Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ Mutasi Pada Peserta Didik ”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Peserta Didik

Dosen Pembimbing :
Burhan Nudin, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusunoleh :

Bebby Aurel Lareasa ( 16422059 )


Wihda Syarrahul Hanini ( 16422073 )
Ananda Khoirunisa ( 16422078 )
Lintang Fajar Assidiq ( 16422084 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatdan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Mutasi
Pada Peserta Didik”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Burhan
Nudin, S.Pd.I., M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Manajemen Peserta Didik yang
telah membimbing kami dan pihak yang telah berkontribusi dalam proses
penyelesaian makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya sehingga dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Yogyakarta,Maret 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan, masih saja menjadi isu permasalahan yang melekat pada benak
masyarakat indonesia. Pendidikan yang dijadikan salah satu pilar dalam
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki peranan yang
sangat kuat dalam memperbaiki mentalitas dan pengetahuan masyarakat
Indonesia. Dalam ketetapan MPR Nomor II / MPR/ 1983, tentang garis – garis
Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila, bertujuan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, dan memperkuat semangat kebangsaan.1

Namun yang terjadi dalam implementasi pendidikan itu sendiri tidak berjalan
dengan mudah. Begitu banyak permasalahan yang muncul, salah satunya adalah
mutasi. Baik mutasi secara internal maupun eksternal yang jelas jelas berdampak
dalam pembentukan pribadi peserta didik maupun pengembangan sekolah itu
sendiri.

Maka dari itu dalam makalah ini, kami akan menguak lebih jauh mengenai
mutasi dan penyebab terjadinya mutasi, salah satunya Drop-out.

1
Pedoman Penyelenggaraan Adsminitrasi Sekolah Menengah. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Sarana Pendidikan. 1984. Hml. 7
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mutasi peserta didik dan apa saja ragam
mutasi?
2. Apa yang dimaksud dengan drop-out dan apa penyebabnya?
3. Apa yang dimaksud kelulusan dan alumni ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa memahammi apa yang dimaksud mutasi pesrta didik ragam
mutasi
2. Mahasiswa memahammi pengertian drop-outdanpenyebab - penyebab
drop-out peserta didik
3. Mahasiswa mengetahui Mahasiswa memahammi pengertian kelulusan dan
Alumni
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mutasi Peserta Didik dan Ragamnya


Secara garis besar mutasi peserta didik diartikan sebagai proses perpindahan
peserta didik dari sekolah satu ke sekolah yang lain atau perpindahan peserta didik
yang ada dalam sekolah. Oleh karena itu, ada dua jenis mutasi peserta didik yaitu :
1. Mutasi Ekstern
Mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didiki dari satu sekolah ke
sekolah yang lain. Perpindahan ini hendaknya menguntungkan kedua belah
pihak, artinya perpindahan tersebut harus dikaitkan dengan kondisi sekolah
yang bersangkutan, kondisi peserta didik, dan latar belakang orang tua nya,
serta sekolah yang akanditempati. Adapun tujuan mutasi ekstern adalah :
a. Mutasi didasarkan pada kepentingan peserta didik untuk dapat mengikuti
pendidikan di sekolah sesuai dengan keadaan dan kemampuan peserta
didik serta lingkungan yang mempengaruhinya.
b. Memberikan perlindungan kepada sekolah tertentu untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara wajar sesuai dengan keadaan, kemampuan
sekolah serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Mutasi ekstern harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain :
1) Permintaan mutasi peserta didik diajukan oleh orang tua/wali karena
alasan yang dapat dibenarkan (keluarga, kesehatan, kejiwaan, ekonomi,
dan lain - lain)
2) Mutasi peserta didik berlaku dari :
a) Sekolah negeri ke sekolah negeri, maupun ke sekolah swasta.
b) Sekolah swasta mandiri ke sekolah swasta mandiri, maupun ke
sekolah swasta yang EBTA - nya menggabung.
c) Sekolah swasta menggabung ke sekolah swasta yang juga
menggabung EBTA -nya
d) Penyimpangan tersebut di atas dapat terjadi apabila di suatu
kabupaten/kota yang dituju tidak ada sekolah yang berstatus sama,
dengan syarat :
(1) Mutasi tersebut terpaksa dilakukan karena alasan mendesak, maka
perlu surat keterangan dari pengawas.
(2) Dilakukan tes penjajakan.
e) Hendaknya dihindarkan mutasi peserta didik di dalam satu
kabupaten / kota, kecuali dengan alasan yang sangat mendesak,
maka perlu surat keterangan dari pengawas.
f) Mutasi antarkanwil / provinsi pada dasarnya sama dengan mutasi di
dalam satu kanwil / provinsi. Perbedaannya terletak pada adanya izin
dari kanwil / bidang dikmenum dari provinsi baik baik yang
ditinggalkan maupun yang akan didatangi. Prosedur mutasinya
adalah sebagai berikut :
(1) Kepala sekolah membuat surat keterangan pindah.
(2) Surat keterangan pindah tersebut harus diketahui dan disahkan
oleh kantor wilayah pendidikan nasional yang akan ditinggalkan
maupun yang akan didatangi.
g) Alasan - alasan mutasi ekstern, antara lain :
(1) Keluarga
(2) Ekonomi
(3) Sosial
(4) Agama
(5) Kejiwaan
h) Syarat - syarat mutasi ekstern, antara lain :
(1) Menyerahkan rapor
(2) Menyerahkan surat keterangan pindah dari sekolah asal
(3) Terdapat formasi ( daya tampungnya masih ada )
(4) Bagi sekolah swasta mungkin peserta didik dikenakan syarat
untuk membayar sejumlah uang
i) Penomoran di buku induk
Peserta didik yang mutasi akan diberikan nomor induk yang baru di
sekolah tersebut sehingga nomor induk dari sekolah asal tidak dipakai
lagi. Kemungkinan yang terjadi dalam pemberian nomor induk bagi
peserta didik yang mutasi, adalah:
(1) Diberi nomor induk terakhir dari jumlah pesrta didik yang ada
(2) Menempati nomor induk peserta didik lama yang pindah atau keluar
(3) Dengan cara menempatkan kembali pada nomor induk semula

j) Penempatan peserta didik


Peserta didik yang mutasi sebaiknya ditempatkan sesuai dengan
jurusan yang pernah diambilnya di sekolah asal. Peserta didik yang
mutasi karena tidak naik kelas, hendaknya juga tetap berada pada kelas di
mana mereka tidak naik kelas. Hal ini dilakukan untuk selalu menjaga
kualitas pendidikan.2
2. Mutasi Intern
Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik dalam suatu sekolah.
Umumnya peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu
kelas yang tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini dilakukan oleh peserta didik
yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya. 3 Dalam hal ini akan
dibahas khusus mengenai kenaikan kelas. Maksud kenaikan kelas adalah
peserta didik yang telah dapat menyelesaikan program pendidikan selama
satu tahun, apabila telah memenuhi persyaratan untuk dinaikkan, maka
kepadanya berhak untuk naik kelas berikutnya. Seorang peserta didik
dinyatakan naik kelas apabila telah memenuhi persyaratan :
a. Tidak terdapat nilai mati.
b. Program pendidikan umum rata - rata nilai sekurang-kurangnya 6,0.
Boleh ada 2 nilai yang kurang dari 6,0 asal bukan pendidikan agama dan
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.

2
Badrudin , Manajemen Peserta Didik, (Jakarta : Permata Puri Media , 2014) , hlm . 71 .
3
Eka Prihatin , Manajemen Peserta Didik, (Bandung : ALFABETA , 2011) , hlm . 143 .
c. Program pendidikan akademis rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0.
Boleh ada 2 nilai yang kurang dari 6,0 asal bukan bahasa Indonesia.
d. Program pendidikan keterampilan rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0
dan boleh ada 1 nilai yang kurang dari 6,0.4

B. Drop-out

Setiap tahunnya, pasti setiap sekolah di Indonesia mengeluarkan siswanya


sebelum mereka lulus atau me-drop-out siswanya dengan berbagai macam alasan
atau factor yang menyebabkannya. Drop-out adalah keluar dari sekolah sebelum
waktunya, atau sebelum lulus.5 Fenomena drop-out ini terjadi di semua jenjang
pendidikan baik SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi.

Mengapa fenomena drop-out dapat atau sering terjadi di jenjang pendidikan


dasar dan menengah, padahal pemerintah telah memberikan bantuan dana dalam
program Bantuan Operasional Sekolah dan dalam program Kartu Indonesia Pintar
dalam rangka untuk membebaskan peserta didik dalam mengeluarkan biaya untuk
pendaftaran, iuran bulanan sekolah, biaya ujian, bahan dan biaya praktek, namun
pada kenyataanya masih saja terdapat jumlah anak putus sekolah yang
dikarenakan keterbatasan biaya dari orang tuanya, padahal telah jelas dalam
Undang- undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 – 5 yang berbunyi:

a. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.


b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdas-kan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang.

4
Badrudin , Manajemen Peserta Didik, (Jakarta : Permata Puri Media , 2014) , hlm . 72 .
5
Eka Prihatin,Manajemen Peserta Didik, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 148
d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai- nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia.

Jika aturan dalam Undang- undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1-5 diatas dapat
berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa pendidikan di Indonesia akan
mengalami kemajuan dan pemerataan di setiap daerah, jadi pendidikan tidak
hanya dirasakan oleh orang yang tinggal di daerah perkotaan, namun diseluruh
pelosok negeri pun orang bisa mengikuti pendidikan sehingga tidak ada alasan
anak putus sekolah atau di drop-out dari sekolah dengan alasan keterbatasan
biaya.

C. Penyebab – penyebab Terjadinya Drop-out

Drop-out demikian ini perlu dicegah, oleh karena hal demikian dipandang
sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur dikeluarkan untuknya.
Banyaknya peserta didik yang drop-out adalah indikasi rendahnya produktivitas
pendidikan. Tingginya angka drop-out juga bisa mengganggu angka partisipasi
pendidikan atau sekolah.

Penanganan drop-out tentu tidak bisa dilaksanakan oleh sekolah sendiri,


melainkan haruslah terpadu dan bersama-sama dengan lingkungan lain: keluarga
dan masyarakat. Pemerintah juga perlu mengupayakan bagaimana agar drop-out
ini dapat ditekan. Sebab, kalau hanya satu lembaga saja yang berusaha menekan
angka drop-out, maka tidak akan dapat berhasil sebagaimana yang diharapkan.

Ada banyak sebab mengapa peserta didik drop-out dan tidak menyelesaikan
pendidikannya. Pertama, Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini, menjadikan
penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya. Oleh
karena itu, peserta didik dengan kemampuan rendah demikian, perlu mendapatkan
perlakuan khusus yang berbeda dengan peserta didik kebanyakan.

Kedua, karena tidak punya biaya untuk sekolah. Ini terutama banyak terjadi di
daerah-daerah pedesaan dan kantong-kantong kemiskinan. Pada daerah demikian,
jangankan untuk biaya pendidikan, untuk kebutuhan sehari-hari saja peserta didik
bersama keluarga merasa tidak mencukupi. Pada hal, haruslah disadari, bahwa
semakin tinggi tingkatan dan jenjang pendidikan yang akan ditempuh oleh peserta
didik, semakin banyak pula biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.

Ketiga, karena sakit yang tidak tahu kapan sembuhnya. Ini menjadikan
penyebab siswa tidak sekolah sampai dengan batas waktu yang dia sendiri tidak
tahu. Lantaran sudah jauh tertinggal dengan peserta didik lainnya, maka kemudian
ia lebih memilih tidak bersekolah saja ketimbang bersekolah, karena teman-teman
sebayanya sudah hampir menyelesaikan sekolah.

Keempat, karena bekerja. Pekerja anak-anak, pada negara-negara sedang


berkembang sangat banyak jumlahnya. Tidak jarang, anak-anak ini juga bekerja
pada sektor formal yang terikat oleh waktu dan aturan. Waktu yang ditetapkan
oleh perusahaan tempat bekerja bisa saja berbenturan dengan waktu ia harus
masuk sekolah. Oleh karena itu, lambat laun ia tidak dapat sekolah lagi, karena
harus bekerja.

Kelima, harus membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris dan kantong-
kantong kemiskinan, putra laki-laki dipandang sebagai pembantu terpenting
ayahnya untuk bekerja di ladang. Untuk membantu di ladang, dibutuhkan waktu
yang relatif banyak sehingga seringkali menjadikan peserta didik tidak bisa
mengikuti pelajaran di sekolah. Karena itu, tidak jarang mereka tidak dapat
mengikuti lagi pelajaran yang diberikan. Merasa tidak dapat mengikuti tersebut,
kemudian peserta didik drop-out.

Keenam, karena di-drop-out oleh sekolah. Hal ini terjadi karena yang
bersang-kutan memang sudah tidak mungkin dapat dididik lagi. Tidak dapat
dididik lagi ini, bisa disebabkan karena memang kemampuannya rendah, atau
dapat juga karena yang bersangkutan memang tidak mau belajar.

Ketujuh, karena peserta didik itu sendiri yang ingin drop-out dan tidak mau
sekolah. Pada peserta didik demikian, memang tidak dapat dipaksa untuk
bersekolah, termasuk oleh orang tuanya sendiri.

Kedelapan, terkena kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti.
Pidana yang dialami oleh peserta didik untuk beberapa tahun, bisa menjadikan
yang bersangkutan akan drop-out dari sekolah. Karena tidak mungkin sambil
dipidana dengan tetap bersekolah.

Kesembilan, karena sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta didik.


Karena tidak menarik, mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja.

Kasus-kasus drop-out demikian, memang tidak selamanya dapat dipecahkan.


Dalam pengertian, ada beberapa kasus peserta didik drop-out yang dapat dicegah
dan yang tak dapat dicegah.

Pada peserta didik drop-out karena alasan biaya, masih dapat dicarikan jalan
keluarnya dengan memberikan beasiswa, mencarikan orang tua asuh dan
sebagainya. Sedangkan jika peserta didik drop-out karena tidak bersekolah, sangat
sulit pemecahannya. Oleh karena itu, amanat wajib belajar, dengan memberikan
sangsi bagi orang tua peserta didik mereka yang tidak sekolah, bisa dijadikan
sebagai sarana untuk menekan angka drop-out.
Berdasarkan laporan teknis penelitian lapangan oleh Sweeting dan Muchlisoh
pada tahun 1998, beberapa penyebab murid keluar dari sekolah adalah:

a. banyak anak keluar dari sekolah disebabkan oleh sulitnya ekonomi yang
berakibat secara langsung pada biaya sekolah tidak dapat dipenuhi. Keluarga
dengan penghasilan rendah menghadapi kesulitan lebih besar dalam
mendapatkan sumbangan komite sekolah untuk anak-anak mereka di SD,
untuk membeli dan merawat pakaian seragam sekolah, dan dalam
menyediakan makan dan berbagai keperluan yang diperlukan di sekolah
seperti pensil dan buku;
b. anak lebih mementingkan untuk membantu menambah penghasilan orang tua.
Anak-anak yang lebih tua dari keluarga berpenghasilan rendah bisa juga
keluar dari sekolah sebab mereka dibutuhkan untuk dapat menambah
pendapatan keluarga;
c. ada anak yang tidak dapat meneruskan sekolah karena sakit yang terus-
menerus, kondisi demikian ini karena asupan gizi yang kurang baik. Kembali
lagi pada masalah ekonomi keluarga yang sulit untuk memenuhi kebutuhan
gizi yang baik untuk anak-anaknya.

Banyak anak SD tidak mampu melanjutkan sekolahnya ke tingkat SLTP


karena berbagai alasan, yaitu:

a. terbatasnya tempat di sekolah


b. tingginya biaya sekolah dan uang transpor dalam hubungannya dengan rata-
rata pendapatan keluarga
c. pilihan anak itu sendiri untuk tidak melanjutkan sekolah
d. keputusan orang tua untuk tidak meneruskan membiayai anaknya di jenjang
SLTP, karena takut mereka akan keluar dari rumah untuk mencari
penghidupan yang lebih baik karena pengetahuan yang bertambah di tingkat
SLTP.
Pada umumnya di sekolah-sekolah sekarang ini dibedakan 3 hal sehubung
dengan masalah ketidak hadiran. Penyebab ketidak hadirn tersebut diantaranya
adalah adanya ijin, sakit dan alpa. Tetapi ketiga hal tersebut akan menyebabkan
sebuah masalah jika dalam jumlah yang sering dilakukan oleh peserta didik. Salah
satu akibat yang akan diterima oleh peserta didik adalah sebuah pilihan yang
harus diterima yaitu sebuah pernyatan drop-out dari sekolah.

Secara umum sebab-sebab terjadinya drop-out yaitu peserta didik tidak


mampu menyelesaikan pendidikan, tidak mempunyai biaya sekolah, peserta didik
dalam keadaan sakit dan tidak kunjung sembuh. Jika dibedakan melalui beberapa
sumber ketidak hadiran yang juga akan menyebabkan terjadinya sebuah drop-out
dapat dilihat dari berbagai sumber, ysaitu sebagai berikut: (Sahertian, 1987:75)

a. Dilihat dari segi tanggung jawab murid itu sendiri


1) Murid yang sering sakit
2) Membolos karena pengaruh teman-teman sekelompok
3) Karena malas
4) Tidak mengerjakan pekerjaan rumah
5) Melanggar peraturan lalu dihukum
6) Berkelahi lalu tidak berani masuk sekolah
7) Lupa atau tidak mau minta ijin dari sekolah
8) Kebiasaan-kebiasaan buru yang telah dibawa sejak lama

b.Dilihat dari segi rumah tangga


1) Orang tua yang selalu sibuk karena ayah dan ibu bekerja dan kurang
memperhatikan anak
2) Latar elakang ekonomi orang ua yang terlalu buruk
3) Terlalu memanjakan anak
4) Keluarga yang berpindah-pindah tempat kerja
5) Tempat tinggal yang jauh
6) Karena tidak mempunyai pakaian yang layak untuk ke sekolah
7) Tuntutan orang tua yang harus bekerja
c. Dilihat dari segi sekolah
1) Suasana belajar yang kurang menyenangkan
2) Guru yang terlalu keras dan menyakitkan
3) Kurangnya pembinan dan bimbingan dari guru
4) Kebijaksanaan pimpinan sekolah yang kurang menguntungkan
5) Bangunan sekolah yang agak jauh
6) Biaya dan pungutan uang sekolah yang terlalu tinggi
7) Tuntutn peraturan yang menekan para siswa
8) Keadaan gedung yang tidak memenuhi syarat
9) Program sekolah yang kurang menarik
10) Sukarnya pengangkutan untuk datang ke sekolah

d.Dilihat dari segi masyarakat


1) Musim panaen yang memaksa anak harus ikut kerja musiman
2) Bencana alam menimpa sehingga masyarakat kacau
3) Jalan yang terhalang

Dari uraian di atas dapat dirangkum hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa ada hubungan yang berarti antara ketidak hadiran seseorang siswa
dari kemajuan belajar dan pembentukan pribadi.
b. Bahwa ketidak hadiran ada yang disebut tardiness atau terlambat daang
dan ada yag disebut truency (terlambat datang).
c. Umumnya ketidak hadiran itu disebabkan dari faktor kesehatan atau
faktor diluar kesehatan.
d. Untuk mengatasi masalah ketidak hadiran itu diperlukan perhitungan
yang lebh akurat dan lebih teliti.
e. Mengatasi sumber sebab ketidak hadiran harus dilihat dari setiap segi,
yaitu segi dari murid sendiri, orang tua, sekolah, dan masyarakat.
Kerjasama dan pendekatan yang manusiawi akan dapat mengurangi ketidak
hadiran di sekolah. Seorang administrator dpat menciptakan sebuah suasana
sekolah yang dapat membuat seseorang siswa merasa nyaman. Sehingga seorang
siswa dapat mengambil ilmu atau manfaat dengan adnya sekolah tersebut. Olek
karena itu Dr. P. Ely dalam Sahertian mengatakan para guru dan administrator
sebaiknya memilki tender, love and care. Berlakuah supel tetapi tegas dan
berwibawa. Jadi seorang murid tiadak akan merasa takut atau ketidaknyaman
dalam belajar. Iulah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi sebab
yang berasal dari segi lingkugan sekolah yaitu melalui seorang guru ataupun
administrator.

Ternyata drop-out dapat terjadi karena berbagai macam factor lain yang
mempengaruhinya. Antara lain:

a. Ketidakmampuan peserta didik mengikuti pelajaran di sekolahnya

Ketidakmampuan ini mengakibatkan peserta didik merasa berat untuk


menyelesaikan pendidikan di sekolahnya. Oleh karena itu, mereka perlu
mendapatkan perlakuan khusus yang berbeda dengan peserta didik lainnya. Jika
peserta didik telah diberikan perlakuan khusus namun tidak ada perubahan, maka
peserta didik tersebut di drop-out dari sekolah.

b. Peserta didik mengalami sakit parah

Ini menyebabkan peserta didik tidak bisa sekolah sampai dengan batas waktu
yang tidak dapat ditentukan. Lantaran sudah jauh tertinggal dengan peserta didik
yang lainnya maka kemudian ia lebih memilih tidak bersekolah atau sekolah
mengeluarkan peserta didik tersebut.

c. Peserta didik sering melakukan pelanggaran terhadap aturan- aturan


sekolah.
Ini biasa terjadi di jenjang sekolah menengah baik SMP maupun SMA,
biasanya siswa sering melanggar aturan, seperti merokok di kamar mandi atau
sembunyi- sembunyi namun ketahuan oleh satpam sekolah lalu peserta didik
tersebut diberikan peringatan namun mereka mengulanginya lagi. Itu telah jelas
sekolah wajib mengeluarkan peserta didik tersebut.

d. Peserta didik terlibat kasus kekerasan

Ini juga sering terjadi kasus kasus seperti tawuran dan pembegalan yang
dilakukan oleh peserta didik dan sekolah seharusnya langsung mengeluarkan atau
me-drop-out peserta didik yang terlibat dalam kasus kasus tersebut, agar tidak
memberikan dampak bagi peserta didik lain.6

Jika peserta didik telah di drop-out dari sekolah, maka peserta didik tersebut
jika ingin melanjutkan sekolahnya perlu melakukan mutasi ke sekolah lain.
Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke kelas yang lain
yang sejajar, dan atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain
yang sejajar7. Namun biasanya peserta didik yang telah di drop-out dari sekolah
Negeri tentu tidak mudah bahkan sulit untuk mutase ke sekolah Negeri lagi.

6
Ali Imron,ManajemenPesertaDidikBerbasisSekolah, PT BumiAksara, Jakarta, 2012 hal 127
7
Ibid 152
Mengenai fenomena drop-out yang sering terjadi di Sekolah Dasar maupun
Sekolah Menengah tentu saja yang terganggu tidak hanya peserta didik dalam
memperoleh pendidikannya, namun orang tua atau wali dari peserta didik tersebut
jelas terkena dampak dari peserta didik yang di drop-out. Jika peserta didik yang
di drop-out tersebut ingin melakukan mutase ke sekolah lain yang swasta tentu
orang tua harus mengeluarkan biaya yang besar dalam proses mutase tersebut
balum lagi nantinya pembayaran SPP dan pembayaran lain-lain yang tidak
mendapat bantuan dari pemerintah baik dana Bantuan Operasional Sekolah dan
Kartu Indonesia Pintar itu tentu akan membuat orang tua merasa berat.

Banyak dari mereka yang mengalami putus sekolah memiliki beban yang
berat karena menimbulkan banyak pengangguran yang selanjutnya mengganggu
kesejahteraan sosial.

Maka dari itu kita sebagai peserta didik yang menjadi harapan Bangsa
Indonesia di masa yang akan datang haruslah kita mematuhi aturan baik dari
sekolah maupun dari orang tua, karena jika kita mematuhi semua aturan yang ada,
pasti kita akan menjadi pribadi yang lebih baik.

D. Kelulusan dan Alumni

Kelulusan dan Penelusuran Alumni Kelulusan merupakan kegiatan yang


paling akhiri dalam manjemen kesiswaan, karena dengan dinyatakannya lulus
maka seorang siswa secara otomatis haknya sebagai siswa akan hilang dengan
sendirinya. Apabila siswa telah menamatkan (selesai dan lulus) semua mata
pelajaran atau menempuh kurilulum sekolah dengan memuaskan, maka siswa
berhak mendapatkan surat tanda tamat belajar (Soetjipto dan Kosasi, 2009:168).
Hal tersebut sesuai dengan 63 ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 pada pasal 72 ayat (1) siswa dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada
pendidikan dasar dan menengah setelah: (1) menyelesaikan seluruh program
pembelajaran, (2) memperoleh nilai minimal, baik dari penilaian akhir seluruh
mata pelajaran agama dan akhalak mulia, kelompok kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan, (3) lulus ujian sekolah/madrasah untuk
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan (4) lulus ujian
nasional.

Tamat belajar untuk sekolah menengah, pada dasarnya merupakan


pencapaian salah satu tangga untuk pendidikan lebih lanjut, atau pencapaian suatu
keterangan yang dapat dipergunakan untuk menopang kehidupannya di
masyarakat.

Proses kelulusan adalah kegiatan yang paling akhir dari manajemen


kesiswaan. Kelulusan adalah pernyataan dari sekolah tentang telah selesainya
program pendidikan yang harus diikuti oleh siswa. Setelah siswa selesai
mengikuti seluruh program pendidikan di suatu sekolah dan berhasil lulus dan
ujian akhir, maka kepada siswa tersebut diberikan surat keterangan lulus atau
sertifikat. Umumnya surat keterangan tersebut sering di sebut ijasah atau surat
tanda tamat belajar (STTB).

Ketika siswa sudah lulus, maka secara formal hubungan antara siswa
dengan lembaga atau sekolah telah selesai. Namun demikian diharapkan
hubungan antara para alumni dan sekolah tetap terjalin dari hubungan sekolah dan
alumni ini, sekolah bisa memanfaatkan hasil-hasilnya. Sekolah bisa menjaring 64
berbagai informasi tentang materi pelajaran mana yang sangat membantu untuk
studi selanjutnya. Prestasi yang dicapai para alumni dari lembaga pendidikan
(sekolah) ini perlu didata atau dicatat oleh sekolah. Sebab catatan tersebut sangat
berguna bagi lembaga dalam mempromosikan sekolahnya di kumudian hari.

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang mempunyai akuntabilitas dan


responsibilitas terhadap lulusannya, atau yang lazim disebut dengan alumni.
Alumni siswa di sekolah, masih perlu mendapatkan sentuhan secara terus menerus
dari sekolah, sepanjang hal tersebut dapat dilakukan. Sustainabelitas layanan
pendidikan kepada para alumni ini harus tetap dipikirkan oleh sekolah, karena
bagaimanapun juga, mereka yang telah dilepas secara formal tersebut, masih
punya ikatan-ikatan moral, emosional, psikologis dan sosial dengan sekolah di
mana ia pernah di didik. Terdapatnya ikatan batin antara alumni dengan
sekolahnya ini, selain mempunyai dampat positif terhadap alumni sendiri, juga
punya dampak positif terhadap siswa yang sedang menimba ilmu di sekolah
tersebut, termasuk terhadap sekolah secara keseluruhan.

Direktorat Tenaga Kependidikan (2007) bahwa dampak positif bagi


alumni sendiri, paling tidak dapat dikedepankan sebagai berikut: (1) kenangan
manis ketika mereka masih menjadi siswa di sekolah tersebut, dapat dirajut
kembali dengan baik, dan disalurkan pada wahana yang positif dan mengarah
pada pengembangan diri para alumni secara berkesinambungan, (2) uluran
sekolah terhadap para alumni dalam bentuk pemberian pembinaan secara
berkesinambungan, akan melahirkan image positif kepadanya, yang pada
gilirannya akan tetap mengkondisikan mereka untuk terus mengembangkan diri,
(3) para alumni akan merasakan mendapat wahana yang tepat untuk 65
mengaktualisasikan diri di hadapan teman-teman seangkatannya, setelah sekian
lama bekerja dan mengabdi kepada masyarakat, (4) para alumni akan
mendapatkan wahana untuk bertukar pikiran dengan teman-teman seangkatannya,
yang telah menyebar dalam berbagai medan pengabdian, sehingga banyak
pengalaman-pengalaman yang ditimba dalam forum pertemuan alumni, (5)
terbentuknya jaringan antar alumni, akan memungkinkan antar mereka saling
mengakses berbagai pengetahuan dan pengalaman, dan tidak mustahil juga
mengakses berbagai macam jenis pekerjaan yang dapat mereka kerjakan.

Dampak positif yang akan didapatkan oleh sekolah, paling tidak dapat
dikedepankan sebagai berikut: (1) banyak pikiran-pikiran cemerlang yang dapat
digali dari para alumni, terutama yang sudah bekerja dan menjadi tokoh
masyarakat, guna menyempurnakan kurikulum, program pendidikan dan kegiatan
sekolah, (2) jika para alumni sekolah tersebut banyak yang menjadi tokoh penting,
maka sekolah bisa mengaksesnya guna membesarkan dan menyukseskan
program-program sekolah, (3) keberadaan alumni dapat dipergunakan untuk
memberikan orientasi vokasi yang merupakan salah satu bagian dari program
bimbingan karier siswa di sekolah tersebut, (4) organisasi alumni yang hidup dan
eksis, dapat memberikan kontribusi pikiran, program dan finansial kepada sekolah
tersebut, sebagai bentuk terima kasih mereka kepada sekolah, karena mereka
sadar bahwa keberadaan mereka seperti sekarang, tidak lepas dari apa yang
pernah mereka peroleh di sekolah.

Dampak positif bagi para siswa di sekolah, paling tidak dapat di


kedepankan sebagai berikut: (1) siswa dapat mengenal lebih dekat tentang para
alumni di mana ia sedang menimba pengetahuan. Pengenalan lebih dekat ini,
menjadikan mereka makin bersemangat dalam belajarnya, karena kelak setelah
lulus akan dapat bergabung dengan organisasi alumni, yang para anggotanya 66
mempunyai aneka macam jenis jabatan dan pekerjaan serta medan pengabdian,
(2) dapat dipergunakan dan dimanfaatkan ketika membutuhkan informasi
pekerjaan atau vokasi, pengenalan vokasi beserta berbagai jenis kemampuan,
keahlian dan komptenesi yang dibutuhkan, (3) dapat dijadikan sebagai arena
untuk mengakses informasi, pekerjaan dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Guna mengelola alumni ini, sekolah dapat menginventarisasi mereka, dan


kemudian membentuk organisasinya. Mengingat para alumni umumnya terdiri
atas orang-orang yang sudah dewasa, maka sekolah lazimnya hanya menfasilitasi
keberadaaan organisasi ini, tanpa banyak intervensi di dalamnya. Yang jelas, data
dan peta alumni haruslah dimiliki oleh sekolah, yang meliputi: (1) identitasnya,
(2) alumni tahun berapa/angkatan tahun berapa pada sekolah tersebut, (3) alamat
lengkapnya, (4) tempat kerjanya, (5) alamat tempat kerjanya, dan (6) bidang
keahlian yang dimiliki. Dengan lengkapnya data tersebut, sekaligus akan
diketahui seberapa banyak alumni yang sudah bekerja dan alumni yang belum
atau tidak bekerja. Guna melakukan pendataan alumni, dapat dilakukan tracer
study atau studi penelusuran alumni dengan menggunakan berbagai macam
metode, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta


didik. kelulusan adalah pernyataan dari lembaga pendidikan (sekolah) tentang
telah di selesaikannya program pendidikan yang harus di ikuti oleh peserta didik.
setelah peserta didik selesai mengikuti seluruh program pendidikan di suatu
lembaga pendidikan dan berhasil lulus dan ujian akhir, maka kepada peserta didik
tersebut diberikan surat keterangan lulus atau sertifikat. Umumnya surat
keterangan tersebut sering disebut ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).

Etika peserta didik setelah lulus, maka secara formal hubungan antara
peserta didik dan lembaga telah selesai. Namun demikian, diharapkan hubungan
antara para alumni dan sekolah tetap terjalin, dari hubungan sekolah dan alumni
ini, lembaga pendidikan (sekolah) bisa memanfaatkan hasil – hasil lainnya.
Lembaga pemdidikan atau sekolah bisa menjaring berbagai informasi. Misalnya
informasi tentang materi pelajaran mana yang sangat membantu untuk studi
selanjutnya.

Hubungan antara sekolah dengan para alumni dapat dipelihara lewat


pertemuan – pertemuan yang diselenggarakan oleh alumni, yang biasa disebut “
reuni “. Bahkan saat ini setiap lembaga pendidikan (sekolah) ada organisasi
alumninya, misalnya IKA (Ikatan Alumni), prestasi yang dicapai para alumni dari
lembaga pendidikan (sekolah) perlu didata atau dicatat oleh lembaga. Sebab
catatan tersebut sangat berguna bagi lembaga dalam mempromosikan lembaga
pendidikannya.

Diadakannya Organisasi alumni itu bertujuan untuk :

1. Membangun jaringan silaturahmi kepada para alumni sehingga tercipta


rasa cinta terhadap almamater sekolah.
2. Memberdayakan alumni untuk membantu membina siswa di sekolah
almamater.
3. Memberdayakan alumni untuk membantu mensukseskan program sekolah.
4. Mendapatkan informasi tentang pemetaan alumni yang melanjutkan studi
dan tempat kerja.
BAB III

KESIMPULAN

A. Mutasi Peserta didik

Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain
yang masih sejajar atau perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah
lain yang masih sejenis.

B. Macam – macam mutasi

Proses perpindahan peserta didik atau mutasi pesreta didik terbagi menjadi
dua yaitu :

a. Mutasi Internal

Mutasi internal adalah mutasi yang terjadi pada lingkungan sekolah itu
sendiri. Peserta didik melakukan mutasi pada sekolahnya sendiri, yang pada
umumnya terjadi adalah peserta didik berpindah dari satu kelas ke kelas lainya.
Atau berpindah dari satu progam studi ke progam studi lainnya ( kelas ilmu
pengetahuan alam berpindah ke kelas ilmu pengetahuan sosial )

b. Mutasi Eksternal

Mutasi eksternal adalah mutasi yang terjadi diluar lingkup sekolah itu sendiri,
artinya peserta didik melakukan perpindahan tempat dalam menunt ilmu. Pada
umumnya mutasi eksternal ini terjadi dari satu sekolah ke sekolah lainnya.

C. Drop-out

Drop-out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum lulus.8
Fenomena drop-out ini terjadi di semua jenjang pendidikan baik SD, SMP, SMA
maupun Perguruan Tinggi.

D. Penyebab – penyebab Terjadinya Drop-out

8
Eka Prihatin,Manajemen Peserta Didik, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 148
a. Ketidakmampuan peserta didik mengikuti pelajaran di sekolahnya
b. Peserta didik mengalami sakit parah
c. Peserta didik sering melakukan pelanggaran terhadap aturan- aturan
sekolah.
d. Peserta didik terlibat kasus kekerasan

E. Kelulusan dan Alumni

Kelulusan dan Alumni, merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Kedua
hal ini memliki makna yang berbeda. Kelulusan memiliki makna telah terlepasnya
seseorang dari sebuah perkara yang mereka kerjakan dan kelulusan lebih
dicenderungkan kepada hal hal yang bersifat berhasil dari sebuah usaha.
Kelulusan lebih diartikan keberhasilan seseorang atas usaha yang ia kerjakan dan
terlapas dari satu perkeara lama menuju satu hal yang baru. Sedangkan Alumni
adalah sekelompok orang yang telah melewai masa masa kelulusan suatu instansi,
pelatihan, atau hal lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badrudin. 2014. Manajemen Peserta Didik. Permata Puri Media : Jakarta


Prihatin, Eka. 2012.Manajemen Peserta Didik. Bandung. Alfabeta

Imron, Ali. 2012. ManajemenPesertaDidikBerbasisSekolah. Jakarta. PT


BumiAksara.1984. Pedoman Penyelenggaraan Adsminitrasi Sekolah Menengah.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sarana Pendidikan.

Subliyanto. 2011.Mutasi Peserta Didik. subliyanto.id. Dikutip pada 22 Maret


2018 pukul 00.30 WIB.

Suking,A. (2013). Manajemen Kesiswaan pada Sekolah Efektif. Jurnal


Manajemen Pendidikan, 62-66

Anda mungkin juga menyukai