Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH “PENCEMARAN TANAH”

Disusun untuk memenuhi kebutuhan tugas mata pelajaran

Kimia Lingkungan

Utami Irawati, Ph D.

Oleh

Ainun Jariyah (1811012320019)


Alifia Wulandari (1811012220025)
Mirza Maulana Ahmad (1811012210020)
Nadila Agustina (1811012320012)
Rahmah Azizah (1811012220023)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

BANJARBARU

November 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk
hidup dimuka bumi. Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari
tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan
hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari
permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadikewajiban kita menjaga
kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan dimuka bumi
ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara,
pencemarantanah pun akibat kegiatan manusia juga.
Pencemaran terjadi akibat proses pengambilan, pengolahan dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang menghasilkan sisa (entropi) yang tidak
digunakan dan dibuang karena tidak dibutuhkan pada saat itu. Sisa ini
kemudian mencemari lingkungan perairan, udara dan daratan. Akibat
akumulasi bahan sisa ini makan lingkungan menjadi rusak yang
menyebabkan menurunnya kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia bahkan dapat berdampak buruk seperti
mengakibatkan penyakit dan bencana alam.
Pencemaran Lingkungan berdasarkan Undang-Undang Lingkungan
Hidup No. 32 Tahun 2009 adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup,
zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah di
tetapkan.
Pencemaran dan kerusakan tanah akibah limbah sudah banyak terjadi.
Seperti salah satu kasus yang terjadi di Kota Pare-pare Sulawei Selatan. Salah
satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Kota Parepare, melaporkan
bengkel Elnusa anak cabang PT (Persero) Pertamina Kota Pare-pare,
Sulawesi Selatan, terkait dugaan pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) jenis oli bekas yang hanya ditimbun di tanah tanpa wadah

1
penampungan. Seharusnya limbah semacam ini dibuatkan bak beton, sebelum
ditanam di bawah tanah.
Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukannya pengkajian khusus
yang membahas mengenaipencemaran tanah beserta dampaknya terhadap
lingkungan di sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah pada makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1.2.1 Peristiwa apa yang terjadi pada kota Pare-pare Sulawesi Selatan?
1.2.2 Apa saja penyebab terjadinya pencemaran tanah pada peristiwa
tersebut?
1.2.3 Apa bahaya terjadinya pencemaran tanah?
1.2.4 Bagaimana cara menaggulangi pencemaran tanah?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mengetahui peristiwa yang terjadi pada kota Pare-pare Sulawesi
Selatan.
1.3.2 Mengetahui penyebab terjadinya pencemaran tanah pada peristiwa
tersebut.
1.3.3 Mengetahui bahaya terjadinya pencemaran tanah.
1.3.4 Mengetahui cara menanggulangi pencemaran tanah

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa yang terjadi pada kota Parepare Sulawesi Selatan
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke
dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah
industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat
(illegal dumping) (Muslimah, 2015).
Masalah limbah menjadi perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah
Indonesia, khususnya sejak dekade terakhir ini. Terutama sebagai akibat
perkembangan industri yang merupakan tulang punggung peningkatan
perekonomian Indonesia. Hal ini menimbulkan problem yang memang
bersifat anomali. Pada satu sisi ada keharusan melakukan pembangunan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Namun, pada sisi lain dampaknya
bisa sangat buruk bagi kehidupan (Myger, 2018).
Menurut Berita Kompas.com tanggal 7 Februari 2012 12:13 WIB, Salah
satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) di kota Parepare, melaporkan
bengkel Elnusa anak cabang PT (Persero) Pertamina kota Parepare, Sulawesi
Selatan, terkait dugaan pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) jenis oli bekas yang hanya ditimbun di tanah tanpa wadah
penampungan. Menyikapi laporan tersebut, Badan Lingkungan Hidup
Provinsi (BLH) Sulawesi Selatan langsung melakukan pengambilan sampel
di bengkel Elnusa Pertamina Parepare. Dijelaskan Abdul Muis, masalah
pencemaran lingkungan memang harus mendapat pengawasan yang ketat,
karena dapat mencemarkan lingkungan bahkan membahayakan kesehatan
manusia. BLH Sulsel, dalam waktu dekat akan memanggil pihak bengkel
Elnusa, Pertamina dan LSM yang melaporkan hal tersebut. Dari hasil
pemantauan, kata Abdul Muis lagi, bengkel yang dinaungi Pertamina tersebut
dinilai tidak memenuhi syarat sebagai bengkel, karena tidak memiliki wadah

3
pengumpul oli bekas yang idealnya terbuat dari beton sebagai lantai penahan
agar oli bekas tidak mencemari tanah.
2.2 Penyebab pencemaran tanah pada peristiwa tersebut

Indikasi atas penyebab pencemaranya yaitu limbah Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3) jenis oli bekas yang hanya ditimbun di tanah tanpa wadah
penampungan. Hasil pemantauan, bengkel yang dinaungi Pertamina tersebut
dinilai tidak memenuhi syarat sebagai bengkel, karena tidak memiliki wadah
pengumpul oli bekas yang idealnya terbuat dari beton sebagai lantai penahan
agar oli bekas tidak mencemari tanah "Sesuai dengan aturan harusnya oli
bekas itu di tampung. Bukannya ditimbun di dalam tanah. Selain ceceran oli
bekas, di lokasi juga ada gemuk (grace) dan ceceran karatan bekas rem mobil
tangki," kata Abdul Muis. Hal ini juga hampir sama dengan peristiwa pada
Kota Jambi dimana limbah-limbah oli dibuang secara sembarang. Menurut
Jambi-Independent.co.id Pemkot Jambi melalui tim terpadu mewarning
beberapa pemilik bengkel, yang membuang limbah oli dan minyak
sembarangan. Sebab, limbah oli yang dihasilkan oleh bengkel merupakan
limbah B3 yang berbahaya bagi kesehatan. Sehingga harus dibuang dan
dikelola dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada.
Menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah bahan berbahaya dan beracun
(limbah B3) adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya. Karena sifat-sifatnya itu, bahan berbahaya dan
beracun serta limbahnya memerlukan penanganan yang khusus. Selanjutnya,
menurut California Department of Toxic Substance Control, limbah B3
didefinisikan sebagai limbah dengan karakteristik tertentu, yang berpotensi
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.Dari beberapa sumber
tersebut, secara sederhana Limbah B3 adalah limbah yang dapat merusak
kelangsungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya.

4
2.3 Bahaya terjadinya pencemaran tanah

Dibandingkan limbah lainnya, limbah B3 (Bahan Beracun dan


Berbahaya) adalah limbah yang membutuhkan campur tangan para ahli dan
jasa pengolahan limbah B3. Industri maupun rumah tangga dapat
berkontribusi limbah beracun ini. Karena sifatnya yang berbahaya, limbah ini
berdampak buruk terhadap lingkungan hidup bila dibiarkan. Sayangnya,
limbah jenis ini masih menjadi masalah karena sedikitnya jasa pengolahan
limbah B3 yang bisa diakses. Sehingga, efek buruk dari limbah B3 juga akan
merugikan lingkungan hidup, termasuk manusia pada akhirnya. Berikut ini
beberapa dampak negatifnya. Manusia memang dapat mengeluarkan zat
toksin secara natural, namun racun dari limbah B3 lebih lambat dikeluarkan.
Pengaruh limbah B3 pada manusia memiliki dua kategori, yaitu efek akut dan
efek kronis. Efek akut menimbulkan kerusakan susunan syaraf, sistem
pencernaan, kardiovaskuler, dan pernafasan, serta penyakit kulit bahkan
kematian. Sedangkan efek kronis menimbulkan efek pemicu kanker, mutasi
sel tubuh, cacat bawaan, serta kerusakan sistem reproduksi. Limbah B3
tersebut juga dapat merusak atau mengganggu sistem pernafasan dan
pencernaan. Jaringan paru-paru akan mengalami kerusakan berat, dan
makanan yang terkontaminasi limbah menyebabkan kerusakan hati.

Selain itu, kurangnya jasa pengolahan limbah B3 juga akan berefek pada
janin dan pertumbuhan bayi. Hal ini diturunkan dari ibu yang mempunyai
kadar racun yang sudah menembus plasenta. Para bayi yang memiliki
kandungan racun limbah dapat menderita tuli, kebutaan, kerusakan otak yang
berujung retardasi mental atau celebral palsy. Diantara efek limbah
berbahanya terhadap kesehatan manusia adalah karena sifat toksik bahan
yang dikandung dalam limbah tersebut. Berbagai jenis penyakit yang dapat
terjadi karena limbah berbahaya adalah; penyakit pneumoniosis, silicosis,
byssinosis, siderosis, talkosis dan berbagai jenis keracunan lainnya. Penyakit-
penyakit yang ditimbulkan dari limbah berbahaya dapat bersifat akut dan
kronis. Terutama limbah berbahaya toksis, dimana proses reaksinya sangat
kompleks.

5
Dengan karakteistik yang dimilikinya, B3 mempengaruhi kesehatan
dengan mencelakakan manusia secara langsung (akibat ledakan, kebakaran,
reaktif dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksik akut dan kronis) bagi
manusia.

Zat toksik yang dihasilkan oleh limbah B3 masuk ke tubuhmanusia


melalui:

– Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit


mencapai peredaran darah ;

– Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki


peredaran darah;

– Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran


darah;

– Peritonial yaitu melalui suntikan, langsung memasuki peredaran darah.

Zat toksik akan dibawa oleh darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh
dan kemudian mengganggu organ tubuh antara lain: keracunan neurotaksik,
zat toksik akan dibawa menuju otak, atau zat toksik akan ditimbun dan
diproses pada jaringan lemak, otot, tulang, syaraf, liver, pankreas, usus dan
kemudian setelah melalui proses- sisanya akan disekresikan ke luar tubuh.

Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri


atas 2 kategori yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut dapat
menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem
pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan sistem pernafasan,
kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu, efek kronis dapat
menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek
mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong
terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi.Bagian organ
tubuh yang terkena pengaruh adalah: Ginjal (umumnya disebabkan zat toksik
Cadmium); Tulang (umumnya disebabkan zat toksik Benzene); (umumnya

6
disebabkan zat toksik Methyl Mercury); Liver (umumnya disebabkan zat
toksik Carbon- Tetrachlorida); Paru-paru (umumnya disebabkan zat toksik
Paraquat); Mata (umumnya disebabkan zat toksik Khloroquin).

– Kadmium (Cd)

Sebagian Cd yang diabsorbsi tubuh akan mengumpul di dalam ginjal, hati


dan sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan. Keracunan Cd dapat
mempengaruhi otot
polos pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah menjadi tinggi yang
kemudian dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan ginjal.

– Timbal,Timah Hitam (Pb)

Timbal terdapat di air, tanah, tanaman, hewan dan udara. Zat ini terbentuk
akibat aktifitas manusia seperti pembakaran batu bara, sampah, penyemprotan
pestisida, asap pabrik dan akibat pembakaran bensin di kendaraan. Timbal
dan senyawanya mempengaruhi sistem pusat syaraf dengan ciri-ciri
keracunan, yaitu pusing, anemia, lemah dan yang paling berbahaya adalah
pengaruhnya terhadap sel darah merah. Timbal dapat mengubah ukuran dan
bentuk sel darah merah.

– Merkuri (Hg)

Gejala keracunan merkuri ditandai dengan sakit kepala, sukar menelan,


penglihatan menjadi kabur dan daya pendengaran menurun. Selain itu orang
yang keracunan merkuri merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut
tersumbat oleh logam, gusi membengkak dan diare. Kematian dapat terjadi
pada kondisi tubuh yang makin melemah. Wanita yang hamil akan
melahirkan bayi yang cacat.

2.4. Solusi terbaik untuk menanggulangi pencemaran tanah

Ketika ada kerusakan yang terjadi, maka hal wajib yang harus kita lakukan
adalah segera melakukan upaya penanggulangan. Tentu saja agar kerusakan
itu tidak bertambah parah. Apabila dibiarkan maka kerusakan tanah yang

7
terjadi akan semakin melebar bahkan bertambah parah sehingga dapat
merugikan manusia. Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut:
1.Daur ulang.
Cara pertama yang dapat dilakukan sebagai upaya penanggulanagan
kerusakan pada tanah adalah yaitu dengan melakukan kegiatan daur ulang.
Daur ulang ini diperuntukkan bagi sampah- sampah non organik agar dapat
mengurangi polutan di tanah. Daur ulang sampah plastik misalnya, dapat
diubah menjadi sebuah kerajinan atau berbagai barang yang bermanfaat bagi
kehidupan sehari- hari.
2. Menampung limbah cair.
Selain daur ulang, upaya untuk menanggulangi kerusakan tanah yang lainnya
adalah menampung limbah cair sisa- sisa kegiatan produksi maupun kegiatan
sehari- hari. tentu saja hal ini berlaku bagi limbah yang mempunyai bentuk
cair. Limbah cair dapat dihasilkan dari kegiatan produksi industri maupun
kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini tidak boleh langsung di buang ke
tanah karena sangat berbahaya dan juga akan menimbulkan kerusakan pada
tanah dalam jangka waktu tertentu. maka dari itu limbah cair haruslah
ditampung dan dilakukan proses pengolahan lebih lanjut supaya lebih ramah
lingkungan dan tidak berbahaya bagi tanah maupun bagi makhluk hidup yang
ada di Bumi. Apabila limbah cair dihasilkan dari kegiatan rumah tangga,
maka limbah tersebut harus dibuang ke tempat atau saluran yang tepat.
Apabila limbah cair tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan dan makhluk
hidup, maka bisa dibuang ke saluran air yang ada, seperti sekolah dan juga
sungai yang akhirnya akan bermuara ke laut. Namun apabila limbah cair
dihasilkan oleh kegiatan pabrik dalam jumlah besar dan mengandung bahan
kimia yang berbahaya, maka diperlukan pengolahan terlebih dahulu agar
limbah tersebut menjadi netral dan tidak berbahaya. setelah diolah dan
mempunyai netral, barulah limbah tersebut dibuang melalui saluran yang
disediakan.
3. Mengganti bahan- bahan kimia dengan bahan- bahan organik atau alami.

8
Kita semua tahu bahwa limbah dari bahan- bahan kimia rata- rata mempunyai
sifat yang berbahaya. maka dari itu, alangkah lebih amannya apabila kita
menggunakan bahan- bahan yang alami sehingga menjadi lebih ramah bagi
lingkungan dan juga makhluk hidup. Ada banyak sekali alternatif dari bahan-
bahan kimia yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari- hari. Kita
mulai saja dari bahan bakar misalnya, bahan bakar yang kita gunakan untuk
menggerakkan kendaraan kita mempunyai peran yang sangat besar bagi
pencemaran udara di dunia. Bahkan saking banyaknya pencemaran di Bumi
ini, lapisan ozon yang melindungi bumi banyak yang telah mengalami
kebocoran. Akibatnya cahaya matahari yang masuk tidak mengalami
penyaringan dan banyak kerugian yang bisa ditimbulkan dan membuat
banyak jenis penyakit kulit. Maka dari itu tidak ada salahnya apabila kita
menggunaka energi alternatif yang lebih ramah, seperti menggunakan biogas
atau bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak. Sekarang sudah
banyak masyarakat yang mengembangkan energi alternatif adri bahan baku
alami, sehingga lebih ramah lingkungan.
4. Rehabilitasi kerusakan kimia dan biologi tanah.
Kerusakan kimia dan biologi pada tanah ditandai dengan penurunan
kandungan bahan organik dan kenaikan kadar asam tanah. Tindakan
perbaikan pada tanah ini dilakukan dengan cara pemberian jerami dan zat
kapur. Pemberian jerami dapat meningkatkan aktivitas mikroba yang dapat
membusukkan bahan- bahan tanah dan juga menghasilkan bahan organik.
Sementara pemberian zat kapur dapat membantu menetralisir kadar asam
yang ada di dalam tanah.
" Pencegahan Kerusakan Tanah"
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh untuk menanggulangi
kerusakan pada tanah yaitu:
1.Menjaga tingkat kesuburan tanah.
Kerusakan tanah salah satunya ditandai dengan berkurangnya tingkat
kesuburan pada tanah. Upaya menjaga tingkat kesuburan tanah dapat
dilakukan dengan metode mekanik, vegetatif dan juga kimia.
2. Metode vegetatif.

9
Metode vegetatis merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kerusakan tanah dengan cara memanfaatkan vegetasi yang ada. Metode ini
sangat baik dalam rangka mengupayakan pelestarian kesuburan tanah.
3. Metode Kimia.
Metode kimia ini juga banyak disebut sebagai pengawetan pada tanah.
Pengawetan pada tanah dengan metode kimia dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur pada tanah. Bahan-
bahan kimia yang sering digunakan antara lain adalah krilium, soil
conditioner dsb. Bahan- bahan kimia yang telah disebutkan itu sangat efektif
untuk memperbaiki struktur dan juga memperkuat agregat tanah. Bahan-
bahan kimia tersebut memiliki pengaruh dalam jangka panjang karena
senyawa tersebut dapat bertahan terhadap organisme tanah. Selain itu, soil
conditioner juga dapat digunakan untuk meningkatkan permeabilitas dan juga
dapat mengurangi erosi tanah.
Kemudian ada beberapa penanggulangan lainnya:
A.Penanggulangan
Tanah yang telah terkontaminasi oleh berbagai jenis polutan dapat dipulihkan
dengan metode pengolahan yang disebut dengan remidiasi. Remidiasi yaitu
kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah. Sebelum melakukan
remediasi, hal yang perlu diketahui diantaranya:
Jenis pencemar (organik atau anorganik), terdegradasi atau tidak, berbahaya
atau tidak.Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah
tersebut.Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan fosfat (P).Jenis
tanah.Kondisi tanah (basah, kering).Telah berapa lama zat pencemar
terendapkan di lokasi tersebut.Kondisi pencemaran (sangat penting untuk
dibersihkan segera/bisa ditunda).Remediasi in situ
Remediasi in situ adalah pembersihan atau pengolahan tanah terkontaminasi
di lokasi. Remediasi in situ lebih murah dan lebih mudah dengan konversi
biologi dan kimia, pemisahan daerah terkontaminasi agar tidak mencemari
lingkungan lainnya.
B. Remediasi ex situ

10
Remediasi ex situ adalah pengolahan tanah terkontaminasi digali dan diolah
di suatu unit pengolahan antara lain, dapat dilakukan dengan cara
memisahkan bahan pencemar dengan tanah, penguraian kontaminan dengan
mikroba, pemanfaatan energi panas yang dapat menguapkan kontaminan dari
tanah, dan ekstraksi kontaminan dari tanah. Remediasi ex situ ini jauh lebih
mahal dan rumit.
C. Bioremediasi
Bioremediasi merupakan proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Proses bioremediasi
harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan air, nutrien (N, P, K),
perbandingan C : N kurang dari 30 : 1, dan ketersediaan oksigen.
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan
penimbunan limbah B3.Berikut ini adalah pengertian masing-masing kegiatan
dalam pengelolaan limbah B3 :
1. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk
mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3,
sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan. Penyimpanan adalah kegiatan
penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan/atau pengumpul
dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan
maksud menyimpan sematara.

2. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari


penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah
B3.

3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3


dari penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari
pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau
ke penimbun limbah B3.

11
4. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali
(recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang
(recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk
yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan
manusia.

5. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan


komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya
dan/atau sifat racun.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari


Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan
pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH.Untuk aktivitas pengelolaan
limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke
KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.

Filter oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai
karakteristik beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Limbah ini termasuk
dalam limbah B3 yang perlu dilakukan pengolahan. Pengelolaan yang
dilakukan untuk limbah filter oli bekas dan hose oli bekas hampir sama.
Pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Storing
Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul dengan kapasitas tertentu.
b. De-watering
Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air
(dehidrasi). Oli ini akan dipanasi dengan suhu 150oC. Pada suhu ini air akan
menguap dan terpisah dari oli.
c. Cooling
Oli yang telah melewati proses dehidrasi akan didinginkan sampai suhu
kamar. Oli akan dipompa menuju bak pendingin.
d. Mixing
Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan
yaitu asam sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan

12
performa oli yang telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah
menjadi 2 fase, yaitu fase beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat
yang berupa kotoran yang telah mengumpul.
e. Dekanting
Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini
berfungsi sebagai fase pemisah beningan dan padatan.
f. Adsorbing
Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan
diaduk bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.
g. Filtrasi
Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan.
Dilakukan proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan
bening. Bentonit akan tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli
akan tersaring.
h. Penampungan akhir
Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan
terjamin kualitasnya.

(Damanhuri, 2010).

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan
bahwa pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah.

14

Anda mungkin juga menyukai