Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP

KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI


SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI SEKOLAH DASAR

1.1 Hakekat Media Pembelajaran Realia


1.1.1 Media Pembelajaran Realia
Media merupakan satu dari beberapa perangkat pembelajaran yang
dapat menunjang keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Aqib
(2014:50) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si
pembelajar (siswa). Sedangkan Sukiman (Nogroho, 2015:12) mengungkapkan
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta kemauan siswa sehingga proses belajar
terjadi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Selain itu Musfiqon
(Rahmaibu, 2016:15) mendefinisikan media pembelajaran sebagai alat bantu
berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan sabagai perantara guru
dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih aktif dan efesien.
Sedangkan Uno, dkk. (2004:96) media pembelajaran adalah alat yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar atau
instruktur kepada peserta belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja
digunakan sabagai perantara untuk menyalurkan pesan atau informasi dari
pengirim ke penerima yakni guru dan siswa dalam memahami materi
pembelajaran agar lebih aktif dan efesien.
Media pembelajaran memiliki berbagai mecam jenis dan bentuk yang
dipakai disetiap pembelajaran. Salah satu media pembelajaran adalah media
realia. Media realia secara umum merupakan alat bantu visual dalam
pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung kepada peserta
didik. Media ini merupakan objek nyata suatu benda. Asyar (Lestari dan
Mustika, 2014:2) menjelaskan bahwa media realia adalah benda yang dapat
dilihat, di dengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan
pengalaman langsung kepada mereka. Sedangkan menurut Uno (Jariatun, 2014:
15) Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar.
Berdasarkan dua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media realia
alat bantu visual berupa benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar yang
dapat dilihat, di dengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan
pengalaman langsung kepada mereka.
1.1.2 Jenis Media Pembelajaran Realia
Munadi (Lestari dan Mustika, 2014:3) bahwa terdapat 3 (tiga) macam
media realia, yakni: Unmodified real thing (benda nyata yang tidak
dimodifikasi), Modified real things (benda nyata yang telah dimodifikasi) dan
Specimen (sampel) yang akan dijelaskan dibawah ini.
1) Unmodified real thing (benda nyata yang tidak dimodifikasi)
Unmodified real thing adalah benda nyata yang sebagaimana adanya
tanpa adanya perubahan kecuali dipindahkan dari tempat aslinya. Benda-benda
ini sebenarnya mempunyai ciri, yaitu benda yang dapat digunakan dan dalam
ukuran yang normal serta dapat dikenal dengan nama sebenarnya, seperti
macam-macam buah.
2) Modified real things (benda nyata yang telah dimodifikasi)
Kategori Modified real things termasuk mock-up (tiruan), miniature dan
cutaways (potongan-potongan).
2) Specimen
Specimen seringkali diartikan sebagai sampel dari suatu benda dalam
grup atau kategori yang sama. Sebuah specimen kadang-kadang tidak
dimodifikasi dan biasanya bagian dari lingkungan. Specimen yang digunakan
dalam proses pengajaran biasanya dalam kemasan botol, box, dan lain-lain.
2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Media Realia
Penggunaan media realia dalam pembelajaran tentunya memiliki
kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan ketika seorang guru
memutuskan untuk menggunakan media realia dalam proses pembelajaran.
Menurut Ibrahim (Jariatun, 2017:22 ) ada beberapa kelebihan dan kelemahan
dalam menggunakan media ini:
a. Kelebihan
1) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk
mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi
nyata.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi
yang sesungguhnya dan melatih keterampilan mereka dengan
menggunakan sebanyak mungkin alat indera.
b. Kelemahan
1) Membawa murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-
kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya.
2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai objek nyata kadang-
kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan
dalam menggunakannya.
3) Tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari objek yang
sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi
bagian, sehingga pengajaran harus didukung pula dengan media lain.
Berdasarkan pendapat ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa media
realia secara umum memiliki kelebihan memberikan pengalaman langsung
kepada siswa berkaitan dengan penggunaan media yang disesuaikan dengan
materi yang disajikan secara nyata, namun juga memiliki kelemahan yaitu tidak
semua bisa objek bisa dibawah ke dalam kelas karena setiap objek memiliki
ukuran berbeda-beda dan biaya yang diperlukan untuk mengadakan setiap
objek kadang-kadang tidak sedikit.
1.2 Kreativitas Peserta Siswa

Menurut Guilford (Kenedi, 2017:329) menyatakan bahwa kreativitas


mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri orang kreatif. Lebih lanjut
lagi Guilford mengemukakan dua cara berpikir, yakni cara berpikir konvergen
dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam
memikirkan sesuatu yang berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang
benar, sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk
mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam kaitanya
dengan kreativitas, Guildford menekankan bahwa orang-orang kreatif lebih
banyak memiliki cara-cara berpikir divergen dari pada konvergen.
Menurut Enco (Kenedi, 2017:329) menjelasan kreativitas anak/siswa
adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menemukan dan menciptakan
sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model-model baru yang berguna bagi
siswa dalam proses belajar. Dijelaskan juga, hal baru itu tidak perlu selalu
sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, tetapi siswa yang
kreatif akan berupaya menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk
baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya, jadi,
hal baru itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif.
Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi untuk menjadi kreatif,
perbedaannya terletak pada derajat dan bidang yang diekspresikan. Maxim
(Miranda, 2016:61) mengungkapkan, bahwa pada anak tertentu dapat
menampilkan derajat kreativitas yang lebih tinggi dibanding anak lain, meski
demikian harus dipahami bahwa tidak ada anak yang tidak memiliki kreativitas
sama sekali. Oleh sebab itu, seorang guru harus yakin bahwa anak-anak didik
mereka semua kreatif, hanya bagaimana lingkungan merangsang kemunculan
kreatifitas mereka.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
anak/peserta didik adalah kemampuan yang menandai ciri-ciri orang atau anak
yang kreatif untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara-
cara baru, model-model baru yang berguna bagi orang atau anak tersebut dalam
proses belajar.
1.2.1 Ciri-ciri Kreativitas Individu

Untuk menjabarkan ciri dari kreativitas individu, Munandar (Miranda,


2016:62) menjelaskan ciri-ciri kreativitas yang dibaginya menjadi dua yaitu ciri
yang berhubungan dengan kemampuan berfikir kreatif dan ciri yang
berhubungan dengan sikap atau perasaan. Secara rinci dijabarkan sebagai
berikut:
1. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau
kognitif (aptitude ) antara lain :
a) Keterampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan,
memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai
hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b) Keterampilan berpikir luwes atau fleksibel, yaitu menghasilkan
gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda,
mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta
mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
c) Keterampilan berpikir orisinal, yaitu mampu melahirkan
ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak
lazim untuk mengungkapkan diri, serta mampu membuat
kombinasikombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-
unsur.
d) Keterampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk,
dan menambahkan atau memerinci secara detail dari suatu
obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
e) Keterampilan menilai, yaitu menentukan patokan penilaian
sendiri dan penentuan apakah suatu pertanyaan benar, suatu
rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu
mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta tidak
hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

2. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau afektif (non
aptitude) antara lain adalah :
a) Upaya Rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk
mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan,
selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta peka
dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti.
b) Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan untuk memperagakan
atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah
terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui
perbedaan antara khayalan dan kenyataan.
c) Merasa tertantang oleh kemajemukan, meliputi dorongan untuk
mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh
situasi-situasi yang rumit, serta lebih tertarik pada tugas-tugas
yang sulit.
d) Sikap berani mengambil resiko, meliputi keberanian
memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut
gagal atau mendapat kritik, serta tidak menjadi raguragu karena
ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau yang
kurang berstruktur.
e) Sikap menghargai, meliputi tindakan dapat menghargai
bimbingan dan pengarahan dalam hidup, serta menghargai
kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.
1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang sangat paling berkontribusi
banyak kepada manusia dan lingkungannya. Menurut Darmojo (Samatowa,
2007:2) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam
semesta dengan segala isinya. Sedangkan menurut Haryono (Mukti, 2015:35)
IPA merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya/perilaku/karakteristik
yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui serangkaian
proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang teroganisir
ini menjadi sebuah inpirasi terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia. Selain itu Wisudawati dan Sulistyowati (2014:26)
mengemukakan bahwa IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik
khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa
kenyataan (reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab-akibatnya.
Berdasarkan pengertian IPA di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala
isinya yang telah diuji kebenaranya melalui metode ilmiah

1.3.2 IPA di Sekolah Dasar


Pembelajaran IPA sudah ada pada setiap jenjang pendidikan dan setiap
jenjang dalam membelajarkan IPA memiliki tingkat kesulitan yang berbeda,
salah satunya IPA di jenjang pendidikan sekolah dasar. Menurut Samatowa
(2007:16) setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata
pelajaran yang diajarkan perlu diajarkan disekolahnya. Demikian pula halnya
dengan guru IPA, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas,
seperti halnya di sekolah dasar. Ia harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja
yang dapat diperoleh dari pelajaran IPA. Selain itu menurut Mukti (2015:40)
fokus IPA dalam pembelajaran adalah adanya interaksi anatara siswa dengan
obyek atau secara langsung. Oleh karena itu guru sabagai fasilisator perlu
menciptakan kondisi dan menyediakan sarana agar siswa dapat mangamati dan
memahami objek sains.
Pembelajaran IPA ada di sekolah dasar tentunya memiliki alasan
tertentu. Menurut Samatowa (2007:4) Ada empat alasan mengapa IPA ada di
sekolah dasar yakni : (1) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak
perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak
sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA
merupakan dasar teknologi sering disebut-sebut sebagai tulang punggung
pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA.
Membelajarkan IPA disetiap jenjang pendidikan tentunya berbeda.
Sebagai tenaga pendidik atau dalam hal ini guru harus dapat mengetahui dan
memahami apa yang dibutuhkan siswa berdasarkan perkembangan kognitif
individu. Menurut Piaget (Mukti, 2015:41) perkembangan kognitif individu
meliputi empat tahap yaitu:
a. Tahap sensiromotor : 0 – 2 tahun
b. Tahap pra operasional : 2 – 7 tahun
c. Tahap operasi : 7- 11 tahun
d. Tahap operasional formal : setelah 11 tahun
Mengingat umumnya anak Indonesia mulai masuk sekolah dasar pada
usia 6-7 tahun dan matang rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun maka
usia anak sekolah dasar bervariasi antara 6-12 tahun. Berarti meliputi tahap
akhir praoprasional sampai awal oprasional formal. Pada usia atau tahap
tersebut umumnya anak memiliki sifat:
a. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat
b. Senang bermain atau suasana yang mengembirakan
c. Mengatur dirinya sendiri, mengeksploitasi situasi sehingga suka
mencoba-coba
d. Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi, tidak suka mengalami
kegagalan
e. Akan belajar efektif bila ia merasa senang dengan situasi yang ada.
f. Balajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa pada
temanya.
Berdasarkan uraian mengenai perkembangan kognitif individu di atas
dapat dikatakan bahwa dalam mengajarkan IPA disetiap tingkat pendidikan
tentunya berbeda. Menurut BNSP (Mukti, 2015:41-42) berdasarkan tahap
kognitifnya, pembelajaran IPA di SD/MI sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikanya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan
pada pemberian pengalaman belajar sacara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

1.3.3 Sumber Energi Alternatif


Sumber energi alternatif secara umum merupakan energi pengganti.
Menurut Kandi dan Winduono (Usman, 22:2017) energi alternatif adalah energi
baru dan terbarukan dihasilkan dari sumber daya yang dapat diperbarui. Sumber
energi alternatif adalah sumber energi sebagai pengganti sumber energi tak
terbarukan. Semua sumber energi terbarukan termasuk sumber energi alternatif.
Sumber energy terbarukan didefenisikan sebagai sumber energi yang dapat
dengan cepat diisi kembali oleh alam, proses berkelanjutan. Penggunaan
sumber energi terbarukan bukanlah hal yang baru. Sejak 125 tahun yang lalu,
90 % kebutuhan energi di dunia berasal dari kayu. Seiring dengan semakin
murahnya harga bahan bakar fosil, penggunaan kayu sebagai bahan bakar
semakin berkurang. Terbatasnya penggunaan sumber energi terbarukan juga
disebabkan oleh fakta bahwa sumber energi ini tidak selalu tersedia setiap saat.
Sebagai contoh sumber energi matahari akan berkurang pada saat langit
berawan dan kincir angin tidak akan berfungsi pada saat tidak ada angin. Tetapi
saat ini nagara-negara di dunia termasuk Indonesia mulai memikirkan energi
alternatif, sehingga banyak negara yang beralih kembali untuk menggunakan
sumber energi terbarukan. Hal ini di dasari oleh beberapa hal yaitu semakin
berkurangnya sumber energi yang berasal dari fosil yang disebabkan tidak lagi
ditemukannya sumber cadangan baru. Cadangan sumber energi yang berasal
dari fosil di seluruh dunia diperkirakan hanya dapat mencukupi kebutuhan
sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam dan 200 tahun
untuk batu bara.
Terdapat beberapa sumber energi alternatif antara lain air, angin, matahari,
panas bumi dan bahkan dari hewan dan tumbuhan. Energi alternatif ini sangat
membantu manusia di masa depan karena memiliki salah satu sifat yaitu dapat
diperbarui. Untuk itu dibutuhkan kreativitas tangan manusia supaya dapat
menggunakan energi alternatif berguna bagi kehidpan dimasa yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai