengandung bahan pengawet garam natrium, seperti kecap, maggi,
terasi, petis, vetsin, soda, dan baking powder.

48
I. DIET PENYAKIT SALURAN CERNA
1. Gambaran Umum
Saluran cerna adalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan,
mengabsorpsi zat-zat gizi, dan mengekskresikan sisa-sisa pencernaan. Saluran
cerna terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan
anus.
Gangguan pencernaan dan absorpsi dapat terjadi pada proses menelan,
mengosongkan lambung, absorpsi zat-zat gizi , dan proses buang air besar
(defekasi). Gangguan ini antara lain terjadi karena infeksi dan peradangan,
gangguan motilitas, perdarahan, atau hematemesis-melena, kondisi saluran
cerna pasca bedah, dan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit saluran cerna
yang terjadi antara lainstenosis esofagus, gastritis akut atau kronik,
hematemesis-melena, ulkus peptikum, Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD) sindroma dumping, divertikulosis, Inflamatory bowel Disease (IBD),
hemoroid, diare, dan konstipasi.
Manifestasinya yang terjadi pada pasien dapat berupa disfagia, dispepsia,
diare, konstipasi, hematemesis, melena, dan hematokesia.
2. Diet Disfagia
1. Gambaran Umum
Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya gangguan aliran
makanan pada saluran cerna. Hal ini dapat terjadi karena kelainan sistem
saraf menelan, pasca stroke, dan adanya masa atau tumor yang menutupi
saluran cerna. Pasien memerlukan penanganan khusus tentang cara
pemberian maupun bentuk makanannya.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet disfagia adalah untuk :
a. Menurunkan resiko aspirasi akibat masuknya makanan ke dalam saluran
pernapasan.
b. Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet disfagia adalah untuk :
a. Cukup energi, protein, dan zat gizi lainnya.
b. Mudah dicerna, porsi makanan kecil, dan sering diberikan.
c. Cukup cairan.
d. Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan. Diberikan
secara bertahap, dimulai dari makanan cair penuh atau cair kental,
makanan saring, kemudian makanan lunak.

49
e. Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan
tersedak/aspirasi.
f. Cara pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa (selang) atau
sonde.
4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Disfagia dapat terjadi pada lansia, adanya gangguan saraf menelan,
tumor esophagus, dan pasca stroke. Bentuk makanan bergantung cara
pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan dalam bentuk
makanan cair penuh, bila diberikan per oral maka makanan diberikan dalam
bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.
3. Diet Pasca Hematemesis-Melena
1. Gambaran Umum
Hematemesis-melena adalah keadaan muntah dan buang air besar
berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet pasca hematemesis-melena adalah untuk ;
a. Memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada
saluran cerna, mengurangi risiko perdarahan ulang, dan mencegah
aspirasi.
b. Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet pasca hematemesi-melena adalah:
a. Tidak merangsang saluran cerna.
b. Tidak meninggalkan sisa.
c. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48
jam untuk memberi istirahat pada lambung.
d. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak
ada.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca
perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama
1-2 hari saja.
4. Diet Penyakit Lambung
1. Gambaran Umum
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis,
ulkus peptikum, pasca operasi lambung yang sering diikuti dengan dumping
syndrome dan kanker lambung. Gangguan gastrointestinal sering

50
dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan/atau makan terlalu cepat
karena kurang dikunyah serta terlalu banyak merokok.
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia, yaitu
kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum, kembung,
nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang.
2. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan
cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan
menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit lambung adalah:
a. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan.
b. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.
c. Rendah lemak dan serat.
d. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
e. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam.
f. Rendah laktosa bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak.
g. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu
panas dan dingin.
4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Diet lambung diberikan kepada pasien dengan gastritis, ulkus peptikum,
tifus abdominalis, dan pasca bedah saluran cerna atas.
a. Diet Lambung I
Diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus pepticum,pasca
perdarahan, dan tifus abdominalis berat. Makanan diberikan dalam
bentuk saring. Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja
karena membosankan serta kurang energi
b. Diet Lambung II
Diberikan kepada pasien dengan ulkus peptikum atau gastritis kronis dan
tifus abdominalis ringan. Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta
diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan.
c. Diet Lambung III
Diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien ulkus
peptikum, gastritis kronik, atau tifus abdominalis yang hampir sembuh.
Makanan berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi pasien.
5. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

51
a. Makanan yang dianjurkan
1) Sumber karbohidrat : beras ditim, nasi, kentang direbus, dipure,
makaroni, mi, bihun direbus, roti, biskuit,krekers, tepung-tepungan
dibuat pudding atau dibubur.
2) Sumber protein hewani : daging sapi empuk, hati, ikan, ayam direbus,
disemur, ditim, dipanggang, telur ayam direbus, ditim, dadadar,
diceplok air, dan dicampur dalam makanan, susu.
3) Sumber protein nabati : tahu,tempe direbus, ditim, ditumis,kacang
hijau direbus
4) Sayuran : sayuran yang tidak banyak serat dan yang tidak
menimbulkan gas seperti : bayam, buncis, kacang panjang,wortel,
tomat, labu kuning, labu siam, direbus, ditumis atau disetup.
5) Buah-buahan : semua sari buah, buah segar yang matang ( tanpa
kulit dan biji ) dan tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya,
pisang, sawo, jeruk manis, buah dalam kaleng.
6) Lemak nabati : margarin, mentega, santan encer, dan minyak dalam
jumlah terbatas untuk menumis atau mengoles.
7) Minuman : teh encer, sirup.
8) Bumbu : garam, vetsin dalam jumlah terbatas, gula,cuka, salam, laos,
kunyit, kunci, kencur, laos, salam, sereh, terasi dan sebagainya.
b. Makanan yang tidak dianjurkan
1) Sumber karbohidrat : beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat,
jagung, ubi, singkong,talas, kentang digoreng, dodol dan sebagainya.
2) Sumber protein hewani : daging, ikan yang dikaleng, dikeringkan,
diasap, diberi bumbu-bumbu tajam, daging babi, telur goreng.
3) Sumber protein nabati: tahu,tempe digoreng, kacang merah serta
kacang-kacangan kering seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang
kedelai dan kacang tolo.
4) Sayuran : sayuran yang berserat tinggi seperti daun singkong, daun
katuk, daun pepaya, daun dan buah melinjo, oyong, timun serta
semua sayuran yang dimakan mentah.
5) Buah-buahan : buah-buahan yang dimakan dengan kulit seperti apel,
jambu biji, jeruk yang dimakan dengan kulit ari, buah yang
menimbulkan gas seperti durian dan nangka.
6) Lemak : minyak untuk menggoreng, lemak hewani, kelapa dan
santan kental
7) Minuman : kopi dan teh kental, minuman yang mengandung soda
dan alkohol

52
8) Bumbu : lombok, merica, cuka dan bumbu lainnya yang tajam.

53
J. DIET SISA RENDAH
1. Gambaran Umum
Diet sisa rendah adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah
serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dimaksud dengan sisa adalah
bagian-bagian makanan yang tidak diserap seperti yang terdapat di dalam susu
dan produk susu serta serat daging yang berserat kasar (liat). Di samping itu,
makanan lain yang merangsang saluran cerna harus dibatasi.
2. Tujuan Diet
Tujuan Diet Sisa Rendah adalah memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi
yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume
feses, dan tidak merangsang saluran cerna.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet rendah sisa adalah :
1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas.
2. Protein cukup, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total
3. Lemak sedang, yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total
5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang.
6. Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar
7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam, dan
berbumbu tajam
8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu
panas dan dingin
9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil tapi sering
10. Bila diberikan untuk jangka waktu yang lama atau dalam keadaan khusus,
diet perlu disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau
makanan parenteral.
4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian
Diet sisa rendah diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan
saluran cerna akut, diverticulitis akut, obstipasi spastic, penyumbatan sebagian
saluran cerna, hemoroid berat, serta pada pra dan pasca bedah saluran cerna.
Diet biasanya rendah dalam beberapa zat gizi, sehingga hanya diberikan untuk
jangka waktu yang pendek. Bila diperlukan disamping diet diberikan suplemen
vitamin dan mineral dan/ atau makanan parenteral.
Menurut beratnya penyakit diberikan diet sisa rendah I atau II
1. Diet Sisa Rendah I
Diet sisa rendah I adalah makanan yang diberikan dalam bentuk disaring
atau diblender. Makanan ini menghindari makanan berserat tinggi dan

54
sedang, bumbu yang tajam, susu, daging yang berserat kasar ( liat ) dan
membatasi pembatasan gula dan lemak. Kandungan serat maksimal 4 gram.
Diet ini rendah energy dan sebagian besar zat gizi.
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan
Bahan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
makanan
Sumber Bubur disaring; roti dibakar, Beras tumbuk,beras
Karbohidrat kentang dipure, makaroni,mie, ketan,roti,whole wheat, jagung,
bihun direbus, biscuit, krakers, ubi, singkong, talas, cake, tarcis,
tepung-tepungan dipuding atau dodol, tepung-tepungan yang
dibubur. dibuat kue manis.
Sumber protein Daging empuk, hati ayam, ikan Daging berserat kasar, ayam
hewani digiling halus, telur direbus, dan ikan yang diawet, digoreng
ditim, diceplok air atau sebagai kering, telur diceplok, udang
campuran dalam makanan dan kerang, susu dan produk
atau minuman susu hewan
Sumber protein Tahu ditim dan direbus, susu Kacang-kacangan seperti
nabati kedelai kacang tanah, kacang merah,
kacang tolo, kacang hijau,
kacang kedelai, tempe dan
oncom.
Sayuran Sari sayuran Sayuran dalam keadaan utuh
Buah-buahan Sari buah Buah dalam keadaan utuh
Minuman Teh, sirop, kopi encer Teh dan kopi kental, minuman
beralkohol dan mengandung
soda
Bumbu Garam, vetsin, gula Bawang, cabe, jahe, merica,
ketumbar, cuka dan bumbu lain
yang tajam

2. Diet Sisa Rendah II


Diet sisa rendah II merupakan makanan peralihan dari diet sisa rendah I
ke makanan biasa. Diet ini diberikan bila penyakit mulai membaik atau bila
penyakit bersifat kronis. Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak.
Makanan berserat sedang diperbolehkan dalam jumlah terbatas, sedangkan
makanan berserat tinggi tidak diperbolehkan. Susu diberikan maksimal 2
gelas sehari. Lemak dan gula diberikan dalam bentuk mudah cerna. Bumbu

55
kecuali cabe, merica dan cuka, boleh diberikan dalam jumlah terbatas.
Kandungan serat diet ini adalah 4 – 8 gram.
Bahan Makanan yang Dianjurkan dan yang Tidak Dianjurkan
Bahan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
makanan
Sumber Beras dibubur/ ditim ; roti Beras tumbuk/ merah, beras
Karbohidrat dibakar, kentang ketan, roti whole wheat, jagung,
direbus,krakers, tepung- ubi, singkong, talas, cake, tarcis,
tepungan dipuding atau dodol, dan kue-kue lain yang
dibubur. manis dan gurih.
Sumber protein Daging empuk, hati ayam, ikan Daging berserat kasar (liat),
hewani direbus, ditumis, dikukus, serta daging ayam dan ikan
diungkep, dipanggang, telur yang diawet, daging babi, telur
direbus, ditim, diceplok air, mata sapi, telur dadar
didadar atau sebagai
campuran dalam makanan
atau minuman, susu maksimal
2 gelas perhari
Sumber protein Tahu, tempe ditim dan Kacang merah serta kacang
nabati direbus, ditumis, pindakakas, kering seperti kacang tanah,
susu kedelai kacang hijau, kacang kedelai
dan kacang tolo.
Sayuran Sayuran yang berserat rendah Sayuran yang berserat tinggi
dan sedang seperti : kacang seperti daun singkong, daun
panjang, buncis muda, bayam, katuk, daun pepaya, daun dan
labu siam, tomat masak, wortel buah melinjo, oyong, pare serta
direbus, dikukus, ditumis. semua sayuran yang dimakan
mentah.
Buah-buahan Semua sari buah; buah segar Buah-buahan yang dimakan
yang matang (tanpa kulit dan dengan kulit. Seperti apel, jambu
biji) dan tidak banyak biji dan pir serta jeruk yang
menimbulkan gas, seperti dimakan dengan kulit ari : buah
pepaya, pisang, jeruk, avokad, yang menimbulkan gas seperti
nenas. durian dan nangka.
Minuman Teh, sirop, kopi encer Teh dan kopi kental, minuman
beralkohol dan mengandung
soda
Bumbu Garam, vetsin, gula,cuka, Cabe dan merica.

56
salam, laos, kunyit, kunci
dalam jumlah terbatas.

DIREKTUR UPTD. RS PRATAMA


GEMA SANTI NUSA PENIDA

dr. I KETUT RAI SUTAPA


NIP 19790401 200604 1 002

57
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

58

Anda mungkin juga menyukai