Anda di halaman 1dari 13

J. Solum Vol. IV No.

2 Juli 2007: 49-62 ISSN: 1829-7994

KAJ IAN SIFAT FISIKA TANAH BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI BUKIT


GAJ ABUIH KAWASAN HUTAN HUJ AN TROPIK GUNUNG GADUT PADANG

Yulnafatmawita, Utr y Luki, dan Afr i Yana


Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang

Abstr act

Study about soil physical properties of Bukik Gajabuih Padang, the area receiving high
annual rainfall (>5000 mm), was conducted at different land uses in 2006. The objective of this
research was to measure the change of soil physical properties as forest was cut down and
converted into mixed perennial plant field and into bush land. The results showed that
changing forest area into land use for mixed perennial trees for more than 50 years increased
SOM content on the top 0-20 cm, but decreased on the 20-40 cm layer. The highest SOM
content was found under bush land. Therefore, the bulk densisty of the soil decreased from
forest to mixed land use and to bush land. The opposite trend was found for total pores and
permeability rate. While the plasticity index of the soil followed the clay percentage of the soil
texture, it increased by increasing clay content of soil from forest into mixed field and bush
land use.

Key Words: Land Use Change, Soil Organic Carbon, Soil Physical Properties

PENDAHULUAN diberikan, seperti akibat pengolahan tanah


atau pukulan butir hujan, dan sebagainya.
Sifat fisika tanah merupakan kunci Tingkat perubahan struktur tanah ini
penentu kualitas suatu lahan dan lingkungan. berhubungan dengan perubahan yang terjadi
Lahan dengan sifat fisika yang baik akan pada kandungan bahan organik tanah
memberikan kualitas lingkungan yang prima. tersebut.
Demikian juga rusaknya suatu lahan Perubahan status bahan organik suatu
berkaitan erat dengan kondisi fisik tanah tanah yang akhirnya akan mengubah sifat
yang jelek. Di samping itu, perbaikan sifat fisika tanahnya bisa terjadi akibat alih fungsi
fisika tanah yang mengalami kerusakan lahan. Hal ini bukan saja disebabkan oleh
membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu berubahnya jenis dan jumlah sumber BO
yang lama. Faktor ini juga yang mendasari yang masuk ke dalam tanah, tetapi dengan
kenapa sifat fisika tanah diambil sebagai pengolahan tanah juga mengakibatkan
pertimbangan pertama dalam menetapkan meningkatnya oksidasi BO tanah.
suatu lahan untuk pertanian. Oleh sebab itu, Terdekomposisinya BO menyebabkan
pengelolaan sifat fisika tanah yang sesuai berkurangnya kandungan BO tanah.
dengan kaidah konservasi sangat penting Kehilangan BO tanah akan mengurangi
untuk menjaga kesinambungan sumber daya kemantapan aggregat (Yulnafatmawita,
lahan yang berwawasan lingkungan. 2005; Oades et al., 1984; Chappel et al.,
Diantara sifat fisika tanah yang sangat 1999), dan bahkan bila kandungan BO tanah
mempengaruhi kualitas tanah yaitu struktur di bawah batas kritis, maka aggregat tanah
tanah. Hal ini disebabkan karena struktur akan hancur menjadi aggregat kecil (mikro),
tanah baik secara lansung maupun tidak dan sangat rapuh. Selanjutnya, bila hari
lansung mempengaruhi sifat fisika tanah hujan, oleh tumbukan (energi kinetik = Ek)
lainnya. Struktur mempengaruhi porositas, butir hujan aggregat akan hancur menjadi
retensi dan transmisi air tanah, jenis dan saat butir tunggal atau terdispersi. Kondisi
pengolahan yang tepat, serta beberapa sifat demikian akan mengakibatkan penyumbatan
tanah lainnya. Akan tetapi, struktur tanah pori tanah, penurunan kapasitas infiltrasi,
bersifat dinamis. Tidak seperti tekstur, peningkatan laju runoff, dan akhirnya
struktur sangat mudah berubah dari waktu menimbulkan erosi bila hujan berlanjut.
ke waktu dan dengan energi input yang Jadi, disamping perbaikan struktur tanah,

49
Kajian Sifat Fisika Tanah (Yulnafatmawita et al):49-62 ISSN: 1829-7994

BO secara tidak lansung juga meningkatkan kawasan hutan hujan tropik Bukit Gajabuih
infiltrasi tanah (Suriadikarta et al., 2005). Padang.
Albiach et al. (2001) menyarankan bahwa
BO dan karbohidrat merupakan predictor METODE PENELITIAN
terbaik bagi stabilitas aggregate tanah.
Daerah Bukit Gajabuih terletak di Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
kawasan hutan hujan tropik kaki gunung Juni sampai November 2006 dilapangan dan
Gadut Padang yang terletak di kota Padang dilaboratorium (Fakultas Pertanian Unand).
bagian timur yaitu sekitar 18 km dari pusat Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap : (1)
kota, tercatat sebagai penerima curah hujan tahap persiapan dan survai pendahuluan (2)
tahunan ± 6500 mm, tertinggi di dunia survai utama untuk pengambilan contoh
(Rasyidin dan Wakatsuki, 1994). Daerah ini tanah (3) Analisis laboratorium dan
merupakan hulu dari dua sungai utama, pembuatan laporan.
Batang Arau dan Batang Kuranji, yang
melintasi kota Padang yang menjadi sumber 1. Tahap Persiapan dan Survai
perairan kota. Daerah ini seharusnya tetap Pendahuluan
dihutankan untuk menjaga kelestarian
sumber daya alamnya dan lingkungan Pada tahap persiapan ini dilakukan
daerah alirannya, yaitu Kota Padang dan pengumpulan data sekunder mengenai lokasi
sekitarnya. yang akan dilakukan penelitian. Data-data
Akan tetapi, penduduk yang tinggal di tersebut meliputi : Peta jenis tanah, peta
dekat kawasan Bukik Gajabuih ini sudah penggunaan lahan, dan peta topografi.
mulai menebang kayu secara liar (Illegal Survai pendahuluan dilakukan guna
logging). Lahan bekas penebangan sebagian mengetahui keadaan lokasi penelitian
dijadikan kebun campuran oleh penduduk dilapangan dan menetapkan titik-titik
setempat, terutama yang terdapat di kakinya. pengambilan sampel.
Kebun campuran ini sebagian ada yang
sudah lama diusahakan, tetapi juga ada yang 2. Survai Utama dan Pengambilan
baru ditanami. Pada bagian yang agak Sampel Tanah
tinggi atau pada lereng yang lebih curam,
seperti pada pinggang dan puncak bukit, Pengambilan contoh tanah dilakukan
lahan yang sudah ditebang ditinggalkan saja pada 3 tipe penggunaan lahan, yaitu hutan,
menjadi semak belukar. kebun campuran, dan semak belukar.
Selama 5 tahun terakhir illegal Masing-masing penggunaan lahan diambil 3
logging sangat marak terjadi. Bila hal ini - 4 ulangan tergantung luas area masing-
tidak diantisipasi dari sekarang, maka masing lahan.
musibah banjir di musim hujan dan
kekeringan di musim kemarau seperti 3. Analisis laboratorium dan pembuatan
dialami oleh daerah lain di Indonesia tidak laporan
lama lagi akan sampai di kota Padang dan
sekitarnya. Oleh sebab itu, perlu diketahui Analisis tanah yang dilakukan
apakah sudah terjadi penurunan sifat fisika diantaranya: tekstur (metoda pipet dan
tanah akibat penebangan hutan tersebut, ayakan), BV dan TRP (metoda gravimetri),
serta penggunaan lahan yang bagaimana distribusi ukuran pori (% PDL, % PDC, %
yang sangat mungkin memicu terjadinya PAT) dengan metoda kertas saring,
degradasi lahan. Tujuan dilakukannya permeabilitas jenuh (hukum Darcy), bahan
penelitian ini adalah untuk menganalisis organik tanah (Walkley dan Black), dan
beberapa sifat fisika tanah pada beberapa indeks plastisitas tanah (Atterberg). Data
penggunaan lahan dan membandingkannya yang diperoleh dinilai berdasarkan kriteria
dengan sifat fisika lahan hutan dalam rangka sifat fisika tanah.
memperkirakan tingkat penurunan kualitas
tanah akibat alih fungsi lahan pada daerah HASIL DAN PEMBAHASAN

50
J. Solum Vol. IV No.2 Juli 2007: 49-62 ISSN: 1829-7994

Berdasarkan hasil pengamatan di solum yang dangkal. Dari hasil penelitian


lapangan, area di kawasan hutan hujan tropic (Rasyidin, 1986), tanah ini termasuk ordo
Bukit Gajabuih sudah banyak yang ditebang. Inceptisols yaitu tanah yang sedang
Pada bagian yang agak datar (±3-8% lereng) mengalami perkembangan, jadi bahan
di kaki Bukit Gajabuih ini umumnya sudah mineral tanah belum terlapuk sempurna.
dibuka sekitar > 30 tahun yang lalu dan Hal ini terbukti dengan banyaknya batu
dijadikan kebun campuran (KC). Tanaman ditemukan pada lapisan 0-40 cm saat survai
utama pada kebun ini adalah durian, lapangan. Akan tetapi, pada daerah yang
manggis. Sebagian lagi masih ada yang ditumbuhi semak belukar mempunyai
baru ditanam untuk tanaman kopi dan tekstur liat baik pada lapisan 0-20 cm
cokelat oleh maupun pada lapisan 20-40 cm.
penduduk setempat. Daerah yang ditanami Diperkirakan tanah ini tidak lagi termasuk
tanaman tua ini ditumbuhi oleh tanaman ordo Inceptisols, karena dari pengamatan
bawah (under storey) yang berperan sebagai lapangan area ini mempunyai tanah yang
cover crop pada permukaan lahannya. bersolum dalam dan tidak terdapat batuan
Kawasan hutan terdapat pada puncak pada solum tanah.
bukit bagian timur yang punya ketinggian ±
595 m dpl. Di daerah ini, cahaya matahari 2. Bahan Or ganik Tanah
tidak sampai menembus kanopi tanaman
sehingga lebih gelap dan lantai hutan bersih Secara umum kandungan bahan
dari tanaman penutup tanah tetapi ditutupi organic tanah lapisan atas (0-10 cm) lebih
oleh serasah. Sedangkan pada sisi bagian tinggi dari kandungan bahan organic di
barat bukit dari tengah sampai puncak sudah lapisan 20-40 cm (Gambar 1) pada semua
tidak ada hutannya, melainkan ditumbuhi penggunaan lahan. Hal ini bias dimaklumi
oleh semak belukar. Bahkan pada sebagian karena lapisan atas akan menerima bahan
area dijadikan lahan pertanaman tanaman organic segar yang lebih banyak dari bagian
semusim. tanaman yang mati diatas permukaan tanah
Menurut Wakatsuki et al (1986) ordo seperti serasah atau ranting yang patah, dan
tanah di pucak bukit Gajabuih bagian barat sebagainya. Sedangkan lapisan yang lebih
termasuk Inceptsols dengan great group dalam hanya akan menerima hanyutan bahan
Oxic-dystropept. Berdasarkan analisis tanah organik dari lapisan atas serta eksudat atau
yang dilakukan di laboratorium terhadap akar dan jasad hidup yang sudah mati. Jasad
beberapa sifat fisika tanah di kawasan Bukit hidup dan akar tanaman ini jumlahnya lebih
Gajabuih Padang ini maka didapat hasil kecil dibanding sumber bahan organic di
seperti yang terdapat pada Tabel 1. Dari permukaan.
Tabel 1 terlihat bahwa secara umum terjadi Selanjutnya, terlihat perbedaan
perbedaan sifat fisika Tanah antara 3 kandungan bahan organic dari beberapa
penggunaan lahan. Diantara sifat fisika penggunaan lahan. Pada lapisan 0-20 cm
yang diamati yaitu tekstur, BV, TRP, kandungan bahan organik dengan vegetasi
permabilitas, indeks plastisitas, dan bahan semak belukar (SB) lebih tinggi dari yang
organik tanah. Masing-masing sifat tanah ditutupi hutan, tetapi pada lapisan 20-40 cm
ditampilkan dalam bentuk grafik. kandungan BO hampir sama antara kedua
penggunaan lahan ini. Rendahnya
1. Tekstur Tanah kandungan BO pada lapisan 0-20 cm hutan
disebabkan karena rendahnya tingkat
Dari Tabel 1 terlihat bahwa di daerah pelapukan yang terjadi pada lantai hutan.
bukik Gajabuih kawasan gunung Gadut Lantai hutan yang tidak mendapatkan
Padang mempunyai tekstur agak kasar atau cahaya matahari, bersuhu lebih rendah
dengan kelas tekstur (menurut Soil dibanding kebun campuran dan semak
taxonomy USDA, 1975) lempung berdebu belukar, sehingga aktifitas mikroba juga
pada lokasi yang ditumbuhi tanaman tua rendah untuk merombak BO segar menjadi
atau kebun campuran dan vegetasi hutan. BO tanah. Di samping itu, BO yang ada di
Tanah pada umumnya juga mempunyai permukaan tanah berpeluang tercuci

51
J. Solum Vol. IV No.2 Juli 2007: 49-62 ISSN: 1829-7994

Tabel 1. Hasil analisis sifat fisika Tanah pada beberapa penggunaan lahan di kawasan hutan hujan tropik super basah Bukit Gajabuih Padang

Penggunaan lahan Pasir Debu Liat Kelas BV TRP BO Permeabilitas Indeks Distribusi ukuran Pori (%)
% % % Tekstur gcm-3 % % cm jam-1 plastisitas PDC PDL PAT

Kedalaman 0-20 cm
Lempung
Hutan 21.9 67.0 11.1 berdebu 0.88 (s) 65.6 (s) 5.3 (s) 36.1 12.7 16.1 6.3 16.2
Lempung
Kebun Campuran 24.6 59.3 16.0 berdebu 0.72 (s) 71.9 (s) 7.3 (s) 25.1 14.5 24.0 4.8 12.7

Semak Belukar 6.3 15.6 78.1 Liat 0.69 (s) 72.6 (s) 8.2 (s) 5.4 18.6 19.5 7.6 11.7

Kedalaman 20-40 cm
Lempung
Hutan 27.6 57.9 14.5 berdebu 1.04 (s) 59.4 (s) 4.0 (r) 34.1 20.1 17.5 7.0 8.7
Lempung
Kebun Campuran 21.4 57.7 20.9 berdebu 0.81 (s) 68.4 (s) 3.4 (r) 10.0 21.1 23.5 27.6 15.6

Semak Belukar 6.4 21.7 71.8 Liat 0.79 (s) 69.3 (s) 3.5 (r) 1.7 24.0 18.7 10.8 11.5

Keterangan:
S = sedang
R = rendah
T = tinggi

49
J. Solum Vol. IV No.2 Juli 2007:49-61 ISSN: 1829-7994

(leached) ke lapisan bawah dalam profil Kandungan BO yang ditanami tanaman tua
tanah akibat tekstur tanah yang kasar. Oleh (KC) lebih tinggi dibanding yang ditumbuhi
sebab itu, kemungkinan ini juga yang hutan pada lapisan permukaan tanah (0-20
menyebabkan tingginya kandungan BO cm). Hal ini disebakan oleh banyaknya
tanah hutan pada ke dalaman 20-40 cm, di cover crop yang tumbuh (tanaman siklus
samping tingginya density perakaran pendek) yang cepat menyumbangkan BO
tanaman pada lapisan ini yang akan nya ke dalam tanah. Tambahan lagi, tingkat
menyumbang BO tanah. dekomposisi BO di lokasi ini lebih tinggi
dibanding di bawah hutan, akibat matahari
3. Bahan Or ganik Tanah masih bisa menembus sampai ke bawah
diantara tanaman. Hal yang sama juga
Secara umum kandungan bahan ditemukan oleh Yulnafatmawita et al (belum
organic tanah lapisan atas (0-10 cm) lebih dipublikasi), bahwa kandungan BO tanah
tinggi dari kandungan bahan organic di dengan penggunaan lahan hutan lebih
lapisan 20-40 cm (Gambar 1) pada semua rendah dibanding lahan kebun campuran di
penggunaan lahan. Hal ini bias dimaklumi sub DAS Sumpur bagian hulu.
karena lapisan atas akan menerima bahan Pada umumnya kanopi tanaman pada lahan
organic segar yang lebih banyak dari bagian yang dikebunkan tidak serapat pada lahan
tanaman yang mati diatas permukaan tanah hutan. Akan tetapi, kandungan BO tanahnya
seperti serasah atau ranting yang patah, dan bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain. Hal
sebagainya. Sedangkan lapisan yang lebih ini disebabkan oleh tingkat atau intensitas
dalam hanya akan menerima hanyutan bahan penggunaan lahan oleh penduduk. Lahan
organik dari lapisan atas serta eksudat atau yang dekat ke pemukiman penduduk juga
akar dan jasad hidup yang sudah mati. Jasad diolah untuk tanaman semusim disamping
hidup dan akar tanaman ini jumlahnya lebih untuk tanaman tua, sehingga kandungan
kecil dibanding sumber bahan organic di bahan organiknya jadi menurun. Hal ini
permukaan.Selanjutnya, terlihat perbedaan disebabkan karena meningkatnya laju
kandungan bahan organic dari beberapa dekomposisi bahan organik setelah
penggunaan lahan. Pada lapisan 0-20 cm pengolahan tanah (House et al, 1984).
kandungan bahan organic dengan vegetasi Sedangkan kandungan BO tanah lapisan 20-
semak belukar (SB) lebih tinggi dari yang 40 cm disebabkan oleh rendahnya jumlah
ditutupi hutan, tetapi pada lapisan 20-40 cm (%-tase) perakaran tanaman di zona ini
kandungan BO hampir sama antara kedua dibanding dengan hutan.
penggunaan lahan ini. Rendahnya Tingginya kandungan BO tanah pada
kandungan BO pada lapisan 0-20 cm hutan lahan yang ditumbuhi semak belukar
disebabkan karena rendahnya tingkat disebabkan oleh tingginya produksi BO
pelapukan yang terjadi pada lantai hutan. akibat pendeknya siklus tanaman yang
Lantai hutan yang tidak mendapatkan tumbuh. Vegetasi yang tumbuh pada lahan
cahaya matahari, bersuhu lebih rendah ini diantaranya krinyuh (C..odorata),
dibanding kebun campuran dan semak melastoma, sirih, pimping, paku-pakuan,
belukar, sehingga aktifitas mikroba juga dan juga kacang-kacangan. Di samping itu,
rendah untuk merombak BO segar menjadi dengan suhu yang cukup tinggi akibat
BO tanah. Di samping itu, BO yang ada di cahaya matahari yang cukup diterima
permukaan tanah berpeluang tercuci aktifitas mikroba perombak juga tinggi.
(leached) ke lapisan bawah dalam profil Tingginya aktifitas mikroba terbukti dengan
tanah akibat tekstur tanah yang kasar. Oleh kurangnya jumlah serasah yang terdapat di
sebab itu, kemungkinan ini juga yang permukaan lahan ini dibanding di bawah
menyebabkan tingginya kandungan BO vegetasi hutan dan kebun campuran. Akan
tanah hutan pada ke dalaman 20-40 cm, di tetapi, kandungan BO tanah bagian bawah
samping tingginya density perakaran lebih rendah. Hal ini disebabkan karena
tanaman pada lapisan ini yang akan perakaran tanaman yang tumbuh disini pada
menyumbang BO tanah. umumnya terdapat pada lapisan 0-20 cm,
disamping pergerakan BO tanah ke bagian

53
Kajian Sifat Fisika Tanah (Yulnafatmawita et al):49-62 ISSN: 1829-7994

10.0

Bahan Organik (%)


7.5

5.0

2.5

0.0
Hu KC SB
Penggunaan Lahan
Gambar 1. Kandungan bahan organik (BO) tanah di kawasan Bukik Gajabuih G. Gadut Padang
pada beberapapenggunaan lahan

bawah juga rendah akibat tekstur tanah yang 3. Ber at Volume (BV) dan Total Ruang
berliat berat (±78%). Por i (TRP) Tanah
Di daerah sedang Australia,
Yulnafatmawita (2004) mendapatkan Pada Gambar 2 dilukiskan kondisi
penurunan kadar C-organik tanah Oxisol kerapatan isi atau BV di kawasan Bukik
(Ferrosol) Queensland dari 6.9% pada hutan Gajabuih G.Gadut dengan beberapa
hujan tropis menjadi 5.6% pada padang penggunaan lahan. Pada umumnya, tanah di
rumput (setelah ± 100 tahun sejak hutan daerah tersebut mempunyai BV yang
ditebang), di bawah curah hujan tahunan termasuk kriteria sedang. Hal ini didukung
±1900 mm. Pada tanah Vertisol oleh kandungan bahan organic yang
Goondiwindi, Qld, dia juga mendeterminasi didominasi oleh berkriteria sedang, tinggi,
adanya kehilangan 0.8% C-organik akibat dan sebagian rendah. Bahan organic
perubahan hutan Brigalow (Acasia) (C- diketahui mempengaruhi secara lansung BV,
organik = 2.0%) menjadi lahan pertanian kandungan bahan organic yang tinggi akan
tanaman semusim yang diolah sekali setahun menurunkan nilai BV.
(C-organik = 1.2%), dibawah kondisi semi Bila dibandingkan antara kedua
arid (curah hujan tahunan ± 700 mm). lapisan, maka BV di lapisan bawah (20-40
Sedangkan di daerah yang lebih kering (di cm) lebh tinggi dari di lapisan atasnya (0-20
pedalaman NSW, dengan curah hujan ± 479 cm). Hal ini sangat berkaitan erat dengan
mm), diidentifikasi terjadinya penurunan kandungan bahan organic tanah, dimana
kadar C-organik Alfisol (Red Brown Earth) lapisan atas mempunyai kandungan bahan
akibat perubahan penggunaan lahan dari organic yang lebih tinggi dari lapisan di
ekosistem alami (semak-semak) dengan C- bawahnya (Tabel 1). Di samping itu, tekstur
organik = 2.0% kepada lahan pertanian yang yang lebih kasar dan tingginya prosentase
diolah secara konservasi dengan C-Organik bahan kasar atau terdapatnya bahan induk
= 1.7%, dan kepada lahan pertanian yang tanah ataupun kerekel pada lapisan tanah
diolah secara konvensional dan dirotasi atas menyebabkan tingginya BV tanah di
antara tanaman dan bera (C-organik = 1.3%). bawah hutan.
Bahkan Veldkamp (1994) pernah Berat volume tanah lapisan atas (0-20
mendapatkan 50% penurunan kadar bahan cm) yang lebih rendah berarti rendahnya
organik tanah Andosols setelah dikonversi jumlah masa tanah persatuan volume tanah
dari hutan menjadi pasture, walaupun bahan pada lapisan tersebut dibanding lapisan 20-
organiknya distabilisasi oleh adanya asosiasi 40 cm. Hal ini berarti, prosentase rongga
bahan organik dengan seskuioksida. atau pori yang ada dalam tanah lapisan atas

54
Kajian Sifat Fisika Tanah (Yulnafatmawita et al):49-62 ISSN: 1829-7994

1.2
1.0
0.8
BV (gcm-3) 0.6
0.4
0.2
0.0
HU KC SB
0-20
Penggunaan Lahan 20-40
Gambar 2. Nilai bobot volume (BV) tanah di kawasan Bukik Gajabuih G. Gadut Padang pada
beberapapenggunaan lahan

80
Total Ruang Pori

60
(%)

40

20

0
HU KC SB 0-20 cm
Penggunaan Lahan 20-40 cm

Gambar 3. Nilai total ruang pori (TRP) tanah di kawasan Bukik Gajabuih G. Gadut Padang
pada beberapa penggunaan lahan

40

30
Permeabilitas
(cm jam -1)

20

10

0
Hu KC SB
0-20 cm
Penggunaan Lahan 20-40 cm

Gambar 4. Permeabilitas tanah beberapa penggunaan lahan di Bukik Gajabuih G. Gadut


Padang

56
Kajian Sifat Fisika Tanah (Yulnafatmawita et al):49-62 ISSN: 1829-7994

lebih tinggi dari lapisan 20-40 cm. bahwa permeabilitas tanah berbanding
Walaupun ada kecendrungan peningkatan terbalik dengan kandungan liat tanah.
BV (Gambar 2) atau penurunan TRP Semakin tinggi liat semakin rendah laju
(Gambar 3) dari lahan yang ditumbuhi permeabilitas tanah. Permeabilitas yang
semak belukar menjadi kebun campuran dan rendah mengakibatkan rendahnya laju
hutan, ataupun dari lapisan 0-20 ke 20-40 masuknya air dari permukaan ke dalam
cm, menurut kriteria semuanya termasuk profil tanah atau dikenal dengan infiltrasi.
sedang. Jika laju curah hujan melebihi laju infltrasi,
maka akan terjadi aliran permukaan atau
4. Per meabilitas runoff. Aliran permukaan ini merupakan
awal terjadinya erosi. Oleh sebab itu
Dari Gambar 4 terlihat bahwa berdasarkan permeabilitas tanah maka dapat
permeabilitas tanah lapisan atas jauh lebih disimpulkan bahwa kemungkinan tanah
tinggi dari lapisan bawah, yang berarti terserosi di bawah lahan semak belukar lebih
bahwa lapisan atas lebih poros dari lapisan tinggi di bawah penggunaan lahan kebun
bawah. Hal ini bisa dijelaskan dengan kadar campuran dan hutan.
bahan organic dan TRP. Tanah lapisan atas
yang mempunyai kadar bahan organic dan 5. Indeks Plastisitas
TRP yang tinggi berati lebih poros dari
lapisan bawah yang mempunyai kandungan Gambar 5 melukiskan secara umum indeks
bahan organic rendah. Tanah dengan plastisitas tanah pada lapuisan permukaan
kandungan BO yang tinggi akan mempunyai kurang plastis dari lapisan di bawahnya.
prosentase ruang pori makro yang lebih Nilai indeks plastisitas suatu tanah
tinggi. Semakin tingg jumlah pori makro dipengaruhi oleh tekstur, khususnya
tanah makin semakin mudah tanah kandungan liat, dan BO tanah. Rendahnya
melewatkan air dalam keadaan jenuh atau indeks plastisitas tanah pada lapisan
semakin tinggi laju permeabilitasnya. permukaan (0-20 cm) disebabkan oleh
Bila dibandingkan diantara tingginya BO tanah di lapisan ini. Bahan
penggunaan lahan, maka lahan hutan organic dapat menurunkan plastisitas tanah,
mempunyai nilai permeabilitas yang lebih karena BO mampu memodifikasi pengaruh
tinggi dibanding lahan yang ditanami liat dalam suatu tanah. Bahan organic
tanaman tua (KB) dan ataupun semak mampu mengikat butir liat membentuk
belukar (SB). Hal ini disebabkan oleh aggregate yang tidak plastis seperti partikel
distribusi partikel atau tekstur tanah diantara liat tunggal (Oades, 1984). Dengan
penggunaan lahan. Tanah dengan fraksi demikian, semakin tinggi kandungan BO
kasar yang tinggi akan mempunyai suatu tanah maka semakin rendah indeks
prosentase pori makro yang lebih tinggi, plastisitasnya (Hillel, 1982).
sehingga akan lebih poros. Tanah di bawah Selanjutnya terlihat adanya
hutan memiliki fraksi kasar lebih tinggi kecendrungan peningkatan indeks plastisitas
dibanding tanah di bawah kebun campuran, tanah dari lahan hutan ke lahan dengan
walaupun masih tergolong pada tekstur kebun campuran dan semak belukar.
lempung berdebu (Tabel 1). Perbedaan ini sangat ditentukan oleh tekstur,
Laju permeabilitas tanah dibawah terutama kandungan liat suatu tanah. Liat
semak belukar jauh lebih kecil dibanding mempunyai kemampuan menjerap air,
tanah hutan dan kebun campuran. Hal ini karena sebagian liat, terutama yang
disebabkan oleh kandungan bahan halus, liat, berukuran ≤1 µm, merupakan koloid yang
tanah ini jauh lebih tinggi dari lahan lainnya. mempunyai muatan. Akan tetapi, tingginya
Tanah dengan kandungan liat yang tinggi prosentase liat pada lahan di bawah semak
akan mempunyai TRP yang tinggi, tetapi belukar dimodifikasi perannya oleh
didominasi oleh pori berukuran kecil. Pada kandungan BO tanahnya yang tinggi.
kondisi jenuh tanah berliat mempunyai Dengan demikian, prosentase liat yang
kemampuan rendah untuk melewatkan air. sangat tinggi antara semak belukar dengan
Jadi, berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan

56
J. Solum Vol. IV No.2 Juli 2007:49-61 ISSN: 1829-7994

25

Indeks Plastisitas
20

15
Tanah
10

0
Hu KC SB
0-20 cm
Penggunaan Lahan 20-40 cm
Gambar 5. Indeks plastisitas tanah beberapa penggunaan lahan di Bukik Gajabuih G. Gadut
Padang

dua lahan lainnya tidak memberikan menjadi 0.81 gcm-3 dan 0.79 gcm-3 pada
perbedaan indeks plastisitas yang besar. lapisan 20-40 cm secara berturut-turut
untuk hutan, kebun campuran, dan
G. SIMPULAN semak belukar.
5. Laju permeabilitas tanah menurun dari
Dari hasil survai dan analisis 36.1 cm jam-1 menjadi 25.1 cm jam-1
laboratorium yang dilakukan terhadap tanah dan 5.4 cm jam-1 pada lapisan 0-20 cm
pada beberapa penggunaan lahan di daerah dan dari 34.1 cm jam-1 menjadi 10 cm
Bukik Gajabuih kawasan hutan hujan tropik jam-1 dan 1.7 cm jam-1 pada lapisan 20-
G. Gadut Padang, dapat diambil kesimpulan 40 cm secara berturut-turut untuk hutan,
bahwa: kebun campuran, dan semak belukar.
1. Adanya perbedaan sifat fisika tanah 6. Indeks plastisitas tanah meningkat dari
seperti tekstur, BV, kandungan bahan 12.7 menjadi 14.5 dan 18.6 pada lapisan
organic, permeabilitas pada setiap 0-20 cm dan dari 20.1 menjadi 21.1 dan
penggunaan lahan. Pada penggunaan 24 pada lapisan 20-40 cm secara
lahan yang sama terdapat perbedaan berturut-turut untuk hutan, kebun
sifat fisika antara lapisan tanah atas (0- campuran, dan semak belukar.
20 cm) dengan lapisan tanah bawah (20-
40 cm)
2. Tekstur tanah berkisar dari liat (Semak Daftar Pustaka
Belukar) sampai lempung berdebu
(Hutan dan Kebun Campuran) pada Aase, J.K. and Pikul., J.L.Jr. 1995. Crop
kedua lapisan tanah. and soil response to long-term
3. Kandungan bahan organic tanah tillage practices in the northern
meningkat dari 5.3% menjadi 7.3% dan Great Plains. Agron. J., 87(4), 652-
8.2% pada lapisan 0-20 cm, tetapi 656.
menurun dari 4.0% menjadi 3.4% dan
3.4% pada lapisan 20-40 cm secara Amelung, W., Zech, W., Zhang, X., Follett,
berturut-turut untuk hutan, kebun R.F., Tiessen, H., Knox, E., Flach,
campuran, dan semak belukar. K.W. 1998. Carbon, nitrogen, and
4. Nilai BV tanah menurun dari 0.88 gcm-3 sulfur pools in particle-size fractions
menjadi 0.72 gcm-3 dan 0.69 gcm-3 pada as influenced by climate. Soil Sci.
lapisan 0-20 cm dan dari 1.04 gcm-3 Soc. Am. J., 62(1), 172-181.

57
J. Solum Vol. IV No.2 Juli 2007:49-61 ISSN: 1829-7994

Nutrient Dynamics in Natural and


Anderson, J.M., Flanagan, P.W., Caswell, E., Agricultural Tropical
Coleman, D.C., Cuevas, E., Ecosystems“ edited by L. Bergstrom
Freckman, D.W., Jones, J.A., and H. Kirchmann, Cab
Lavelle, P., and Vitousek, P. 1989. International, New York, 319.
Biological processes regulating
organic matter dynamics in tropical Cambardella, C. A. and Elliott, E.T. 1993.
soils. In “Dynamics of Soil Organic Carbon and nitrogen distribution in
Matter in Tropical Ecosystems”, aggregates from cultivated and
edited by D.C.Coleman, J.M.Oades, native grassland soils. Soil Sci. Soc.
and G.Uehara., NifTAL Project, Am. J., 57, 1071-1076.
Univ. of Hawaii, Honolulu, 97-124.
Cambardella, C. A. and Elliott, E.T. 1994).
Arsyad, S. 1976. Pengawetan Tanah dan Air. Carbon and nitrogen dynamics of
Departemen Ilmu Tanah Fakultas soil organic matter from cultivated
Pertanian IPB. Bogor. grassland soils. Soil Sci. Soc. Am. J.,
58(1), 123-130.
Arsyad, S. 1982. Konservasi Tanah dan Air.
Departemen Ilmu-Ilmu Tanah Darmawidjaya, I. 1980. Klasifikasi tanah:
Pertanian IPB. Bogor.. Dasar teiri bagi peneliti tanah dan
pelaksana pertanian di Indonesia.
Arsyad, S. 1989. Pengawetan Tanah dan Balai Penelitian The dan Kina
Air. Departemen Ilmu Tanah Gambung. 259 hal.
Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Foth, H.D. 1990. Fundamentals of soil
Asdak, C. 1995. Hidrologi Dan Daerah science. 8th Ed. John Wiley and
Aliran Sungai. Gadjah Mada Sons, Inc., New York, 360.
University Press. Yogyakarta.
Gee, G. W. and Bauder, J. W. 1986.
Bayer, C., Mielniczuk, J., Amado, T.J.C., Particle-size analysis. In “Methods
Martin-Neto, L., and Fernandes, S.V. of Soil Analysis” Part 1 Physical and
2000. Organic matter storage in a mineralogical Methods, edited by
sandy clay loam Acrisol affected by A.Klute, ASA-SSSA Publ.,
tillage and cropping systems in Madison, 383-412.
southern Brazil. Soil Till. Res., 54
(1/2), 101-109. Greenland, D.J., Wild, A., and Philips, D.
1992. Organic matter in soils of the
Bowman, R.A., Vigil, M.F., Nielsen, D.C., tropics: from myth to complex
and Anderson, R.L. 1999. Soil reality. In “Myth and Science of
organic matter changes in Soils in the Tropics”, edited by
intensively cropped dryland systems. R.Lal and P.A. Sanchez, Wisconsin,
Soil Sci. Soc. Am. J., 63(1), 186-191. 17-34.

Brady, N. C. and Weil, R.R. 2002. The Gregorich, E. G., Ellert, B.H., Drury, C.F.,
nature and properties of soils. 13th and Liang, B.C. 1996. Fertilization
Ed., Prentice Hall, Upper Saddle effects on soil organic matter
River, 960. turnover and corn residue C storage.
Soil Sci. Soc. Am. J., 60 (2), 472-
Cadisch, G., de Oliveira, O.C., Cantarutti, R., 476.
Carvalho, E., and Urquiaga, S. 1998.
The role of legume quality in soil Hillel, D. 1982. Introduction to soil physics.
carbon dynamics in Savannah Academic Press, San Diego, 364.
ecosystems. In” Carbon and

59
Kajian Sifat Fisika Tanah (Yulnafatmawita et al):49-62 ISSN: 1829-7994

House, G.J., Stinner, B.R., Crossley, D.A.Jr., Rusman, B. 1999. Konservasi Tanah dan Air.
Odum, E.P., and Langdale, G.W. Fakultas Pertanian Universitas
1984. Nitrogen cycling in Andalas. Padang.
conventional and no-tillage in
agroecosystems in the Southern Miller, B.J. 1983. Ultisols. In
Piedmont. J. Soil Water Conserv., “Pedogenesis and Soil Taxonomy: II
39(3), 194-199. The Soil Orders” edited by
L.P.Wilding, N.E.Smack, and G.F.
Hakim, Nurhayati, M.Y. Nyakpa, A.M. Hall. Elsevier Sci. Publisher B.V.
Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, p283-323
M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H.
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Paul, E.A. and Clark, F.E. 1989. Soil
Tanah. Universitas Lampung. microbiology and biochemistry.
Academic Press, San Diego, 273.
Hilmar, F.D. 1991. Prediksi Erosi Dan
Penilaian Besarnya Sedimentasi Paustian, K., Robertson, G.P., and Elliott,
Daerah Aliran Sungai Kuranji E.T. 1995. Management impact on
Bagian Hulu Kodya Padang. carbon storage and gas fluxes (CO2,
Skripsi Fakultas Pertanian CH4) in mid-latitude cropland
Universitas Andalas. Padang ecosystems. In “ Soil Management
and Greenhouse Effect”, edited by
Jastrow, J. D. 1996. Soil aggregate R.Lal, J, Kimble, E.Levine, and
formation and the accrual of B.A.Stewart, Lewis Publishers,
particulate and mineral-associated Boca Raton, 69-83.
organic matter. Soil Biol. Biochem.,
28(4/5): 665-676. Rasyidin, A. 1994. The method for
measuring rates of weathering and
Lal, R., Kimble, J.M., and Stewart, B.A. soil formation in watershed. Tottory
1995c. Towards soil management Univ., PhD Disertation, 110 p.
for mitigating the greenhouse effect.
In ”Soil Management and Reicosky, D.C. and Lindstorm, L.J. 1993.
Greenhouse Effect”, edited by Fall tillage method: effect on short-
R.Lal, J.Kimble, E.Levine, and B.A term carbon dioxide flux from soil.
Stewart, Lewis Publishers, Boca Agron. J., 85 (6), 1237-1248.
Raton, 373-381.
Reicosky, D.C. 1995a. Soil variability
Lydersen K. 2002. On farms, a no-till tactic and carbon dioxide loss after
on global warming. (Source: moldboard plowing. Site Specific
http://www.washingtonpost.com/wp Management for Agricultural
dyn/articles/A553892002Aug23.htm Systems. ASA-CSSA-SSSA Publ.,
l). Madison USA, 847-865.

Lynch, J.M. 1983. Effect of antibiotics on Rusman, B., Yulnafatmawita, and Adrinal.
ethylene production by soil 1993. Ketersediaan Air Tanah
microorganisms. Plant and Soil., Podzolik Merah Kuning Kebun
7(3), 415-420. Percobaan Limau Manis Padang.

Rahim, S.E. 2000. Pengendalian Erosi Saidi, A. 1995. Aliran Permukaan,


Tanah Dalam Rangka Sedimentasi Serta Faktor-Faktor
Pelestarian Lingkungan Hidup. Yang Mempengaruhinya Serta
Bumi Aksara. Jakarta. Dampaknya Terhadap Degradasi
Lahan Di Sub DAS Sumani Solok

60
J. Solum Vol. IV No.2 Juli 2007:49-61 ISSN: 1829-7994

Sumatera Barat. Disertasi Pasca organization. Soil & Tillage


Sarjana Unpad. Bandung. Research., 61, 1-2.

Seta, A. K. 1987. Konservasi Sumberdaya Wakatsuki, T., Saidi, A. and Rasyidin, A.


Tanah dan Air. Kalam Mulia. 1986. Soil in topsequence of the
Jakarta. gunung Gadut tropical rainforest,
West Sumatra. South East Asian
Sims, J.R. and Haby, F.A. 1971. Simplified Studies 24(3):243-262
colorimetric determination of soil
organic matter. Soil Sci., 112, 137- Wander, M.M., Bidart, M.G., and Aref, S.
141. 1998. Tillage impacts on depth
distribution of total and particulate
Six, J., Elliott, E.T., Paustian, K., Doran, organic matter in three Illinois soils.
J.W. 1998. Aggregation and soil Soil Sci. Soc. Am. J., 62 (6), 1704-
organic matter accumulation in 1711.
cultivated and native grassland soils.
Soil Sci. Soc. Am. J., 62(5), 1367- Yulnafatmawita. 1995. Sebaran Bahan
1377. Organik dan Kepadatan Tanah
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
So, H.B., Dalal, R.C., Chan, K.Y., Menzies, Universitas Andalas Limau Manis
N.M., and Freebairn, D.M. 1999. Padang. Laporan Penelitian
Potential of conservation tillage to SPP/DPP Unand.
reduce carbon dioxide emission in
Australian soils. Paper presented at Emerson, W.W. (1967). A classification of
the 10th International Soil soil aggregates based on their
Conservation Organisation coherence in water. Aust. J. Soil
Conference, Purdue University, May Res. 5, 47-57.
1999, USA.
Yulnafatmawita, I., So, H.B., Menzies, N.W.,
Suwardjo, H. 1986. Pengaruh panjang and Dalal, R.C. 2000. The
lereng dan cara pengelolaan lahan influence of organic matter on soil
terhadap erosi dan pertumbuhan structural stability and CO2 release
kedelai. Press Pen Tanah No 6. PPT during cultivation. Proceedings of
Bogor. (abstract of) The Postgraduate
Conference University of
Syarief, E.S. 1985. Konservasi Tanah dan Queensland, October 2000, Gatton,
Air. Pustaka Buana. Queensland, Australia,

Tiessen, H., Chacon, P., and Cuevas, E. Yulnafatmawita, I., So, H.B., Menzies, N.W.,
1994. Phosphorus and nitrogen and Dalal, R.C. 2002. The
status in soils and vegetation along a influence of organic matter on soil
toposequence of dystrophic structural stability and CO2 release
rainforests on the upper Rio Negro. following physical disruption.
Oecologia., 99 (1/2), 145-150. Proceedings of (extended abstract of)
The Australian Society of Soil
Veldkamp, E. 1994. Organic carbon Science Incorporated (ASSSI)
turnover in three tropical soils under Conference, 2-6 December 2002,
pasture after deforestation. Soil Sci. Perth, Western Australia, Australia,
Soc. Am. J., 58 (1), 175-180. p260-261.

Voorhees, W.B. 2001. The 5th conference of Yulnafatmawita, So, H.B., Dalal, R.C., and
the international soil tillage research Menzies, N.W. 2003. CO2 Release
from Two Contrasting Soils under

61
Kajian Sifat Fisika Tanah (Yulnafatmawita et al):49-62 ISSN: 1829-7994

Controlled (Glasshouse) Condition. Yulnafatmawita. 2005. Hubungan antara


Proceedings The 16th Triennial kandungan bahan organic dan
International Soil Tillage Research stabilitas aggregate tanah akibat
Organisation (ISTRO) Conference, perubahan penggunaan lahan.
13-18 July 2003, Brisbane, Prosiding Seminar Tahunan
Queensland, Australia. p1403-1407 BKS-PTN 25-27 April 2005 di
Universitas Jambi.
Yulnafatmawita, So, H.B., Dalal, R.C., and
Menzies, N.W. 2003. CO2
emission from different aggregfate
size fractions following physical
disruption: Implication for tillage
practices. Proceedings The 16th
Triennial ISTRO Conference, 13-18
July 2003, Brisbane, Queensland,
Australia. p1396-1402

62

Anda mungkin juga menyukai