JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2018 I. Judul II. Rumusan Masalah III. Tujuan 1. Untuk menenetukan volume tidal, kecepatan pernapasan, dan ventilasi paru-paru. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume tidal dan kecepatan pernapasan. IV. Hipotesis Ho : ada pengaruh aktivitas terhadap volume tidal dan kecepatan pernapasan. Ha : tidak ada pengaruh aktivitas terhadap volume tidal dan kecepatan pernapasan. V. Dasar Teori A. Sirometer B. Paru-paru Paru-paru adalah organ penting dari respirasi, jumlahnya ada dua, terletak di samping kanan dan kiri mediastinum, dan terpisah satu sama lain oleh jantung dan organ lainnya dalam mediastinum. Paru- paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2 untuk pertukaran udara. Karakteristik paru-paru yaitu berpori, tekstur kenyal ringan; mengapung di air, dan sangat elastis. Permukaan paru- paru halus, bersinar, dan membentuk beberapa daerah polihedral, yang menunjukkan lobulus organ: masing-masing daerah dibatasi oleh garis- garis yang lebih ringan (fisura). Paru kanan dibagi oleh fisura transversa dan oblik menjadi tiga lobus: atas, tengah, dan bawah. Paru kiri memiliki fisura oblik dan dua lobus (Gray, 2008). Permukaan mediastinal adalah permukaan medial yang cekung. Pada permukaan mediastinal terdapat dari hilus pulmonis, yaitu suatu cekungan dimana bronkus, pembuluh darah, dan saraf yang membentuk radiks pulmonalis masuk dan keluar paru. Ligamentum pulmonal adalah lipatan ganda yang menghubungkan kedua lapisan pleura pada hilus paru. Ruang diafragma (base) tergantung dengan permukaan cembung diafragma dimana di sebelah kanan lebih cekung karena adanya hati (Snell, 2012). C. Respirasi Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru (Mrwaldi, 2009). Sel-sel tubuh terus menerus menggunakan O2 untuk reaksi metabolik yang melepaskan energi dari molekul nutrien dan menghasilkan ATP. Pada saat yang sama, reaksi ini juga melepaskan Karbon dioksida. Karena jumlah karbondioksida yang berlimpah akan menghasilkan keasaman yang bersifat racun bagi tubuh, maka CO2 yang berlimpah harus dibuang dengan cepat dari sel tubuh (Soewolo, 2003). Pusat kontrol yang ada di medulla oblongata juga membantu mempertahankan homeostasis dengan cara memonitor kadar CO2 dalam darah dan mengatur jumlah CO2 yang dibuang oleh alveoli saat ekspirasi. Petunjuk utama mengenai konsentrasi CO2 datang dari munculnya sedikit perubahan pH darah dan cairan jaringan yang menggenangi otak. CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3, yang akan menurunkan pH. Ketika pusat control yang ada di medulla oblongata mendeteksi adanya penurunan pH, pusat control tersebut akan meningkatkan kedalaman dan laju pernapasan.n Kelebihan CO2 dibuang dalam udara ekspirasi. Peningkatan konsentrasi CO2 umumnya merupakan indikasi kuat mengenai adanya penurunan konsentrasi O2, karena CO2 dihasilkan melalui proses yang sama dengan proses konsumsi O2, yakni respirasi seluler (Alvyanto, 2009). Volume tidal: volume udara yang masuk dan keluar selama pernapasan normal. Volume tidal pada manusia umumnya kurang lebih 500 ml. Volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume ,IRV): volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas volume alun napas istirahat. IRV dicapai oleh kontraksi maksimal diafragma, otot interkostal eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai rerata = 3000 ml. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity, IC): volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi tenang normal (IC = IRV + TV). Nilai rerata = 3500 ml. Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume, ERV): volume udara tambahan yang dapat secara aktif dikeluarkan dengan mengkontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi udara secara normal dihembuskan secara pasif pada akhir volume alun napas istirahat. Nilai rerata = 1000 ml. Volume residual (Residual Volume, RV): volume udara minimal yang tertinggal di paru bahkan setelah ekspirasi maksimal. Nilai rerata = 1200 ml. Kapasitas vital (Forced Vital Capacity, FVC) volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV). Kapasitas ini menggambarkan nilai kapasitas fungsional paru. Nilai rerata = 4500 ml. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume in one second, FEV1): volume udara yang dapat dihembuskan selama detik pertama ekspirasi dalam suatu penentuan VC. Normalnya FEV1 adalah sekitar 80% dari VC. Rasio antara FVC dengan FEV1 sangat berguna untuk menentukan tingkat penyakit jalan napas (Sherwood, 2011).
D. Faktor-faktor Pengaruh Pernapasan
Usia: makin tambah usia, makin kecil frekuensi respirasi seseorang. Anak-anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak memerlukan energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih banyak dibandingkan orang tua (Anonim, 2009). Jenis Kelamin: laki-laki lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada perempuan. semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2 yang diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak daripada perempuan (Anonim, 2009). Aktifitas dan kondisi fisik: makin terlatih fisik seseorang, makin kecil frekuensi respirasinya. Jika diperhatikan, orang yang melakukan aktivitas kerja membutuhkan energi, memiliki frekuensi pernapasan yang besar pula. Berarti, semakin berat kerjanya maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga frekuensi pernapasannya semakin cepat (Anonim, 2009). Setelah melakukan aktivitas (misalnya: berlari), metabolisme dalam tubuh meningkat terutama untuk metabolisme asam laktat dalam sel yang banyak menghasilkan CO2 dan panas. Selama berlari, penggunaan O2 oleh otot yang bekerja bertambah. Sehingga PO2 dalam jaringan dan dalam darah menurun. Difusi O2 dan darah ke jaringan bertambah sehingga PO2 darah pada otot berkurang dan pelepasan O2 dari hemoglobin meningkat. Selama olahraga, penggunaan oksigen dapat meningkat sampai sebanyak 30 kali lipat. Harus ada mekanisme untuk menyesuaikan usaha respirasi terhadap tuntutan metabolik (Soewolo, 2003). Suhu tubuh: suhu yang tinggi, meningkatkan frekuensi respirasi. Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat. Di lingkungan yang panas tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk mempertahankan suhu agar tetap stabil. Untuk itu tubuh harus lebih banyak mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini membutuhkan energi yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan frekuensi (Anonim, 2009). Posisi tubuh, posisi berbaring frekuensi respirasi 13/menit, dan pada posisi duduk 18/menit dan 22/menit pada posisi berdiri. Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk. Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentang lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap (Anonim, 2009). E. Penyakit pada Paru-paru
VI. Variabel Penelitian
VII. Definisi Operasional Variabel VIII. Alat dan Bahan Alat : Spirometer Griffin Bahan : NaOH, KOH IX. Cara Kerja 1. Perangkaian
Pelampung
Ditempatkan pada posisinya. Diperiksa bahwa jarum
tuas telah berada di SLOT logamtuas Penyeimbang
Dipasang ke lubang yang berada di bagian belakang
“Pelampung”
Di bawah pelampung, diisi air hingga hampir penuh
Pipa karet
Dihubungkan ke pipa pendek pada spirometer
Dihubungkan ke bentukan T yang berkatup
Keping mulit
Dimasukkan ke dalam larutan alkohol sebelum dan
sesudah pemakaiian untuk mensterilkan Kimograft
Dihubungkan dengan spirometer, pena ditempatkan di
ujungnya.
2. Pengukuran Udara Paru-paru
Praktikan
Dibiakran bernapas dengan normal selama 1 menit,
melalui keeping mulut
Dilakukan hal lain dalam keadaan duduk, setelah
berjalan, dan setelah berlari.
Grafik
X. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Perhitungan
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa pada
perlakuan/altivitas duduk didapatkan bahwa volume tidal sebesar 468,75 mL. kecepatan pernapasan menghasilkan 4 gelombang, dan ventilasi paru- paru sebesar 1875. Pada perlakuan/aktivitas berjalan didapatkan bahwa volume tidal sebesar 321,43 mL, kecepatan pernapasan menghasilkan 7 gelombang, dan ventilasi paru-paru sebesar Pada perlakuan/aktivitas berjalan didapatkan bahwa volume sebesar 767,86 mL, kecepatan pernapasan menghasilkan 7 gelombang, dan ventilasi peru-paru sebesar XI. Diskusi 1. Bagaimana vital paru-paru pada orang yang menderita asma? Jelaskan! Jawab: 2. Apakah ada perbedaan vital kapasitas paru-paru antara kanak-kanak, remaja, dan manula? Jelaskan! Jawab: XII. Simpulan XIII. Daftar Pustaka Alvyanto. 2009. Sistem pernapasan manusia, [online]. http: //alvyanto. blogspot.com/2010/01/sistem-pernafasan-manusia.html. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014 Anonim. 2009. Frekuensi Pernafasan dan Faktor yang Berpengaruh. [online]. http://bas-life.blogspot.com/2009/10/faktor-yang- mempengaruhi-kecepatan.html' rel='canonical'/>. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014 Mrwaldi. 2009. Sistem Respirasi Pada Manusia. [online]. http://doc/ 23376022/Sistem-Pernafasan-Inspirasi-Dan-Ekspirasi. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press