TUGAS INDIVIDU
MAKALAH
“ANEMIA”
FITRIANI
70200113016
Penulis
FITRIANI
KESMAS A
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................4
C. TUJUAN MASALAH......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Anemia........................................................................................7
2. Klasifikasi dan gejala Anemia........................................................................8
3. Etiologi Anemia.............................................................................................12
4. Gambaran Pathway dan Phatofisiologi Anemia...........................................14
5. Pencegahan Penyakit Anemia dan metabolism fe.......................................16
6. Integrasi Ayat Al-qur’an yang berhubungan Anemia....................................18
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Tujuan dan Hasil penelitian jurnal.................................................................20
B. Metode..........................................................................................................20
C. Penjelasan table 1,2,3 jurnal .......................................................................21
D. Kesimpulan jurnal.........................................................................................25
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................................26
B. SARAN..........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀναιμία anaimia, artinya kekurangan darah, from
ἀν- an-, "tidak ada" + αἷμα haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dariparu-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia
memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk
atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis.
Penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel
darah merah secara berlebihanhemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah
merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Istilah anemia mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan
konsentrasi hemoglobin, jumlah SDM sirkulasi, atau volume sel darah tanpa plasma
hematokrit) dibandingkan dengan nilai-nilai normal. Anemia biasanya dikategorikan
menurut penyebab atau morfologi. Untuk mengadopsi tipe anemia, kita harus
menentukan mekanisme dasar dari penyakit tersebut. Hamper semua anemia dapat
dibagi ke dalam dua bentuk:
a. Yang disebabkan oleh kerusakan pembentukan SDM dan
b. Yang disebabkan oleh kehilangan atau kerusakan SDM berlebihan.
Karakteristik morfologi SDM biasanya digunakan dalam klasifikasi anemia. Istilah yang
digunakan termasuk ::
a. Normokrom/normositik: ukuran dan warna SDM normal diberikan oleh konsentrasi
hemoglobin.
b. Mikrositik/hipokrom: penurunan ukuran dan warna SDM disebabkan oleh
ketidakadekuatan konsentrasi hemoglobin
c. Makrositik: SDM ukuran besar
d. Poikilositosis: variasi bentuk SDM
Perubahan pada ukuran SDM atau kandungan hemoglobin umum terjadi pada
anemia yang berhubungan dengan defisiensi besi, folat, atau vitamin B12. Bentuk sel
memberikan petunjuk bermanfaat dalam mendiagnosis abnormalitas membrane yang
diwariskan, anemia hemolitik, dan hemoglobinopatis.
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang
dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb
kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-
anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam,
dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai
kelainan hemolitik.
Remaja adalah aset negara karena merupakan generasi penerus bangsa.
Sebagai generasi penerus bangsa para remaja ini harus mempunyai kualitas yang baik,
yaitu memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang prima.
Perubahan gaya hidup masyarakat dewasa ini mengakibatkan adanya perubahan pada
pergaulan di kalangan re-maja seperti merokok, seks bebas, dan salah satunya yang
masih menjadi masalah utama adalah penyalahgunaan narkoba. Jumlah pecandu
narkoba di Indonesia berdasarkan survey Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008
adalah sebanyak 2% dari jumlah penduduk atau sekitar 3.3 juta orang. Seki tar 1.3 juta
orang di antaranya adalah pelajar atau mahasiswa yang masih digolongkan sebagai
remaja. Data Direktorat Tindak Pidana Narkoba Maret 2012 menyebutkan jumlah
tersangka kasus narkoba berdasarkan jenis kelamin tahun 2011 adalah 173 286 orang
laki-laki dan 16 026 orang perempuan. Sementara itu, jumlah tersangka kasus narkoba
pada kelompok remaja tahun 2011 adalah 561 orang pada kelompok umur <16 tahun
dan 9 635 orang pada ke-lompok umur 16—19 tahun.
Anemia defisiensi dibedakan menjadi:
Anemia defisiensi
Anemia aplastic
Anemia hemoragik
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik dibedakan menjadi:
gangguan intakorpuskuler : kelainan struktur dinding eritrosit, defisiensi enzim,
hemoglobinopatia
gangguan ektrakorpuskuler
Anemia post hemoragik bisa karena :
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penyakit Anemia ?
2. Bagaimana klasifikasi dan gejala penyakit Anemia ?
3. Bagaiamana etiologi peyakit Anemia ?
4. Bagaimana gambaran Pathway dan patofisiologi penyakit Anemia ?
5. Bagaimana pencegahan penyakit Anemia?
6. Ayat Integrasi ayat Al-Qur’an ?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit Anemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan gejala penyakit Anemia
3. Untuk mengetahui penyakit etiologi penyakit Anemia
4. Untuk mengetahui gambaran Pathway dan patofisiologi penyakit Anemia.
5. Untuk mengetahui pencegahan Anemia
6. Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an tentang penyakit Anemia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Penyakit Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
Hb) dan sel darah merah eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan
anemia. Anemia bukan merupakan penyakit melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari
kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat
atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
2. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
a. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlash sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1. Anemia aplastik
Penyebab:
Agen neoplastik/sitoplastik
Terapi radiasi
Antibiotic tertentu
Obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutosan
Benzene
Infeksi virus (khususnya hepatitis)
PANSITOPENIA
Anmemia aplastik
Gejala-gelaja
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis : anemia normositik normokromik
2. Anemia pada ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopotin
3. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normostik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran warna yang normal). Kelainan ini
meliputi artristik rematoid , abses paru, osteomilitis, tuberkolosis, dan berbagai
keganasan.
4. Anemia defisiensi besi
Penyebab :
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid)
↓
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing
pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
↓
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
3. ETIOLOGI ANEMIA
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi
dan vitamin untuk pertumbuhannya.
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
PATHOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia
dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi yang
terkandung dalam makanan ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero dengan
bantuan asam lambung (HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi ion
fero dengan pengaruh alkali, kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai
senyawa feritin dan sebagian lagi masuk keperedaran darah berikatan dengan protein
(transferin) yang akan digunakan kembali untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari
transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron pool. Penyerapan ion fero
dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi akan terhambat dengan fosfat,
oksalat, susu, antasid
BAB III
TINJAUAN KASUS
JURNAL “ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI, DAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA
LAKI-LAKI PENGGUNA NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PRIA
TANGERANG” ISSN 1978 - 1059Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2014, 9(1): 23—28
Tabel 1 menunjukkan rata-rata asupan energi dan zat gizi subjek dan persentase AKG subjek.
Rata-rata asupan energi subjek baru memenuhi 79.0% kebutuhan subjek sehari, sedangkan rata-rata
asupan protein subjek sedikit lebih tinggi yaitu memenuhi 84.0% kebutuhan subjek sehari. Rata-rata
asupan zat besi subjek cukup tinggi yaitu memenuhi 137.0% kebutuhan subjek. Berbeda jauh dengan
rata-rata asupan zat besi, rata-rata asupan vitamin C subjek hanya memenuhi 24.0% kebutuhan subjek.
Hal ini menunjukkan bahwa asupan energi dan protein subjek belum cukup memenuhi kebutuhannya. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Dwiningsih dan Pramono (2013) yang menyatakan bahwa rata-rata
asupan energi dan protein remaja masih tergolong dalam kategori kurang. Asupan zat besi subjek sudah
cukup memenuhi kebutuhannya, dan asupan vitamin C subjek sangat kurang memenuhi kebutuhannya.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diukur dengan cara membandingkan konsumsi energi dan zat gizi
subjek dengan kebutuhan energi dan zat gizi subjek.
Tabel 2 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein. Tingkat
kecukupan energi subjek mayoritas berada pada kategori defisit berat (35.0%). Tingkat kecu kupan
protein subjek pun mayoritas berada pada kategori defisit berat (27.5%). Tingkat kecukupan zat besi
subjek mayoritas berada pada kategori cukup sebesar 82.5%. Sebaliknya, tingkat kecukupan vitamin C
subjek semuanya (100.0%) berada pada kategori kurang. Sebagian besar tingkat kecukupan energi dan
protein subjek yang mengalami defisit berat ini diduga karena makanan yang disediakan oleh LAPAS
tidak dikonsumsi sama sekali ataupun hanya separuh. Rasa dan kualitas bahan makanan yang kurang
diduga menjadi faktor utama penyebabnya. Tingkat kecukupan zat besi yang mayoritas termasuk dalam
kategori cukup ini diduga karena subjek sering dan banyak mengonsumsi pangan yang menjadi sumber
zat besi. Tingkat kecukupan vitamin C yang semuanya berada pada kategori kurang diduga ka-rena
subjek hanya mengonsumsi buah pisang yang kurang mengandung vitamin C. Sayuran yang disediakan
oleh LAPAS banyak yang mengandung vitamin C tinggi seperti kol, namun mayoritas subjek tidak
mengonsumsi sayuran tersebut karena rasa yang kurang. Rosidi dan Sulistyowati (2012), menyatakan
kurangnya mengonsumsi sayuran dapat mengakibatkan kekurangan salah satu atau lebih vitamin dan
mineral.
TABEL 3 Rata-rata Energi dan Zat Gizi yang tersedia dan Tingkat Ketersediaan Makanan yang
Disajikan oleh LAPAS
Tabel 3 juga menunjukkan rata-rata energi dan zat gizi dari makanan dan minuman yang disa -
jikan oleh LAPAS dan perbandingannya dengan AKG subjek. Rata-rata energi hanya memenuhi 78.0%
kebutuhan subjek dalam sehari, sedangkan rata-rata protein memenuhi 92.0% kebutuhan subjek dalam
sehari. Rata-rata zat besi cukup tinggi yaitu memenuhi 172.0% kebutuhan subjek. Berbeda jauh dengan
rata-rata zat besi, rata-rata vitamin C hanya memenuhi 47.0% kebutuhan subjek. Hal ini menunjukkan
bahwa energi dari makanan dan minuman yang disajikan oleh LAPAS belum cukup memenuhi kebutuhan
subjek, sedangkan protein sudah cukup memenuhi kebutuhan subjek. Jika dilihat dari kebutuhan subjek,
zat besi dari makanan dan minuman yang disajikan oleh LAPAS memenuhi lebih dari kebutuhan subjek,
sedangkan vitamin C masih kurang memenuhi kebutuhan subjek.
D. Kesimpulan Jurnal
Asupan energi dan protein subjek belum cukup memenuhi kebutuhan subjek
dalam sehari. Asupan zat besi subjek sudah cukup memenuhi kebutuhan subjek,
sedangkan asupan vitamin C subjek sangat kurang memenuhi kebutuhan subjek.
Tingkat kecukupan energi dan protein subjek mayoritas berada pada kategori defisit
berat. Tingkat kecukupan zat besi subjek mayoritas berada pada kategori cukup dan
tingkat kecukupan vitamin C subjek semuanya berada pada kategori kurang. Rata-rata
tingkat ketersediaan energi dari makanan LAPAS belum mencukupi kebutuhan subjek,
sedangkan rata-rata tingkat ketersediaan protein sudah memenuhi kebutuhan subjek.
Sebagian besar subjek berada dalam kategori status gizi normal dan sebagian besar
subjek pun mengalami anemia.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀναιμία anaimia, artinya kekurangan darah, from
ἀν- an-, "tidak ada" + αἷμα haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dariparu-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia
memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk
atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis.
Penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel
darah merah secara berlebihanhemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah
merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Asupan energi dan protein subjek belum cukup memenuhi kebutuhan subjek
dalam sehari. Asupan zat besi subjek sudah cukup memenuhi kebutuhan subjek,
sedangkan asupan vitamin C subjek sangat kurang memenuhi kebutuhan subjek.
Tingkat kecukupan energi dan protein subjek mayoritas berada pada kategori defisit
berat. Tingkat kecukupan zat besi subjek mayoritas berada pada kategori cukup dan
tingkat kecukupan vitamin C subjek semuanya berada pada kategori kurang. Rata-rata
tingkat ketersediaan energi dari makanan LAPAS belum mencukupi kebutuhan subjek,
sedangkan rata-rata tingkat ketersediaan protein sudah memenuhi kebutuhan subjek.
Sebagian besar subjek berada dalam kategori status gizi normal dan sebagian besar
subjek pun mengalami anemia.
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka disarankan :
Makanan LAPAS seharusnya mencukupi kebutuhan subjek, energi dan protein
harus seimbang dalam makanan di LAPAS untuk pengguna narkoba agar kebutuhan
energi dan protein tercukupi.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah P, Erna K. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta:
Muha Medika.
Indra, wulandari yettik. 2013. Prinsip Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur: Dunia
cerdas
Widyastuti,Agustin,Hardiyanto.(Peneterjemah).2008.GiziKesehatan
Masyarakat.Jakarta:
Dewi, Pujiastuti N, Ibnu Fajar. 2013. Ilmu Gizi untuk praktisi kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu Ruko Jambusari No.7 A
Tambahkan komentar
Pemburu kebahagiaan
sang penyimpan mimpi dan berharap satu dari seribu impian akan tercapai.
Beranda
Episode 22 tahun
12 November 2015
hey you...
I want
Tentang Seseorang.
beribu-ribu tetesan air mata doa yang penuh dengan harap dan tulus seorang Fi
kecil.
makalah GIZI
tentang mereka
Mimpi-Mimpiku
Rasa Jenuhku
tugas
Episode 22 tahun
MY DIAGNOSA
Ini tenang diagnose awal saya tentang kesehatan, saya mulai curiga sakit kepala yang sering saya
alami entah itu karena demam flu atau demam biasa, tapi kecurigaan ku semakin menganggu ku
ketika saya menemukan benjolan sebesar biji jagung di leher belakang sebelah kanan. Setelah
saya searching’; tentang benjolan dan saya padukan ilmu yang saya dapat kurang lebih hampir 7
tahun saya berkecimpung dengan ilmu kesehatan, saya takut ini adalah gejala kanker yang
ditandai pembengkakan benjolan yang sebesar biji jagung. Saat ini saya bingung dan takut antara
ke dokter untuk pemeriksaan awal atau setelah saya wisuda, tapi saya juga tidak boleh terlambat
memeriksakan benjolan sebesar biji jagung ini, membuat saya risih setengah mati, saya takut
kalau diagonsa awal saya adalah benar tumor yang jika tidak segera ditangani akan menjadi
kanker, dan dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam dan menganjurkan operasi, ya Tuhan…
saya masih cukup muda, saya tidak boleh sakit, masih banyak hal yang ingin saya lakukan di
dunia ini, masih banyak list-list yang masih belum terceklis, masih banyak mimpi dan impian ku
ya Tuhaan…. Apakh ini adalah bukti kasih sayangMu kepadaku ? saya ikhlas kok ya Allah,
apapun yang Engkau berikan terhadap hambahMu yang penuh dosa ini.. tapi bagaimana orang-
orang tesayangku ya Allah… mama, bapak, kaka, dan adik saya ? bagaimana dengan teman’
saya? .
Ya Allah… berikan aku yang umur panjang, berikan kesempatan untuk membahagiakan
keluargaku, membalas semua kebaikan kepada mereka yang ikhlas membantu saya tentan perih
al dunia ini. Ijinkan aku menjadi orang yang hebat, ijinkan aku melihat sebagian duniaMu ya
Allah.. berkunjung ke tempat’’ yang Engkau berikan anugerah keindahanMu.
Ya Allah yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih…jangan biarkan aku hadir di muka bumi ini
dengan penuh kesia-siaan belaka, jadikan kehadiran ku membawa kebahagiaan terhadap orang-
orang sekitarku, menjadi berguna dan bermanfaat. Berikan setiap episode hidupku berwarna,
jangan biarkan saya menjadi beban hidup siapapun terutama keluarga saya ya Allah.. aku selalu
berdoa , jika Engkau merindukan hambahMu ini, jangan Engkau siksa aku dengan penyakit yang
membuat orang-orang terdekatku repot, biarkan aku mati dengan penuh kedamaian, penuh
senyuman, dan penuh dengan pahala.
Kamis, 27 Juli 2017