Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN

SAMPAH (PTPS-A)

“Sampah Medis”

Disusun Oleh :

1. Ahmad Fauzan Dainiza (P23133117002)


2. Amatullah Muthi’ah As- Syahidah (P23133117004)
3. Aprila Yuliade (P23133117006)
4. Arina Da Selva (P23133117007)
Kelompok 2

2 D-IV A
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2018
Daftar Isi

1. Pengertian Sampah Medis ………………………………………………... 2

2. Jenis Sampah Medis ……………………………………………………… 3

3. Sumber Sampah Medis …………………………………………………… 6

4. Tempat Pewadahan Sampah Medis ………………………………………. 7

5. Pengelolaan Sampah Medis ………………………………………………. 9

6. Teknik Pengolahan Sampah Medis ………………………………………. 11

Daftar Pustaka ………………………………………………………………... 12

1
1. Pengertian Sampah Medis

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud
biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam
pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2005).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai sampah medis
adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan
yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi manusia, yakni
pasien maupun masyarakat.

Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dapat


pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis
ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah
pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator.

Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang
dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai
diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah pembelian
bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-
hati dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini
dapat diterapkan secara luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di
India dan rumah sakit umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak
terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan
sampah yang berbahaya secara kimia.

Pengertian (Menurut SK Menkes RI No. 1204/MENKES/SK/IX/2004 tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit)

 Limbah rumah sakit adalah semua limbah RS yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas.
 Lembah padat rumah sakit adalah semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai akibat
kegitan RS yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis

2
 Limban non medis padat adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, halaman, yang dapat
dimanfaatkan kembali.
 Limbah medis padat adalah adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksin, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekenan, dan limbah yang mengandung logam
berat yang tinggi
 Limbah cair adalah semua air buangan termaksud tinja yang berasal kegitan rumah sakit
yang memungkinkan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktof
yang berbahaya bagi kesehatan.
 Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti incinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi,
dan pembuatan obat citotoksik.

2. Jenis Sampah Medis

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai
sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang
berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat
terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti
kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.

Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah
basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Selain itu, terdapat jenis sampah
atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan.

Beberapa diantaranya sangat mahal biaya penanganannya karena berupa bahan kimia
berbahaya, seperti obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun
demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah
yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau
sampah kota pada umumnya. Sementara sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu
banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan
sampah yang berbahaya secara kimia.
3
Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau
yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan,
pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis
dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi,
kimia, radio aktif dan limbah plastik.

1) Sampah Benda Tajam

Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik,
perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-
benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

2) Sampah Infeksius

Sampah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan pathogen.


Sampah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang
termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda
tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah
pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi (medical wast).

3) Sampah Jaringan Tubuh (Patologis)

Sampah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah
dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Sampah jaringan tubuh
tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan
dibuang ke incinerator.

4) Sampah Citotoksik

Sampah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi obat
citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Sampah yang

4
terdapat sampah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas
1000°C.

5) Sampah Farmasi

Sampah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang


karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang
terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena
tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.

6) Sampah Kimia

Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan
limbah citotoksik.

7) Limbah Radio Aktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan
kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan
gas.

8) Sampah Plastik

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan
juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

5
3. Sumber Sampah Medis

No. Sumber/Area Jenis Sampah


1. Kantor/administrasi Kertas
2. Unit obstetric dan Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/pengosok
ruang ),placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat,
perawatanobstetric jarumsyringe (alat semprot), masker disposable (masker
yang dapat dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang
dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet
disposable (pisau bedah), disposable chat eter (alat
bedah), disposable unit enema (alat suntik pada
usus)disposable diaper (popok)
dan underpad(alas/bantalan), dan sarung disposable.
3. Unit emergency dan Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/penggoso
bedah termasuk k), jaringan tubuh, termasuk amputasi ampul bekas,
ruang perawatan masker disposable (masker yang dapat dibuang),
jarumsyringe (alat
semprot), drapes (tirai/kain), disposable blood
lancet (pisau bedah), disposable kantong emesis,Levin
tubes (pembuluh) chateter (alat bedah), drainase set (
alat pengaliran),
kantong colosiomy, underpads(alas/bantalan), sarung
bedah.
4. Unit laboratorium, Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish, wadah
ruang mayat, specimen, slide specimen (kaca/alat sorong), jaringan
phatology dan tubuh, organ, dan tulang
autopsy
5. Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung
buangan nasal(hidung) dan sputum (dahak/air
liur), dressing(pembalut/pakaian
dan bandages (perban), maskerdisposable (masker yang
dpat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan.
6. Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe (alat semprot),
kertas dan lain-lain.
7. Unit pelayanan Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari
ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan
8. Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan
sayuran dan lain-lain
9. Halaman Rumah Sisa pembungkung daun ranting, debu.
Sakit
Sumber : Depkes RI, 2002

6
4. Tempat Pewadahan Sampah Medis

Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :

1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
2) Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan limbah non-medis.
3) Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah
terisi limbah.
4) Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol atau karton yang aman.
5) Sayarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti
botol, jeregen atau karton yang aman.
Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak
dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan
dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan kontak
langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.

Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

7
Gambar Tempat Sampah Medis

Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut
penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label
pada wadah limbah medis sebagai berikut :

Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi
untuk memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-
pisahkan di tempat sumbernya :

Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini


1) Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah
medis (warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
2) Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3) Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah
non-medis.
4) Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis
dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

8
Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non-medis
sebagai berikut :
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

5. Pengelolaan Sampah Medis

Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda


antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

1) Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu
yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan
penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan
non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label
yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

2) Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau
berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.
Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi
kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna
seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong
berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna
ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan

9
simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan
“domestik”

3) Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.


Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau
ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan
kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta
petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di


luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan
harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan
angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak
bocor.

4) Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung
pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan
yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik
pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

a. Incinerasi
 Incinerator bilik ganda pirolitik (suhu tinggi), khusus untuk limbah layanan
kesehatan
 Incinerator tungku bilik tunggal dengan penyaring statis, digunakan jika pirolitik
tidak terjangkau harganya.
 Incinerator tungku berputar (rotary klin)
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 C)
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai
desinfektan)

10
 Penambahan bahan kimia (gol. Aldehid, senyawa klor, garam amonium, dan
senyawa fenolat) ke dalam limbah untuk membunuh atau menonaktifkan
patogen yang ada didalamnya.
 Limbah dipotong keci-kecil utuk memperluas permukaan yang kontak dengan
bahan kimia tersebut.

e. Inaktivasi suhu tinggi


f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60
g. Microwave treatment
h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk

6. Teknik Pengolahan Sampah Medis

Secara teknik, cukup banyak cara yang dapat dipergunakan untuk mengelola limbah
padat dan cair, namun pada dasarnya merupakan rangkaian unit pengelola limbah.
Teknis pengelolaan limbah tersebut mengacu kepada pedoman Menteri Kesehatan
tentang Pengelolaan Limbah Klinis , antara lain : tentang Standardisasi kantong dan
kontainer pembuangan limbah. Keseragaman standar kantong dan container mempunyai
keuntungan sebagai berikut : mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf, meningkatkan
keamanan secara umum, pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer. Secara
nasional kode standar diusulkan untuk sampah yang paling berbah aya , antara l ain :

a. Sampah infeksius: kantong berwarna kuning dengan simbol biohazard berwarna


hitam
b. Sampah sitotoksik kantong berwarna ungu dengan simbol berbentuk sel dalam telofase
4
c. Sampah radio aktif kantong ber warna merah dengan simbol radio aktif.

11
Daftar Pustaka

SK Menkes RI No. 1204/MENKES/SK/IX/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Rumah Sakit

Catur Puspawati, dkk, 2012, Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat (A), Poltekkes
Jakarta II, Jakarta.

https://ansharcaniago.wordpress.com/2013/02/24/pengelolaan-sampahlimbah-rumah-sakit-dan-
permasalahannya/

https://www.academia.edu/18269592/Makalah_k3_limbah_rumah_sakit

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembinaan-pencemaran/245-
pengelolaan-limbah-medis

http://bushido02.wordpress.com/2007/11/08/sampah-medis-dan-pengelolaannya/

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/penanggulangan_dampak_lingkungan_rs.
pdf

12

Anda mungkin juga menyukai