Kelompok 8 - KPSDI
Kelompok 8 - KPSDI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kebijakan sumberdaya ikan
Disusun Oleh :
MALANG
2019
1. Pendahuluan
maka semua kebijakan yang diterapkan jangka waktu yang relatif lama. Ketentuan umum
perikanan adalah semua upaya termasuk kebijakan dan non kebijakan yang bertujuan agar
sumberdaya itu dapat dimanfaatkan secara optimal dan berlangsung secara terus-menerus.
masuknya nelayan baru ke wilayah areal penangkapan ikan akan membuat intensitas
Potensi perikanan yang sangat besar tersebut dapat memberikan manfaat yang
maksimal secara berkelanjutan bagi negara dan masyarakat Indonesia, bila dikelola dengan
baik dan bertanggungjawab. Hal tersebut juga telah diamanatkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia (UU RI) Nomor 45 tahun 2009 pasal 6 ayat yang menegaskan bahwa
pengelolaan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan,
serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan. Sebagai gambaran pada perikanan
tangkap, beberapa contohnya adalah: 1) masih maraknya aktivitas IUU fishing; 2) gejala
lebih tangkap atau overfishing di beberapa perairan pantai Indonesia, akibat pemanfaatan
sumber daya ikan yang umumnya masih bersifat open acces dan belum melaksanakan
limited entry secara penuh; 3) masih terdapat penggunaan alat penangkapan ikan yang
bersifat destruktif; dan 4) system pengawasan pemanfaatan sumber daya ikan yang masih
dan teknologi, religi, tradisi dan modal sosial( etika dan kearifan lingkungan, norma-norma,
dan institusi hukum) sebagai sesuatu yang penting dalam rangka memanfaatkan
aspek ekologi?
1.3. Tujuan
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Fajarini, 2014). Konsep kearifan
lokal adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang
telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal-balik antara masyarakat
Masyarakat di Kampung Warsamdin dan Kampung Lopintol, misalnya memiliki kearifan lobe
dalam mengelola sumberdaya ikan lema dengan mengatur pola pemanfaatan serta tidak
merusak ekosistem perairan pantai melalui pola pendekatan religius yang mereka anut.
a. Lobe
Lobe artinya adalah menangkap ikan dengan menggunakan bantuan cahaya lampu
pada malam hari. Kegiatan ini telah lama dilakukan oleh masyarakat yang mendiami pesisir
Teluk Mayalibit terutama masyarakat Kampung Warsamdin dan Lopintol untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk dijual ke masyarakat sekitar teluk terutama untuk
mengadakan uji coba penangkapan untuk memperoleh hasil tangkapan yang optimal;
b. Sasi
Sasi atau penutupan musim panen dikenal masyarakat pada kedua kampung
tersebut; yaitu sasi darat dan sasi laut. Sasi darat adalah larangan panen buah-buahan
seperti langsat, cimpedak,mangga dan durian. Sedangkan sasi laut adalah larangan
menangkap ikan lema, teripang (Holoturidae sp), udang (Panilurus sp) dan siput laut (kerang
mutiara). Penetapan dilakukan sasi apabila produksi ikan lema mengalami penurunan hasil
tangkapan. Dalam kehidupan bermasyarakat di kedua kampung ada adat istiadat yang
masih berlangsung; pada saat musim paceklik diadakan upacara adat dan masyarakat
diwajibkan membawa nasi, kakes (kapur, siri dan pinang) dan rokok. Pengelolaan ikan lema
dituangkan dalam Peraturan Kampung No. 1 Tahun 2013 tentang tata cara pengelolaan dan
1. Tahap persiapan Pada tahap ini, nelayan sekitar pukul 17.00 mempersiapkan
segala perlengkapan seperti: alat tangkap serok, tali temali, lampu petromaks, dayung
dan bekal.
Setelah segala perlengkapan operasi sudah siap diatur di atas perahu, lampu
4. Pada saat gerombolan ikan telah cukup berkumpul, maka lampu petromaks diberi
5. Apabila terlihat ikan bermain atau muncul di depan perahu, maka kurung-kurung
didorong ke depan agar cahaya lampu lebih terang dan siap ikan digiring ketempat
penangkapan.
6. Setelah ikan cukup terkonsentrasi dan tenang, maka nelayan mengerakan perahu
manusia saat ini dan yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukannya upaya strategi dan
kebijakan pengelolaan yang secara alami tersedia dalam bentuk kearifan masyarakat
setempat. Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Warsamdin dan
Lopintol, melalui musyawarah bersama diperoleh kesepakatan yang dituangkan dalam
Peraturan Kampung No. 1 Tahun 2013 yang mengatur tentang tata cara pengelolaan dan
kenyataan bahwa saat ini upaya pengelolaan lingkungan dengan berbagai instrumen dan
teknologi, tidak saja diperhadapkan pada mahalnya instrumen dan teknologi tersebut, tetapi
terdapat kendala pada aplikasi yang tidak sesuai dengan budaya masyarkat maupun
Widarmanto (2018), prospek kearifan lokal di masa depan sangat dipengaruhi oleh
memiliki peran dalam melestarikan budaya dan wawasan bahari serta merevitalisasi hukum
adat dan kearifan lokal untuk melindungi sumbedaya dan lingkungan dibidang kelautan
termasuk sumberdaya ikan serta potensi lainnya. Salah satu strategi dan kebijakan yang
dilakukan oleh masyarakat di Kampung Warsamdin dan Lopintol, Distrik Teluk Mayalibit
dalam mengelola sumberdaya ikan lema ( Ratrelliger kanagurta) berdasarkan aspek ekolgis
a. Menetapkan Sasi Laut (lobe) sebagai uapaya menjaga keberlanjutan stok ikan lema
Selain itu ada juga sasi yang berlaku pada setiap minggu berjalan yaitu, malam Jumat dan
malam Minggu, hal ini untuk menghargai pemeluk yang beragama Islam maupun Kristen.
b. Menjadikan Labuhan (Gato) sebagai cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan
Labuhan adalah tempat penggiringan akhir ikan untuk ditangkap dengan serok. Gato
ini biasanya dibuat di daerah pantai yang agak terjal, dengan susunan batu membentuk
kolam kecil yang terbuka pada salah satu sisinya.Tempat penampungan berupa kolam kecil
yang dibuat dengan susunan batu di tepi pantai yang fungsinya menampung ikan hasil
Selama penelitian dilakukan 14 kali operasi penangkapan ikan lema dengan total
hasil tangkapan sebanyak 12.516 ekor. Hasil terbanyak pada trip ke 9, kemudian diikuti oleh
Komposisi ukuran panjang ikan kembung yang tertangkap berkisar antara 20–23,9
cm. Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung di Laut Jawa dan perairan India
dicapai pada panjang cagak 19,2 cm untuk jantan dan 20,4 cm untuk betina. Jadi ikan
kembung (lema) yang ditangkap oleh nelayan Warsamdin dan Lopintol adalah ikan yang
diduga sudah pernah melakukan pemijahan minimal satu kali dan bahkan sudah yang
kedua kalinya. Sehingga dari sisi pengelolaan dan keberlanjutan perikanan lobe merupakan
3.1 Kesimpulan
non kebijakan yang bertujuan agar sumberdaya itu dapat dimanfaatkan secara
pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
Kampung Lopintol sebanyak 44 buah. Jenis goto yang berhasil diidentifikasi, yaitu
goto batu sebanyak 14 buah, goto kayu sebanyak 6 buah, dan goto papan
sebanyak 4 buah.
4. Sebanyak 280 ekor sampel yang diperoleh 4 kelas panjang baku (FL) yang
dominasi oleh kelas panjang 23,0–23,9 cm sebanyak 109 ekor (39,93%), dan
kisaran panjang 21,0–21,9 cm sebanyak 103 ekor (37,73%). ukuran ikan lema yang
tertangkap sudah pernah melakukan satu kali reproduksi dan bahkan sudah yang
kedua kalinya.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
Hendrik. 2010. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Ekploitasi (kajian terhadap
Danau Pulau Besar dan Danau Bawah Zamrud Kabupaten Siak Provindi Riau).
Najamudin, W., E.Reppie dan L. Manoppo. 2015. Pengelolaan sumberdaya ikan lema
(Ratrelliger kanagurta) yang berbasis kearifan lokal di Kampung Warsamdin dan
Lopintol, Distrik Teluk Mayalibit, Provinsi Papua Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap. 2(1):28-32.
Republik Indonesia. 2004. UU No 32 Tahun 2004 tentang Kelautan.
Sulaiman. 2010. Kebijakan Pengelolaan Perikanan Berbasis Kearifan Lokal Di Aceh. Jurnal