Anda di halaman 1dari 6

Tugas Pengenalan Lingkukan Lahan Basah

Peran Ilmu Kimia dalam Menjaga Biodiverstas pada Bioma Taiga (Hutan
Boreal)

Dosen : Anang Kadarsah S.Si, M.Si.

Disusun oleh :
Mirza Maulana Ahmad
NIM. 1811012210020

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

BANJARBARU

2019
Keanekaragam hayati (biological-diversity atau biodiversity) adalah semua makhluk
hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk keanekaragaman genetik
yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya. Keanekaragaman
hayati itu sendiri terdiri atas tiga tingkatan, yaitu: (i) Keanekaragaman spesies, yaitu
keanekaragaman semua spesies makhluk hidup di bumi, termasuk bakteri dan protista serta
spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang bersel banyak atau
multiseluler). (ii) Keanekaragaman genetik, yaitu variasi genetik dalam satu spesies, baik di
antara populasi-populasi yang terpisah secara geografis, maupun di antara individuindividu
dalam satu populasi. (iii) Keanekaragaman ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda
serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masingmasing. (iv) Keanekaragaman
hayati (biodiversity) merupakan dasar dari munculnya beragam jasa ekosistem (ecosystem
services), baik dalam bentuk barang / produk maupun dalam bentuk jasa lingkungan yang
sangat diperlukan oleh perikehidupan makhluk hidup, khususnya manusia. Sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan di berbagai sektor yang
cukup pesat beberapa dekade terakhir ini, banyak ekosistem alam penyedia berbagai jasa
lingkungan dan produk tersebut di atas mengalami kerusakan karena berbagai faktor
(Kusmana, 2015).
Menurut Aldi (2016) Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat, struktur,
komposisi, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Seiring
dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, baik dalam bidang informasi, komunikasi
dan IPTEK. Ilmu kimia juga semakin berkembang secara signifikan, ini ditandai dengan
digunakannya ilmu kimia dalam produk-produk yang dihasilkan manusia. Peran Ilmu kimia
terdapat pada bidang Kesehatan (Obat-obatan, sterelisasi), Pertanian (Pembuatan komposisi
pupuk, pembasmi hama yang baru dan tidak berbahaya), Geologi (Meneliti mineral-mineral
di bumi), Hukum (Forensik), Perternakan (Penggunaan hormon-hormon untuk keseburuan
hewan), Indsutri, Komputasi (Microchip), IPTEK (PLTA,PLTU dll.)
Lahan basah buatan (human-made wetlands) adalah suatu ekosistem lahan basah yang
terbentuk akibat intervensi manusia, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Lahan basah
buatan yang pembentukannya disengaja, biasanya dibuat untuk memenuhi berbagai
kepentingan tertentu; misalnya untuk meningkatkan produksi lahan pertanian dan perikanan,
pembangkit tenaga listrik, sumber air, atau untuk meningkatkan keindahan bentang alam bagi
keperluan pariwisata. Sedangkan lahan basah buatan yang pembentukannya tidak disengaja
umumnya memiliki tujuan pemanfaatan yang kurang jelas; misalnya genangan air yang
terbentuk di lahan-lahan bekas kegiatan tambang. Dalam perkembangannya, lahan basah
buatan dapat mengalami suksesi sehingga tampak seperti ekosistem alami (Wibowo et al.,
1996).
Keberadaan lahan basah buatan dapat memberikan pengaruh yang baik dan dapat
pula memberikan pengaruh yang buruk bagi lingkungan sekitar. Pembangunan lahan basah
buatan sebagai ekosistem baru dapat mencegah kepunahan serta meningkatkan populasi suatu
jenis flora atau fauna. Sebagai contoh pembangunan kolam atau situ dapat memberikan
kesempatan bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan air seperti teratai, kiambang, ikan, dan
katak untuk hidup dan berkembang biak. Di sisi lain tidak sedikit pula pembangunan lahan
basah buatan telah menyebabkan hilangnya habitat dan keanekaragaman jenis flora fauna di
dalamnya; salah satu contoh adalah pembangunan tambak yang menjadi penyebab hilangnya
hutan mangrove dan berbagai jenis biota didalamnya (Puspita, 2005).
Menurut Rahartono (2013) Hutan Boreal atau dikenal juga sebagai taiga adalah hutan
yang terletak di sekitar lingkar kutub, antara 66,5 – 900 Lintang Utara atau Lintang Selatan.
Hutan boreal, adalah bioma yang banyak ditumbuhi tumbuhan konifera atau jenis pohon
berdaun jarum yang kebanyakan terdiri dari pohon pinus dan pohon cemara. Hutan boreal
atau hutan taiga berkembang di daerah lintang tinggi dekat dengan kawasan lingkar kutub
dan merupakan jenis hutan terluas kedua setelah hutan tropika. Kawasan hutan boreal ini
memiliki musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang. Secara iklim, boreal
memiliki temperatur rata-rata tahunan yang rendah, yaitu antara -5 C sampai 5 C. Selain itu,
wilayah boreal memiliki tingkat presipitasi yang rendah, yaitu antara 200-750 mm,
kebanyakan dari hujan dan salju. Hujan hanya terjadi di musim panas. Perbedaan lama
penyinaran matahari antara musim panas dan musim dingin juga mencolok. Pada musim
panas, lama penyinaran matahari bisa mencapai 20 jam, sedangkan pada musim dingin hanya
6 jam. Tanah taiga cenderung muda dan miskin unsur hara. Ketipisan tanah terutama
disebabkan oleh udara dingin, yang menghambat pengembangan tanah dan kemudahan
tanaman untuk memperoleh nutrisi. Karena tanah bersifat asam disebabkan jarum pinus yang
jatuh terus menerus, lantai hutan hanya ditumbuhi lumut.
Di tempat terbuka di hutan dan di daerah lebih banyak pohon gugur, ada lebih banyak
tanaman herbal dan buah yang tumbuh. Keanekaragaman organisme tanah di hutan boreal
tinggi, sebanding dengan hutan hujan tropis. Hutan boreal menyimpan sejumlah besar
karbon, lebih dari hutan yang beriklim dan dan tropis di dunia digabungkan, sebagian
besarnya terdapat di lahan basah dan lahan gambut. Bahkan, perkiraan saat ini menempatkan
hutan boreal boreal sebagai hutan yang menyimpan dua kali lebih banyak karbon per satuan
luas dibandingkan hutan tropis. Taiga adalah rumah bagi sejumlah besar herbivora mamalia ,
seperti rusa dan karibu . Binatang terbesar di Taiga adalah bison kayu , ditemukan di utara
Kanada, Alaska dan telah baru diperkenalkan ke Rusia jauh-timur. Ada juga berbagai hewan
spesies termasuk berang , tupai , kelinci gunung , kelinci sepatu salju , landak Amerika Utara
dan tikus . Predator mamalia Taiga termasuk lynx Kanada , lynx Eurasia , cerpelai , musang
Siberia, cerpelai Amerika , wolverine , Asia badger , fisher , serigala abu-abu , coyote , rubah
merah , beruang coklat, beruang hitam Amerika , beruang hitam Asiatic , beruang kutub dan
harimau Siberia Lebih dari 300 spesies burung telah mereka bersarang di dasar Taiga.
Siberian Thrush , White-throated sparrow , dan Black-throated Green Wabler. Dari 300
spesies burung yang musim panas di Taiga hanya 30 yang tinggal untuk musim dingin Hutan
boreal memiliki banyak fungsi, selain menghasilkan kayu dan sumber air, ada beberapa
produk yang dihasilkan dari flora hutan yaitu kertas toilet, kertas fotokopi, dan kertas. Hutan
boreal menyimpan sejumlah besar karbon, lebih dari hutan yang beriklim dan dan tropis di
dunia digabungkan, sebagian besarnya terdapat di lahan basah dan lahan gambut. Bahkan,
perkiraan saat ini menempatkan hutan boreal boreal sebagai hutan yang menyimpan dua kali
lebih banyak karbon per satuan luas dibandingkan hutan tropis (Rahartono, 2013).
Seperti jenis-jenis hutan lainnya, hutan boreal pun tak luput dari ancaman kerusakan.
Berikut faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan hutan boreal, yaitu Kegiatan manusia,
perubahan iklim, dan serangga. Peran Ilmu kimia untuk melindungi bioma taiga ini sangat
diperlukan karena dengan mengetahui sifat dan kandungan kandungan pada hutan boreal
(taiga) ini maka akan diketahui pula cara pengelolaan dan pelestarian bioma tersebut.
Peran Ilmu kimia dalam biodiversitas pertama kali mempelajari bagaiman carakerja
lingkungan yang tak terkontaminasi, zat kimia apa dan berapa konsentrasi yang ada secara
alami, dan apa efeknya. Tanpa hal ini, mustahil untuk mempelajri secara akurat efek manusia
terhadap lingkungan dengan pelepasan zat kimia. Peranan ilmu kima dalam biodiversitas
diantaranya adalah:
• Mempelajari sifat dan fungsi bahan kimia dalam lingkungan hidup. Beberapa contoh bahan
kimia, baik yang merupakan komponen yang alami lingkungan hidup dan ada pula yang
merupakan hasil aktivitas manusia yang berlebihan. Setiap bahan memiliki sifat fisika dan
sifat kimia serta fungsi yang berbeda-beda. Sebagai contoh oksigen yang berupa gas tak
berwarna, gas ini tak beracun dan sangat diperlukan oleh manusia, hewan, dan bakteri
aerobik untuk bernafas. Bila ditinjau secara kimia dari segi molekulnya, oksigen memiliki
ikatan rangkap dua dengan bentuk molekul planar,dan dapat mengoksidasi besi (terjadinya
perkaratan).
• Mempelajari dan menelaah bahan kimia terhadap suatu komponen lain dan terhadap
lingkungan hidupsecara menyluruh, terutama jika bahan kimia itutersebar dan berkontaminasi
dengan lingkungan,sehingga keseimbangan terganggu. Dengan mempelajari dan menelaah
kita akan mengetahui bahwa bahan kimia yang tidak beracun dan sangat amanpun dapat
menimbulkan masalah lingkungan apabila bahan tersebut tersebar. Sebagai contoh,
karbohidrat apabila tersebar dari limbah restoran atu rumah tangga dapat menimbulkan polusi
udara (bau busuk). Karbon dioksida yang tidak beracun, akan dapat memicu efek rumah kaca
(pemanasan global). Selain itu dengan mempelajari dan menelaah kita akan dapat mengetahui
bagaimana kondisi lingkungan kita dengan adanya kontak dengan bahan kimia terutama
bahan kimia pencemar.
• Menentukan jumlah batas penyebaran bahan kimia dalam lingkungan agar tidak
memberikan gangguan terhadap kelestarian lingkunagn dan kesejahteraan manusia. Selama
ini digunakan nilai ambang batas (NAB) atau nilai toleransi lingkungan dan manusia
terhadap bahan kimia, dimana yang menjadi ukuran adalah status kesehatan masyarakat usia
produktif dan daya lenting lingkungan. Dalam NAB tersebut terdapat jumlah maksimal bahan
kimia dalam lingkungan, dimana pada jumlah tersebut bahan kimia yang dimaksud tidak
akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu juga sering dilakukan pertemuan
secara internasional mengenai nilai standar bahan kimia di lingkungan , sebagai contoh Euro-
2 yang menentukan standat emisi kendaran.
• Merekomendasikan hasil penelitian dan percobaan kepada pengelola lingkungan hidup atau
kepada masyarakat pada umumnya. Dari hasil penelitian akan diperoleh data mengenai
keadaan lingkungan saat ini. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan Japan Automobile
Research Institute (JARI yang menunjukkan pencemaran oleh timbal paling berat terjadi di
Jakarta ketimbang Tokyo, Beijing, Seoul, Taipei, Bangkok, Kuala Lumpur, dan Manila.
Dampak yang diakibatkan pencemaran timbal bisa menyebabkan kematian, kemandulan, dan
keterbelakangan mental pada anak- anak. Pencemaran udara di Jakarta 80 persen berasal dari
sektor transportasi, sisanya pencemaran dari sektor industri dan lain- lain. Dan hal tersebut
sudah disamapaikan di dalam sebuah diskusipada awal Agustus 2006 yang diselenggarakan
Mitra Emisi Bersih (MEB) di Jakarta,sehingga sudah saatnya Jakarta menerapkan standar
emisi berdasarkan standar Euro-2. (soera)
KESIMPULAN
Ilmu kimia dapat digunakan untuk meobservasi keadaan dan permasalahan
biodiversitas di lahan basah .Ilmu kimia juga dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut dan kita dapat menjaga biodiversitas secara stabil serta cara penanggulangannya
apabila terjadi suatu hal yang membuat ekosistem tak terkendali contohnya seperti hutan
boreal (taiga) dengan mengetahui sifat fisik dan sifat kimia pada lingkungan tersebut maka
akan dapat mengatasi permaslahan pada hutan taiga.
References
2009. [Online] 2009. [Cited: Maret 26, 2019.] https://soera.wordpress.com/2009/01/12/peran-
kimia-lingkungan/.

[Online] [Cited: maret 26, 2019.]


https://www.academia.edu/30242368/KIMIA_LINGKUNGAN_Kimia_lingkungan_dan_Peranannya.

Firdaus, Aldi Mufti. 2016. aldimuftifirdaus.blogspot. [Online] 2016. [Dikutip: 26 maret 2019.]
https://aldimurtifirdaus.blogspot.com/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html.

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) sebagai elemen kunci ekosistem kota hijau. Kusmana, Cecep.
2015. 2015, PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, pp. 1747-1755.

Puspita, L., Eka Ratnawati, I Nyoman N. Suryadiputra, Ami Aminah Meutia. 2005. Lahan Basah
Buatan di Indonesia. Bogor : Wetlands International Indonesia Programme, 2005. -.

Rahartono, Tiara. 2013. [Online] 2013. [Cited: maret 26, 2019.]


https://www.academia.edu/12309880/Karya_Ilmiah_Taiga.

Wibowo, P., Ch. E. Nirarita, S. Susanti, D. Padmawinata, Kusmarini, M. Syarif, Y. Hendriani,


Kusniangsih, L. br. Sinulingga. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia: Buku Panduan untuk Guru
dan Praktisi Pendidikan. Bogor : Wetlands International – Indonesia Programme, 1996.

Anda mungkin juga menyukai