Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

“Judul”

Pelaksanaan : Rabu, 7 November 2018


Dosen : Erlix Rachmad Purnama, S.Sc, M.Si

Kelompok 4

Mellany Wahyu Iryanti 16030204060


Afifatur Rohmah 16030204061
Tri Wahyuning Utami 16030204075
Firda Dwi Novitasarii 16030204094

PBB 2016

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
I. Judul
II. Rumusan Masalah
III. Tujuan
1. Untuk menenetukan volume tidal, kecepatan pernapasan, dan ventilasi
paru-paru.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume tidal dan
kecepatan pernapasan.
IV. Hipotesis
Ho : ada pengaruh aktivitas terhadap volume tidal dan kecepatan
pernapasan.
Ha : tidak ada pengaruh aktivitas terhadap volume tidal dan
kecepatan pernapasan.
V. Dasar Teori
A. Sirometer
B. Paru-paru
Paru-paru adalah organ penting dari respirasi, jumlahnya ada
dua, terletak di samping kanan dan kiri mediastinum, dan terpisah satu
sama lain oleh jantung dan organ lainnya dalam mediastinum. Paru-
paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2
untuk pertukaran udara. Karakteristik paru-paru yaitu berpori, tekstur
kenyal ringan; mengapung di air, dan sangat elastis. Permukaan paru-
paru halus, bersinar, dan membentuk beberapa daerah polihedral, yang
menunjukkan lobulus organ: masing-masing daerah dibatasi oleh garis-
garis yang lebih ringan (fisura). Paru kanan dibagi oleh fisura
transversa dan oblik menjadi tiga lobus: atas, tengah, dan bawah. Paru
kiri memiliki fisura oblik dan dua lobus (Gray, 2008).
Permukaan mediastinal adalah permukaan medial yang
cekung. Pada permukaan mediastinal terdapat dari hilus pulmonis,
yaitu suatu cekungan dimana bronkus, pembuluh darah, dan saraf yang
membentuk radiks pulmonalis masuk dan keluar paru. Ligamentum
pulmonal adalah lipatan ganda yang menghubungkan kedua lapisan
pleura pada hilus paru. Ruang diafragma (base) tergantung dengan
permukaan cembung diafragma dimana di sebelah kanan lebih cekung
karena adanya hati (Snell, 2012).
C. Respirasi
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau
menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya
menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal
= ± 500 cc). Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot
diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga
dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar
dari paru-paru (Mrwaldi, 2009).
Sel-sel tubuh terus menerus menggunakan O2 untuk reaksi
metabolik yang melepaskan energi dari molekul nutrien dan
menghasilkan ATP. Pada saat yang sama, reaksi ini juga melepaskan
Karbon dioksida. Karena jumlah karbondioksida yang berlimpah akan
menghasilkan keasaman yang bersifat racun bagi tubuh, maka CO2
yang berlimpah harus dibuang dengan cepat dari sel tubuh (Soewolo,
2003).
Pusat kontrol yang ada di medulla oblongata juga membantu
mempertahankan homeostasis dengan cara memonitor kadar CO2
dalam darah dan mengatur jumlah CO2 yang dibuang oleh alveoli saat
ekspirasi. Petunjuk utama mengenai konsentrasi CO2 datang dari
munculnya sedikit perubahan pH darah dan cairan jaringan yang
menggenangi otak. CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk
H2CO3, yang akan menurunkan pH. Ketika pusat control yang ada di
medulla oblongata mendeteksi adanya penurunan pH, pusat control
tersebut akan meningkatkan kedalaman dan laju pernapasan.n
Kelebihan CO2 dibuang dalam udara ekspirasi. Peningkatan
konsentrasi CO2 umumnya merupakan indikasi kuat mengenai adanya
penurunan konsentrasi O2, karena CO2 dihasilkan melalui proses yang
sama dengan proses konsumsi O2, yakni respirasi seluler (Alvyanto,
2009).
Volume tidal: volume udara yang masuk dan keluar selama
pernapasan normal. Volume tidal pada manusia umumnya kurang lebih
500 ml.
Volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume ,IRV):
volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas
volume alun napas istirahat. IRV dicapai oleh kontraksi maksimal
diafragma, otot interkostal eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai
rerata = 3000 ml.
Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity, IC): volume udara
maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi tenang normal (IC =
IRV + TV). Nilai rerata = 3500 ml.
Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume, ERV):
volume udara tambahan yang dapat secara aktif dikeluarkan dengan
mengkontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi udara
secara normal dihembuskan secara pasif pada akhir volume alun napas
istirahat. Nilai rerata = 1000 ml.
Volume residual (Residual Volume, RV): volume udara
minimal yang tertinggal di paru bahkan setelah ekspirasi maksimal.
Nilai rerata = 1200 ml.
Kapasitas vital (Forced Vital Capacity, FVC) volume udara
maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali bernapas setelah
inspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV). Kapasitas ini
menggambarkan nilai kapasitas fungsional paru. Nilai rerata = 4500
ml.
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory
volume in one second, FEV1): volume udara yang dapat dihembuskan
selama detik pertama ekspirasi dalam suatu penentuan VC. Normalnya
FEV1 adalah sekitar 80% dari VC. Rasio antara FVC dengan FEV1
sangat berguna untuk menentukan tingkat penyakit jalan napas
(Sherwood, 2011).

D. Faktor-faktor Pengaruh Pernapasan


Usia: makin tambah usia, makin kecil frekuensi respirasi
seseorang. Anak-anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada
orang dewasa. Hal ini disebabkan anak-anak masih dalam usia
pertumbuhan sehingga banyak memerlukan energi. Oleh sebab itu,
kebutuhannya akan oksigen juga lebih banyak dibandingkan orang tua
(Anonim, 2009).
Jenis Kelamin: laki-laki lebih banyak frekuensi pernafasannya
daripada perempuan. semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti
semakin banyak pula O2 yang diambil dari udara. Hal ini terjadi
karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak daripada
perempuan (Anonim, 2009).
Aktifitas dan kondisi fisik: makin terlatih fisik seseorang, makin
kecil frekuensi respirasinya. Jika diperhatikan, orang yang melakukan
aktivitas kerja membutuhkan energi, memiliki frekuensi pernapasan
yang besar pula. Berarti, semakin berat kerjanya maka semakin banyak
kebutuhan energinya, sehingga frekuensi pernapasannya semakin cepat
(Anonim, 2009).
Setelah melakukan aktivitas (misalnya: berlari), metabolisme
dalam tubuh meningkat terutama untuk metabolisme asam laktat dalam
sel yang banyak menghasilkan CO2 dan panas. Selama berlari,
penggunaan O2 oleh otot yang bekerja bertambah. Sehingga PO2 dalam
jaringan dan dalam darah menurun. Difusi O2 dan darah ke jaringan
bertambah sehingga PO2 darah pada otot berkurang dan pelepasan O2
dari hemoglobin meningkat. Selama olahraga, penggunaan oksigen
dapat meningkat sampai sebanyak 30 kali lipat. Harus ada mekanisme
untuk menyesuaikan usaha respirasi terhadap tuntutan metabolik
(Soewolo, 2003).
Suhu tubuh: suhu yang tinggi, meningkatkan frekuensi respirasi.
Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan
semakin cepat. Di lingkungan yang panas tubuh mengalami
peningkatan metabolisme untuk mempertahankan suhu agar tetap
stabil. Untuk itu tubuh harus lebih banyak mengeluarkan keringat agar
menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini membutuhkan energi yang
dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen
sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk
meningkatkan frekuensi (Anonim, 2009).
Posisi tubuh, posisi berbaring frekuensi respirasi 13/menit, dan
pada posisi duduk 18/menit dan 22/menit pada posisi berdiri. Frekuensi
pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi
diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan
posisi duduk. Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentang lebih cepat
dibandingkan posisi tengkurap (Anonim, 2009).
E. Penyakit pada Paru-paru

VI. Variabel Penelitian


VII. Definisi Operasional Variabel
VIII. Alat dan Bahan
Alat : Spirometer Griffin
Bahan : NaOH, KOH
IX. Cara Kerja
1. Perangkaian

Pelampung

Ditempatkan pada posisinya. Diperiksa bahwa jarum


tuas telah berada di SLOT logamtuas
Penyeimbang

Dipasang ke lubang yang berada di bagian belakang


“Pelampung”

Di bawah pelampung, diisi air hingga hampir penuh

Pipa karet

Dihubungkan ke pipa pendek pada spirometer

Dihubungkan ke bentukan T yang berkatup

Keping mulit

Dimasukkan ke dalam larutan alkohol sebelum dan


sesudah pemakaiian untuk mensterilkan
Kimograft

Dihubungkan dengan spirometer, pena ditempatkan di


ujungnya.

2. Pengukuran Udara Paru-paru

Praktikan

Dibiakran bernapas dengan normal selama 1 menit,


melalui keeping mulut

Dilakukan hal lain dalam keadaan duduk, setelah


berjalan, dan setelah berlari.

Grafik

X. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Hasil Perhitungan

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa pada


perlakuan/altivitas duduk didapatkan bahwa volume tidal sebesar 468,75
mL. kecepatan pernapasan menghasilkan 4 gelombang, dan ventilasi paru-
paru sebesar 1875.
Pada perlakuan/aktivitas berjalan didapatkan bahwa volume tidal
sebesar 321,43 mL, kecepatan pernapasan menghasilkan 7 gelombang, dan
ventilasi paru-paru sebesar
Pada perlakuan/aktivitas berjalan didapatkan bahwa volume
sebesar 767,86 mL, kecepatan pernapasan menghasilkan 7 gelombang, dan
ventilasi peru-paru sebesar
XI. Diskusi
1. Bagaimana vital paru-paru pada orang yang menderita asma? Jelaskan!
Jawab:
2. Apakah ada perbedaan vital kapasitas paru-paru antara kanak-kanak,
remaja, dan manula? Jelaskan!
Jawab:
XII. Simpulan
XIII. Daftar Pustaka
Alvyanto. 2009. Sistem pernapasan manusia, [online]. http: //alvyanto.
blogspot.com/2010/01/sistem-pernafasan-manusia.html. Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2014
Anonim. 2009. Frekuensi Pernafasan dan Faktor yang Berpengaruh.
[online]. http://bas-life.blogspot.com/2009/10/faktor-yang-
mempengaruhi-kecepatan.html' rel='canonical'/>. Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2014
Mrwaldi. 2009. Sistem Respirasi Pada Manusia. [online]. http://doc/
23376022/Sistem-Pernafasan-Inspirasi-Dan-Ekspirasi. Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2014

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press

XIV. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai