Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN PERSEPSI ORANG TUA DENGAN PEMBERIAN

IMUNISASI MEASLES RUBELLA (MR) DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS X PADA TAHUN 2017

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Menyusun Skripsi
Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :
DEWI KURNIASARI
1710104200

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit,dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh
dapat menghasilkan anti yang pada akhirnya nanti digunakan tubuh untuk melawan
kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Mandowa, 2014). Salah satu jenis
imunisasi yang sekarang masih digenjarkan oleh pemerintah Indonesia adalah imunisasi
MR atau imunisasi measles dan rubella. Imunasi atau vaksin MR ini adalah kombinasi
vaksin Campak / Measles (M) dan Rubella (R) untuk perlindungan terhadap penyakit
Campak dan Rubella (Kemenkes RI, 2017)
Campak adalah penyakit yang sangat menular, terutama jika terjadi pada anak-
anak (WHO, 2014). Campak disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan
bersin. Gejala penyakit campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash)
disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi sangat berbahaya
apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat berpotensi menjadi wabah apabila cakupan
imunisasi rendah dan kekebalan kelompok/herd immunity tidak terbentuk. Ketika
seseorang terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat
tertular jika mereka belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah
diimunisasi atau terinfeksi virus campak. Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per
tahun meninggal di seluruh dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian
imunisasi campak dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada tahun 2014
kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan perkiraan 314 anak
per hari atau 13 kematian setiap jamnya.
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan
dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan
masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil pada
trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan selama awal
kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella kongenital
(Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan. Sebelum dilakukan
imunisasi rubella, insidens CRS bervariasi antara 0,1-0,2/1000 kelahiran hidup pada
periode endemik dan antara 0,8-4/1000 kelahiran hidup selama periode epidemi rubella.
Pada tahun 1996 diperkirakan sekitar 22.000 anak lahir dengan CRS di regio Afrika,
sekitar 46.000 di regio Asia Tenggara dan 12.634 di regio Pasifi Barat. Insiden CRS pada
regio yang telah mengintroduksi vaksin rubella selama tahun 1996-2008 telah menurun.
Di Indonesia data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella
terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban
penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS,
82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia
ibu 40-44 tahun. (Kementrian Kesehatan, 2017).
Jumlah kasus campak di DIY sendiri mengalami berfluktuasi setiap tahunnya.
Pada tahun 2011, 140 kasus campak ditemukan di DIY. Angka ini mengalami penurunan
pada tahun 2012 (31 kasus) dan meningkat kembali menjadi 68 kasus pada tahun 2013.
Sedangkan pada tahun 2014 jumlah kasus baru campak sebanyak 856 kasus dan tahun
2015 hanya 49 kasus baru campak. (sesuai laporan STP Puskesmas) (Profil Kesehatan
DIY, 2015). Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes)
tahun ini menargetkan cakupan imunisasi campak dan rubella mencapai angka 103.151
anak, dengan sasaran target 95%.
Dalam pemberian Vaksin banyak hal mempengaruhi salah satunya adalah
penerimaan masyarakat terhadap program imunisasi. Dalam hal ini dijelaskan penerimaan
tersebut dalam bentuk persepsi orang tua. Ada beberapa masyarakat atau orang tua yang
melakukan penolakan dalam pemberian imunisasi. Penyelenggaraan imunisasi campak
rubella juga menimbulkan penolakan dari berbagai pihak. Alasannya vaksin campak-
rubella belum memiliki sertifikat halal dan masih sebagian orang masih meragukan
keefektifitasan dari imunisasi MR khususnya. Selain itu, ada anggapan bahwa imunisasi
merupakan bisnis perusahaan obat dan imunisasi mendahului ketetapan Tuhan. Saat ini,
kehalalan vaksin campak-rubela hanya berdasarkan Fatwa MUI No. 04 Tahun 2016
tentang Imunisasi. Fatwa tersebut menetapkan imunisasi pada dasarnya mubah
(dibolehkan) pada saat kondisi darurat, belum ditemukannya bahan vaksin yang halal dan
suci, serta adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada
vaksin yang halal (Yuningsih, 2017).
Begitu pentingnya imunisasi sebagai pencegahan penyakit maka ada Pendapat
Imam al-Nawawi dalam Kitab Al-Majmu’ menjelaskan bahwa “Sahabat-sahabat kami
(Pengikut Madzhab Syafi’i) berpendapat : Sesungguhnya berobat dengan menggunakan
benda najis dibolehkan apabila belum menemukan benda suci yang dapat
menggantikannya, apabila telah didapatkan – obat dengan benda yang suci – maka
haram hukumnya berobat dengan benda-benda najis. Inilah maksud dari hadist “
Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesehatan kalian pada sesuatu yang diharamkan
atas kalian “, maka berobat dengan benda najis menjadi haram apabila ada obat alternatif
yang tidak mengandung najis dan tidak haram apabila belum menemukan selain benda
najis tersebut. Sahabatsahabat kami (Pengikut Madzhab Syafi’i) berpendapat :
Dibolehkannya berobat dengan benda najis apabila para ahli kesehatan –farmakologi-
menyatakan bahwa belum ada obat kecuali dengan benda najis itu, atau obat – dengan
benda najis itu – direkomendasikan oleh dokter muslim”.
Pemerintah dalam penanggulangan penyakit campak dan rubella telah melakukan
promosi-promosi kesehatan tentang vaksin MR tersebut. Selain itu, pemerintah juga telah
menetapkan peraturan perundang-undangan mengenai pemberian imunisasi pada anak
khususnya, dilihat dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas X Yogyakarta
diperoleh data ........ Dari latar belakang dan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk
menyusun proposal skripsi dengan judul “Hubungan Persepsi Orang Tua Dengan
Pemberian Imunisasi MR Di Wilayah Kerja Puskesmas X Tahun 2017”.
2 AUGUST 2017 BY ASTAMA IZQI WINATA IN JOGJAWARTA
http://jogjadaily.com/2017/08/di-kota-yogyakarta-imunisasi-mr-sasar-103-151-anak-
presiden-jangan-remehkan-campak-dan-rubella/ diakses tanggal 18 Oktober 2017
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Petunjuk Teknis Kampanye
Imunisasi Measles Rubella MR). Jakarta

Anda mungkin juga menyukai