Dosen Pembimbing :
Burhan Nudin, S.Pd.I., M.Pd.I.
Disusunoleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatdan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Mutasi
Pada Peserta Didik”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Burhan
Nudin, S.Pd.I., M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Manajemen Peserta Didik yang
telah membimbing kami dan pihak yang telah berkontribusi dalam proses
penyelesaian makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya sehingga dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Yogyakarta,Maret 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan, masih saja menjadi isu permasalahan yang melekat pada benak
masyarakat indonesia. Pendidikan yang dijadikan salah satu pilar dalam
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki peranan yang
sangat kuat dalam memperbaiki mentalitas dan pengetahuan masyarakat
Indonesia. Dalam ketetapan MPR Nomor II / MPR/ 1983, tentang garis – garis
Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila, bertujuan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, dan memperkuat semangat kebangsaan.1
Namun yang terjadi dalam implementasi pendidikan itu sendiri tidak berjalan
dengan mudah. Begitu banyak permasalahan yang muncul, salah satunya adalah
mutasi. Baik mutasi secara internal maupun eksternal yang jelas jelas berdampak
dalam pembentukan pribadi peserta didik maupun pengembangan sekolah itu
sendiri.
Maka dari itu dalam makalah ini, kami akan menguak lebih jauh mengenai
mutasi dan penyebab terjadinya mutasi, salah satunya Drop-out.
1
Pedoman Penyelenggaraan Adsminitrasi Sekolah Menengah. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Sarana Pendidikan. 1984. Hml. 7
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mutasi peserta didik dan apa saja ragam
mutasi?
2. Apa yang dimaksud dengan drop-out dan apa penyebabnya?
3. Apa yang dimaksud kelulusan dan alumni ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa memahammi apa yang dimaksud mutasi pesrta didik ragam
mutasi
2. Mahasiswa memahammi pengertian drop-outdanpenyebab - penyebab
drop-out peserta didik
3. Mahasiswa mengetahui Mahasiswa memahammi pengertian kelulusan dan
Alumni
BAB II
PEMBAHASAN
2
Badrudin , Manajemen Peserta Didik, (Jakarta : Permata Puri Media , 2014) , hlm . 71 .
3
Eka Prihatin , Manajemen Peserta Didik, (Bandung : ALFABETA , 2011) , hlm . 143 .
c. Program pendidikan akademis rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0.
Boleh ada 2 nilai yang kurang dari 6,0 asal bukan bahasa Indonesia.
d. Program pendidikan keterampilan rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0
dan boleh ada 1 nilai yang kurang dari 6,0.4
B. Drop-out
4
Badrudin , Manajemen Peserta Didik, (Jakarta : Permata Puri Media , 2014) , hlm . 72 .
5
Eka Prihatin,Manajemen Peserta Didik, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 148
d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai- nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia.
Jika aturan dalam Undang- undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1-5 diatas dapat
berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa pendidikan di Indonesia akan
mengalami kemajuan dan pemerataan di setiap daerah, jadi pendidikan tidak
hanya dirasakan oleh orang yang tinggal di daerah perkotaan, namun diseluruh
pelosok negeri pun orang bisa mengikuti pendidikan sehingga tidak ada alasan
anak putus sekolah atau di drop-out dari sekolah dengan alasan keterbatasan
biaya.
Drop-out demikian ini perlu dicegah, oleh karena hal demikian dipandang
sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur dikeluarkan untuknya.
Banyaknya peserta didik yang drop-out adalah indikasi rendahnya produktivitas
pendidikan. Tingginya angka drop-out juga bisa mengganggu angka partisipasi
pendidikan atau sekolah.
Ada banyak sebab mengapa peserta didik drop-out dan tidak menyelesaikan
pendidikannya. Pertama, Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, menjadikan
penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. Oleh
karena itu, peserta didik dengan kemampuan rendah demikian, perlu mendapatkan
perlakuan khusus yang berbeda dengan peserta didik kebanyakan.
Kedua, karena tidak punya biaya untuk sekolah. Ini terutama banyak terjadi di
daerah-daerah pedesaan dan kantong-kantong kemiskinan. Pada daerah demikian,
jangankan untuk biaya pendidikan, untuk kebutuhan sehari-hari saja peserta didik
bersama keluarga merasa tidak mencukupi. Pada hal, haruslah disadari, bahwa
semakin tinggi tingkatan dan jenjang pendidikan yang akan ditempuh oleh peserta
didik, semakin banyak pula biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.
Ketiga, karena sakit yang tidak tahu kapan sembuhnya. Ini menjadikan
penyebab siswa tidak sekolah sampai dengan batas waktu yang dia sendiri tidak
tahu. Lantaran sudah jauh tertinggal dengan peserta didik lainnya, maka kemudian
ia lebih memilih tidak bersekolah saja ketimbang bersekolah, karena teman-teman
sebayanya sudah hampir menyelesaikan sekolah.
Kelima, harus membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris dan kantong-
kantong kemiskinan, putra laki-laki dipandang sebagai pembantu terpenting
ayahnya untuk bekerja di ladang. Untuk membantu di ladang, dibutuhkan waktu
yang relatif banyak sehingga seringkali menjadikan peserta didik tidak bisa
mengikuti pelajaran di sekolah. Karena itu, tidak jarang mereka tidak dapat
mengikuti lagi pelajaran yang diberikan. Merasa tidak dapat mengikuti tersebut,
kemudian peserta didik drop-out.
Keenam, karena di-drop-out oleh sekolah. Hal ini terjadi karena yang
bersang-kutan memang sudah tidak mungkin dapat dididik lagi. Tidak dapat
dididik lagi ini, bisa disebabkan karena memang kemampuannya rendah, atau
dapat juga karena yang bersangkutan memang tidak mau belajar.
Ketujuh, karena peserta didik itu sendiri yang ingin drop-out dan tidak mau
sekolah. Pada peserta didik demikian, memang tidak dapat dipaksa untuk
bersekolah, termasuk oleh orang tuanya sendiri.
Kedelapan, terkena kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti.
Pidana yang dialami oleh peserta didik untuk beberapa tahun, bisa menjadikan
yang bersangkutan akan drop-out dari sekolah. Karena tidak mungkin sambil
dipidana dengan tetap bersekolah.
Pada peserta didik drop-out karena alasan biaya, masih dapat dicarikan jalan
keluarnya dengan memberikan beasiswa, mencarikan orang tua asuh dan
sebagainya. Sedangkan jika peserta didik drop-out karena tidak bersekolah, sangat
sulit pemecahannya. Oleh karena itu, amanat wajib belajar, dengan memberikan
sangsi bagi orang tua peserta didik mereka yang tidak sekolah, bisa dijadikan
sebagai sarana untuk menekan angka drop-out.
Berdasarkan laporan teknis penelitian lapangan oleh Sweeting dan Muchlisoh
pada tahun 1998, beberapa penyebab murid keluar dari sekolah adalah:
a. banyak anak keluar dari sekolah disebabkan oleh sulitnya ekonomi yang
berakibat secara langsung pada biaya sekolah tidak dapat dipenuhi. Keluarga
dengan penghasilan rendah menghadapi kesulitan lebih besar dalam
mendapatkan sumbangan komite sekolah untuk anak-anak mereka di SD,
untuk membeli dan merawat pakaian seragam sekolah, dan dalam
menyediakan makan dan berbagai keperluan yang diperlukan di sekolah
seperti pensil dan buku;
b. anak lebih mementingkan untuk membantu menambah penghasilan orang tua.
Anak-anak yang lebih tua dari keluarga berpenghasilan rendah bisa juga
keluar dari sekolah sebab mereka dibutuhkan untuk dapat menambah
pendapatan keluarga;
c. ada anak yang tidak dapat meneruskan sekolah karena sakit yang terus-
menerus, kondisi demikian ini karena asupan gizi yang kurang baik. Kembali
lagi pada masalah ekonomi keluarga yang sulit untuk memenuhi kebutuhan
gizi yang baik untuk anak-anaknya.
a. Bahwa ada hubungan yang berarti antara ketidak hadiran seseorang siswa
dari kemajuan belajar dan pembentukan pribadi.
b. Bahwa ketidak hadiran ada yang disebut tardiness atau terlambat daang
dan ada yag disebut truency (terlambat datang).
c. Umumnya ketidak hadiran itu disebabkan dari faktor kesehatan atau
faktor diluar kesehatan.
d. Untuk mengatasi masalah ketidak hadiran itu diperlukan perhitungan
yang lebh akurat dan lebih teliti.
e. Mengatasi sumber sebab ketidak hadiran harus dilihat dari setiap segi,
yaitu segi dari murid sendiri, orang tua, sekolah, dan masyarakat.
Kerjasama dan pendekatan yang manusiawi akan dapat mengurangi ketidak
hadiran di sekolah. Seorang administrator dpat menciptakan sebuah suasana
sekolah yang dapat membuat seseorang siswa merasa nyaman. Sehingga seorang
siswa dapat mengambil ilmu atau manfaat dengan adnya sekolah tersebut. Olek
karena itu Dr. P. Ely dalam Sahertian mengatakan para guru dan administrator
sebaiknya memilki tender, love and care. Berlakuah supel tetapi tegas dan
berwibawa. Jadi seorang murid tiadak akan merasa takut atau ketidaknyaman
dalam belajar. Iulah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi sebab
yang berasal dari segi lingkugan sekolah yaitu melalui seorang guru ataupun
administrator.
Ternyata drop-out dapat terjadi karena berbagai macam factor lain yang
mempengaruhinya. Antara lain:
Ini menyebabkan peserta didik tidak bisa sekolah sampai dengan batas waktu
yang tidak dapat ditentukan. Lantaran sudah jauh tertinggal dengan peserta didik
yang lainnya maka kemudian ia lebih memilih tidak bersekolah atau sekolah
mengeluarkan peserta didik tersebut.
Ini juga sering terjadi kasus kasus seperti tawuran dan pembegalan yang
dilakukan oleh peserta didik dan sekolah seharusnya langsung mengeluarkan atau
me-drop-out peserta didik yang terlibat dalam kasus kasus tersebut, agar tidak
memberikan dampak bagi peserta didik lain.6
Jika peserta didik telah di drop-out dari sekolah, maka peserta didik tersebut
jika ingin melanjutkan sekolahnya perlu melakukan mutasi ke sekolah lain.
Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke kelas yang lain
yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain
yang sejajar7. Namun biasanya peserta didik yang telah di drop-out dari sekolah
Negeri tentu tidak mudah bahkan sulit untuk mutase ke sekolah Negeri lagi.
6
Ali Imron,ManajemenPesertaDidikBerbasisSekolah, PT BumiAksara, Jakarta, 2012 hal 127
7
Ibid 152
Mengenai fenomena drop-out yang sering terjadi di Sekolah Dasar maupun
Sekolah Menengah tentu saja yang terganggu tidak hanya peserta didik dalam
memperoleh pendidikannya, namun orang tua atau wali dari peserta didik tersebut
jelas terkena dampak dari peserta didik yang di drop-out. Jika peserta didik yang
di drop-out tersebut ingin melakukan mutase ke sekolah lain yang swasta tentu
orang tua harus mengeluarkan biaya yang besar dalam proses mutase tersebut
balum lagi nantinya pembayaran SPP dan pembayaran lain-lain yang tidak
mendapat bantuan dari pemerintah baik dana Bantuan Operasional Sekolah dan
Kartu Indonesia Pintar itu tentu akan membuat orang tua merasa berat.
Banyak dari mereka yang mengalami putus sekolah memiliki beban yang
berat karena menimbulkan banyak pengangguran yang selanjutnya mengganggu
kesejahteraan sosial.
Maka dari itu kita sebagai peserta didik yang menjadi harapan Bangsa
Indonesia di masa yang akan datang haruslah kita mematuhi aturan baik dari
sekolah maupun dari orang tua, karena jika kita mematuhi semua aturan yang ada,
pasti kita akan menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketika siswa sudah lulus, maka secara formal hubungan antara siswa
dengan lembaga atau sekolah telah selesai. Namun demikian diharapkan
hubungan antara para alumni dan sekolah tetap terjalin dari hubungan sekolah dan
alumni ini, sekolah bisa memanfaatkan hasil-hasilnya. Sekolah bisa menjaring 64
berbagai informasi tentang materi pelajaran mana yang sangat membantu untuk
studi selanjutnya. Prestasi yang dicapai para alumni dari lembaga pendidikan
(sekolah) ini perlu didata atau dicatat oleh sekolah. Sebab catatan tersebut sangat
berguna bagi lembaga dalam mempromosikan sekolahnya di kumudian hari.
Dampak positif yang akan didapatkan oleh sekolah, paling tidak dapat
dikedepankan sebagai berikut: (1) banyak pikiran-pikiran cemerlang yang dapat
digali dari para alumni, terutama yang sudah bekerja dan menjadi tokoh
masyarakat, guna menyempurnakan kurikulum, program pendidikan dan kegiatan
sekolah, (2) jika para alumni sekolah tersebut banyak yang menjadi tokoh penting,
maka sekolah bisa mengaksesnya guna membesarkan dan menyukseskan
program-program sekolah, (3) keberadaan alumni dapat dipergunakan untuk
memberikan orientasi vokasi yang merupakan salah satu bagian dari program
bimbingan karier siswa di sekolah tersebut, (4) organisasi alumni yang hidup dan
eksis, dapat memberikan kontribusi pikiran, program dan finansial kepada sekolah
tersebut, sebagai bentuk terima kasih mereka kepada sekolah, karena mereka
sadar bahwa keberadaan mereka seperti sekarang, tidak lepas dari apa yang
pernah mereka peroleh di sekolah.
Etika peserta didik setelah lulus, maka secara formal hubungan antara
peserta didik dan lembaga telah selesai. Namun demikian, diharapkan hubungan
antara para alumni dan sekolah tetap terjalin, dari hubungan sekolah dan alumni
ini, lembaga pendidikan (sekolah) bisa memanfaatkan hasil – hasil lainnya.
Lembaga pemdidikan atau sekolah bisa menjaring berbagai informasi. Misalnya
informasi tentang materi pelajaran mana yang sangat membantu untuk studi
selanjutnya.
KESIMPULAN
Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain
yang masih sejajar atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah
lain yang masih sejenis.
Proses perpindahan peserta didik atau mutasi pesreta didik terbagi menjadi
dua yaitu :
a. Mutasi Internal
Mutasi internal adalah mutasi yang terjadi pada lingkungan sekolah itu
sendiri. Peserta didik melakukan mutasi pada sekolahnya sendiri, yang pada
umumnya terjadi adalah peserta didik berpindah dari satu kelas ke kelas lainya.
Atau berpindah dari satu progam studi ke progam studi lainnya ( kelas ilmu
pengetahuan alam berpindah ke kelas ilmu pengetahuan sosial )
b. Mutasi Eksternal
Mutasi eksternal adalah mutasi yang terjadi diluar lingkup sekolah itu sendiri,
artinya peserta didik melakukan perpindahan tempat dalam menunt ilmu. Pada
umumnya mutasi eksternal ini terjadi dari satu sekolah ke sekolah lainnya.
C. Drop-out
Drop-out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum lulus.8
Fenomena drop-out ini terjadi di semua jenjang pendidikan baik SD, SMP, SMA
maupun Perguruan Tinggi.
8
Eka Prihatin,Manajemen Peserta Didik, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 148
a. Ketidakmampuan peserta didik mengikuti pelajaran di sekolahnya
b. Peserta didik mengalami sakit parah
c. Peserta didik sering melakukan pelanggaran terhadap aturan- aturan
sekolah.
d. Peserta didik terlibat kasus kekerasan
Kelulusan dan Alumni, merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Kedua
hal ini memliki makna yang berbeda. Kelulusan memiliki makna telah terlepasnya
seseorang dari sebuah perkara yang mereka kerjakan dan kelulusan lebih
dicenderungkan kepada hal hal yang bersifat berhasil dari sebuah usaha.
Kelulusan lebih diartikan keberhasilan seseorang atas usaha yang ia kerjakan dan
terlapas dari satu perkeara lama menuju satu hal yang baru. Sedangkan Alumni
adalah sekelompok orang yang telah melewai masa masa kelulusan suatu instansi,
pelatihan, atau hal lainnya.
DAFTAR PUSTAKA